• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian Malaria di Klinik dr. Martiani Pujiatmika Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten

Mandailing Natal

5.2.1. Genangan Air

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara genangan air dengan kejadian malaria di Klinik dr. Martiani Pujiatmika Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal. Genangan air dalam penelitian ini merupakapan tempat potensial perindukan nyamuk vektor malaria.

Genangan air yang menjadi tempat-tempat perindukan nyamuk malaria pada penelitian ini ada yang merupakan breeding site permanen seperti mata air, sungai, kolam, rawa dan ada pula yang merupakan breeding site temporer seperti kubangan dan selokan dengan karakteristik perindukkannya berbeda-beda, hal ini memberikan konstribusi besar bagi tingkat densitas larva pada masing -masing perindukan.

Peneliti menemukan pada genangan air sungai terdapat sampah plastik bekas, rumput kering, semak, potongan kayu dengan kondisi genangan air jernih, keruh terkena sinar matahari langsung atau terbuka serta tidak terdapat hewan air berbadan dan berdasar tanah yang merupakan tempat yang disenangi nyamuk Anopheles untuk meletakan telurnya, hal ini memberikan peluang terjadinya peningkatan populasi densitas larva sepanjang tahun. Sesuai dengan teori dan beberapa peneliti terdahulu menyatakan bahwa nyamuk Anopheles senang memilih genangan air atau tempat berair yang dasarnya tanah, air keruh, sedikit jernih, kondisi air mengalir atau tidak mengalir serta terjadi penetrasi sinar matahari maupun tidak terjadi penetrasi sinar matahari (Kazwani, 2006).

Kondisi lingkungan seperti selokan yang tergenang air dan diperparah dengan perilaku masyarakat yang sering membuang sampah dan sisa bahan dapur yang langsung dialirkan ke selokan sehingga tumpukan sampah membuat selokan tersumbat dan tergenang dan menjadi tempat perindukan nyamuk malaria. Demikian juga halnya dengan sungai yang sering digunakan oleh masyarakat untuk mandi dan mencuci pakaian yang dipenuhi oleh sampah sisa detergen dan bungkus sabun mandi dan pasta gigi karena masyarakat membuangnya begitu saja ke badan sungai sehingga lama-kelamaan sungai tersebut dipenuhi oleh sampah yang menyumbat aliran sungai sehingga air sungai tidak mengalir dengan lancar dan potensial sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk vektor malaria.

Berdasarkan data dari Kecamatan Panyabungan Kota diketahui sebanyak 2.526 keluarga memanfaatkan sungai sebagai sumber air utama mereka. Artinya,

warga yang memanfaatkan sungai tersebut memiliki kontak lebih sering dengan nyamuk yang memungkinkan warga dapat tergigit oleh nyamuk di sekitarnya.

Sesuai dengan teori Prabowo (2004) keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di suatu daerah. Adanya danau air payau, genangan air di hutan, pesawahan, tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat -tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria. Dengan bertambahnya tempat perkembangbiakkan, maka populasi nyamuk Anopheles akan bertambah. Kelembapan yang rendah akan memperpendek umur nyamuk Anopheles, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembapan 60% merupakan batas paling rendah yang memungkinkan untuk nyamuk hidup. Pada kelembapan yang tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pamela (2009) menyatakan bahwa ada hubungan antara parit, selokan, genangan air dengan kejadian malaria di Kabupaten Purworejo dengan nilai p= 0,000 dan OR=0,06. Nyamuk menyukai tempat - tempat yang terdapat genangan air sebagai tempat berkembangbiak. Kehidupan nyamuk sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan yang ada seperti suhu, kelembaban, curah hujan. Nyamuk anopheles biasanya hidup di air payau, di sawah, air bersih pegunungan. Menurut hasil penelitian Saputro dan Arum (2013) menyatakan bahwa ada hubungan antara keberadaan genangan air dengan kejadian malaria di Kabupaten Banjarnegara dengan nilai p= 0,012 dan OR=4,250.

5.2.2. Keberadaan Kandang Hewan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara keberadaan kandang hewan ternak dengan kejadian malaria di Klinik dr. Martiani Pujiatmika Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal.

Beternak merupakan salah satu kegiatan sampingan yang dilakukan oleh masyarakat di Panyabungan Kota sebagai usaha sampingan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Ternak ayam, bebek kambing dan lembu di belakang rumah sering dilakukan olaeh masyarakat setempat. Sebanyak 450 warga diketahui memiliki ternak dan dari jumlah tersebut ada beberapa rumah yang letaknya berada di sekitar kandang.

Kandang ternak ditemukan sebagai tempat peristirahatan bagi nyamuk Anopheles aconitus dengan presentase jumlah nyamuk mencapai 60% (Handayani and Darwin, 2006). Jika terdapat kandang ternak di sekitar rumah, maka tidak menutup kemungkinan bahwa nyamuk yang mencari makan di kandang juga masuk kedalam rumah.

Penelitian ini sejalan Penelitian Pamela (2009) menyatakan bahwa ada hubungan antara keberadaan kandang hewan ternak disekitar rumah dengan kejadian malaria di Kabupaten Purworejo dengan nilai p= 0,000 dan OR=0,01. Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Hasyimi and Herawati (2012), Mulyono et al. (2013) dan Pamela (2009) bahwa kandang ternak berhubungan dengan kejadian malaria. Responden yang di sekitar rumahnya terdapat ternak memiliki risiko 1,64

kali lebih besar terkena malaria dibandingkan responden yang di sekitar rumahnya tidak ada ternak (Hasyimi, 2012).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Nuratikoh (2015) yang menunjukkan bahwa 75% penderita Malaria terdapat kandang ternak di sekitar rumahnya. Secara statistik, keberadaan kandang ternak ini memiliki hubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga.

5.2.3. Penggunaan Kawat Kasa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kawat kasa dengan kejadian malaria di Klinik dr. Martiani Pujiatmika Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal

Kasa anti nyamuk diketahui merupakan salah satu perilaku pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk. Ristadeli et al. (2013) melakukan penelitian dengan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemasangan kasa anti nyamuk dengan kejadian Malaria di Kecamatan Nanga Ella Hilir Kabupaten Melawi Provinsi Kalimantan Barat dengan nilai OR sebesar 10,5. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat yang tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah memiliki risiko 10,5 kali lebih besar terkena Malaria dibandingkan dengan masyarakat yang memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah.

Hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang tidak menggunakan kasa maupun penutup pada ventilasi rumah. Pemasangan kasa anti nyamuk ventilasi rumah ini dengan kejadian Malaria berpengaruh terhadap mudah

tidaknya nyamuk masuk kedalam rumah, ventilasi yang tidak menggunakan kasa akan memudahkan nyamuk masuk kedalam rumah (Imbiri et al., 2012).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pamela (2009) menyatakan bahwa ada hubungan antara penggunaan kawat kasa dengan kejadian malaria di Kabupaten Purworejo dengan nilai p=0,002 dan OR=8,50. Adanya kejadian malaria disebabkan rumah yang tidak terpasang kawat kasa akan mempermudah masuknya nyamuk ke dalam rumah. Kawat kasa merupakan penghalang bila kawat dalam keadaan baik (Lestari, 2007). Namun penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Nuratikoh (2015) menunjukkan bahwa sebagian besar (83,3%) masyarakat yang menderita Malaria dan sebanyak 84,9% masyarakat yang tidak menderita Malaria tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah mereka. Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pemasangan kasa anti nyamuk pada ventilasi dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang.

5.3. Faktor yang Paling Dominan Berhubungan dengan Kejadian Malaria di