• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Paling Dominan Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Klinik dr. Martiani Pujiatmika Panyabungan Kecamatan Panyabungan

Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

Berdasarkan analisis uji regresi logistik berganda menghasilkan variabel yang mempunyai hubungan yang paling dominan dengan kejadian malaria di Klinik dr. Martiani Pujiatmika Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal yaitu variabel genangan air. Jika dilihat nilai PR hasil uji regresi logistik berganda diketahui variabel genangan air memiliki nilai PR sebesar 29,125 (95%CI= 4,432-191,374), hal ini menunjukkan bahwa variabel genangan air merupakan variabel yang paling kuat

pengaruhnya terhadap kejadian di malaria di Klinik dr. Martiani Pujiatmika Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

Dalam perkembangannya, nyamuk sebagai vektor penyakit malaria dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi geografis, cuaca, kelembaban, suhu, waktu, tempat untuk istirahat, tempat untuk mencari makanan, tempat untuk berkembang biak dan atau kondisi lingkungan yang kondusif untuk berkembangnya nyamuk yang termasuk juga sosial budaya masyarakat setempat. Jarak terbang adalah merupakan faktor sangat berpengaruh dalam upaya nyamuk vektor malaria mencari tempat untuk istirahat, tempat untuk mencari makanan, tempat untuk berkembang biak oleh karenanya hal tersebut yang harus diperhatikan apabila pemberantasan penyakit malaria dilaksanakan (Sushanti, 1999).

Genangan air, kebiasaan keluar di malam hari dan kebiasaan menggantung pakaian dalam penelitian ini menjadi faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian malaria. Keterkaitan ketiga variabel ini menurut pendapat peneliti adalah berkaitan dengan bionomik nyamuk, kebiasaan menggigit dan tempat peristirahatan nyamuk malaria. Dalam perkembang biakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam tempat yaitu tempat berkembang biak (breeding places), tempat untuk mendapatkan unpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat (reesting palces). Breeding places, sesuai dengan jenis anophelesnya sebagai berikut : 1. Anopheles Sundaicus, Anopheles subpictus clan anopheles vagus senang berkembang biak di air payau, 2. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk anopheles sundaicus, anopheles mucaltus dalam

berkembang biak, 3. Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari disenangi anopheles vagus, anopheles barbumrosis untuk berkembang biak. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk anopheles vagus, indefinitus, leucosphirus untuk tempat berkembang biak, 5. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi anopheles acunitus, vagus, barbirotus, anullaris untuk berkembang biak. Berdasarkan teori tersebut diketahui hubungan genangan air dengan kejadian malaria disebabkan karena banyaknya ditemukan tempat perkembangbiakan nyamuk mulai dari bertelur hingga menjadi nyamuk dewasa dan mencari makan dengan menggigit darah hewan dan manusia. Dengan demikian apabila tempat perindukan nyamuk yaitu genangan air banyak ditemukan maka juga akan berpotensi menghasilkan banyak jumlah nyamuk dewasa yang akan menggigit dan menularkan parasit penyebab malaria kepada manusia.

Berdasarkan hasil observasi genangan air yang ada diketahui jenis genangan air yang paling banyak adalah selokan kemudian kolam dan sungai yang berada di sekitar tempat tinggal responden. Selokan tersebut merupakan tempat yang dijadikan nyamuk sebagai breeding site atau tempat bertelur dan menghasilkan nyamuk dewasa.

Genangan air merupakan salah satu tempat yang disenangi atau digemari nyamuk Anopheles spp sebagai tempat untuk berkembangbiak. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada penelitian ini sebagian rumah responden terdapat genangan air berupa selokan, kolam, bekas galian dan ditemukannya jentik Anopheles yang jaraknya tidak jauh dari rumah responden, sehingga hal ini yang menyebabkan

kejadian malaria di Kecamatan Panyabungan Kota. Kondisi genangan air sangat potensial menyebabkan kepadatan nyamuk Anopheles cenderung stabil bahkan meningkat kemudian menularkan parasit penyebab demam malaria melalui gigitan.

Selanjutnya dikaitkan dengan waktu menggigit nyamuk berkaitan dengan kebiasaan responden keluar di malam hari, dimana responden dengan kebiasaan keluar di malam hari akan berisiko terkena gigitan nyamuk anopheles karena nyamuk tersebut aktif menggigit di malam hari di dalam dan diluar rumah. Nyamuk yang menggigit di dalam rumah mempunyai perilaku bila siap menggigit langsung keluar rumah sehingga orang yang berada di luar rumah memiliki risiko yang besar untuk digigit nyamuk anopheles.

Biasanya setelah nyamuk betina menggigit orang/hewan, nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2 -3 hari, misalnya pada bagian dalam rumah sedangkan diluar rumah seperti gua, lubang lembab, tempat yang berwarna gelap dan lain lain merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk berisitirahat. Berdasarkan teori tersebut dikaitkan dengan kebiasaan menggantung pakaian dan hubungannya dengan kejadian malaria karena pakaian yang tergantung merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk beristirahat di dalam rumah terutama rumah dengan pencahayaan yang lembab sehingga apabila banyak nyamuk yang beristirahat di dalam rumah maka akan berpotensi menggigit orang yang ada di dalam rumah tersebut dan menularkan parasit penyebab demam malaria.

Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa hubungan antara genangan air, kebiasaan keluar di malam hari dengan kejadian malaria disebabkan oleh genangan

air sebagai tempat perindukan vektor penyebab malaria semakin banyak tempat genangan air maka akan semakin banyak tempat vektor berkembang biak dan jumlah vektor pun semakin meningkat sehingga berpotensi menggigit orang yang berada di luar rumah pada malam hari. Sedangkan orang yang berada di dalam rumah juga berpotensidi gigit nyamuk terkait dengan kebiasaan menggantung pakaian sebagai tempat yang disenangi nyamuk Anopheles untuk beristirahat. Banyaknya baju yang bergantungan maka nyamuk akan banyak beristirahat di dalam rumah dan sewaktu-waktu akan menggigit penghuni rumah tersebut dan menyebabkan penyakit malaria.

Dengan demikian perlu strategi yang tepat untuk memberantas malaria khususnya dalam penelitian ini disebabkan oleh 3 (tiga) faktor yang paling dominan yaitu genangan air, kebiasaan keluar di malam hari dan kebiasaan menggantung pakaian. WHO menerapkan empat strategi pemberantasan malaria yaitu diagnosa dini, pengobatan segera, pencegahan dan pengendalian vektor. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 untuk pengendalian vektor indonesia memasukannya sebagai salah satu program penting dalam Eliminasi penyakit Malaria yang ada di indonesia dan untuk melaksanakan pengendalian vektor penting untuk mempelajari mengenai Bionomik nyamuk atau perilaku nyamuk dengan lingkungannya agar pengendalian vektor bisa terlaksana dengan baik dan mengurangi angka kejadian penyakit malaria. oleh karena itu, perlu dilakukan studi Bionomik vector nyamuk malaria di Klinik dr. Martiani Pujiatmika Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal.

BAB 6