LAMPIRAN 3 : Keputusan Direktur Jendral Pos dan Telekomunikasi Nomor 278/DIRJEN/2006 Tentang Persetujuan terhadap Dokumen Penawaran Interkoneksi Milik Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi Dengan Pendapatan Usaha (Operating Revenue) 25% atau Lebih Dari Total Pendapatan Usaha Seluruh Penyelenggara Telekomunikasi dalam segmentasi Layanannya.
Tanggal : 04 Agustus 2006
DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (DPI) MILIK PT. INDOSAT
DAFTAR ISI
1. EXECUTIVE SUMMARY
2. PROSEDUR PERMINTAAN LAYANAN INTERKONEKSI 3. PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI
4. DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI INDOSAT
5. DAFTAR PERUBAHAN
DPI INDOSAT Executive Summary Hal. 1 dari 5
EXECUTIVE SUMMARY
DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. INDOSAT, TBK
Sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku, utamanya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. PM 8/Per/M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi yang diterbitkan pada tanggal 8 Februari 2006, maka sebagai tindak lanjut atas terbitnya Peraturan Menteri tersebut, PT. INDOSAT, tbk (“INDOSAT”) menyusun Dokumen Penawaran Interkoneksi (“DPI”) ini.
Selain dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan regulasi yang berlaku, penyusunan DPI ini juga ditujukan untuk memudahkan bagi Penyelenggara Jaringan dan / atau Jasa Telekomunikasi lain untuk bersama-sama membangun interkoneksi antar Jaringan Telekomunikasi kedua belah Pihak guna menjamin terjadinya layanan telekomunikasi yang end-to-end dan any-to-any.
Dalam rangka mewujudkan terjadinya layanan telekomunikasi yang end-to-end dan any- to-any tersebut di atas, maka interkoneksi harus dibangun berdasarkan prinsip saling menghargai, transparan, tidak diskriminatif dan berbatas waktu. DPI ini merupakan refleksi atas kebijakan INDOSAT untuk berusaha melaksanakan prinsip-prinsip tersebut dengan sebaik-baiknya.
Struktur DPI INDOSAT
DPI INDOSAT terdiri atas dua macam Dokumen, yaitu Dokumen Utama dan Dokumen Pendukung. Dokumen Utama berisi hal-hal yang bersifat prinsip dan sangat mendasar dalam proses pembangunan interkoneksi antara INDOSAT dengan Penyelenggara Jaringan dan/atau Jasa Telekomunikasi yang meminta Layanan Interkoneksi (”PENCARI AKSES”), sedangkan Dokumen Pendukung berisi hal-hal detail yang merupakan penjelasan lebih lanjut atas Dokumen Utama. Sebagian besar isi dari Dokumen Pendukung merupakan hal-hal yang bisa dinegosiasikan dan akan menjadi bagian dari lampiran Perjanjian Interkoneksi.
Secara garis besar struktur DPI INDOSAT dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Executive Summary
Memuat ringkasan keseluruhan isi DPI Indosat.
2. Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi
Memuat ketentuan-ketentuan tentang hal-hal yang terkait dengan prosedur permintaan dan pemenuhan Layanan Interkoneksi.
3. Perjanjian Pokok Interkoneksi
Panduan penyusunan Perjanjian Kerjasama Interkoneksi antara Indosat dengan PENCARI AKSES yang terdiri atas Perjanjian Kerjadama Interkoneksi dan Dokumen Pendukung.
Perjanjian Kerjasama Interkoneksi
Merupakan template standar Perjanjian Kerajsama Interkoneksi yang berisi
aturan-aturan pokok perjanjian dan akan menjadi batang tubuh Perjanjian
Interkoneksi.
DPI INDOSAT Executive Summary Hal. 2 dari 5
Dokumen Pendukung
Merupakan ketentuan-ketentuan detail dari pengaturan pelaksanaan interkoneksi antara Indosat dengan PENCARI AKSES. Dokumen Pendukung terdiri atas :
A. Dokumen Pendukung A (Perencanaan dan Operasi) - Lampiran 1 (Informasi Jaringan)
- Lampiran 2 (Prosedur Ujicoba)
- Lampiran 3 (Prosedur Penanganan Gangguan)
B. Dokumen Pendukung B (Mekanisme Penyelesaian Keuangan) - Lampiran 1 (Parameter dan Format CDR)
- Lampiran 2 (Berita Acara Settlement Final) - Lampiran 3 (Berita Acara Settlement Sementara) - Lampiran 4 (Berita Acara Rekonsiliasi)
- Lampiran 5 (Nota Perhitungan Keuangan)
C. Dokumen Pendukung C (Daftar Layanan Interkoneksi) - Lampiran 1 (Daftar Layanan Interkoneksi INDOSAT) - Lampiran 2 (Daftar Layanan Interkoneksi PENCARI AKSES) D. Dokumen Pendukung D (Spesifikasi Teknis Interkoneksi) E. Dokumen Pendukung E (Definisi dan Interpretasi) 4. Daftar Layanan Interkoneksi INDOSAT
Merupakan dokumen yang memuat keseluruhan Layanan Interkoneksi yang ditawarkan oleh INDOSAT.
5. Daftar Perubahan
Memuat daftar perubahan yang sudah dilakukan terhadap DPI INDOSAT.
Masa Berlaku
INDOSAT menyusun DPI ini berdasarkan pada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor PM. 8/Per/M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi. Oleh sebab itu DPI ini akan tetap dan terus berlaku sejak disahkan oleh BRTI sepanjang Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor PM. 8/Per/M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi masih berlaku atau tidak diganti dan INDOSAT tidak menyatakan menarik kembali, merubah atau mengganti DPI ini.
Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi
INDOSAT menetapkan Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi sebagaimana diatur dalam Dokumen Utama Bagian 1 DPI ini. Termasuk didalam Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi adalah batas waktu untuk setiap langkah yang harus dilaksanakan baik oleh INDOSAT maupun PENCARI AKSES dalam membangun Interkoneksi serta prosedur untuk mendapatkan akses kepada Fasilitas Penting bagi Interkoneksi (”FPI”).
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka setiap PENCARI AKSES yang ingin mendapatkan Layanan Interkoneksi dari INDOSAT wajib menyampaikan permintaan secara tertulis.
Dalam hal permintaan Layanan Interkoneksi merupakan permintaan Interkoneksi baru
sebagaimana, maka PENCARI AKSES wajib melengkapi permintaan tersebut dengan :
DPI INDOSAT Executive Summary Hal. 3 dari 5
a. Nama penyelenggara dan nama pejabat yang berwenang;
b. Izin Penyelenggaraan Telekomunikasi yang relevan dengan permintaan layanan;
c. Jenis layanan interkoneksi yang diminta;
d. Penjelasan bahwa Layanan Interkoneksi yang diminta belum disediakan oleh INDOSAT;
e. Lokasi geografis dan tingkat fungsional dari Titik Interkoneksi yang dibutuhkan;
f. Rencana kerangka waktu yang dibutuhkan dalam memenuhi kondisi dalam jaringan telekomunikasi;
g. Proyeksi ke depan (forecast) atas kebutuhan kapasitas interkoneksi untuk 2 (dua) tahun ke depan;
h. Informasi lain yang dapat dijadikan pertimbangan oleh INDOSAT (bersifat opsional).
Dalam hal permintaan Layanan Interkoneksi merupakan permintaan pembukaan POI baru atau pemesanan kapasitas interkoneksi, maka PENCARI AKSES wajib melengkapi permintaan tersebut dengan :
a. Nama penyelenggara dan nama pejabat yang berwenang;
b. Penjelasan detail permintaan Layanan Interkoneksi yang setidak-tidaknya menjelaskan mengenai rincian lokasi POI dan rencana cara penyediaan link interkoneksi;
c. Perkiraan kapasitas pada tahap awal berikut rincian pernomoran, area pembebanan dan rencana perutingan dalam hal pembukaan POI baru;
d. Perkiraan rencana kerangka waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan;
e. Proyeksi ke depan (forecast) atas kebutuhan kapasitas interkoneksi untuk 2 (dua) tahun ke depan;
f. Informasi lain yang dapat dijadikan pertimbangan oleh INDOSAT (bersifat opsional).
Dokumen-dokumen tersebut di atas dapat dilengkapi ldengan informasi lain yang relevan yang dapat dijadikan pertimbangan oleh INDOSAT dalam memberikan Layanan Interkoneksi.
Dalam rangka mewujudkan keterhubungan antara Jaringan Telekomunikasi INDOSAT dengan Jaringan Telekomunikasi PENCARI AKSES, maka INDOSAT juga menyediakan layanan akses kepada FPI INDOSAT. DPI INDOSAT menyediakan informasi bagi PENCARI AKSES mengenai FPI yang tersedia di masing-masing Sentral Gerbang (“SG”). Informasi lebih rinci mengenai mekanisme permintaan FPI INDOSAT dapat dilihat pada Dokumen Utama Bagian 1, sedangkan informasi mengenai tarif maupun ketersediaan FPI dapat dilihat pada Dokumen Pendukung C dan Dokumen Pendukung A.
Dalam rangka menjamin kehandalan layanan interkoneksi antara Jaringan Telekomunikasi INDOSAT dengan Jaringan Telekomunikasi PENCARI AKSES, maka setiap pembukaan interkoneksi yang melibatkan suatu SG baru harus melalui prosedur Ujicoba Interkoneksi. Jika seluruh proses Ujicoba telah dilaksanakan dengan baik, maka pembukaan interkoneksi secara komersial dapat segera dilaksanakan. Prosedur pelaksananaan Ujicoba Interkoneksi dapat dilihat pada Dokumen Pendukung A.
Layanan Interkoneksi yang ditawarkan
INDOSAT menawarkan layanan-layanan interkoneksi yang menjadi dasar bagi
terwujudnya layanan telekomunikasi yang bersifat end-to-end dan any-to-any sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Secara garis besar, Layanan Interkoneksi yang
ditawarkan INDOSAT berikut harga untuk masing-masing Layanan Interkoneksi adalah
sebagai berikut :
DPI INDOSAT Executive Summary Hal. 4 dari 5
a. Layanan Terminasi
INDOSAT menawarkan layanan terminasi yang memungkinkan bagi penyelenggara lain untuk menterminasikan trafik kepada seluruh nomor pelanggan INDOSAT, baik pelanggan Jarber Seluler maupun pelanggan Jartap Lokal. Dengan demikian, layanan ini memungkinkan pelanggan dari penyelenggara manapun untuk menghubungi seluruh pelanggan INDOSAT.
Ref Deskripsi Layanan Terminasi Tarif
TE11 Terminasi Lokal dari Jaringan Bergerak Seluler PENCARI AKSES ke Jaringan
Bergerak Seluler INDOSAT Rp. 449 / mnt
TE12 Terminasi Jarak Jauh dari Jaringan Bergerak Seluler PENCARI AKSES ke
Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT Rp. 622 / mnt
TE13 Terminasi Lokal dari Jaringan Tetap PENCARI AKSES ke Jaringan Bergerak
Seluler INDOSAT Rp. 361 / mnt
TE14 Terminasi Jarak Jauh dari Jaringan Tetap PENCARI AKSES ke Jaringan
Bergerak Seluler INDOSAT Rp. 471 / mnt
TE15 Terminasi Lokal dari Jaringan Bergerak Satelit PENCARI AKSES ke Jaringan
Bergerak Seluler INDOSAT Rp. 574 / mnt
TE16 Terminasi Jarak Jauh dari Jaringan Bergerak Satelit PENCARI AKSES ke
Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT Rp. 851 / mnt
TE17 Terminasi dari PENCARI AKSES sebagai Penyelenggara Jasa SLI ke Jaringan
Bergerak Seluler INDOSAT Rp. 510 / mnt
TE18 Terminasi Lokal dari PENCARI AKSES sebagai Penyelenggara Jasa SLJJ ke
Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT Rp. 361 / mnt
TE19 Terminasi Jarak Jauh dari PENCARI AKSES sebagai Penyelenggara Jasa SLJJ
ke Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT Rp. 471 / mnt TE21 Terminasi Lokal dari Jaringan Bergerak Seluler PENCARI AKSES ke Jaringan
Tetap Lokal INDOSAT Rp. 152 / mnt
TE22 Terminasi Jarak Jauh dari Jaringan Bergerak Seluler PENCARI AKSES ke
Jaringan Tetap Lokal INDOSAT Rp. 850 / mnt
TE23 Terminasi Lokal dari Jaringan Tetap PENCARI AKSES ke Jaringan Tetap
Lokal INDOSAT Rp. 73 / mnt
TE24 Terminasi Jarak Jauh dari Jaringan Tetap PENCARI AKSES ke Jaringan Tetap
Lokal INDOSAT Rp. 569 / mnt
TE25 Terminasi dari Jaringan Bergerak Satelit PENCARI AKSES ke Jaringan Tetap
Lokal INDOSAT Rp. 564 / mnt
TE26 Terminasi dari PENCARI AKSES sebagai Penyelenggara Jasa SLI ke
Jaringan Tetap Lokal INDOSAT Rp. 549 / mnt
TE27 Terminasi Lokal dari PENCARI AKSES sebagai Penyelanggara Jasa SLJJ ke
Jaringan Tetap Lokal INDOSAT Rp. 174 / mnt
TE28 Terminasi Jarak Jauh dari PENCARI AKSES sebagai Penyelenggara Jasa SLJJ
ke Jaringan Tetap Lokal INDOSAT Rp. 569 / mnt
TE31 Terminasi SMS dari PENCARI AKSES ke Jaringan Bergerak Seluler dan /
atau Jaringan Tetap Lokal INDOSAT Rp. 38 /
message
b. Layanan Originasi
Layanan originasi yang disediakan oleh INDOSAT adalah layanan originasi untuk
panggilan internasional dan panggilan SLJJ. Layanan ini memungkinkan
Penyelenggara Jaringan Tetap Sambungan Internasional dan Penyelenggara Jaringan
Tetap Sambungan Langsung Jarak Jauh untuk menyelenggarakan layanannya di
Jaringan INDOSAT (baik Jartap Lokal maupun Jarber Seluler) sehingga
memungkinkan pelanggan INDOSAT untuk memilih layanan panggilan internasional
dan panggilan SLJJ sesuai dengan keinginannya.
DPI INDOSAT Executive Summary Hal. 5 dari 5
Ref Deskripsi Layanan Originasi Tarif
OR11 Originasi Panggilan SLI dari Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT dengan
menggunakan Kode Akses 00X milik PENCARI AKSES Rp. 510 / mnt OR12 Originasi Lokal Panggilan SLJJ dari Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT
dengan menggunakan Kode Akses 01X milik PENCARI AKSES Rp. 361 / mnt OR13 Originasi Jarak Jauh Panggilan SLJJ dari Jaringan Bergerak Seluler INDOSAT
dengan menggunakan Kode Akses 01X milik PENCARI AKSES Rp. 471 / mnt OR21 Originasi Panggilan SLI dari Jaringan Tetap Lokal INDOSAT dengan
menggunakan Kode Akses 00X milik PENCARI AKSES Rp. 549 / mnt OR22 Originasi Lokal Panggilan SLJJ dari Jaringan Tetap Lokal INDOSAT dengan
menggunakan Kode Akses 01X milik PENCARI AKSES Rp. 157 / mnt OR23 Originasi Jarak Jauh Panggilan SLJJ dari Jaringan Tetap Lokal INDOSAT
dengan menggunakan Kode Akses 01X milik PENCARI AKSES Rp. 550 / mnt
c. Layanan Transit
Bagi dua penyelenggara yang tidak dimungkinkan untuk membangun interkoneksi secara langsung (direct interconnection), maka INDOSAT menyediakan Layanan Transit yang dapat menghubungkan kedua penyelenggara tersebut sehingga memungkinkan pelanggan kedua penyelenggara untuk dapat berkomunikasi.
Ref Deskripsi Layanan Transit Tarif
TR11 Transit Lokal (single trunk) Rp. 92 / mnt
TR12 Transit Jarak Jauh (double trunk) Rp. 336 / mnt
TR21 Transit Internasional dari PENCARI AKSES sebagai Penyelenggara Jaringan
Tetap SLI kepada pelanggan di Luar Negeri Rp. 355 / mnt
INDOSAT menawarkan seluruh Layanan Interkoneksi tersebut di atas kepada Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi dan/atau Penyelenggara Jaringan dan Jasa Telekomunikasi dengan Kode Akses. Layanan Interkoneksi akan diberikan sesuai dengan izin penyelenggaraan yang dimiliki oleh PENCARI AKSES.
Perjanjian Interkoneksi
Sebagai Badan Hukum yang didirikan berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku, maka setiap transaksi bisnis harus dituangkan dalam dokumen yang sah secara hukum. Oleh sebab itu, seluruh Layanan Interkoneksi yang disediakan oleh INDOSAT untuk keperluan PENCARI AKSES atau sebaliknya wajib dituangkan dalam Perjanjian Interkoneksi. INDOSAT menyediakan panduan pembuatan Perjanjian Interkoneksi yang dicantumkan sebagai Dokumen Utama Bagian 2 DPI ini.
--oo0oo--
DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. INDOSAT, TBK
PROSEDUR PERMINTAAN LAYANAN INTERKONEKSI
2006
Daftar Isi Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
1. Ketentuan Umum 1
2. Informasi Tambahan 1
3. Permintaan Layanan Interkoneksi 1
4. Posisi Antrian 2
5. Evaluasi atas Permintaan Layanan Interkoneksi 3
6. Tanggapan atas Permintaan Layanan Interkoneksi 4
7. Negosiasi 5
8. Kesepakatan 5
9. Jaminan 5
10. Fasilitas Penting Bagi Interkoneksi ("FPI") 6
11. Layanan Interkoneksi Baru 6
Lampiran (Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi)
Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi Hal 1 dari 6
PROSEDUR PERMINTAAN LAYANAN INTERKONEKSI
1. KETENTUAN UMUM
1.1 Seluruh Layanan Interkoneksi dengan harga, syarat-syarat dan kondisi yang tercantum dalam Dokumen Penawaran Interkoneksi (”DPI”) ini hanya berlaku bagi Penyelenggara Jaringan atau Penyelenggara Jasa Telekomunikasi dengan Kode Akses yang memiliki Jaringan Telekomunikasi yang telah mendapatkan Izin Penyelenggaraan Jaringan dan/atau Jasa Telekomunikasi dari Menteri atau Dirjen sesuai ketentuan yang berlaku.
1.2 INDOSAT memberikan Layanan Interkoneksi sesuai dengan prosedur dan batas waktu sebagaimana tercantum dalam Lampiran (Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi).
1.3 DPI ini berlaku sejak disahkan oleh BRTI dan terus berlaku sepanjang :
a. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor PM.
8/Per/M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi utamanya Pasal-pasal yang mengatur mengenai DPI tetap berlaku atau tidak diganti; atau
b. INDOSAT tidak menarik atau merubah atau mengganti DPI ini.
2. INFORMASI TAMBAHAN
2.1 Penyelenggara Jaringan dan/atau Penyelenggara Jasa Telekomunikasi yang akan meminta Layanan Interkoneksi (“PENCARI AKSES”) dapat meminta informasi tambahan secara tertulis kepada INDOSAT terkait dengan ketentuan-ketentuan dalam DPI ini.
2.2 Permintaan informasi tambahan sebagaimana dimaksud butir 2.1 ditujukan kepada :
Group Head Regulatory
Kantor Pusat PT. Indosat, Lt – 12 Jl. Medan Merdeka Barat No. 21 Jakarta – 10110
No. Telepon : 021-30001336 No. Fax : 021-30001337
2.3 INDOSAT akan menyampaikan informasi tambahan yang diperlukan oleh PENCARI AKSES dalam waktu selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya permintaan informasi tambahan oleh INDOSAT.
3. PERMINTAAN LAYANAN INTERKONEKSI
3.1. PENCARI AKSES wajib mengirimkan Permintaan Layanan Interkoneksi secara tertulis kepada INDOSAT.
3.2. Layanan Interkoneksi sebagaimana dimaksud butir 3.1 adalah : a. Pembukaan Interkoneksi Baru;
b. Pembukaan POI Baru;
c. Pemesanan Kapasitas Interkoneksi.
Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi Hal 2 dari 6
3.3. Pembukaan Interkoneksi Baru sebagaimana dimaksud butir 3.2 huruf a.
merupakan proses pemenuhan permintaan layanan interkoneksi bagi penyelenggara baru yang belum pernah membuat Perjanjian Interkoneksi dengan INDOSAT atau permintaan layanan interkoneksi untuk jenis layanan baru yang sebelumnya belum pernah disediakan.
3.4. Pembukaan POI Baru sebagaimana dimaksud butir 3.2 huruf b. adalah penambahan POI bagi penyelenggara yang sudah pernah membuat Perjanjian Interkoneksi dengan INDOSAT.
3.5. POI Baru sebagaimana dimaksud butir 3.4 merupakan pembangunan interkoneksi antara SG INDOSAT sebagaimana dimaksud pada Dokumen Pendukung A Perjanjian Pokok Interkoneksi dengan SG PENCARI AKSES dimana SG tersebut sebelumnya belum pernah saling dihubungkan.
3.6. Pemesanan Kapasitas Interkoneksi sebagaimana dimaksud butir 3.2 huruf c.
merupakan keseluruhan proses evaluasi terhadap kapasitas Link Interkoneksi sesuai dengan ketentuan dalam DPI ini.
3.7. Permintaan Layanan Interkoneksi ditujukan kepada : Group Head Wholesale & Carrier Relations Kantor Pusat PT. Indosat, Lt – 13
Jl. Medan Merdeka Barat No. 21 Jakarta – 10110
No. Telepon : 021-30003001 No. Fax : 021-30001319
3.8. Dengan mengirimkan Permintaan Layanan Interkoneksi, maka PENCARI AKSES menyatakan telah membaca, memahami dan menyetujui keseluruhan isi DPI ini.
3.9. Jika PENCARI AKSES meminta layanan yang berada di luar cakupan DPI ini, maka syarat-syarat dan kondisi pemberian Layanan Interkoneksi yang di atur dalam DPI ini tidak dapat diberlakukan terhadap permintaan tersebut.
3.10. Dalam hal permintaan Layanan Interkoneksi merupakan permintaan Interkoneksi baru sebagaimana dimaksud butir 3.2 huruf a, maka PENCARI AKSES wajib melengkapi permintaan tersebut dengan :
a. Nama penyelenggara dan nama pejabat yang berwenang;
b. Izin Penyelenggaraan Telekomunikasi yang relevan dengan permintaan layanan;
c. Jenis layanan interkoneksi yang diminta;
d. Penjelasan bahwa Layanan Interkoneksi yang diminta belum disediakan oleh INDOSAT;
e. Lokasi geografis dan tingkat fungsional dari Titik Interkoneksi yang dibutuhkan;
f. Rencana kerangka waktu yang dibutuhkan dalam memenuhi kondisi dalam jaringan telekomunikasi;
g. Proyeksi ke depan (forecast) atas kebutuhan kapasitas interkoneksi untuk 2 (dua) tahun ke depan;
h. Informasi lain yang dapat dijadikan pertimbangan oleh INDOSAT (bersifat opsional).
3.11. Dalam hal permintaan Layanan Interkoneksi merupakan permintaan pembukaan
POI baru sebagaimana dimaksud butir 3.2 huruf b atau pemesanan kapasitas
Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi Hal 3 dari 6
interkoneksi sebagaimana dimksud butir 3.1 huruf c, maka PENCARI AKSES wajib melengkapi permintaan tersebut dengan :
a. Nama penyelenggara dan nama pejabat yang berwenang;
b. Penjelasan detail permintaan Layanan Interkoneksi yang setidak-tidaknya menjelaskan mengenai rincian lokasi POI dan rencana cara penyediaan link interkoneksi;
c. Perkiraan kapasitas pada tahap awal berikut rincian pernomoran, area pembebanan dan rencana perutingan dalam hal pembukaan POI baru;
d. Perkiraan rencana kerangka waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan;
e. Proyeksi ke depan (forecast) atas kebutuhan kapasitas interkoneksi untuk 2 (dua) tahun ke depan;
f. Informasi lain yang dapat dijadikan pertimbangan oleh INDOSAT (bersifat opsional).
4. POSISI ANTRIAN
4.1. INDOSAT akan menentukan posisi PENCARI AKSES dalam sistem antrian INDOSAT.
4.2. Dalam menentukan Posisi Antrian, INDOSAT akan mendahulukan PENCARI AKSES yang lebih dulu menyampaikan Permintaan Layanan Interkoneksi dan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan PENCARI AKSES dalam memenuhi kondisi dan syarat-syarat yang telah ditetapkan berdasarkan DPI ini.
4.3. INDOSAT akan menyampaikan posisi PENCARI AKSES dalam sistem antrean tersebut dalam waktu selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya Permintaan Layanan Interkoneksi oleh INDOSAT.
4.4. Dalam hal PENCARI AKSES keberatan dengan posisi PENCARI AKSES dalam sistem antrian INDOSAT, maka PENCARI AKSES dapat mengajukan permintaan mediasi kepada BRTI.
5. EVALUASI ATAS PERMINTAAN LAYANAN INTERKONEKSI
5.1 INDOSAT akan melakukan evaluasi atas Permintaan Layanan Interkoneksi oleh PENCARI AKSES.
5.2 Evaluasi atas Permintaan Layanan Interkoneksi dilaksanakan berdasarkan ketentuan dalam DPI ini dengan tetap memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku.
5.3 INDOSAT dapat menolak suatu Permintaan Layanan Interkoneksi apabila :
a. PENCARI AKSES bukan Penyelenggara Telekomunikasi yang memiliki Izin Penyelenggaraan untuk menyelenggarakan jaringan dan/atau jasa telekomunikasi di Indonesia; atau
b. Permintaan Layanan Interkoneksi tidak sesuai dengan Izin Penyelenggaraan yang dimiliki oleh PENCARI AKSES; atau
c. PENCARI AKSES tidak menyampaikan data-data sebagaimana dimaksud dalam butir 3.9; atau
d. Layanan Interkoneksi yang diminta tidak tercantum dalam DPI ini; atau e. Layanan Interkoneksi yang diminta oleh PENCARI AKSES melebihi
kapasitas yang tersedia, dengan memperhitungkan permintaan layanan
Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi Hal 4 dari 6
interkoneksi oleh PENCARI AKSES yang telah lebih dahulu menyampaikan Permintaan Layanan Interkoneksi.
6. TANGGAPAN ATAS PERMINTAAN LAYANAN INTERKONEKSI
6.1. Dalam hal Permintaan Layanan Interkoneksi tidak memenuhi persyaratan sesuai ketentuan dalam DPI ini, maka :
a. INDOSAT akan menyampaikan Penolakan Permintaan Layanan Interkoneksi kepada PENCARI AKSES secara tertulis dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya Permintaan Layanan Interkoneksi oleh INDOSAT; dan
b. Menyampaikan alasan-alasan atas Penolakan Permintaan Layanan Interkoneksi kepada PENCARI AKSES; dan
c. INDOSAT tidak diwajibkan untuk melakukan proses negosiasi serta mengikatkan diri dalam Perjanjian atau kesepakatan dengan PENCARI AKSES.
6.2. Dalam hal PENCARI AKSES keberatan terhadap Penolakan Permintaan Layanan Interkoneksi, maka PENCARI AKSES dapat mengajukan permintaan mediasi kepada BRTI.
6.3. Dalam hal Permintaan Layanan Interkoneksi memenuhi persyaratan sesuai ketentuan dalam DPI ini, INDOSAT akan menyampaikan Persetujuan Permintaan Layanan Interkoneksi dalam waktu selambat-lambatknya 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Permintaan Layanan Interkoneksi oleh INDOSAT.
6.4. Persetujuan Permintaan Layanan Interkoneksi antara lain memuat : a. nama dan jabatan yang berwenang dari INDOSAT;
b. kondisi yang harus dipenuhi oleh PENCARI AKSES secara teknis dan operasional antara lain :
i. jaringan PENCARI AKSES harus sesuai dengan persyaratan teknis INDOSAT;
ii. berbagai opsi yang berkaitan dengan Layanan Interkoneksi yang diminta;
iii. indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk melakukan interkoneksi;
iv. daftar Layanan Interkoneksi dan kewajiban Para Pihak yang berinterkoneksi untuk melakukan pemesanan suatu kapasitas interkoneksi tertentu;
v. rincian dari seluruh titik interkoneksi yang tersedia meliputi jumlah, lokasi, dimensi dan spesifikasi lainnya.
c. Biaya langsung yang terkait dengan penyediaan layanan interkoneksi;
d. Informasi pelaksanaan proses administrasi dalam penyediaan layanan interkoneksi;
e. Informasi terkait lainnya dalam penyediaan layanan interkoneksi.
6.5. PENCARI AKSES wajib memberikan tanggapan atas Persetujuan Permintaan
Layanan Interkoneksi dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja
sejak diterimanya Persetujuan Permintaan Layanan Interkoneksi oleh PENCARI
AKSES.
Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi Hal 5 dari 6
6.6. Dalam hal PENCARI AKSES tidak memberikan tanggapan atas Persetujuan Permintaan Layanan Interkoneksi, maka Permintaan Layanan Interkoneksi dianggap gugur.
7. NEGOSIASI
7.1. Dalam hal PENCARI AKSES memberikan tanggapan atas Persetujuan Permintaan Layanan Interkoneksi, maka dilaksanakan proses negosiasi.
7.2. Dalam hal negosiasi tidak dapat diselesaikan dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya tanggapan atas Persetujuan Permintaan Layanan Interkoneksi oleh INDOSAT, maka PENCARI AKSES dapat mengajukan permintaan mediasi kepada BRTI.
7.3. Dalam proses negosiasi Para Pihak wajib mentaati segala ketentuan mengenai Interkoneksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundangan yang berlaku.
8. KESEPAKATAN
8.1. Seluruh hasil Negosiasi wajib dituangkan secara tertulis dan dibubuhi tandatangan oleh wakil sah kedua belah Pihak.
8.2. Dalam hal kedua belah Pihak belum pernah menandatangani Perjanjian Interkoneksi, maka hasil negosiasi wajib dituangkan dalam bentuk Perjanjian Interkoneksi.
8.3. Penyusunan Perjanjian Kerjasama Interkoneksi harus mengacu kepada ketentuan dalam Dokumen Perjanjian Pokok Interkoneksi DPI ini termasuk Dokumen Pendukungnya.
8.4. Dalam hal Permintaan Layanan Interkoneksi merupakan permintaan perubahan/penambahan/pengurangan atas Perjanjian Interkoneksi, maka hasil negosiasi dapat dituangkan dalam bentuk :
a. Amandemen Perjanjian Interkoneksi atau Side Letter untuk hal-hal terkait dengan aspek kebijakan, termasuk namun tidak terbatas pada penambahan / pengurangan Layanan Interkoneksi dan penambahan / pengurangan POI;
b. Berita Acara atau Risalah Rapat untuk hal-hal terkait dengan aspek operasional, termasuk namun tidak terbatas pada penambahan / pengurangan dimensi interkoneksi, pelaksanaan Ujicoba Interkoneksi dan sebagainya.
9. JAMINAN
9.1. Dengan mengirimkan Permintaan Layanan Interkoneksi secara tertulis kepada INDOSAT, maka PENCARI AKSES menyatakan dan menjamin bahwa :
a. PENCARI AKSES memiliki kemampuan serta bertanggung jawab penuh
untuk mengikatkan diri dalam suatu Perjanjian Interkoneksi dan telah
mengerti segala kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian
Interkoneksi sesuai dengan DPI ini; dan
Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi Hal 6 dari 6
b. Informasi yang diberikan oleh PENCARI AKSES kepada INDOSAT dalam Permintaan Layanan Interkoneksi adalah lengkap, benar dan tidak menyesatkan.
9.2. PENCARI AKSES setuju untuk memberikan ganti rugi kepada INDOSAT atas segala kewajiban, kerugian, kerusakan, biaya atau pengeluaran (termasuk legal fee) yang ditanggung INDOSAT sehubungan dengan segala pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam DPI ini.
10. FASILITAS PENTING BAGI INTERKONEKSI (FPI)
10.1. Dalam hal PENCARI AKSES memerlukan FPI dalam bentuk Layanan pemanfaatan Sarana Telekomunikasi dan / atau Sarana Penunjang Telekomunikasi milik INDOSAT, maka PENCARI AKSES wajib menyampaikan permintaan secara tertulis kepada INDOSAT.
10.2. FPI merupakan layanan di luar Layanan Interkoneksi (layanan yang bersifat traffic sensitive) yang diberikan INDOSAT kepada PENCARI AKSES dalam rangka memberikan kemudahan bagi PENCARI AKSES untuk memenuhi kewajibannya terkait dengan kerjasama interkoneksi.
10.3. Permintaan sebagaimana dimaksud butir 10.1 wajib melampirkan perkiraan jadwal rencana survey.
10.4. INDOSAT akan memberikan jawaban secara tertulis mengenai ketersediaan FPI kepada PENCARI AKSES selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak permintaan diterima oleh INDOSAT.
10.5. Dalam hal INDOSAT memberikan persetujuan atas permintaan FPI, maka dilaksanakan survey bersama yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Survey.
10.6. Berdasarkan Berita Acara Survey sebagaiamana dimaksud butir 10.4, INDOSAT akan memberikan konfirmasi pelaksanaan pemberian FPI selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak Berita Acara Survey ditandatangani oleh kedua belah Pihak 10.7. Pelaksanaan pemberian FPI dituangkan dalam Berita Acara Instalasi yang
ditandatangani oleh kedua belah Pihak yang akan digunakan sebagai dasar penagihan biaya pemanfaatan FPI.
11. LAYANAN INTERKONEKSI BARU
11.1. PENCARI AKSES dapat mengirimkan Permintaan Layanan Interkoneksi Baru kepada INDOSAT secara tertulis.
11.2. Layanan Interkoneksi Baru adalah Layanan Interkoneksi yang tidak termasuk dalam DPI ini dan / atau belum pernah disediakan oleh INDOSAT sehingga tidak tunduk terhadap ketentuan-ketentuan dalam DPI ini.
--oo0oo—
DPI Indosat – Dokumen Utama Lampiran Bagian 1 (Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi) Hal. : 1 dari 2
LAMPIRAN BAGIAN 1 DPI
PROSEDUR PERMINTAAN LAYANAN INTERKONEKSI
Pencari Layanan
Interkoneksi Indosat BRTI
P R O S E S
Deskripsi Proses dan
Time Frame Dokumen Terkait
Mulai
Jawaban atas Permintaan Informasi
Tambahan
Penyampaian Permintaan Layanan
Interkoneksi Permintaan Informasi
Tambahan DPI
Penentuan Posisi Antrian dan Penyampaian Posisi
Antrian
Keberatan? Evaluasi Permintaan
Layanan Interkoneksi
Permintaan dipenuhi?
Menunggu proses selanjutnya
Ya
Tidak
1 2 3
Ya
Tidak
Jika diperlukan, Pencari Layanan Interkoneksi dapat mengajukan permintaan Informasi Tambahan atas isi DPI Indosat secara tertulis
Jawaban diberikan secara tertulis maksimal 5 hari kerja terhitung sejak permintaan Informasi Tambahan diterima oleh Indosat
Permintaan Informasi Tambahan DPI (format bebas / free format)
Pencari Layanan Interkoneksi menyampaikan surat Permintaan Layanan Interkoneksi
Indosat menentukan posisi Pencari Layanan Interkoneksi dalam sistem antrian Indosat
Posisi Pencari Layanan Interkoneksi disampaikan secara tertulis maksimal 5 hari kerja terhitung sejak diterimanya Permintaan Layanan Interkoneksi oleh Indosat
Permintaan Layanan Interkoneksi) dan Penyampaian Posisi Antrian (format bebas / free format)
Pencari Layanan Interkoneksi menentukan sikapnya atas Posisi Antrian yang ditentukan Indosat
Jika Pencari Layanan Interkoneksi keberatan atas posisi antriannya, maka Pencari Layanan Interkoneksi dapat mengajukan permintaan mediasi kepada BRTI Indosat melakukan evaluasi secara komprehensif atas permintaan Layanan Interkoneksi dari Pencari Layanan Interkoneksi
Jika Pencari Layanan Interkoneksi tidak keberatan atas posisi antriannya, maka Pencari Layanan Interkoneksi menunggu proses selanjutnya
Indosat menentukan sikap, untuk menyetujui atau menolak Permintaan Layanan Interkoneksi
DPI Indosat – Dokumen Utama Lampiran Bagian 1 (Prosedur Permintaan Layanan Interkoneksi) Hal. : 2 dari 2
DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. INDOSAT, TBK
PERJANJIAN POKOK INTERKONEKSI
2006
Daftar Isi Perjanjian Pokok Interkoneksi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Komparisi 1
BAB I KETENTUAN UMUM 2
Pasal 1 Definisi dan Interpretasi 2
Pasal 2 Struktur Perjanjian 2
Pasal 3 Kepatuhan terhadap Perundang-undangan 3
Pasal 4 Lingkup Perjanjian 3
Pasal 5 Hak atas Kekayanan Intelektual 3
BAB II KETENTUAN TEKNIS OPERASIONAL 4
Pasal 6 Interkoneksi dan Standard 4
Pasal 7 Perkiraan Dimensi 4
Pasal 8 Sistem Penomoran dan Area Layanan 4
Pasal 9 Calling Line Identification 5
Pasal 10 Operasi dan Pemeliharaan Perangkat 6
Pasal 11 Perubahan Sistem dan Penggantian Jaringan 6
Pasal 12 Persetujuan Penyambungan Peralatan 7
Pasal 13 Perlindungan Jaringan dan Keamanan Sistem 7
Pasal 14 Penyediaan Layanan Interkoneksi 8
Pasal 15 Penyediaan Layanan Interkoneksi SMS 8
Pasal 16 Kualitas Layanan
BAB III KETENTUAN BISNIS / KOMERSIAL 9
Pasal 17 Layanan Baru 9
Pasal 18 Biaya, Penagihan dan Pembayaran Interkoneksi 9
Pasal 19 Perubahan Biaya 10
Pasal 20 Pencatatan Percakapan 10
BAB IV KETENTUAN LAIN-LAIN 10
Pasal 21 Pajak dan Bea 10
Pasal 22 Fraud 10
Pasal 23 Sanksi-sanksi dan Penuntutan 11
Pasal 24 Pencabutan Tuntutan 12
Pasal 25 Masa Laku Perjanjian 12
Pasal 26 Penghentian Sementara (Suspensi) 12
Pasal 27 Pengakhiran Perjanjian 13
Pasal 28 Jaminan Hukum 14
Pasal 29 Penyediaan Informasi dan Kerahasiaan 15
Pasal 30 Force Majeure 16
Pasal 31 Pengalihan atas Hak dan Kewajiban 16
Pasal 32 Kekuatan Perjanjian 16
Pasal 33 Wakil Para Pihak 17
Pasal 34 Penyelesaian Perselisihan 17
Pasal 35 Perubahan dan Pengkajian Ulang 17
Pasal 36 Penutup 18
DAFTAR DOKUMEN PENDUKUNG 19
Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 1 dari 19
PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA
PT. INDOSAT, TBK DENGAN
[Nama Perusahaan Pencari Akses]
TENTANG INTERKONEKSI
[Nomor Perjanjian INDOSAT]
NOMOR --- [Nomor Perjanjian PENCARI AKSES]
Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani pada hari [Hari Pendandatanganan Perjajian] tanggal [Tanggal Penandatanganan Perjanjian] bulan [Bulan Penandatanganan Perjanjian] tahun [Tahun Penandatanganan Perjanjian], bertempat di Jakarta, antara pihak-pihak :
I. PT.INDOSAT, Tbk, yang didirikan dengan Akta Notaris MS. Tadjoedin, Nomor 55 tanggal 10 November 1967, yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Akta Notaris Aulia Taufani SH., sebagai pengganti dari Notaris Sutjipto, SH., Nomor 157 tanggal 22 Juli 2005, berkedudukan di Jl Medan Merdeka Barat No. 21 Jakarta 10110, dalam perbuatan hukum ini diwakili secara sah oleh [Nama Direktur Utama INDOSAT], jabatan Direktur Utama, selanjutnya disebut
”INDOSAT”;
II. [Nama Perusahaan Pencari akses], yang didirikan dengan Akta Notaris [Nama Notaris Pembuat Akta], Nomor [Nomor Akta] tanggal [Tanggal Pendirian Perusahaan], berkedudukan di [Alamat Pencari akses], dalam perbuatan hukum ini diwakili secara sah oleh [Nama Direktur Utama Pencari akses], jabatan Direktur Utama, selanjutnya disebut ”PENCARI AKSES”.
Selanjutnya INDOSAT dan PENCARI AKSES masing-masing disebut “Pihak” atau “Masing- masing Pihak” dan secara bersama-sama disebut “Para Pihak” atau “Kedua Belah Pihak”.
Kedua Belah Pihak terlebih dahulu mempertimbangkan dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. bahwa INDOSAT memiliki Izin Penyelenggaraan sebagai berikut :
1) Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler dengan cakupan nasional, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP. 69 Tahun 2004 tentang Izin Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler PT. INDOSAT, Tbk;
2) Penyelenggaraan Jaringan Tetap dan Jasa Teleponi Dasar dengan cakupan
nasional, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP. 203
Tahun 2004 tentang Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap dan Jasa
Teleponi Dasar PT. INDOSAT, TBK;
Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 2 dari 19
b. bahwa PENCARI AKSES memiliki Izin Penyelenggaraan sebagai berikut :
Penyelenggaraan [Cakupan Izin PENCARI AKSES], berdasarkan [Keputusan Menteri / Dirjen tentang Izin Penyelenggaraan PENCARI AKSES].
c. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa telekomunikasi, Para Pihak bermaksud untuk saling menghubungkan jaringan telekomunikasi yang dioperasikannya sedemikan rupa sehingga pengguna jasa telekomunikasi Kedua Belah Pihak dapat saling menghubungi atau saling memanfaatkan jasa telekomunikasi yang diselenggarakan oleh Kedua Belah Pihak.
Para Pihak sepakat untuk mengikatkan diri dalam Perjanjian Pokok Interkoneksi yang selanjutnya disebut “Perjanjian”, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut :
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Definisi dan Interpretasi
Dalam Perjanjian ini, kecuali disebutkan lain, kata-kata dan istilah-istilah memiliki arti sebagaimana disebutkan dalam Dokumen pendukung E (Definisi dan Interpretasi), dan seluruh Perjanjian ini ditafsirkan sesuai dengan Dokumen Pendukung tersebut.
Pasal 2 Struktur Perjanjian
(1) Naskah Perjanjian ini terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu:
a. Batang Tubuh Perjanjian yang berisi Pasal-pasal yang diperjanjikan;
b. Dokumen Pendukung, yang terdiri atas :
1) Dokumen pendukung A (Perencanaan dan Operasi);
2) Dokumen pendukung B (Mekanisme Penyelesaian Keuangan);
3) Dokumen pendukung C (Daftar Layanan Interkoneksi);
4) Dokumen pendukung D (Spesifikasi Teknis Interkoneksi);
5) Dokumen pendukung E (Definisi dan Interpretasi).
(2) Seluruh Dokumen Pendukung Perjanjian ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, saling melengkapi dan mempunyai kekuatan hukum yang sama serta mengikat seperti halnya Pasal-pasal dalam Perjanjian ini.
(3) Dalam hal terdapat perbedaan antara ketentuan pada bagian-bagian yang berbeda dari Perjanjian ini, maka penentuan ketentuan yang diberlakukan harus mengikuti tata urut sebagai berikut :
a. Batang Tubuh;
b. Dokumen Pendukung.
Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 3 dari 19
Pasal 3
Kepatuhan Terhadap Perundang-undangan
(1) Dalam melaksanakan Perjanjian ini, Para Pihak wajib mentaati seluruh ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, termasuk perubahan- perubahannya dari waktu ke waktu (apabila ada), termasuk namun tidak terbatas pada peraturan-peraturan sebagai berikut :
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan persaingan usaha tidak sehat;
c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
d. Peraturan Menteri No. 8 Tahun 2006 tentang Interkoneksi;
e. Keputusan Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi Nomor KM. 4 Tahun 2001 tanggal 16 Januari 2001 tentang Penetapan Rencana Dasar Teknis Nasional 2000 (Fundamental Technical Plan Nasional 2000) Pembangunan Telekomunikasi Nasional sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 4 Tahun 2001 dan terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Komunikasi di Informatika Nomor 06/P/M.Kominfo/5/2005 tanggal 17 Mei 2005 Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM. 4 Tahun 2001 tentang Penetapan Rencana Dasar Teknis Nasional 2000 (Fundamental Technical Plan Nasional 2000) Pembangunan Telekomunikasi Nasional (“FTP Nasional”);
f. Ketentuan lain yang relevan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, Menteri dan/atau Direktur Jenderal dan/atau BRTI serta Pejabat Publik Lainnya.
(2) Para Pihak sepakat bahwa pelaksanaan kerjasama berdasarkan Perjanjian ini, mengutamakan azas pelayanan terbaik kepada para Pengguna Jasa Telekomunikasi secara timbal balik dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Jika Para Pihak bersama-sama bersepakat untuk membuat Perjanjian dengan syarat-syarat dan kondisi yang tidak sama dengan Perjanjian ini, maka kesepakatan tersebut merupakan Perjanjian bilateral yang tidak harus tunduk terhadap ketentuan-ketentuan dalam DPI INDOSAT.
Pasal 4 Lingkup Perjanjian
(1) Para Pihak sepakat untuk melakukan kerjasama interkoneksi sehingga PENCARI AKSES mendapatkan Layanan Interkoneksi sesuai dengan Prosedur sebagaimana dimaksud pada Dokumen Pendukung A (Perencanaan dan Operasi).
(2) Perjanjian ini juga meliputi kerjasama dalam penyelesaian hak dan kewajiban keuangan interkoneksi antara Para Pihak.
Pasal 5
Hak Atas Kekayaan Intelektual
(1) Para Pihak tidak dapat menggunakan logo, merek, dan hak intelektual lain yang
menjadi milik Pihak lain tanpa ijin tertulis dari Pihak yang bersangkutan.
Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 4 dari 19
(2) Para Pihak sepakat bahwa hak atas suatu kekayaan intelektual yang dimiliki salah satu Pihak selama berlangsungnya Perjanjian ini tetap menjadi milik Pihak yang menciptakan atau memilikinya.
BAB II
KETENTUAN TEKNIS DAN OPERASIONAL Pasal 6
Interkoneksi Dan Standard
(1) Interkoneksi dilaksanakan dengan menghubungkan secara langsung Sentral Gerbang masing-masing Pihak melalui Titik Interkoneksi.
(2) Titik Interkoneksi merupakan batas wewenang dan tanggung jawab masing – masing Pihak dalam pengadaan, pengoperasian dan pemeliharaan perangkat maupun sarana pendukung/penunjang yang digunakan untuk Interkoneksi.
(3) Letak Titik Interkoneksi INDOSAT serta hal-hal teknis lain diatur dengan ketentuan sebagaimana tercantum pada Dokumen pendukung D (Spesifikasi Teknis Interkoneksi).
Pasal 7
Perkiraan Dimensi Interkoneksi
(1) Dimensi link interkoneksi antara Sentral Gerbang INDOSAT dengan Sentral Gerbang PENCARI AKSES untuk masing-masing layanan di masing-masing lokasi pada tahap awal pembukaan interkoneksi adalah 1 x 2 Mbps (1 E1).
(2) Para Pihak secara bersama-sama melakukan perhitungan untuk menentukan kebutuhan Dimensi Interkoneksi berdasarkan kecenderungan lalu-lintas Panggilan Interkoneksi (Traffic Interest) di setiap Titik Interkoneksi dengan memperhatikan tingkat kegagalan panggil harus kurang dari 1 % (satu persen).
(3) Perhitungan sebagaimana dimaksud ayat (2) dilaksanakan untuk membuat rencana Dimensi Interkoneksi selama periode 1 (satu) tahun atau untuk jangka waktu lain yang disepakati Kedua Belah Pihak.
(4) Perubahan atas rencana dimensi Interkoneksi sebagaimana dimaksud ayat (3) dilaksanakan setiap tahun atau dalam jangka waktu lain atas kesepakatan Kedua Belah Pihak.
(5) Pengaturan lebih lanjut mengenai dimensi interkoneksi tercantum pada Dokumen pendukung A (Perencanaan dan Operasi).
Pasal 8
Sistem Penomoran dan Area Layanan
(1) Kedua Belah Pihak wajib mentaati ketentuan yang berlaku sehubungan dengan
Sistem Penomoran yang digunakan Kedua Belah Pihak, antara lain namun tidak
terbatas pada ketentuan - ketentuan dalam FTP Nasional dan penggunaan blok
nomor atau NDC (National Destination Code) sesuai dengan alokasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 5 dari 19
(2) Kedua belah Pihak sepakat untuk membuka kode akses dan / atau alokasi penomoran Pihak lain di Jaringan masing-masing sehingga memungkinkan Pengguna Jaringannya dapat memanggil atau memutar Kode Akses dan/atau dipanggil oleh Pengguna Jaringan Pihak lain.
(3) Masing-masing Area Layanan diberikan ciri berupa penggunaan Blok Nomor Pelanggan tertentu untuk membedakan antara satu Area Layanan dengan Area Layanan lain.
(4) Perubahan, penambahan, pengurangan dan/atau pembukaan Blok Nomor Pelanggan, berlaku efektif paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender setelah diterimanya pengajuan oleh salah satu Pihak kepada Pihak lain dalam hal pengajuan tersebut dapat dipenuhi.
(5) Area Layanan berikut Sistem Penomoran yang digunakan oleh INDOSAT adalah sebagaimana tercantum dalam Dokumen pendukung D (Spesifikasi Teknis Interkoneksi).
Pasal 9
Calling Line Identification (“CLI“)
(1) Kecuali disepakati lain, Para Pihak sepakat bahwa jaringan Para Pihak harus mampu menyalurkan CLI untuk seluruh Panggilan Interkoneksi (originasi, terminasi dan transit).
(2) Panggilan Interkoneksi yang berasal dari penyelenggara internasional dimana penyelenggara internasional tersebut tidak menerima CLI dari penyelenggara di luar negeri, maka penyelenggara internasional tersebut tidak wajib meneruskan CLI kepada penyelenggara telekomunikasi di dalam negeri.
(3) Pengiriman CLI dari salah satu Pihak kepada Pihak lain tidak perlu dilaksanakan dalam hal Pengguna mengaktifkan fitur Calling Line Identification Restriction (“CLIR“).
(4) Dalam hal panggilan berasal dari layanan yang tidak menyediakan nomor pelanggan, misal panggilan yang berasal dari sistem layanan panggilan melalui operator atau pelayanan pelanggan, sehingga nomor yang dikirimkan bukan nomor pelanggan yang sesungguhnya (Dummy Number), maka Para Pihak sepakat untuk melakukan pembicaraan lebih dahulu.
(5) Penyediaan CLI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya digunakan untuk kebutuhan sebagai berikut :
a. Manajemen trafik;
b. Manajemen penagihan;
c. Kebutuhan administratif yang meliputi pelacakan suatu panggilan, identifikasi panggilan yang tidak disertai niat baik dan berbagai bentuk kompilasi statistik yang berkaitan dengan originasi panggilan;
d. Berbagai aktivitas yang berkaitan dengan permintaan dan atau pertanyaan pelanggan;
e. Pencegahan dan pendeteksian kecurangan dan atau penipuan (fraud).
(6) Dalam rangka pemberlakuan dan pengamanan CLI, Para Pihak sepakat untuk
mentaati ketentuan - ketentuan sebagai berikut :
Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 6 dari 19
a. Masing-masing Pihak dilarang untuk melakukan manipulasi CLI yang asli dari Pihak pemanggil dan CLI tersebut harus diteruskan dalam pengantaran panggilan;
b. Dalam hal panggilan originasi, maka masing-masing Pihak dilarang memanipulasi kode akses yang diputar oleh Pihak pemanggil.
Pasal 10
Operasi dan Pemeliharaan Perangkat
(1) Pelaksanaan penyambungan Sentral Gerbang kedua belah Pihak untuk keperluan Interkoneksi serta integrasi antar sistem harus melibatkan kedua belah pihak.
(2) Biaya-biaya yang timbul akibat penyediaan / penambahan / perubahan / pengoperasian / pemeliharaan / perbaikan perangkat yang digunakan untuk Interkoneksi dibebankan kepada masing-masing Pihak sesuai dengan tanggung jawab.
(3) Batas fisik tanggung jawab atas Perangkat Interkoneksi dari masing-masing pihak adalah Titik Interkoneksi.
(4) Status kepemilikan Perangkat Interkoneksi yang dipasang oleh salah satu Pihak di lokasi Pihak lainnya akan tetap menjadi milik pihak yang memasang / mengadakan.
(5) Masing-masing Pihak wajib mengusahakan dan mewujudkan dengan segala daya upaya untuk menjamin dan meningkatkan mutu penyaluran Panggilan Interkoneksi dengan melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan sebaik- baiknya dengan cara:
a. Saling memberikan informasi dan data pengukuran trafik Link Interkoneksi antara Jaringan Kedua Belah Pihak.
b. Melakukan pengukuran terhadap tolok ukur parameter teknis dan pelayanan akses Jaringan secara terukur dan berjangka waktu sesuai Dokumen pendukung A (Perencanaan dan Operasi).
(6) Dalam rangka operasi dan pemeliharaan Perangkat Interkoneksi para pihak sepakat untuk saling membantu dalam memberikan kemudahan ijin masuk ke lokasi Perangkat Interkoneksi.
Pasal 11
Perubahan Sistem dan Penggantian Jaringan
(1) Masing-masing Pihak memiliki hak untuk melakukan perubahan sistem, penggantian atau substitusi teknologi atau spesifikasi teknis untuk meningkatkan fungsionalitas atau kinerja layanan-layanan atau jaringan terkait yang disediakan sedemikian rupa sehingga modifikasi tersebut tidak merubah fungsionalitas atau performansi atas layanan yang diberikan kepada Pihak lain.
(2) Salah satu Pihak dapat melakukan perubahan atau penggantian jaringan setiap saat dengan mentaati ketentuan – ketentuan yang diatur dalam Pasal 12 ini.
(3) Pihak yang mengajukan untuk melaksanakan perubahan atau penggantian
jaringan (“Pihak Pengubah Jaringan“) harus memberitahukan Pihak lain secara
tertulis paling lambat 6 (enam) bulan sebelum perubahan atau penggantian
dilaksanakan. Pemberitahuan tersebut harus sejauh mungkin menerangkan
Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 7 dari 19
secara detail cara bekerja, dampak, detail teknis dan dampak potensial kepada jaringan Pihak lain atas usulan perubahan atau penggantian jaringan itu.
(4) Pengubahan Jaringan yang akan mengakibatkan diperlukannya perubahan perangkat keras dan / atau perangkat lunak, termasuk antar muka perangkat lunak, di jaringan Pihak lain wajib diberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya untuk dilakukan evaluasi secara bersama-sama dalam waktu selambat- lambatnya 1 (satu) bulan.
(5) Evaluasi bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) meliputi namun tidak terbatas pada:
a. Penambahan perangkat, jadwal pelaksanaan dan perencanaan hubungan putus (”Perpu”);
b. Perubahan dan atau modifikasi jaringan yang dapat mempengaruhi kinerja Pihak lain termasuk namun tidak terbatas pada perubahan dan atau penggantian sentral baik secara hardware maupun software, ruting, dan sistem pensinyalan.
(6) Pihak Pengubah Jaringan harus bertanggung jawab penuh atas biaya-biaya yang timbul terkait dengan pengubahan jaringan berdasarkan kesepakatan bersama dan harus dibayar kepada Pihak lain.
(7) Biaya perubahan dan atau penggantian jaringan yang disebabkan oleh suatu ketentuan Pemerintah menjadi tanggung jawab masing-masing Pihak.
(8) Para Pihak sepakat untuk bekerjasama secara penuh dan saling berkoordinasi dalam pelaksanaan perubahan atau penggantian jaringan dan berusaha agar masing-masing Pihak tetap mendapatkan informasi atas langkah-langkah yang dilakukan oleh Pihak lain.
(9) Ketentuan Pasal 12 ini tidak mengurangi hak salah satu Pihak untuk melakukan modifikasi atau substitusi perangkatnya dengan perangkat lainnya untuk keperluannya sendiri sepanjang tidak menimbulkan gangguan dan biaya terhadap Pihak lainnya.
Pasal 12
Persetujuan Penyambungan Peralatan
(1) Setiap pemasangan, penyambungan / koneksi perangkat dan / atau sistem salah satu Pihak dengan perangkat dan / atau sistem Pihak lainnya harus mendapat persetujuan lebih dulu dari Pihak lainnya dan dilakukan bersama antara Para Pihak.
(2) Setiap pembukaan interkoneksi baru di suatu lokasi interkoneksi, termasuk pemasangan, penyambungan / koneksi perangkat dan atau sistem salah satu Pihak dengan perangkat dan / atau sistem pihak lainnya harus dilakukan dengan melalui mekanisme / tahapan uji coba sebagaimana tercantum dalam Dokumen pendukung A (Perencanaan dan Operasi).
Pasal 13
Perlindungan Jaringan dan Keamanan Sistem
(1) Masing – masing Pihak wajib bertanggung jawab atas keamanan dalam
pengoperasion di sisi jaringan masing-masing sesuai batas tanggungjawabnya,
Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 8 dari 19
dan wajib mengambil setiap langkah yang diperlukan untuk menjamin keamanan dalam pengoperasian sistem masing – masing Pihak supaya:
a. tidak membahayakan keselamatan atau kesehatan siapapun, termasuk karyawan dan / atau kontraktor Pihak lain; dan
b. tidak menyebabkan gangguan secara fisik maupun teknis kepada jaringan Pihak lain, termasuk namun tidak terbatas pada menyebabkan kerusakan, interferensi atau menyebabkan gangguan dalam operasional lain dari jaringan milik Pihak lainnya.
(2) Dalam hal terjadi gangguan atau kegagalan maka masing-masing Pihak wajib segera melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mengatasi gangguan atau kegagalan tersebut sehingga layanan kembali seperti sebelum terjadi gangguan atau kegagalan.
(3) Masing - masing Pihak tidak diperbolehkan melakukan instalasi, menghubungkan, mengkaitkan atau menggunakan (atau mengijikan penginstalasian, penghubungan, pengkaitan atau penggunaan atas) setiap perangkat telekomunikasi yang melanggar hukum ke perangkat Pihak lainnya.
Pasal 14
Penyediaan Layanan Interkoneksi
INDOSAT sepakat untuk memberikan Layanan Interkoneksi kepada PENCARI AKSES dengan harga, syarat-syarat dan kondisi sebagaimana telah ditentukan dalam Dokumen pendukung C (Daftar Layanan Interkoneksi) Perjanjian ini dengan ketentuan :
a. Layanan tersebut diminta oleh PENCARI AKSES sesuai dengan Prosedur sebagaimana dimaksud pada Dokumen Pendukung A (Perencanaan dan Operasi);
dan
b. INDOSAT telah memberitahukan kepada PENCARI AKSES bahwa Permintaannya telah memenuhi syarat sesuai dengan Dokumen Pendukung A (Perencanaan dan Operasi).
Pasal 15
Penyediaan Layanan Interkoneksi SMS
(1) Kecuali disepakati lain, maka dalam penyaluran SMS, Para Pihak dilarang untuk : a. Melakukan SMS broadcast kepada Pelanggan Pihak lainnya;
b. Melakukan Spamming;
c. Menyalurkan SMS melalui jaringan Pihak lain (transit) diluar kesepakatan ini.
(2) Tarif yang dikenakan kepada pelanggan Masing-masing Pihak untuk jasa layanan SMS Lintas Operator merupakan kewenangan masing – masing Pihak, sehingga masing – masing Pihak berhak menetapkan sendiri tarif yang dikenakan kepada Penggunanya.
(3) Setiap pelanggaran terhadap ketentuan dalam ayat (1) Pasal ini dapat dikenakan
sanksi denda oleh Pihak yang dirugikan maksimal sebesar Rp. 10.000.000.000,-
(sepuluh milyar rupiah) untuk setiap kasus yang telah diselesaikan.
Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 9 dari 19
(4) Pembuktian atas terjadinya pelanggaran sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan melalui investigasi bersama.
Pasal 16 Kualitas Layanan
(1) Masing-masing Pihak wajib :
a. menjamin bahwa layanan yang disediakannya kepada Pihak lain memiliki kualitas yang setara dengan apa yang disediakan untuk dirinya sendiri atau perusahaan afiliasinya; dan
b. melaksanakan operasi dan pemeliharaan pada sirkit interkoneksi dengan perlakuan yang setara dengan perlakuan yang diberikan pada jaringannya sendiri.
(2) Kualitas layanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
KETENTUAN BISNIS / KOMERSIAL Pasal 17
Layanan Baru
(1) Para Pihak sepakat untuk tetap membuka kemungkinan adanya Layanan Baru di luar layanan yang tercantum dalam Perjanjian ini.
(2) Layanan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan layanan yang belum ada dalam DPI INDOSAT dan belum pernah diberikan oleh INDOSAT berdasarkan DPI INDOSAT, termasuk namun tidak terbatas pada pembukaan lokasi SG yang belum tercantum dalam Perjanjian ini.
(3) Setiap penambahan layanan baru harus melalui mekanisme ujicoba sebagaimana diatur dalam Dokumen pendukung A (Perencanaan dan Operasi).
(4) Penyaluran trafik secara komersial hanya dapat dilaksanakan jika hasil Ujicoba Interkoneksi (test call maupun komparasi billing) memenuhi persyaratan untuk pembukaan layanan tersebut dan dinyatakan dalam Berita Acara Komersial yang ditandatangani oleh Para Pihak.
Pasal 18
Biaya, Penagihan dan Pembayaran Interkoneksi
(1) Para Pihak wajib mentaati seluruh ketentuan mengenai Biaya Interkoneksi dan Metode Pembebanan untuk masing-masing Layanan Interkoneksi sebagaimana diatur dalam Dokumen pendukung C (Daftar Layanan Interkoneksi).
(2) Tatacara penyelesaian keuangan yang antara lain memuat Perhitungan Data
Interkoneksi, Mekanisme Pertukaran Data Interkoneksi, Rekonsiliasi, Perhitungan
Hak dan Kewajiban Keuangan Para Pihak, Prosedur Penagihan dan Pembayaran
Kewajiban Interkoneksi, Format Data Percakapan yang dipertukarkan dan
ketentuan lain-lain mengenai keuangan secara rinci diatur dalam Dokumen
pendukung B (Mekanisme Penyelesaian Keuangan).
Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 10 dari 19
Pasal 19 Perubahan Biaya
(1) Biaya Layanan interkoneksi, termasuk biaya-biaya Ujicoba Interkoneksi sebagaimana dimaksud dalam Dokumen pendukung C (Daftar Layanan Interkoneksi) dimungkinkan mengalami perubahan.
(2) Perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberlakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 20
Pencatatan Percakapan
(1) Dalam rangka memenuhi kewajiban Interkoneksi, masing-masing Pihak wajib mencatat seluruh percakapan panggilan Interkoneksi.
(2) Toleransi selisih data Pihak yang mempunyai hak atas biaya interkoneksi adalah maksimum 1% (satu persen) terhadap data pembanding.
(3) Untuk memudahkan pelaksanaan pencocokan CDR yang merupakan dasar Perhitungan Keuangan Interkoneksi, Para Pihak sepakat untuk menggunakan parameter CDR yang meliputi namun tidak terbatas pada:
a. Delay time pencatatan antar Sentral Gerbang;
b. Service indicator code (features).
c. Identifikasi trunk group atau Final Switch Identification;
d. Tanggal panggilan;
e. Jam mulai dan atau berakhirnya panggilan;
f. Durasi panggilan.
g. A number dan B number
BAB IV
KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 21
Pajak atau Bea
(1) Seluruh pajak dan bea yang timbul akibat pembayaran interkoneksi menjadi tanggung jawab dan beban Para Pihak sesuai dengan peraturan Perpajakan yang berlaku.
(2) Kedua belah Pihak sepakat untuk saling membantu agar perlakuan perpajakan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dapat diterapkan sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.
Pasal 22 Fraud
(1) Masing-masing Pihak secara timbal balik dilarang melakukan atau membiarkan
terjadinya fraud dalam bentuk rekayasa teknis, administratif, dan/atau fraud
apapun lainnya sedemikian rupa sehingga menyebabkan Pihak lainnya berpotensi
atau bahkan secara nyata menderita kerugian, penurunan pendapatan, dan/atau
penambahan beban biaya yang tidak semestinya diderita oleh Pihak yang
bersangkutan.
Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 11 dari 19
(2) Rekayasa teknis, administratif dan/atau fraud sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk namun tidak terbatas pada :
a. Membuat dummy number tanpa alasan yang dapat dibenarkan oleh Pihak lainnya;
b. Menyembunyikan atau tidak memberitahukan adanya dummy number kepada Pihak lainnya, meskipun dummy number tersebut secara teknis tidak dapat dihindari dan oleh karena itu harus dibenarkan oleh Pihak lainnya;
c. Mengubah, mengganti, menambah dan/atau mengurangi informasi/digit pada sistem pensinyalan antar Jaringan tanpa alasan yang dapat dibenarkan oleh Pihak lainnya (misalnya mengubah, mengganti, menambah dan/atau mengurangi digit A-number, B-number, Kode Area, Identitas Trunk Group dan lain sebagainya sehingga Jaringan Pihak lainnya mendapatkan informasi yang tidak benar, antara lain seperti yang semestinya Panggilan SLJJ menjadi Panggilan lokal atau yang semestinya Panggilan SLI menjadi Panggilan SLJJ);
d. Menambah dan/atau mengurangi data/informasi yang terdapat pada CDR;
e. Melanggar ketentuan yang telah disepakati mengenai Konfigurasi Interkoneksi, Titik Interkoneksi, Sentral Gerbang, Call Scenario dan format CDR;
f. Menyalurkan trafik Interkoneksi yang tidak jelas atau tidak dapat ditelusuri asal-usulnya.
(2) Dalam hal salah satu Pihak menyampaikan dugaan adanya fraud, maka kedua belah pihak sepakat menyelesaikan secara bilateral.
(3) Apabila penyelesaian secara bilateral sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak dicapai maka Para Pihak sepakat penyelesaian pelanggaran dilakukan dengan mediasi, yaitu meminta BRTI menjadi mediator.
(4) Dugaan adanya fraud sebagaimana dimaksud ayat (1) akan dibuktikan oleh kedua belah Pihak dan hasilnya dituangkan dalam Berita Acara yang ditanda tangani kedua belah pihak.
(5) Apabila dugaan fraud dapat dibuktikan, maka akan dilakukan perhitungan kembali sesuai kesepakatan kedua belah Pihak.
(6) Pihak yang terbukti melakukan Fraud, wajib membayar ganti rugi yang dialami oleh Pihak lainnya sesuai dengan perhitungan pada ayat (5).
(7) Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (4) terbatas pada kerugian langsung yang diderita atas terjadinya Fraud.
(8) Apabila terbukti Fraud dilakukan oleh pihak ketiga, maka kedua belah pihak yang terikat dalam Perjanjian ini bersama-sama mengajukan tuntutan ganti rugi kepada pihak ketiga sebesar kerugian yang dialami masing masing pihak.
Pasal 23
Sanksi – Sanksi dan Penuntutan
(1) Penyimpangan dan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Perjanjian ini dapat
berakibat putusnya Perjanjian.
Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 12 dari 19
(2) Sanksi bagi keterlambatan pembayaran adalah denda sebesar 0,1% (satu per mil) dari jumlah kewajiban yang harus dibayar untuk setiap hari.
(3) Dalam hal salah satu pihak yang berhutang tidak melakukan pembayaran selama 6 (enam) bulan berturut-turut, maka pihak yang memiliki piutang berhak untuk memutuskan Perjanjian ini, dan Para Pihak sepakat mengabaikan berlakunya ketentuan pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-undang Perdata.
(4) Putusnya Perjanjian sebagai akibat kegagalan pemenuhan kewajiban keuangan tidak menyebabkan kewajiban yang tertunggak menjadi terhapus, tetapi pihak yang berkewajiban harus memenuhi kewajibannya dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan setelah pemutusan dilakukan. Apabila kewajiban tersebut tidak dipenuhi dalam jangka waktu tersebut, pihak yang dirugikan berhak mengajukan masalahnya kepada BRTI sebagai pelaksana mediasi dan arbitrase perselisihan interkoneksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 24
Pencabutan Tuntutan
(1) Dalam hal masalah telah dapat diselesaikan, tuntutan salah satu Pihak kepada Pihak lainnya dapat dicabut.
(2) Pencabutan tuntutan atas suatu pelanggaran tertentu berdasarkan perjanjian ini tidak dapat diartikan sebagai pencabutan tuntutan atas pelanggaran ketentuan lainnya.
(3) Pencabutan tuntutan atas suatu pelanggaran perjanjian tidak sah kecuali dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh pihak yang mencabut tuntutannya.
Pasal 25
Masa Laku Perjanjian
(1) Perjanjian ini berlaku sejak tanggal ditandatangani, serta dapat ditinjau dan diperbaharui berdasarkan kesepakatan tertulis Para Pihak.
(2) Dalam hal tidak ada Pihak yang menghendaki perubahan atau pengakhiran terhadap Perjanjian ini, maka Perjanjian ini akan tetap berlaku secara otomatis.
(3) Untuk pengakhiran Perjanjian secara sepihak yang antara lain karena terjadinya pelanggaran terhadap ayat Perjanjian atau ketentuan perundang - undangan yang berlaku, Para Pihak dengan ini sepakat untuk mengenyampingkan berlakunya ketentuan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata serta melepaskan hak-hak yang timbul dari padanya apabila ada, sehingga pembatalan Perjanjian secara sepihak oleh salah satu Pihak dapat dilakukan secara sah cukup dengan penyampaian pemberitahuan tertulis paling lambat dalam 3 (tiga) bulan sebelum tanggal pengakhiran Perjanjian yang dikehendaki, tanpa harus menunggu adanya Keputusan Hakim.
Pasal 26
Penghentian Sementara (Suspensi)
(1) Salah satu Pihak (untuk selanjutnya disebut sebagai “Pihak Penghenti
Sementara“) dapat melakukan Penghentian sementara atas Perjanjian ini dengan
memberikan pemberitahuan tertulis kepada Pihak lain.
Perjanjian Pokok Interkoneksi Hal 13 dari 19