• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI

B. Dokumen Dokumen Dalam Pengangkutan Barang Melalui

Dokumen angkutan laut merupakan surat surat yang diperlakukan sebagai prasyarat untuk menjamin kelancaran dan keamaan pengangkutan barang dan atau penumpang dilaut.28

1. Manifest kapal

Terdapat dokumen dokumen angkutan laut yang diperlukan dalam pengangkutan barang , antara lain :

Manifest merupakan suatu dokumen penting dalam pengangkutan

barang maupun pengangkutan penumpang dengan kapal laut. Manifest

sendiri adalah suatu dokumen kapal yang menerangkan seluruh jumlah dan jenis jenis barang yang diangkut di dalam kapal tersebut. demikian juga dengan pengangkutan penumpang. Manifest juga memuat daftar daftar nama dan jenis kelamin dari seluruh penumpang yang diangkut dalam kapal tersebut.

Sebelum kapal (berlayar) dari pelabuhan asal, manifest harus sudah selesai dan telah memuat data data yang sebenarnya tentang jumlah dan jenis barang maupun jumlah dan jenis kelamin penumpang yang berangkat.

2. Bill of lading (konosemen)

28

Hasim Purba, Modul Kuliah Hukum Pengangkutan Di Laut, Fakultas Hukum USU, Medan,2011, Halaman 67

Sebagai bukti adanya perjanjian pengangkutan laut ada sebuah dokumen angkutan yang dikenal dengan Bill of lading atau konosemen dapat disebut juga sebagai surat muatan. Surat muat atau bill of lading merupakan tanda terima barang-barang yang diberikan oleh pengangkut kepada pengirim barang.29

29

Radiks Purba, Angkutan Muatan Laut 2, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1997, Halaman 39

Dalam pasal 504 KUHD disebutkan bahwa” si pengirim boleh meminta supaya dengan mencabut kembali tanda penerimaan yang kiranya telah diberikan oleh si pengangkut, oleh si pengangkut ini diberikan suatu konosemen tentang barang yang diterimanya untuk angkutan”

Menurut pasal tersebut, si pengirim barang dapat meminta kepada pengangkut untuk mengeluarkan konosemen dan untuk keperluan itu si pengirim harus memberikan segala keterangan secara lengkap mengenai barang yang akan dikirimkan.

Berdasarkan pasal 506 KUHD dinyatakan bahwa “bill of lading

(konosemen) adalah suatu surat bertanggal, dimana si pengangkut menerangkan bahwa ia telah menerima barang barang tersebut untuk diangkutnya kesuatu tempat, tujuan tertentu dan menyerahakannya disitu kepada seseorang tertentu begitu pula menerangkan dengan syarat syarat apakah barang barang itu akan diserahkan.”

Sebagai dokumen induk dalam pengangkutan laut, bill of lading atau konosemen mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

Suatu bill of lading menunjukan jumlah barang barang yang berada diatas kapal, jenis dan berat suatu ukuran barang barang yang diangkut. Jika barang barang yang sudah dimuat diatas kapal, maka dikeluarkanlah bill of lading.

Bagi pengangkut, bill of lading adalah merupakan bukti tanda penerimaan dari pengirim barang keesuatu tempat tujuan dan selanjutnya menyerahkan barang barang tersebut kepada penerima. b. sebagai bukti pemilikan atas barang

Bill of lading tidak hanya merupakan bukti dari penerimaan barang barang akan tetapi juga sebagai bukti kepemilikan barang. Dalam pasal 510 KUHD menyatakan bahwa “setiap pemegang konosemen berhak menuntut penyerahan barang yang tersebut didalamnya ditempat tujuan, kecuali jika konomen itu diperolehnya berlawanan dengan hukum.”

Berdasarkan pasal tersebut, bahwa orang yang memegang bill of lading merupakan pemilik barang yang tercantum dalam bill of lading, akibatnya, pemilikan atas suatu bill of lading ditentukan oleh petunjuk kepada siapa bill of lading tersebut diterbitkan.

Menurut United Nations Convertion on the Carrige of Goods by Sea, 1978, “ bill of lading merupakan dokumen yang membuktikan adanya penyerahan barang barang kepada orang tertentu yang ditunjuk, atau kepada pengganti atau kepada pembawanya.”

Setelah barang barang dimuat di atas kapal, kemudian pengangkut menerbitkan bill of lading yang juga merupakan bukti bagi kepentingan si pengirim dan pengangkut tentang adanya perjanjian pengangkutan antara mereka. Dalam United Nations Convertion on the Carriage of Goods by Sea tahun 1978, bill of lading adalah dokumen yang membuktikan adanya kontrak pengangkutan laut

(contract of carriage by sea). Selanjutnya dalam pasal 468 KUHD

disebutkan bahwa “persetujuan pengangkutan mewajibkan si pengangkut untuk menjaga akan keselamatan barang barang yang harus diangkutnya, mulai saat diterimanya hingga saat diserahkannya barang tersebut.” Bil of lading atau konosemen , biasanya dikeluarkan dalam set lengkap yang lazimnya terdiri dari rangkap 3(full set B/L) yang penggunaannya adalah sebagai berikut :

1. satu lembar untuk shipper/ pengirim

2. dua lembar untuk consignee/ penerima barang30

Pada orisinil bill of lading berlaku hukum “one for all and all for one” yang berarti bila salah satu dari lembar lembar orisinal itu telah ditukarkan dengan delivery order (D.O) maka lembar lembar yang lain dengan sendirinya menjadi batal.31

30

Hasim Purba, Hukum Pengangkutan Di Laut Prespektif Teori Dan Praktek,Pustaka Bangsa Press, Medan,2005, halaman149

31

Ibid, halaman 149

Dilihat dari dapat atau tidak diperalihkan konosemen dengan cara endosemen, maka konosemen atau bill of lading dapat dibedakan menjadi dua jenis , yaitu :

1. konoseme atas nama atau recta bill of lading

2. konosemen order

Pada konosemen atas nama (op naam) nama penerima barang harus dicantumkan secara jelas didalam konosemen dalam bagian kolom yang disediakan untuk itu. ini berarti bahwa barang yang disebut dalam konosemen tersebut hanya boleh diterima oleh mereka yang namanya disebutkan dalam konosemen.

Pada konosemen dengan klausa order dikenal beberapa bentuk: a. penempatan klausa order saja

b. order of shipper

c. order of bank 32

32

Ibid, halaman 151

dalam praktek pelayaran niaga dikenal dua macam bill of lading, yaitu:

a. received for shipment bill of lading

received for shipment bill of lading dilakukan untuk barang yang akan dimuat ke atas kapal atau disebut juga dengan konosemen to

be shipped. Dalam hal ini, barang barang dari pengirim belum

dimuat datas kapal. Pada jenis konosemen ini ,pengangkut telah menerima barang barang dari pengirim untuk diangkut dengan kapal tertentu dan waktu tertentu , namun belum terjadi pengapalan barang barang.

shipped on board bill of lading sering disebut juga konosemen

to shipped. Konosemen ini di keluarkan apabila barang barang

telah dimuat di kapal tertentu.

Melihat dari keadaan barang yang dimuat di atas kapal, terdapat dua jenis konosemen/bill of lading, yaitu :

1. Clean Bill of Lading

Barang yang dimuat dalam kapal dianggap dalam keadaan baik. 2. Unclean Bill of Lading

Barang yang dimuat, pengepakannya tidak sempurna dalam proses cargo handling sehingga terdapat catatan-catatan , celaan-celaan.33

33

Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang Dan Penumpang, Penerbit Rineka Cipta, 1995, Halaman 176

c. certificate of insurance

certificate of inisurance atau disebut juga insurance polis merupakan polis asuransi untuk melindungi barang barang yang dikirim melalui laut terhadap resiko laut yang mungkin terjadi akan tetapi tidak dikehendaki. d. commercial invoice

commercial invoice atau faktur perdagangan yaitu merupakan

dokumen utama yang dimuat dari formulir eksportir, akan tetapi isinnya tidak boleh menyimpang dari peraturan peraturan Negara Eksportir. Formulir ini berisikan jumlah, jenis, kualitas dan harga barang disertai pula dengan syarat syarat penjualan.

certificate of origine adalah surat keterangan asal barang yang merupakan dokumen yang menyebutkan asal dari barang yang diangkut. Tujuan utuama dari dokumen ini adalah untuk mendapatkan hak untuk kelonggaran bea bagi suatu produk di negara importer atau mungkin juga untuk membuktikan bahwa produk tersebut diproduksi oleh Negara eksportir.

Selain itu, certificate of origine ini juga diperlukan dalam instansi pabean (bea dan cukai) dinegara pengimpor untuk memudahkan pelaksanaan tugasnya memberikan pelayanan pebean dan pemungutan bea masuk. Dokumen ini juga diperlukan dalam keperluan statistic. Dokumen ini harus memuat tentang uraian uraian lengkap mengenai barang yang di ekspor.

f. weight and meansurement list

weight and mensurement list merupakan daftar berat dan ukuran

barang. Daftar ini harus ditulis agar tidak menimbulkan salah pengertian dan penafsiran pada barang. Maka dari itu daftar berat dan daftar ukuran biasanya dibuat oleh perusahaan pelayaran.

g. packing list

packing list umunya digunakan untuk barang barang ekspor yang

dipakai dalam peti peti atau karton karton yang menyebutkan isi masing masing peti atau karton. Dokumen ini dibuat oleh eksportir yang menerangkan uarian dari barang barang yang dipak, dibungkus atau diikat dalampeti atau sebagainya dan untuk memudahkan pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat bea cukai.34

34

Roselyne Hutabarat. Transaksi Ekspor Impor Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, 1989, Halaman 111

Packing list walapun tidak selalu diperlukan, namun bagi pengangkut penting untuk mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi pengepakan barang yang diangkut.

h. certificate of analysis (inspection)

certificate ini diperlukan untuk produk produk yang sulit diketahui kompesisi persenyawaan kimia yang terdapat dalam produk tersebut. misalnya untuk minyak esteris atau untuk mengetahui kadar sesuatu zat yang terkandung dalam produk yang diekspor.

Certificate of analysis biasanya diterbitkan oleh badan yyang

insependen yang dipergunakan untuk analisis pihak pihak tertentu.

Certificate of health biasanya diperlukan utnuk mengekspor ataupun mengimpor hewan atua produksi dari laut, tulang hewan dan tanaman.

Certificate semacam ini diperlikan untuk menerangkan bahwa

produksi ekspor atau impor yang diangkut ini tidak mengandung penyakit atau hama penyakit yang berbahaya. Certificate ini dapat diperoleh dari pihak karantina pertanian yaitu karantina hewan dan karantina tumbuhan.

Sanitary certificate diperlukan untuk ekspor bahan baku yang memuat keterangan bahwa bahan baku itu bebas dari hama penyakit. Ada kalanya ada beberapa Negara tertentu mengenai sanitary regulation tersebut dilaksanakan dengan sangat ketat sekali.

C. Hubungan Perusahaan Bongkar Muat Dalam Penyelenggaraan

Dalam pelaksanaan pengangkutan barang melalui laut khususnya dalam kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal yang dilakukan perusahan bongkar muat, hampir seluruh kegiatannya dilakukan di pelabuhan. Menurut Ketua Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Bambang K. Rahwardi menyatakan bahwa kegiatan usaha bongkar muat merupakan sebagai bagian dari kegiatan jasa kepelabuhanan.35

Ada beberapa hal terkait mengenai pengertian tentang pelabuhan, yaitu berasal dari kata Port dan Harbour. Harbor mempunyait arti sebagian perairan yang terlindung badai, aman, dan baik atau cocok bagi akomodasi kapal kapl terlindung,mengisi bahan bakar, persediaan, perbaikan dan bongkar muat barang, sedangkan Port adalah Harbour yang terlindung dimana tersedia fasilitas terminal laut, yang terdiri dari tambatan atau dermaga untuk bongkar muat barang dari kapal, gudang transit, dan penumpukan lainya untuk menyimpang barang dalam jangka pendek atau jangka panjang.

Pelabuhan mempunyai peranan yang amat penting dalam tercapainya kelancaran dan keselamatan dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal.

36

Pengertian pelabuhan menurut Pasal 1ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas batas tertentu sebagai tempat kegiatan

Kedua hal di atas mempunyai arti yang berbeda dari sudut penekanannya, namun tujuannya sama.

35

bataviase.co.id/detailberita-10405135.html, Kadin Pastikan PP Atur Bongkar Muat

36

Elfrida Gultom, Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan untuk Meningkatkan ekonomi Nasional,PT Raja Garafindo Persada,2007,halaman 22

pemerintah dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.

Di dalam pelabuhan, terdapat terminal sebagai suatu sarana tempat pemberhentian pada akhir suatu trayek. Terminal terbagi atas terminal pelayaran niaga (shipping terminal) yang disebut juga terminal laut serta terminal pelabuhan(port terminal). Kegiatan pemuatan dan pembongkaran barang barang ke atau ke kapal berlangsung didalam lingkungan terminal laut. Sedangkan kegiatan pergudangan,yaitu barang barang dari luar pelabuhan dimasukan ke dalam gudang serta pengeluaran barang barang dari gudang berlangsung di terminal pelabuhan.37

Fasilitas pelabuhan dapat dibagi dalam beberapa macam, yaitu sebagia berikut :

Untuk memenuhi kebutuhan kapal di pelabuhan, suatu pelabuhan yang baik harus mempunyai beberapa fasilitas untuk menunjang kegiatan oprasional yang diperlukan kapal untuk memasuki pelabuhan untuk melakukan kepentingan tertentu. Salah satu fasilitas pelabuhan yang diperlukan kapal tersebut adalah tersedianya fasilitas alat alat pelabuhan yang ditujan untuk melancarkan kegiatan usaha dipelabuhan.

38

a. Fasilitas untuk kapal

37

Radiks Purba. Angkutan Muatan Laut 1, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1997, Halaman 324

38

Fasilitas yang dimaksud adalah seperti alur pelayaran, break waters, turning basin:pintu air(loks) kolam pelabuhan dan dermaga. Fasilitas ini disebut infrastuktur.

b. Fasilitas untuk barang dan penumpang

Fasilitas yang dimaksud antara lain terminal sesuai dengan jenis barang dan kemasan barang (barang curah kering atau peti kemas) yang dilengkapi dengan gudang transit sebagai gudang lini I dan lapangan penumpukan; terminal penumpang dilengkapi fasilitas embarkasi dan debarkasi ; gudang lini II; tankfarms dan jaringan pipa untuk berbagai macam barang curah cair; lapangan terbuka untuk penumpukan barang curah kering makanan (grain) ; dan kran dengan berbagai jenis, ukuran atau kapasitas. Fasilitas ini disebut dengan suprastuktur.

Disamping itu masih terdapat fasilitas tambahan lain yang berfungsi juga sebagai pelayanan untuk kapal termasuk pelayanan untuk umum, antara lain: sarana bantu navigasi, informasi tentang navigasi, palayaran radio dan telepon, fasilitas perbaikan kapal termasuk floating repairs, fasilitas penampung limbah, pengadaan air bersih dan pemakanan, bunkering bahan baket, penerangan listrik, pemadam kebakaran, sanitasi, fasilitas untuk buruh.39

39

Ibid, halaman 70

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan menyebutkan adanya beberapa macam pelabuhan laut, yaitu sebagai berikut :

1. Pelabuhan utama, yaitu pelabuhan yang fungsi pokonya melayani kegiatan angkutan dalam negeri dan intiernasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyebrangan dengan jangkauan antar provinsi.

2. Pelabuhan pengumpul, yaitu pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyebrangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.

3. Pelabuhan pengumpan, yaitu pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakn pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyebangan dengan jangkauan dalam provinsi.

Selain pelabuhan yang mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang , terdapat pihak lain yang juga mempengaruhi kelancaran dan keselamatan pengangkutan barang melalui laut yaitu Tenaga Kerja Bongkar Muat. Keberadaan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) juga sering disebut dengan Buruh Pelabuhan adalah sangat strategis dalam proses kegiatan bongkar muat barang.

Untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal dilaksanakan oleh TKBM yang dikelola oleh Koperasi TKBM yang menjadi badan

pengelola TKBM di pelabuhan. Pembinaan dan pengawasan Koperasi TKBM dilakukan oleh Adpel, dengan demikian maka koperasi TKBM wajib mematuhi petunujuk petunjuk operasional yang digariskan oleh Adpel.

Tugas dari Koperasi TKBM meliputi beberapa bidang lain sebagai berikut : 40

a. Bidang operasional

Bidang ini bertanggung jawab pada Adpel selaku wakil Pemerintah di Pelabuhan

b. Bidang usaha ekonomi

Bidang usaha ekonomi dipertanggungjawabkan pada Rapat Anggota Tahunan yang dipimpin oleh Dinas Koperasi Kota sebgai Pembina

c. Bidang operasional

Bidang operasional meliputi antaranya :

a) Mengelompokkan regu regu kerja yang dikepalai oleh seorang kepala pekerja

b) Mengatur gilir kerja , diputar dengan sisitem roling dari urutan ke atas sampai dengan ke bawah

c) Mengadakan pembinaan baik pengawas kerja dan mengadajan pendidikan dan pelatihan kerja meliputi pendididkan operator dan kepala regukerja yang disesuaikan dengna anggaran yang ada.

Prosedur permintaan TKBM adalah sebagai berikut : 41

a. Perusahaan Bongkar Muat mengajukan permohonan kepada TKBM untuk terminal yang akan melakukan bongkar muat

40

Ibid, halaman 144

41

b. Perusahaan Bongkar Muat mengajukan perminataan pada Koperasi TKBM dengan menyebutkan jumlah permintaan TKBM, nama kapal, tanggal pengguna, shift kerja yang dibutuhkan, dan jumlah TKBM yang dibutuhkan. c. Koperasi mengeluarkan Surat Permintaan Kerja (SKP) pada regu kerja yang

isinya member perintah kepada regu kerja bongkar muat untuk melakukan pekerjaannya.

d. Sampai dilokasi kerja operasional pindah tugas ke Perusahaan Bongkar Muat, yang menugaskan supervise Perusahaan Bongkar Muat.

Dokumen terkait