• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dominasi spesies menunjukkan tingkat kehadiran dan penguasaan suatu jenis dalam ekosistem. Dominasi jenis tegakan diperoleh dari hasil perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) pada masing-masing jenis. Jenis yang dominan adalah jenis yang memiliki INP tinggi. Nilai INP untuk pancang, tiang dan pohon diperoleh dari hasil penjumlahan Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominasi Relatif (DR). Daftar INP tegakan seluruh jenis yang ditemukan di TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Lampiran 2, 3 dan 4.

Beberapa jenis tegakan dominan pada tingkat pertumbuhan pohon, tiang dan pancang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Indeks Nilai Penting Beberapa Jenis Dominan yang Ditemui di TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara

Famili Jenis KR (%) FR (%) DR (%) INP

Pohon

Pinaceae Pinus mercusii 17,30 4,62 46,8 68,7

Hammamelidaceae Altingia exelsa 13,30 3,59 25,8 42,8

Fagaceae Megacarpa 4,26 3,59 2,86 10,7

Lauraceae Lithocarpus bennetti 4,54 3,08 2,58 10,2

Tiang

Fagaceae Lithocarpus ewyckii 15,0 8,77 46,8 70,5

Sapotaceae Polyalthia sp 7,14 4,09 12,5 23,7

Thiaceae Gordania imbricata 4,08 4,68 5,12 13,9

Myrsinaceae Eugenia koordersiana 5,44 5,85 5,17 16,5

Moraceae Ficus variegata 5,10 3,51 3,96 12,6

Hammamelidaceae Altingia exelsa 3,40 2,34 5,44 11,2

Pancang

Myrtaceae Eugenia sp 4,78 3,62 12,40 20,8

Rubiaceae Urophylum sp 4,23 3,99 9,73 17,9

Moraceae Arthocarpus lakoocha 4,04 3,62 5,99 13,7

Myrcinaceae Ardisia lurida 4,96 3,62 4,55 13,1

Myrtaceae Eugenia garcinifolia 3,49 2,54 6,68 12,7

Theaceae Gordonia imbricata 3,13 3,62 4,84 11,6

Melastomaceae Malastoma

decentidum

4,23 2,54 4,41 11,2

Lauraceae Litsea discocalyx 3,86 1,09 5,62 10,6

Moraceae Ficus variegata 3,86 2,90 3,47 10,2

Pada Tabel 4 ditunjukkan bahwa jenis-jenis pohon yang dijumpai di TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara didominasi

oleh jenis Pinus Mercusi dengan INP 68.7%, kemudian diikuti oleh jenis Altingia exelsa dengan INP 42,8%, jenis Megacarpa dengan INP 10.7%, jenis Lithocarpus bennetti dengan INP 10.2%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis ini sudah establish sebagai hasil persaingan berbagai faktor lingkungan fisik yang terjadi pada

ekosistem hutan yang bersangkutan. Dalam komunitas vegetasi hutan persaingan yang terjadi sangat kompleks sehingga hanya jenis-jenis tertentu saja yang dapat berkuasa.

Pada Tabel 4 ditunjukkan bahwa jenis-jenis tiang yang dijumpai di TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh jenis Litocarpus ewyckii dengan INP 70.5%, kemudian diikuti oleh jenis Polyalthia sp dengan INP 23.7%, jenis Eugenia koordersiana dengan INP 13.9%, jenis Ficus variegata dengan INP 12.6% jenis Altingia exelsa dengan INP 11.2%, jenis Gordonia imbricata dengan INP 16.5%. Jenis-jenis dominan tersebut diduga memiliki batas toleransi yang lebih lebar dibandingkan dengan jenis lain, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sehingga dapat mengalahkan jenis lainnya dalam kompetisi memperebutkan unsur-unsur pendukung untuk pertumbuhan seperti: unsur hara, cahaya matahari dan air (Soerianegara dan Indrawan, 1978).

Pada Tabel 4 ditunjukkan bahwa jenis-jenis pancang yang dijumpai di TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara didomonasi

oleh jenis Eugenia sp dengan INP 20.8%, kemudian diikuti oleh jenis Urophylum sp dengan INP 17.9%, jenis Artocarpus lakoocha dengan INP 13.7%, jenis Ardisia lurida dengan INP 13.1%, jenis Eugenia garcinifolia dengan INP 12.7%, jenis Gordonia imbricata dengan INP 11.6%, jenis Malastoma decentidum dengan INP 11.2%, jenis Litsea discocalyx dengan INP 10.6%, jenis Ficus variegata dengan INP 10.2%.

Menurut ketahanannya terhadap lingkungan, tumbuhan dapat dibagi atas dua, yaitu: (a) Tumbuhan yang batas toleransinya lebar (eury) terhadap lingkungan, dan (b) Tumbuhan yang batas toleransinya sempit (steno) terhadap lingkungannya. Soerianegara dan Indrawan (1978) menambahkan bahwa pada tumbuhan-tumbuhan yang batas toleransinya sempit (steno), titik minimum, optimum, dan maksimum berdekatan sekali, sehingga perbedaan yang sedikit saja untuk tumbuhan-tumbuhan eury tidak berarti apa-apa adalah kritis bagi jenis ini.

Pada Tabel 4 dapat dilihat Pinus mercusii mendominasi pada tingkat pohon tetapi pada tingkat tiang dan pancang tidak ada pada INP > 10%. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan penanaman pohon di TAHURA Bukit Barisan adalah jenis-jenis pohon di luar tanaman pinus.

Nilai Kerapatan Relatif (KR) tertinggi pada pohon terdapat pada jenis Pinus mercusii dengan nilai sebesar 17.3%, pada tiang terdapat KR tertinggi pada jenis Polyalthia sp dengan nilai sebesar 7.14% sedangkan KR terbesar pada pancang terdapat pada jenis Ardisia lurida dengan nilai sebesar 4.96%. Tingginya nilai ini menunjukkan banyaknya jenis tersebut pada hutan ini. Beragamnya nilai Kerapatan Relatif ini mungkin disebabkan karena kondisi hutan pegunungan yang memiliki variasi lingkungan yang tinggi. Seperti topografinya yaitu ada yang curam dan ada yang bergelombang, keadaan tanah, kelembaban, suhu. Krebs (1985) menyatakan hutan pegunungan sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan angin, di mana dengan naiknya ketinggian temperatur menurun, curah hujan meningkat dan kecepatan angin juga meningkat yang sangat mempengaruhi kelembaban udara.

Menurut Loveless (1989), sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung tersebar luas.

Nilai Frekuensi Relatif (FR) tertinggi terdapat pada pohon jenis Pinus mercusii dengan nilai sebesar 4.62%, FR tertinggi terdapat pada tiang jenis Lithocarpus ewyckii dengan nilai sebesar 8.77%, FR tertinggi terdapat pada pancang jenis Urophylum sp dengan nilai sebesar 3.99%. Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa jenis-jenis ini banyak terdapat pada TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Jenis-jenis tersebut dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan pegunungan. Berdasarkan nilai FR tersebut dapat dilihat proporsi antara jumlah pohon dalam suatu jenis dengan jumlah jenis lainnya di dalam komunitas serta dapat menggambarkan penyebaran individu di dalam komunitas.

Penyebaran dan pertumbuhan dari pada individu sangat dipengaruhi oleh daya tumbuh biji, topografi, keadaan tanah dan faktor lingkungan lainnya. Biji yang tersebar di daerah yang miskin akan bahan organik dan dengan intensitas cahaya yang berlebihan dapat berakibat buruk dan mematikan bagi pertumbuhan biji tersebut.

Frekuensi kehadiran sering pula dinyatakan dengan konstansi. Konstansi atau frekuensi kehadiran organisme dapat dikelompokkan atas empat kelompok yaitu jenis yang aksidental (Frekuensi 0-25%), jenis assesori (Frekuensi 25-50%), jenis Konstan (Frekuensi 50-75%), dan jenis absolut (Frekuensi di atas 75%) (Suin, 2002).

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pohon, tiang dan pancang pada TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara termasuk dalam

kategori aksidental (nilai FR 0-25%). Hal ini memperlihatkan jenis-jenis tersebut daerah penyebarannya terbatas, dan menyebarkan bijinya hanya pada sekitar lokasi hutan tempat tumbuhnya saja. Monk, et al, (2000), menyatakan pohon-pohon yang tumbuh di bawah ketinggian optimum, umumnya mengandalkan pasokan bijinya dari pohon-pohon di ketinggian atasnya.

Dokumen terkait