• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN PENDUKUNG A PERENCANAAN DAN OPERASI

DOKUMEN PENDUKUNG A

DOKUMEN PENDUKUNG A PERENCANAAN DAN OPERASI

1. Titik Interkoneksi dan Kapasitas Sentral Gerbang

1.1. Titik Interkoneksi merupakan batas fisik tanggung jawab atas penyediaan, pengoperasian dan pemeliharaan Perangkat Interkoneksi.

1.2. Pada prinsipnya, Titik Interkoneksi antara INDOSAT dengan PENCARI AKSES ditetapkan berada di DDF Sentral Gerbang INDOSAT.

1.3. Dalam hal disepakati lain, Titik Interkoneksi dapat berada di luar DDF Sentral Gerbang INDOSAT.

1.4. Daftar lokasi Sentral Gerbang INDOSAT beserta kapasitas yang tersedia di masing-masing lokasi Sentral Gerbang adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Dokumen Pendukung A (Informasi Jaringan INDOSAT).

2. Parameter Performansi Sirkit Interkoneksi

2.1. Formula yang digunakan dalam perhitungan parameter-parameter Jaringan Interkoneksi bagi kedua belah pihak adalah sebagai berikut :

a. Ketersediaan (Availability) Sirkit :

( )

= Jumlah Call Seizure Answered Call

Jumlah ASR

Data call diambil dari data populasi dalam satu bulan (1 hari 24 jam), berdasarkan rata rata trafik pada satu jam tersibuk di hari kerja dalam satu bulan.

c. Rasio Panggilan yang tidak tersalurkan (call block) :

%

Data call diambil dari data populasi dalam satu bulan (1 hari 24 jam).

Dokumen Pendukung A (Operasi dan Perencanaan) Hal 2 dari 8

d. Rasio Pendudukan Jaringan (Occupancy) :

% _ 100

_

_

_ ×

= Jumlah Sirkit Operasi Traffic Carried

Jumlah Occupancy

Data trafik mempergunakan data 1 (satu) jam tersibuk trafik harian ( 24 jam) dari data populasi dalam 1 (satu) bulan, setelah trafik hari Sabtu dan Minggu dikeluarkan.

e. Rasio SMS yang terkirim (SMS Success Delivery) :

%

2.2. Grade of Service (GOS) Sirkit Interkoneksi maksimum adalah sebesar 1% (satu persen) dengan standar untuk masing-masing parameter adalah sebagai berikut : a. Availability sirkit interkoneksi minimal 99,96 % (sembilan puluh sembilan

persen).

b. Call block maksimum 1 % (satu persen).

c. ASR interkoneksi dari jaringan minimal 45% (lima puluh lima persen).

d. Standar Occupancy sirkit interkoneksi adalah sebagaimana diatur dalam butir 3 mengenai kententuan pengaturan dimensi interkoneksi.

e. SMS Success Delivery minimal adalah 90%

3. Ketentuan Pengaturan Dimensi Interkoneksi

3.1. Dimensi Interkoneksi pada tahap awal ditetapkan sebesar 1 (satu) E1 untuk masing–masing Titik Interkoneksi.

3.2. Perubahan Dimensi Interkoneksi dilaksanakan atas persetujuan Kedua Belah Pihak dengan mempertimbangkan kecenderungan trafik (traffic interest) di masing-masing Titik Interkoneksi.

3.3. Penambahan Dimensi Interkoneksi dilaksanakan apabila pendudukan sirkit selama periode pengukuran 30 (tiga puluh) hari berturut–turut telah mencapai tingkat okupansi sebagai berikut :

Jumlah E1 Okupansi (%)

1 – 3 > 70

4 -7 > 85

> 7 > 90

Dokumen Pendukung A (Operasi dan Perencanaan) Hal 3 dari 8

3.4. Pengurangan Dimensi Interkoneksi dilaksanakan apabila pendudukan sirkit selama periode pengukuran 30 (tiga puluh) hari berturut-turut telah mencapai tingkat okupansi sebagai berikut :

Jumlah E1 Okupansi (%)

1 – 3 < 20

4 -7 < 30

> 7 < 40

3.5. Load maksimum sirkit yang digunakan untuk signalling adalah 0.2 Erlang one way.

3.6. Perencanaan Dimensi Interkoneksi dapat dilakukan untuk periode satu tahun atau dalam jangka waktu lain yang disepakati Kedua Belah Pihak.

4. Forecast Trafik

4.1. Forecast trafik dilaksanakan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun ke depan dalam rangka membuat perencanaan kapasitas interkoneksi di masing-masing lokasi interkoneksi.

4.2. Forecast trafik dilakukan secara bersama-sama dalam forum konsultasi / koordinasi sebagaimana diatur pada butir 8 Dokumen Pendukung A ini.

4.3. Kedua belah Pihak wajib menyediakan data yang akurat dalam proses pelaksanaan forecast. Data-data untuk melakukan forecast wajib dipertukarkan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelum pelaksanaan forum konsultasi / koordinasi.

4.4. Prosedur dan format forecast trafik disepakati bersama dalam suatu kesepakatan tersendiri.

4.5. Hasil forecast trafik ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang dari Kedua belah Pihak dan menjadi acuan dalam perhitungan perencanaan dimensi interkoneksi.

4.6. Hasil forecast yang telah disepakati merupakan dasar pemesanan kapasitas di depan (advance capacity order).

5. Pemesanan dan Penyediaan Kapasitas Interkoneksi

5.1. Masing-masing Pihak berhak untuk mengajukan Pemesanan Kapasitas Interkoneksi berdasarkan hasil pengukuran trafik sesuai dengan parameter-parameter performansi jaringan yang diatur dalam Dokumen Pendukung A ini.

5.2. Masing-masing Pihak juga berhak untuk mengajukan Pemesanan Kapasitas di depan dengan berdasarkan forecast trafik sebagaimana di atur dalam butir 4 Dokumen Pendukung A ini.

5.3. Prosedur dan jangka waktu untuk setiap tahap dalam proses Pemesanan Kapasitas Interkoneksi sebagaimana dimaksud butir 5.1 dan butir 5.2 mengacu pada ketentuan dalam Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi DPI INDOSAT.

Dokumen Pendukung A (Operasi dan Perencanaan) Hal 4 dari 8

5.4. Penyediaan kapasitas interkoneksi dilaksanakan dengan terlebih dahulu dilakukan pengujian kapasitas interkoneksi (commissioning test).

5.5. Kedua Belah pihak wajib saling bekerjasama dalam pelaksanaan pengujian kapasitas interkoneksi.

6. Sistem Penomoran

6.1. Sistem Penomoran (numbering) yang digunakan Kedua Belah Pihak wajib mengacu pada ketentuan dalam Fundamental Technical Plan Nasional (FTP Nasional) yang berlaku.

6.2. Masing-masing Pihak wajib mengusahakan dan mewujudkan keadaan sedemikian rupa sehingga sistem penomoran yang digunakan oleh kedua belah Pihak dapat saling bersesuaian.

6.3. Dalam hal terjadi perubahan, penambahan atau penguranngan Sistem Penomoran maka Pihak yang mengadakan perubahan, penambahan, atau pengurangan wajib memberitahukan kepada Pihak lain selambat–lambatnya 1 (satu) bulan sebelum dilakukan perubahan, penambahan atau pengurangan diharapkan berlaku secara efektif.

6.4. Sistem penomoran INDOSAT adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Dokumen Pendukung A (Informasi Jaringan INDOSAT).

7. Ketentuan Ruting

7.1. Perutingan Panggilan Interkoneksi dilaksanakan wajib mengacu pada ketentuan dalam Fundamental Technical Plan Nasional (FTP) yang berlaku.

7.2. Ruting atas Panggilan Interkoneksi di Jaringan internal INDOSAT diatur dan menjadi tanggung jawab INDOSAT.

7.3. Ruting atas Panggilan Interkoneksi di Jaringan PENCARI AKSES diatur dan menjadi tanggung jawab PENCARI AKSES.

7.4. Perutingan Panggilan Interkoneksi ke Jaringan INDOSAT wajib mengikuti ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Dokumen Pendukung A (Informasi Jaringan INDOSAT).

8. Forum Konsultasi / Koordinasi

8.1. Dalam rangka pelaksanaan Perjanjian Interkoneksi, dibentuk Forum Konsultasi / Koordinasi untuk melakukan pertemuan secara berkala untuk menyelesaikan berbagai masalah yang timbul sehubungan dengan Perjanjian Interkoneksi dan dilaksanakan dalam periode minimal 6 (enam) bulan sekali.

8.2. Segala biaya yang timbul sebagai akibat dibentuknya Forum Konsultasi / Koordinasi, termasuk biaya-biaya pertemuan, menjadi tanggung jawab bersama.

8.3. Materi yang akan dibahas dalam forum konsultasi meliputi namun tidak terbatas pada :

Dokumen Pendukung A (Operasi dan Perencanaan) Hal 5 dari 8

a. Evaluasi performansi interkoneksi;

b. Perencanaan kebutuhan FPI dan dimensi interkoneksi;

c. Perencanaan kegiatan bersama yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas Layanan Interkoneksi Kedua belah Pihak.

8.4. Seluruh kesepakatan dalam forum konsultasi / koordinasi bersifat mengikat bagi Kedua belah Pihak dan wajib dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

9. Ujicoba Panggilan Interkoneksi

9.1. Ujicoba Panggilan Interkoneksi wajib dilaksanakan untuk setiap pembukaan Layanan Interkoneksi baru atau pembukaan Titik Interkoneksi baru atau perubahan Sentral Gerbang.

9.2. Ujicoba Interkoneksi terdiri atas :

a. Test call untuk setiap skenario panggilan yang disepakati;

b. Sinkronisasi waktu sentral (jika diperlukan);

c. Komparasi billing hasil test call.

9.3. CDR hasil test call minimal harus dapat menyajikan informasi mengenai : a. Identifikasi Originating dan Terminating (A number dan B number), b. Identifikasi trunk group.

c. Tanggal dan waktu panggilan.

d. Jam mulai dan atau berakhirnya panggilan.

e. Durasi panggilan.

9.4. Komparasi billing dilaksanakan dengan membandingkan data-data CDR hasil test call yang telah diproses oleh sistem billing masing-masing Pihak.

9.5. Ujicoba Interkoneksi dinyatakan berhasil jika :

a. Dalam pelaksanaan test call, seluruh Panggilan Interkoneksi yang dilaksanakan harus diterima dengan baik di sisi penerima panggilan.

Dalam hal test call dilaksanakan untuk panggilan sms, maka sms yang dikirimkan diterima dengan baik di sisi penerima panggilan.

b. Untuk setiap skenario, dilakukan minimal 2 (dua) kali panggilan.

c. Deviasi dalam komparasi billing interkoneksi harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

- Jumlah (volume) panggilan : 0%

- Durasi total panggilan : < 1%

- Rata-rata durasi per panggilan : < 1 detik

9.6. Paket biaya pelaksanaan Ujicoba Interkoneksi untuk adalah sebesar Rp.

20.000.000,- per POI yang meliputi biaya-biaya atas :

a. Proses instalasi perangkat PENCARI AKSES di sisi SG INDOSAT;

b. Setting parameter dan perekaman;

c. Seluruh trafik yang terjadi selama 2 (dua) jam masa Ujicoba.

9.7. Rangkaian pelaksanaan Ujicoba Interkoneksi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Dokumen Pendukung A (Proses Ujicoba Interkoneksi).

Dokumen Pendukung A (Operasi dan Perencanaan) Hal 6 dari 8

10. Penamaan dan Penomoran Sirkit Interkoneksi

10.1. Penamaan Trunk Group sirkit Interkoneksi menjadi wewenang dan tanggung jawab Masing–masing Pihak.

10.2. Penomoran sirkit interkoneksi (Circuit Identification Code = CIC) harus disepakati para Pihak.

11. Mekanisme Penyelesaian Gangguan

11.1. Informasi adanya gangguan pada Perangkat Interkoneksi dan atau Sistem / Subsistem salah satu Pihak yang dapat mempengaruhi sistem / subsistem Pihak lainnya, disampaikan oleh Pihak yang terlebih dahulu mengetahui terjadinya gangguan kepada Pihak lainnya.

11.2. Penanganan terhadap terjadinya gangguan atau penurunan penurunan performansi jaringan mengacu pada Proses Penanganan Gangguan sebagaiaman tercantum dapal Lampiran III Dokumen Pendukung A (Proses Penanganan Gangguan).

12. Kontingensi

12.1. Kedua belah Pihak wajib mengupayakan adanya cadangan atau back up terhadap jaringan yang digunakan dalam Interkoneksi.

12.2. Dalam hal terjadi gangguan terhadap transmisi yang digunakan untuk penyaluran trafik Interkoneksi sehingga mengakibatkan terjadinya perhubungan putus (perpu), maka Kedua belah Pihak wajib melakukan koordinasi bersama untuk mengalihkan trafik Interkoneksi ke jaringan cadangan (back up).

13. Manajemen Perubahan Data

13.1. Menajemen Perubahan Data meliputi parameter-parameter sebagai berikut : a. Pembukaan blok penomoran baru;

b. Perubahan titik pembebanan suatu blok penomoran;

c. Penambahan titik pembebanan suatu blok penomoran;

d. Pemisahan blok penomoran eksisting;

e. Ekspansi jumlah digit blok penomoran;

f. Informasi dan penggunaan dummy number;

g. Pembukaan kode akses baru;

h. Perubahan charge band (time band dan zone).

13.2. Para Pihak wajib mengajukan permintaan perubahan data sebagaimana dimaksud butir 13.1. secara tertulis.

13.3. Pihak yang menerima permintaan perubahan data wajib menyampaikan konfirmasi bahwa permintaan perubahan data telah diterima kepada Pihak yang meminta perubahan data selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak permintaan perubahan data diterima.

13.4. Pihak yang menerima permintaan perubahan data wajib menyampaikan tanggapan atas permintaan perubahan data berikut rencana implementasinya dalam waktu selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja sejak permintahan

Dokumen Pendukung A (Operasi dan Perencanaan) Hal 7 dari 8

perubahan data diterima.

13.5. Proses perubahan data akan dilaksanakan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak Pihak yang menerima permintaan perubahan data menyampaikan tanggapan atas permintaan perubahan data sebagaimana dimaksud butir 13.4.

14. Tanggung Jawab atas Penyaluran Trafik

14.1. Pada prinsipnya penyaluran trafik secara end-to-end menjadi tanggung jawab Penyelenggara Jasa.

14.2. Penyelenggara Jasa Telekomunikasi merupakan penyelenggara yang berhak atas tarif pungut dari pelanggan dan bertanggung jawab terhadap seluruh biaya yang timbul dalam penyaluran panggilan tersebut.

14.3. Dalam hal interkoneksi terjadi antara INDOSAT dengan Penyelenggara Jaringan, maka penyelenggara yang bertanggung jawab atas trafik secara end-to-end adalah penyelenggara yang memiliki trafik outgoing.

14.4. Dalam hal interkoneksi terjadi antara INDOSAT dengan Penyelenggara Jasa, maka penyelenggara yang bertanggung jawab atas trafik secara end-to-end adalah Penyelenggara Jasa.

--oo0oo—