• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Latihan Kondisi Fisik

3. Dosis Latihan

Terdapat tiga cara mengatur dosis olahraga, yaitu : (Santoso

& Didik, 2013)

a. Meningkatkan intensitas dengan durasi pelaksanaan yang tetap.

b. Meningkatkan durasi pelaksanaan dengan intensitas yang tetap.

c. Meningkatkan intensitas disertai juga dengan meningkatkan durasi pelaksanaannya.

Sebuah hasil latihan yang maksimal harus memiliki prinsip latihan. Tanpa adanya prinsip atau patokan yang harus diikuti oleh semua pihak yang terkait, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi pelatihan akan sulit mencapai hasil yang maksimal (Nala, 2011 dalam Fitri 2016).

a. Intensitas

Intensitas merupakan ukuran terhadap aktivitas yang dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Intensitasnya diukur berdasarkan posisi, jarak dan jumlah cone yang digunakan.

b. Volume

Volume dalam pelatihan merupakan komponen dosis yang paling penting dalam setiap pelatihan. Dalam penelitian ini volume yang digunakan adalah:

1) Repetisi

Repetisi merupakan pengulangan yang dilakukan tiap set latihan. Untuk latihan kelincahan, repetisi yang digunakan

adalah 1-3 kali, tetapi untuk menghasilkan peningkatan yang maksimal repetisi yang sebaiknya digunakan adalah 3 repetisi untuk setiap set.

2) Set

Set adalah satu rangkaian dari repetisi. Untuk latihan kelincahan, set yang dianjurkan adalah 3-5 kali. Untuk menghasilkan peningkatan yang maksimal set yang sebaiknya digunakan adalah 3 set.

3) Istirahat

Waktu istirahat diperlukan dalam setiap set untuk memberikan waktu istirahat kepada otot-otot yang berperan dalam pelatihan kelincahan. Waktu istirahat yang dianjurkan adalah selama 1-3 menit antar set, untuk mencegah terlalu lamanya waktu istirahat.

c. Frekuensi

Frekuensi merupakan jumlah latihan per-minggu. Dalam pelatihan kelincahan, frekuensi yang biasa digunakan adalah 3-5 kali seminggu. Hal ini sesuai bagi atlet sehingga menghasilkan peningkatan kemampuan otot yang baik serta tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dalam penelitian ini, frekuensi yang digunakan 3 kali seminggu. Latihan ini dilaksanakan selama 6 minggu.

B. Tunjuan Umum Tentang Kelincahan(Agility)

1. Otot- otot yang Berperan pada Kelincahan (Agility) a. Otot pada ekstremitas inferior

Daerah ekstremitas inferior memiliki grup otot besar yang dapat memberikan kontribusi terhadap kelincahan (Sukma, 2015).

Beberapa grup otot besar yang terlibat adalah:

1) Grup Otot Quadriceps

Gambar 8 Grup Otot Quadriceps Sumber: www.coreevolutionpb.com

2) Grup Otot Hamstring

Gambar 9 Grup Otot Hamstring Sumber : http://medicastore.com

3) Grup Otot Plantar Fleksor Ankle

Gambar 10 Grup Otot Plantar Fleksor Ankle Sumber : http://medicastore.com

4) Grup Otot Dorso Fleksi Ankle

Gambar 11 Grup Otot Dorsi Fleksor Ankle Sumber : http://medicastore.com

Selain otot yang di atas, otot yang berperan dalam gerakan kelincahan adalah otot Gluteus Maximus, Gluteus Medius dan minimus. Otot ini menjaga tubuh bagian belakang agar tetap tegap (Sukma, 2015).

Gambar 12 Otot Gluteal Sumber : http://medicastore.com

Karakterisitik otot rangka secara fisiologis ada 4 aspek yaitu:

Contractility adalah kemampuan untuk mengadakan respon memendek bila dirangsang. Extensibility adalah kemampuan otot untuk memanjang bila otot ditarik atau ada gaya yang bekerja pada otot tersebut bila otot rangka diberi beban. Elasticity adalah kemampuan otot untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah mengalami extensibility atau contractility. Extensibility electric adalah kemampuan untuk merespon terhadap rangsangan tertentu dengan memproduksi sinyal-sinyal listrik yang disebut tindakan potensi (Tortora dan Derrickson, 2009 dalam fitri, 2016).

2. Definisi Kelincahan (agility)

Agility adalah kemampuan untuk menghentikan, memulai, dan mengubah arah tubuh atau bagian tubuh dengan cepat di bawah kontrol, Dari pernyataan di atas dapat diketahui menurut Baechle dan Vestegen, kelincahan merupakan kemapuan untuk berhenti, memulai dan mengubah arah gerak badan atau bagian tubuh secara berulang

dibawah kontrol. Sedangkan menurut Drabik (Peebles,2009) periode penting untuk meningkatkan kelincahan berada direntangan sekitar usia 9-12 tahun, dengan kompleksifitas dan spesifikasi yang dimulai dari usia sekitar 16-17 tahun. (Diputra, 2015). Agility dapat dibagi menjadi 2 macam, antara lain sebagai berikut :

a. Agility umum : agility umum adalah agility seseorang dalam melakukan olahraga pada umumnya dan menghadapi situasi hidup dengan lingkungannya.

b. Agility khusus : agility khusus adalah agility yang diperlukam sesuai dengan cabang olahraga yang diikutinya. Artinya, kelincahan yang dibutuhkan memiliki karakteristik tertentu sesuai tuntutan cabang olahraga yang ditekuni.

3. Fisiologi Kelincahan

Kelincahan merupakan salah satu komponen biomotorik yang didefinisikan sebagai kemampuan mengubah arah secara efektif dan cepat. Kelincahan terjadi karena gerakan tenaga eksplosif (Ruslan, 2012 dalam Sukma 2015). Kelincahan juga merupakan kombinasi antara power dengan flexibility. Besarnya tenaga ditentukan oleh kekuatan dari kontraksi serabut otot. Kecepatan otot tergantung dari kekuatan dan kontraksi serabut otot. Kecepatan kontraksi otot tergantung dari daya rekat serabut-serabut otot dan kecepatan transmisi impuls saraf.

Seseorang yang mamapu mengubah arah dari posisi ke posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi gerak

yang baik berarti kelincahannya cukup tinggi. Elastisitas otot sangat penting karna makin panjang otot tungkai dapat terulur maka makin kuat dan cepat otot memendek atau berkontraksi. Selain itu elastis otot juga dapat memepengaruhi fleksibility seseorang.

Pada saat latuhan otot-otot lebih menjadi elastis dan ruang gerak sendi akan semakin baik sehingga persendian akan menjadi sangat lentur sehingga menyebabakan ayunan tungkai dalam melakukan langkah-langkah menjadi sangat lebar Dengan otot yang elastis, tidak akan menghambat gerakan-gerakan otot tungkai sehingga langkah kaki dapat dilakukan dengan cepat dan panjang.

Keseimbangan dinamis juga akan terlatih karena dalam pelatihan ini harus mampu mengontrol keadaan tubuh saat melakukan pergerakan.

Dengan meningkatnya komponen-komponen tersebut maka kelincahan akan mengalami peningkatan (Pratama et al., 2014 dalam Made, 2016).

4. Manfaat Kelincahan (Ichsan, 2011)

a. Mengkoordinasi gerakan- gerakan ganda b. Mempermudah berlatih tehnik- tehnik tinggi c. Gerakan dapat efisien dan efektif

d. Mempermudah daya orientasi dan antisipasi terhadap lawan dan lingkungan bertanding

e. Menghindari terjadinya cedera.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Kelincahan (Agility)

Menurut Apta Mylsidayu dan Febi Kurniawan(2015) dalam (Humaedi & dkk, 2017) faktor yang mempengaruhi agility antara lain sebagai berikut: :

a. Komponen biomotor yang meliputi kekuatan otot, speed, power otot, waktu reaksi, keseimbangan dan koordinasi.

b. Tipe tubuh orang yang tergolong mesomorph lebih tangkas dari pada eksomorf dan endomorf.

c. Umur, agility meningkat sampai kira-kira umur 12 tahun pada waktu mulai memasuki pertumbuhan cepat (rapid growth).

Kemudian selama periode rapid growth, agility tidak meningkat tapi menurun. Setelah melewati rapid growth, maka agility meningkat lagi sampai anak mencapai usia dewasa, kemudian menurun lagi menjelang usia lanjut.

d. Jenis kelamin. Anak laki-laki memiliki agility sedikit di atas perempuan sebelum umur pubertas. Tetapi, setelah umur pubertas perbedaan agility-nya lebih mencolok.

e. Berat badan. Berat badan yang lebih dapat mengurangi agility.

f. Kelelahan. Kelelahan dapat mengurangi agility. Oleh karena itu, penting memelihara daya tahan jantung dan daya tahan otot, agar kelelahan tidak mudah timbul.

6. Metode Pengukuran Kelincahan

a. Pengukuran Kelincahan Shuttle Run (Dr.Widiastuti, M.Pd 2011, dalam Nawir 2016)

1) Tujuan

Bertujuan untuk kelincahan dengan mengubah gerak tubuh arah lurus.

2) Alat dan fasillitas

a) Stopwacth sesuai kebutuhannya.

b) Lintasan lari datar panjang minimal 10 meter dengan garis jarak 5 meter dengan setiap lintasan lebar 1,22 meter.

3) Tester

a) 1 Orang starter dan pencatat waktu.

b) Pengambil sesuai dengan tester dan lintasan yang tesedia.

4) Pelaksanaan

a) Pada aba – aba “ bersedia” setiap teste berdiri di belakang garis atau garis pertama di tengah lintasan.

b) Pada aba-aba “siap” testee dengan start berdiri dan siap lari.

c) Dengan aba-aba “ya”testee segera lari menuju garis kedua dan setelah melewati kedua garis kedua segera berbalik menuju garis start.

d) Lari dari garis startatau garis pertama menuju ke garis start.

e) Lari dari garis start atau garis pertama menuju ke garis kedua dan kembali ke garis start di hitung 1 kali.

f) Pelaksanaan lari dilakukan sampai ke empat kalinya bolak – balik sehingga menempuh jarak 20 meter.

g) Setelah melewati garis finish stopwatch dihentikan.

b. Pengukuran Illinois Agility Test 1) Tujuan

Untuk kelincahan dalam berlari dan mengubah posisi 2) Alat dan peralatan

a) Lapangan b) Stopwatch c) Tongkat/cone d) Pluit

e) Alat tulis 3) Tester

a) 1 orang starter b) Pencatat waktu c) Pencatat hasil tes d) Pengawas

4) Pelaksanaan

a) Panjang area tes adalah10 meter dan lebarnya (jarak titik start dengan finis) adalah 5 meter.

b) 4 cone digunakan sebagai tanda start, finis, dan untuk titik memutar 2 kun. 4 cone lainnya disimpan di tengah-tengah diantara titik start dan finis. Jarak tiap cone yang di tengah adalah 3.3 meter.

c) Subjek siap-siap untuk berlari dengan posisi badan condong ke depan. Ketika ada aba-aba "Ya", stopwatch dijalankan, dan subjek lari secepat mungkin kemudian mengubah arah gerakan sesuai dengan alur gerakan yang terlihat pada gambar disamping tanpa mengenai atau menyenggol cone yang ada sampai ke titik finis.

c. Parameter latihan shuttle run dan illinois

Tabel 1 Penilaian Shuttle Run dan Illinois Test

Rating Kategori Males

Excellent 1 < 15.2

Very Good 2 15.2 -16.1

Good 3 16.2 - 18.1

Fair 4 18.2 - 19.3

Needs Improvement 5 > 19.3

Sumber: Fitness Test Card, 2016

C. Tinjauan Hubungan antara Latihan Kondisi Fisik dengan Kelincahan (Agility)

Pemberian pelatihan fisik secara teratur dan terukur dengan takaran dan waktu yang cukup, akan menyebabkan perubahan fisiologis yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang lebih besar dan memperbaiki penampilan fisik. Perubahan fisiologis yang nyata dapat

terjadi pada tubuh kita apabila aktivitas fisik dan latihan olahraga yang selalu dilakukan. Oleh karen itu, tanggapan latihan memiliki 2 aspek analog dengan respon tubuh terhadap lingkungan. Salah satunya adalah respon jangka pendek yaitu serangan tunggal setelah sesekali olahraga atau latihan akut. Aspek kedua adalah respon jangka panjang yaitu setelah olahraga teratur yang mempermudah latihan berikutnya serta meningkatkan kinerjanya. Hal ini disebut atlet sudah memiliki adaptasi terhadap latihan yang diberikan.

Jenis pelatihan fisik yang diberikan secara cepat dan tepat, akan memeberikan perubahan yang meliputi peningkatan substrak anaerobik seperti ATP-PC, kreatin dan glikogen serta peningkatan pada jumlah dan aktivitas enzim (McArdle, 2010 dalam Sukma 2015). Jadi secara teoritis bahwa dengan melakukan pelatihan fisik maka unsur kebugaran jasmani seperti kekuatan otot tungkai, kecepatan, fleksibilitas, elastis otot dan keseimbangan dinamis akan mengalami peningkatan fungsi secara fisiologi sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan kelincahan kaki. Otot rangka memperlihatkan kemampuan berubah yang besar dalam memberi respon terhadap berbagai bentuk latihan (Sudarsono,2009 dalam Sukma 2015). Beberapa unit organ tubuh akan mengalami perubahan akibat dilakukan latihan memberikan efek positif terhadap otot, bahkan perubahan adaptif jangka panjang dapat terjadi pada serat otot, yang memungkinkan untuk respon lebih efisien terhadap berbagai jenis kebutuhan pada otot (Wiarto, 2013 dalam Sukma 2015).

D. Kerangka Teori

Gambar 13 Kerangka Konsep

Dokumen terkait