• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapal pancing tonda di PPP Labuhan Lombok

Ruang kemudi pada kapal pancing tonda

Ruang masak pada kapal pancing tonda

Lampiran 10 (Lanjutan)

Mesin pada kapal pancing tonda

Palkah pada kapal pancing tonda

Kapal yang akan merapat ke dermaga

Lampiran 10 (Lanjutan)

Ikan cakalang pada saat di TPI

Proses pemindahan ikan cakalang dari TPI ke mobil pengangkut

TPI di PPP Labuhan Lombok

Lampiran 10 (Lanjutan)

Proses pengisian air bersih untuk persiapan melaut

Proses pencurahan es yang akan digunakan untuk melaut

Wawancara kepada nelayan pancing tonda di PPP Labuhan Lombok

iii

SORAYA GIGENTIKA. Opimization of Skipjack Tuna Fisheries Development in East Lombok District West Nusa Tenggara Province. Under Supervision of SUGENG HARI WISUDO and MUSTARUDDIN.

Skipjack tuna is one of Indonesia's export commodities that can be relied upon from the fisheries sector right after shrimp and tuna. In addition, skipjack tuna is one of main target species in fisheries bussiness. Therefore, fishing fleet and the production of skipjack tuna is increasing every year. However, the production of skipjack tuna in East Lombok District has decreased over the last 5 years but the skipjack tuna fishing fleet has increased. Based on that fact, it is necessary to conduct research on the optimization of the development of skipjack tuna fisheries in East Lombok District. The purpose of this study are to describe the skipjack tuna fishing unit, to identify the status of skipjack tuna resources, to analyze the financial feasibility for the skipjack tuna fisheries business, to determine the optimal allocation of skipjack tuna‟s fishing units, and to formulate a development strategy in East Lombok District. The methodology used in this research is descriptive analysis, analysis of stocks of fish resources, financial feasibility analysis, optimization analysis, and SWOT analysis. The results showed that the fishing gear used to catch skipjack tuna in East Lombok District is troll line. It is indicated to experience a fishing pressure. Therefore, there should be a reduction in the number of troll line fishing units in the district for 108 units, which will be 890 units. Based on the analysis of feasibility, it is provided information that the skipjack tuna fishing business profitable and feasible. Furthermore, there are skipjack tuna fisheries development strategies in East Lombok District namely: the optimization of skipjack tuna utilization opportunities; rationalization of skipjack tuna fishing unit number; training the fishermen about the handling of the catch; institutional improvements to improve the bargaining position of fishermen; maximize the chances of skipjack tuna commodity markets; diversification types of skipjack tuna processing.

Key word: Development, East Lombok District, optimization, skipjack tuna, sustainable production

v

Soraya Gigentika. Optimasi Pengembangan Perikanan Cakalang di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dibimbing oleh SUGENG HARI

WISUDO dan MUSTARUDDIN.

Ikan cakalang adalah salah satu komoditi ekspor Indonesia yang dapat diandalkan dari sektor perikanan setelah udang dan tuna, dimana ikan cakalang diekspor ke beberapa negara diantaranya Jepang dan Amerika. Secara umum, ikan cakalang merupakan salah satu sumberdaya perikanan pelagis yang banyak dijadikan objek dalam usaha perikanan tangkap, baik di Indonesia maupun di negara-negara lainnya. Hal tersebut menyebabkan armada perikanan cakalang dan produksi ikan cakalang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, produksi ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur mengalami penurunan selama 5 tahun terakhir tetapi armada perikanan cakalang mengalami peningkatan. Kondisi inilah yang menyebabkan perlu dilakukannya penelitian mengenai optimasi pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur. Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan unit penangkapan ikan cakalang yang terdapat di Kabupaten Lombok Timur; 2) mengidentifikasi status sumberdaya ikan cakalang dan tingkat pemanfaatan yang optimal di Kabupaten Lombok Timur; 3) menganalisis kelayakan finansial usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur; 4) menentukan alokasi optimal unit penangkapan ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur; 5) merumuskan strategi pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur.

Analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan unit penangkapan ikan cakalang yang terdapat di Kabupaten Lombok Timur adalah analisis deskriptif, dimana pada penelitian ini dideskripsikan alat tangkap yang digunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan cakalang, kapal yang digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap tersebut, serta nelayan yang mengoperasikan alat tangkap tersebut. Analisis selanjutnya yaitu analisis stok sumberdaya ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur dengan menggunakan model Fox untuk menentukan nilai parameter biologi serta menggunakan model Schaefer untuk menentukan besarnya produksi lestari dan effort optimal untuk ikan cakalang tersebut. Analisis ketiga yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kelayakan usaha, dimana analisis ini digunakan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dalam usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur dan kelayakan dari usaha perikanan tersebut. Analisis selanjutnya adalah analisis mengenai alokasi optimal untuk menentukan jumlah unit penangkapan ikan cakalang yang optimal, dimana analisis ini menggunakan analisi rasio optimal. Analisis terakhir pada penelitian ini adalah analisis SWOT, dimana berdasarkan analisis-analisis sebelumnya dilakukan analisis dan pengamatan dilapangan

vi

direkomendasikan untuk kegiatan pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur ditangkap dengan menggunakan alat tangkap pancing tonda, dimana alat tangkap tersebut ditonda atau ditarik dengan menggunakan kapal di sekitar rumpon. Pancing tonda yang dioperasikan dalam satu kali pengoperasian berjumlah 4 – 6 pancing, sesuai dengan jumlah nelayan yang mengoperasikannya. Kapal yang digunakan untuk menarik pancing tonda tersebut berupa kapal kayu yang memiliki panjang total antara 12 – 17 meter atau memiliki ukuran antara 12 – 18 GT. Pancing tonda di Kabupaten Lombok Timur dioperasikan dengan menggunakan umpan buatan yang pada umumnya terbuat dari kain sutra. Adapun nomor mata pancing yang digunakan pada alat tangkap pancing tonda adalah 7 dan 8.

Analisis stok sumberdaya ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur menunjukkan bahwa ikan cakalang di kabupaten tersebut memiliki produksi lestari sebesar 2.473,59 ton/tahun dan effort optimalnya adalah 38.107 trip/tahun. Effort aktual untuk kegiatan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur adalah 73.154 trip/tahun dan produksi aktual untuk ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur adalah 1.702,90 ton/tahun. Effort aktual yang melebihi effort optimalnya menyebabkan produksi aktual mengalami penurunan dan bahkan menyebabkan kepunahan sumberdaya ikan apabila kelebihan effort tersebut tidak dikendalikan atau dikurangi. Hasil dari analisis stok sumberdaya ikan cakalang ini menunjukkan bahwa perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur terindikasi telah mengalami over fishing.

Usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur merupakan usaha yang memberikan keuntungan dan layak untuk dilakukan. Hal tersebut berdasarkan pada hasil analisis kelayakan finansial pada penelitian ini. Pada analisis usaha, diketahui bahwa keuntungan yang diperoleh selama 1 tahun untuk kegiatan penangkapan ikan cakalang yaitu Rp 353.395.167. Hasil perhitungan R/C menunjukkan bahwa setiap satuan rupiah total biaya yang dikeluarkan untuk usaha perikanan cakalang tersebut akan menghasilkan total penerimaan sebesar Rp 1,40. Berdasarkan analisis PP diketahui bahwa pada usaha perikanan cakalang tersebut dibutuhkan waktu kurang lebih 7,5 bulan untuk pengembalian nilai investasi yang telah dikeluarkan pada awal melakukan usaha tersebut. Hasil analisis ROI pada usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur menunjukkan hasil 160,36% yang berarti bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan pada usaha perikanan cakalang tersebut akan memberikan keuntungan sebesar Rp 160,36. Analisis investasi yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha perikanan cakalang layak untuk dilakukan, dimana hal tersebut didasarkan pada

vii Jumlah unit penangkapan pancing tonda di Kabupaten Lombok Timur belum optimal. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan effort optimal, dimana effort aktual dari perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur melebihi effort optimalnya. Perlu adanya pengurangan jumlah unit penangkapan pancing tonda tersebut sebanyak 108 unit sehingga jumlah unit penangkapan pancing tonda tersebut yang tadinya berjumlah 998 unit pada tahun 2010 akan menjadi 890 unit.

Strategi pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur diperoleh setelah dilakukan analisis faktor internal dan faktor eksternal berdasarkan hasil analisis sebelumnya dan pengamatan dilapangan. Dan setelah dilakukan analisis SWOT terhadap kedua faktor tersebut, maka dihasilkan strategi pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur sebagai berikut: 1)Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang

2)Rasionalisasi jumlah unit penangkapan ikan cakalang

3)Pelatihan kepada nelayan mengenai cara penanganan hasil tangkapan 4)Perbaikan kelembagaan nelayan untuk perbaikan posisi tawar nelayan 5)Memaksimalkan potensi pasar komoditi ikan cakalang

6)Diversifikasi jenis pengolahan ikan cakalang

Kata kunci: Ikan cakalang, Kabupaten Lombok Timur, optimasi, pengembangan, produksi lestari

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya perikanan pelagis merupakan sumberdaya perikanan yang paling banyak dimanfaatkan di perairan Indonesia. Hal ini menyebabkan sumberdaya perikanan pelagis memerlukan pengelolaan yang berkelanjutan agar dapat dimanfaatkan secara optimal di masa sekarang dan masa depan. Dengan dilakukannya pengelolaan yang berkelanjutan, maka diharapkan akan mencapai suatu alokasi pemanfaatan sumberdaya ikan yang tepat pada setiap wilayah perairan.

Melakukan pengoptimalan dalam sumberdaya perikanan sangat berhubungan erat dengan status sumberdaya perikanan tersebut, tingkat upaya dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan. Dengan kata lain, mengetahui status sumberdaya perikanan pelagis di setiap wilayah perairan akan dapat menentukan perlu atau tidaknya pembatasan tingkat upaya di wilayah perairan tersebut. Dampak lain dengan diketahuinya status sumberdaya perikanan adalah dihasilkannya jumlah tangkapan yang diperbolehkan untuk sumberdaya ikan tersebut di setiap wilayah perairan. Secara umum, pengoptimalan dalam sumberdaya perikanan akan memberikan manfaat untuk menghindari adanya over fishing di setiap wilayah perairan.

Ikan cakalang adalah salah satu komoditi ekspor Indonesia yang dapat diandalkan dari sektor perikanan setelah udang dan tuna, dimana ikan cakalang diekspor ke beberapa negara diantaranya Jepang dan Amerika (Uktolseja et al. 1998 vide Martasuganda, Wiyono, Walus 2002). Secara umum, ikan cakalang merupakan salah satu sumberdaya perikanan pelagis yang banyak dijadikan objek dalam usaha perikanan tangkap, baik di Indonesia maupun di negara-negara lainnya. Setiap tahunnya, terjadi peningkatan armada perikanan dan produksi ikan cakalang di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya produksi ikan cakalang pada tahun 1990 mencapai 114.168 ton. Tahun-tahun berikutnya, produksi ikan cakalang di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1999 produksi ikan cakalang mencapai 244.747 ton dan tahun 2001 produksi ikan cakalang sebanyak 253.050 ton (Tambunan 2004). Tahun-tahun berikutnya

setelah tahun 2001, produksi ikan cakalang tetap mengalami peningkatan sekitar 5% – 7% setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi ikan cakalang tahun 2010 di Indonesia mencapai 329.949 ton. Kenyataan tersebut sangat mengkhawatirkan karena dapat menyebabkan adanya over fishing pada perikanan cakalang di Indonesia.

Peningkatan jumlah armada penangkapan ikan cakalang di Indonesia yang diikuti dengan peningkatan produksi ikan cakalang tersebut berbeda dengan kondisi perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTB, produksi ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur mengalami penurunan sejak lima tahun terakhir. Produksi ikan cakalang pada tahun 2006 berjumlah 2.913,90 ton dan tahun 2010 produksi ikan cakalang tersebut hanya mencapai 1.702,90 ton. Namun, penurunan produksi ikan cakalang tersebut bertolak belakang dengan armada perikanan cakalang yang mengalami peningkatan. Pada tahun 2006, jumlah armada perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur berjumlah 968 unit dan tahun 2010 armada perikanan tersebut mencapai 998 unit.

Kondisi dimana jumlah armada perikanan meningkat tetapi produksinya menurun sangat mengkhawatirkan karena akan menyebabkan kepunahan bagi sumberdaya ikan. Kondisi inilah yang menyebabkan perlu dilakukannya penelitian mengenai optimasi pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dalam pengembangan perikanan cakalang yang optimal dan berkelanjutan sehingga dapat memberikan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat, khususnya di Kabupaten Lombok Timur.

1.2 Perumusan Masalah

Secara umum, potensi sumberdaya ikan yang melimpah seringkali dijadikan alasan untuk melakukan pengembangan usaha perikanan, dan pengembangan tersebut dilakukan dengan cara peningkatan produksi, baik melalui peningkatan upaya tangkap maupun melalui peningkatan jumlah tangkapannya. Namun, pengembangan yang dilakukan itu tidak memperhatikan

kelestarian sumberdaya ikan yang menjadi objek dari usaha perikanan. Hal ini menimbulkan dampak buruk pada pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan.

Kabupaten Lombok Timur memiliki produksi perikanan pelagis yang cukup besar, salah satunya adalah ikan cakalang. Hal ini menimbulkan munculnya usaha perikanan di sekitar wilayah Kabupaten Lombok Timur. Adapun dampak dari munculnya usaha perikanan tersebut adalah pemanfaatan ikan cakalang yang tidak memperhatikan kelestarian dari ikan cakalang tersebut. Kekhawatiran mengenai status over fishing terhadap ikan cakalang di perairan Kabupaten Lombok Timur pun muncul terhadap pemanfaatan ikan cakalang tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan dalam pengembangan perikanan cakalang yang optimal dan berkelanjutan di Kabupaten Lombok Timur, diantaranya adalah:

1. Bagaimana unit penangkapan ikan cakalang yang digunakan oleh nelayan- nelayan di Kabupaten Lombok Timur?

2. Bagaimana status sumberdaya ikan cakalang di perairan Kabupaten Lombok Timur?

3. Bagaimana kelayakan usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur untuk jangka pendek maupun jangka panjang?

4. Bagaimana alokasi unit penangkapan ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur?

5. Bagaimana strategi pengembangan ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur?

1.3 Hipotesis

Pada penelitian ini, terdapat sebuah hipotesis, dimana hipotesis ini akan menjadi dasar untuk dapat menjawab beberapa permasalahan dalam pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Adapun hipotesis tersebut yaitu stok sumberadaya ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur telah over fishing karena diduga adanya pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang yang berlebih.

1.4 Tujuan

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan unit penangkapan ikan cakalang yang terdapat di Kabupaten Lombok Timur

2. Mengidentifikasi status sumberdaya ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur.

3. Menganalisis kelayakan finansial usaha perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur

4. Menentukan alokasi optimal unit penangkapan ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur.

5. Merumuskan strategi pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur.

1.5 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi untuk pengembangan unit penangkapan ikan cakalang, khususnya di Kabupaten Lombok Timur.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur.

3. Sebagai acuan dan bahan informasi untuk penelitian lebih mendalam mengenai perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur.

1.6 Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur. Selanjutnya, berdasarkan kegiatan tersebut, akan dilakukan analisis pendahulu untuk mengetahui strategi yang tepat untuk pengembangan perikanan cakalang di kabupaten tersebut. Analisis pendahulu yang dilakukan pada penelitian ini yaitu analisis unit penangkapan ikan cakalang, analisis kelayakan finansial usaha perikanan cakalang, analisis stok sumberdaya ikan cakalang. Analisis unit penangkapan ikan dilakukan dengan mendeskripsikan unit penangkapan ikan cakalang yang digunakan, dimana pada

analisis ini akan dideskripsikan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan cakalang di Kabupaten Lombok Timur, kapal yang digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap tersebut serta nelayan yang mengoperasikannya. Sedangkan untuk analisis kelayakan finansial usaha pada penelitian ini akan dibagi menjadi dua yaitu analisis usaha untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari usaha perikanan cakalang tersebut untuk jangka pendek serta analisis investasi untuk mengetahui kelayakan dari usaha perikanan cakalang tersebut untuk jangka panjang. Analisis stok sumberdaya ikan cakalang pada penelitian ini dilakukan dengan pendugaan parameter biologi dari ikan cakalang yang selanjutnya berdasarkan parameter tersebut akan dilakukan pendugaan produksi lestari dan effort optimal untuk perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur. Selanjutnya, berdasarkan effort optimal maka akan dilakukan perhitungan untuk alokasi optimal unit penangkapan ikan cakalang sehingga tidak terjadi adanya over fishing terhadap perikanan cakalang.

Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis pendahulu yang telah dilakukan, maka akan dilakukan analisis faktor internal dan faktor eksternal dari kegiatan pengembangan perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur. Faktor internal yang akan dianalisis yaitu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perikanan cakalang di Kabupaten Lombok Timur dan faktor eksternal yang akan dianalisis yaitu peluang dan ancaman yang terdapat pada perikanan cakalang tersebut. Berdasarkan analisis SWOT akan diberikan beberapa strategi yang tepat untuk kegiatan pengembangan perikanan cakalang tersebut berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal yang dimiliki. Secara lebih ringkas, kerangka pemikiran penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.

Kegiatan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Cakalang di

Kabupaten Lombok Timur

Analisis Unit Penangkapan Ikan Cakalang Analisis stok Sumberdaya Ikan Cakalang

Parameter Biologi Produksi Lestari dan Effort Optimal Rekomendasi Pengembangan Perikanan Cakalang di Kabupaten Lombok Timur Analisis SWOT Strategi Pengembangan Perikanan Cakalang di Kabupaten Lombok TImur Analisis Kelayakan

Finansial Usaha Perikanan Cakalang

Kelayakan Usaha Kelayakan Investasi

Alokasi Optimal Unit Penangkapan

Ikan Cakalang

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumberdaya Ikan

Ikan didefinisikan sebagai jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Ikan termasuk ke dalam sumberdaya yang dapat diperbaharui atau dapat memperbaharui diri sendiri (Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pasal 1 ayat 4). Menurut Nikijuluw (2001) vide Randika (2008), sumberdaya ikan bersifat open access dimana siapa saja dapat berpartisipasi memanfaatkan sumberdaya tersebut tanpa harus memilikinya. Selain itu, Nikijuluw (2001) vide Randika (2008) juga menyatakan bahwa terdapat tiga sifat khusus yang dimiliki sumberdaya ikan, yaitu:

1) Eksludabitas

Sifat fisik ikan yang bergerak ditambah lautan yang cukup luas membuat upaya pengendalian dan pengawasan terhadap sumberdaya ikan bagi stakeholder tertentu menjadi sulit.

2) Subtraktabilitas

Suatu situasi dimana seseorang mampu dan dapat menarik sebagian atau seluruh manfaat dan keuntungan yang dimiliki oleh orang lain dalam pemanfaatan sumberdaya, akan tetapi berdampak negatif pada kemampuan orang lain dalam memanfaatkan sumberdaya yang sama.

3) Indivisibilitas

Sifat ini pada hakekatnya menunjukkan fakta bahwa sumberdaya milik bersama sangat sulit untuk dibagi atau dipisahkan, walaupun secara administratif pembagian ataupun pemisahan ini dapat dilakukan oleh otoritas manajemen.

Sumberdaya ikan dapat dikelompokkan berdasarkan habitat hidupnya, dimana pengelompokkan tersebut terdiri dari sumberdaya ikan pelagis dan sumberdaya ikan demersal.

2.1.1 Sumberdaya ikan pelagis

Ikan pelagis adalah ikan yang hidupnya berada pada lapisan permukaan perairan sampai tengah perairan dan hidupnya secara bergerombol baik dengan

kelompoknya maupun dengan jenis ikan lainnya. Ikan pelagis memiliki sifat fototaxis positif dan tertarik pada benda-benda terapung. Adapun ikan pelagis merupakan ikan yang termasuk ke dalam kelompok perenang cepat (Mukhsin 2002).

Ikan pelagis dikelompokkan menjadi dua oleh Direktorat Jenderal Perikanan (1998) vide Randika (2008) dimana pengelompokkan tersebut didasarkan pada ukuran ikan pelagis. Pengelompokkan tersebut yaitu:

1) Pelagis besar

Mempunyai ukuran 100 – 250 cm (ukuran dewasa), umumnya ikan pelagis besar adalah ikan peruaya dan perenang cepat. Contoh dari ikan pelagis besar antara lain ikan tuna, cakalang, dan tongkol.

2) Pelagis kecil

Mempunyai ukuran 5 – 50 cm, didominasi oleh enam kelompok besar yaitu kembung, layang, jenis selar, lemuru dan teri. Ikan pelagis kecil hidup dilapisan permukaan perairan sampai kedalaman 30 – 60 cm, tergantung pada kedalaman laut.

2.1.2 Sumberdaya ikan demersal

Ikan demersal adalah ikan yang habitatnya berada pada lapisan dasar perairan. Widodo (1980) menyatakan bahwa perubahan ikan demersal berdasarkan sifat ekologinya, yaitu reproduksi yang stabil, hal ini disebabkan oleh:

1) Habitat di lapisan dasar laut yang relatif stabil, sehingga mengakibatkan daur hidup ikan demersal juga stabil.

2) Daerah ruayanya yang sempit dan ikan demersal cenderung menempati suatu daerah dengan tidak membentuk kelompok besar, oleh karena itu besar sediaannya sangat dipengaruhi oleh luas daerah yang ditempatinya.

Apabila kondisi lingkungan memburuk, ikan demersal tidak mampu untuk menghindar sehingga dapat mengakibatkan penurunan stok sumberdaya ikan demersal. Ikan demersal berbeda dengan ikan pelagis yang masih mampu beruaya ke daerah perairan baru yang lebih baik kondisinya. Ikan demersal pada umumnya dapat hidup dengan baik pada perairan yang bersubtrat lumpur, lumpur berpasir, karang dan karang berpasir (Fischer dan Whiteahead 1974 vide Randika 2008).

2.2 Ikan Cakalang

Ikan cakalang memiliki nama internasional skipjack tuna dan nama lokalnya adalah cakalang. Menurut Saanin (1984), ikan cakalang memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut:

Kingdom: Animalia

Sub. Kingdom: Metazoa Filum: Chordata

Sub. Filum: Vertebrata Kelas: Osteichthyes

Sub. Kelas: Actinopterygii Ordo: Perciformes

Sub. Ordo: Scombridae Famili: Scombridae

Genus: Katsuwonus

Spesies: Katsuwonus pelamis

Sumber: www.fishbase.org

Gambar 2 Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)

Ikan cakalang merupakan ikan pelagis besar yang hidup pada kisaran kedalaman 0 – 260 meter. Panjang maksimum yang dapat dicapai oleh ikan

Dokumen terkait