• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATIHAN KONDISI FISIK TERHADAP KELINCAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH LATIHAN KONDISI FISIK TERHADAP KELINCAHAN"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LATIHAN KONDISI FISIK TERHADAP KELINCAHAN (AGILITY) OLAHRAGA

PERMAINAN DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN OLAHRAGA

PELAJAR (PPLP) PROVINSI SULAWESI SELATAN

2018

SKRIPSI

EFI HUDRIAH C131 14 023

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

(2)

PENGARUH LATIHAN KONDISI FISIK TERHADAP KELINCAHAN (AGILITY) OLAHRAGA

PERMAINAN DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN OLAHRAGA

PELAJAR (PPLP) PROVINSI SULAWESI SELATAN

2018

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Disusun dan diajukan oleh

EFI HUDRIAH

Kepada

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : EFI HUDRIAH

Nim : C 13114023

Program Studi : Fisioterapi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 14 Mei 2018 Yang menyatakan

(Efi Hudriah)

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang telah dianugrahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Latihan Kondisi Fisik Terhadap Kelincahan (Agility) Olahraga Permainan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Provinsi Sulawesi Selatan ”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Program Studi S1 Ilmu Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin, Makassar. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Abidin Ahmad dan Ibunda Sri Yuliyanti yang tak pernah lelah memberikan motivasi, selalu menghadirkan nama penulis dalam setiap munajat doa beliau dengan tulus setiap saat, dan kasih sayang dalam bentuk moril dan materil. Pada kesempatan ini, secara khusus penulis juga ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.H. Djohan Aras, S.Ft.,Physio.,M.Pd.,M.Kes., selaku Ketua Program Studi S1 Fisioterapi, Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin, serta segenap dosen-dosen dan staf karyawan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam proses perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Dian Amaliah Nawir, S.Ft.,Physio.,M.Kes, selaku pembimbing I dan Bapak Muliyadi, S.Ft.,Physio.,M.Kes, selaku pembimbing II yang telah sabar

(7)

vi

dan ikhlas meluangkan waktu, saran, tenaga serta pikiran selama proses penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Nahdiah Purnamasari, S.Ft.,Physio.,M.Kes selaku penguji I dan Ibu Yusfina, S.Ft.,Physio.,M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan banyak saran dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

4. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 Fisioterapi, Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin angkatan 2014 SC14TIC yang telah memberikan bantuan ide, semangat, dan doa untuk penulis.

5. Para Pelatih Sepak Bola dan Sepak Takraw di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) yang tidak pernah bosan mendengarkan keluhan penulis dan selalu memberikan motivasi, serta adik-adik dan teman-teman yang telah bersedia menjadi responden penelitian.

6. Ahdiat, Intan, Yusty, Ratu, Dian, dan Us selaku Genk Bima yang selalu membantu, memberikan motivasi, dukungan dan sumbangan pikiran berupa ide, semangat dan doa demi kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi ini.

7. Hurul, Yuli, Muharni, Maria, Dina, dan Nahla yang selalu memberikan saran dan motivasi kepada peneliti.

8. Unmi dan Meyske yang telah berjuang bersama melakukan proses penelitian.

9. Kak Abdi, Kak Dul, Kak eca yang telah membantu dan memotivasi peneliti dalam penulisan skripsi.

10. Kpop (kim jongin) yang telah mengisi hari-hari penulis dalam menyelesaikan penyususnan skripsi ini.

(8)

vii

11. Teman-teman KKN-PK Posko Desa Borong Kec. Herlang Kab. Bulukumba yang selalu memberikan saran, ide, motivasi, dan semangat dalam menyusun skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidakk dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga bentuk bantuan yang telah diberikan mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Sebagai manusia biasa, maka penulisan skripsi ini pun tak luput dari kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata. Semoga kripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Aamiin.

Makassar, Mei 2018

Penulis

(9)

viii

ABSTRAK

EFI HUDRIAH Pengaruh Latihan Kondisi Fisik terhadap Perubahan Kelincahan Fisik terhadap Peningkatan Kelincahan pada Olahraga Permainan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Makassar (dibimbing oleh Dian Amalia Nawir, dan Muliyadi).

Penelitian ini mengangkat permasalahan pengaruh pemberian latihan kondisi fisik terhadap peningkatan kelincahan pada atlet sepak bola dan sepak takraw. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan kondisi fisik terhadap peningkatan kelincahan pada atlet sepak bola dan takraw di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP).

Jenis penelitian yang digunakan adalah pre-experimental dengan menggunakan desain penelitian one-group pretest posttest design dengan variabel independent adalah latihan kondisi fisik dan variabel dependent adalah kelincahan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 29 orang. Penentuan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Instrumen atau alat pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Illinois Agility Run. Penelitian ini dilakukan selama 6 minggu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 29 responden yang diberikan latihan kondisi fisik dengan frekuensi 3 kali dalam 1 minggu berpengaruh terhadap perubahan kelincahan teknik bermain atlet sepak bola dan takraw di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Makassar dengan nilai signifikan Uji T berpasangan P = 0.000.

Kata Kunci : Latihan Fisik, Kelincahan, Sepak Bola, Sepak Takraw

(10)

ix

ABSTRACT

EFI HUDRIAH The Effect of Physical Condition Training on Sports agility Game at Center for Student Sport Education and Training (PPLP) Makassar (Guided by Dian Amalia Nawir, and Muliyadi)

This research discusses the effect of physical condition exercise on increasing the agility in football and takraw athletes. This research purpose to known effect of physical condition exercise on improving agility on football and takraw athletes at Center for Student Sport Education and Training (PPLP)

This research used pre-experimental research. This research use one-group pretest posttest design, the independent variable is physical condition exercise and dependent variable is agility. The sampling technique use is purposive sampling technique with the sample of 29 people. Sample determination based on inclusion and exclusion criteria. The instrument in this research is use Illinois Agility Run and it was conducted for 6 weeks.

The result of this research that 29 respondents who were given physical condition exercise with frequency 3 times in one week had an effect on the change of agility of football and takraw athletes at Makassar Student Training Center (PPLP) with significant value of T Pair Test isP = 0.000.

Keywords: Physical Exercise, Agility, Football, Takraw

(11)

x

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK... viii

ABTRACT... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Aplikatif ... 5

(12)

xi

2. Manfaat Akademik ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tinjauan Umum Tentang Latihan Kondisi Fisik ... 6

1. Pengertian Latihan Kondisi Fisik ... 6

2. Prinsip Latihan ... 12

3. Dosis Latihan ... 15

B. Tinjauan Umum Tentang Kelincahan (Agility) ... 17

1. Anatomi ... 17

2. Definisi Kelincahan ... 19

3. Fisiologi Kelincahan ... 20

4. Manfaat Kelincahan ... 21

5. Faktor Yang Mempengaruhi Kelincahan... 22

6. Metode Pengukuran... 23

C. Tinjauan Hubungan Antara Latihan... 25

D. Kerangka Teori... 27

BAB III KERANGKA KONSEP dan HEPOTESIS ... 28

A. Kerangka Konsep ... 28

B. Hipotesis ... 29

BAB IV METODE PENELITIAN... 30

A. Rencana Penelitian... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 30

1. Tempat Penelitian... 30

2. Waktu Penelitian ... 30

(13)

xii

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

1. Populasi ... 31

2. Sampel ... 31

D. Alur Penelitian ... 32

E. Variabel Penelitian ... 32

1. Identifikasi Variabel ... 32

2. Definisi Operasional Variabel ... 32

F. Prosedur Penelitian... 35

G. Pengolahan dan Analisis Data... 36

H. Masalah Etika... 37

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 38

A. Hasil Penelitian... 38

B. Pembahasan... 43

C. Keterbatasan Penelitian... 48

BAB VI PENUTUP... 49

A. Kesimpulan... 49

B. Saran... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN... 53

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penilaian Shuttle Run dan Illinois Run... 25

Tabel 2 Program Latihan sepak Bola dan Sepak Takraw... 33

Tabel 3 Penilaian Shuttle Run dan Illinois Run... 35

Tabel 4 Karakteristik Responden... 38

Tabel 5 Hasil Kategori Pre Test dan Post Test Sepak Takraw... 39

Tabel 6 Hasil Kategori Pre Test dan Post Test Sepak Bola... 40

Tabel 7 Hasil uji normalitas Pre Test dan Post Test... 41

Tabel 8 Pengaruh Latihan Kondisi fisik terhadap Perubahan Kelincahan... 42

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Interval Sprints... 7

Gambar 2 acceleration sprint track... 8

Gambar 3 Perenggangan Statis... 8

Gambar 4 Perenggangan Dinamis... 10

Gambar 5 Perenggangan PNF... 10

Gambar 6 Latihan shuttle run... 11

Gambar 7 Latihan Illinois agility... 12

Gambar 8 Grup Otot Quadriceps... 17

Gambar 9 Grup Otot Hamstring... 17

Gambar 10 Grup Otot Plantar Fleksor Ankle... 18

Gambar 11 Grup Otot Dorsi Fleksor Ankle... 18

Gambar 12 Otot Gluteal... 19

Gambar 13 Kerangka Konsep... 27 Gambar 14

Gambar 15 Gambar 16 Gambar 17

Kerangka Konsep...

Bagan Alur Penelitian...

Grafik Pre test dan Post tes sepak Takraw...

Grafik Pre Test dan Post Test Sepak Bola...

28 32 39 41

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4

Lampiran 5

Hasil Analisa Data Sepak Takraw Hasil Analisa Data Sepak Bola Lampiran 6 Dokumentasi

(17)

xvi

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang / Singkatan Arti dan Keterangan

PPLP Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga

Pelajar

PNF Peregangan dibantu pasangan/ Alat

SAID Specific Adaptation to Improve Demand

IMT Indeks massa tubuh

SMA Sekolah Menengah Atas

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau kelompok.

Definisi olahraga dari sudut pandang ilmu faal ialah, serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan seseorang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya, sesuai dengan tujuannya melakukan olahraga (Palar, 2015).

Olahraga terdiri dari beberapa latihan yang secara sistematis dengan peningkatan beban secara bertahap dan terus-menerus yang menggunakan energi yang berasal dari pembakaran yang membutuhkan oksigen tanpa menimbulkan kelelahan (Ticoalu, 2015). Didalam latihan olahraga terdapat latihan kondisi fisik untuk keterampilan gerak dasar yang teratur dan sebaiknya dimulai sejak usia dini (Wahyuno, 2014). Untuk mengembangkan atau meningkatkan kondisi fisik dapat dilihat dari kemampuan fisik (physical abilities) atlet. Kemampuan fisik mencakup dua komponen, yaitu komponen kesegaran jasmani (physical fitness) dan komponen kesegaran gerak (motor fitness). Kesegaran jasmani terdiri dari kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan kardiovaskular, dan fleksibilitas. Sedangkan komponen kesegaran gerak atau motorik terdiri dari kecepatan, koordinasi, kelincahan, daya ledaak otot, dan keseimbangan (Dumi, 2015).

(19)

Menurut Harsono (2001) Salah satu komponen latihan yang diberikan untuk dapat meningkatkan keterampilan fisik seorang atlet yaitu dengan meningkatkan kelincahan (agility) yang merupakan komponen kondisi fisik dari kecepatan, kekuatan, kecepatan reaksi, fleksibility, dan koordinasi neuromuscular. Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan keseimbangan. Kelincahan sangat di butuhkan dalam semua cabang olahraga yang khususnya permainan terutama pada cabang olahraga sepak bola dan sepak takraw. Dalam peningkatan permainan sepak bola, keterampilan dasar erat sekali hubungannya dengan kemampuan koordinasi gerak fisik, taktik, dan mental. Keterampilan dasar harus betul-betul dikuasai dan dipelajari lebih awal untuk mengembangkan mutu permainan yang merupakan salah satu faktor yang menentukan menang atau kalahnya suatu kesebelasan dalam suatu pertandingan (Daryanto, 2015). Dalam cabang olahraga sepak takraw kelincahan digunakan untuk berlari dan berpindah secara cepat dalam mengejar dan menangkap bola agar tidak terjatuh ke daerah sendiri, melainkan dapat memasukkan bola ke daerah lawan (Qurun, 2016).

Oleh karena itu penanaman basis kondisi fisik yang dilakukan sejak usia muda dengan porsi latihan yang cermat dan tepat akan menentukan kemampuan fisik atlet dikemudian hari. Usia muda merupakan periode potensial dalam perkembangan dan pertumbuhan fisik, apabila dalam masa pertumbuhan pemain tidak memperoleh latihan fisik yang tepat

(20)

sesuai dengan perkembangan potensi fisiknya maka jangan berharap atlet tersebut akan mencapai kemampuan fisik yang maksimal dikemudian hari (Rusli Lutan, 2000).

Menurut penelitian Wibowo, 2014 tentang “Sumbangan kecepatan, kelentukan, dan kelincahan Terhadap kemampuan menggiring bola siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola Di SMP Diponegoro Sleman terhadap 30 siswa ekstrakurikuler terdapat sumbangsi dari kelincahan terhadap kemampuan menggiring bola, yaitu sebesar 44,16% selama satu bulan latihan (wibowo, 2014). Meskipun banyak penelitian tentang kelincahan tetapi untuk penelitian yang di lakukan pada atlet muda masih kurang karena kebanyakan penelitian hanya meneliti pada sekolah yang hanya sekedar melakukan olahraga untuk hobi bukan untuk mengembangkan performa atau meningkatkan prestasi. Dalam olahraga peran fisioterapi sangat di perlukan karena merupakan bagian dari tim kesehatan. Fisioterapi olahraga dibutuhkan sebagai tim kesehatan olahraga dalam upaya preventif, kuratif, dan rehabilitatif atau restorasi. Pada penelitian ini, peran fisioterapi olahraga terdapat pada upaya preventif untuk meningkatkan level penampilan pemain sehingga tidak mudah cedera (Lesmana, 2010 dalam Fauziah, H., 2011).

Oleh karna itu penelitian rencannya akan dilakukan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Makassar walaupun atlet sudah di berikan latihan untuk kondisi fisik tetapi untuk kelincahanya masih kurang di karenakan teknik latihan yang diberikan masih berupa teknik yang umum oleh karna itu peneliti ingin memberikan latihan fisik

(21)

dengan teknik yang lain untuk menambah pengetahuan pelatih tentang variasi latihan fisik agar latihan yang diberikan lebih efektif.

Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemberian latihan kondisi fisik terhadap kelincahan olahraga permainan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, dapat di rumuskan bahwa pemberian latihan fisik yang diberikan untuk atlet olahraga permainan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) masih bersifat umum dan tidak efektif sehingga peneliti ingin memberikan latihan fisik yang bervariasi dengan judul “apakah ada pengaruh latihan kondisi fisik terhadap kelincahan (agility) olahraga permainan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Provinsi Sulawesi Selatan?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu diketahui adanya pengaruh latihan kondisi fisik terhadap terhadap kelincahan (agility) olahraga permainan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP).

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

(22)

a. Diketahui distribusi kelincahan atlet sepak bola dan sepak takraw di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) sebelum diberikan latihan kondisi fisik.

b. Diketahui distribusi perubahan kelincahan atlet sepak bola dan sepak takraw di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) sesudah diberikan latihan kondisi fisik.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yaitu : 1. Manfaat Aplikatif

a. Bagi atlet dan Pelatih

Menambah informasi tentang pentingnya dilakukan latihan fisik dalam meningkatkan kelincahan (agility) pada atlet, sehingga latihan yang dilakukan lebih efektif dan efisien dan agar latihan yang diberikan beragam.

b. Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan wawasan ilmu serta menjadi salah satu acuan latihan untuk meningkatkan kelincahan pada orang yang melakukan olahraga individu.

2. Manfaat Akademik

Penelitian diharapkan mendapatkan pengetahuan dan menjadi bacaan tentang pengaruh latihan kondisi fisik atlet terhadap kelincahan (agility) untuk meningkatkan performa atlet.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Latihan Kondisi Fisik 1. Latihan Kondisi Fisik

Latihan Kondisi fisik merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh cabang olahraga. Syam (2000) mengatakan latihan kondisi fisik perlu mendapat perhatian yang serius dan direncanakan dengan matang sehingga tingkat kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional tubuh lebih baik dengan memenuhi aspek aspek kondisi fisik (Kamaruddin, 2011).

Aspek – aspek kondisi fisik adalah satu kesatuan yang utuh yang komponen-komponenya tidak bisa dipisahkan begitu saja baik dalam peningkatan maupun pemeliharaan kondisi fisik. Aspek- aspek kondisi fisik adalah :

a. Kecepatan (speed)

Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang singkat- singkatnya seperti, lari cepat, pukulan dalam tinju dan sebagainya, adapun latihan kecepatan yang diberikan:

1) Interval Sprints

Latihan lari interval ini terjadi berangsur-angsur dari pengiramaan kerja latihan, dimana jarak yang telah ditentukan

(24)

tidak ditempuh dalam kecepatan konstan, tetapi jarak itu dibagi menjadi beberapa jarak pendek dan ditempuh dengan lari cepat (sprint) serta diselingi dengan periode istirahat aktif (jalan di tempat) yang dibatasi waktunya dan terkontrol.

Aktivitas latihan lari interval ini dilakukan ganti berganti secara tepat antara kerja dan istirahat dan jalan perkembangannya dipengaruhi oleh kerja dan istirahat sebelumnya (Muhammadiah, 2015).

2) Acceleration Sprint

Jhonson dalam (Muhammadiah, 2015) menyatakan latihan lari percepatan (acceleration sprint) adalah suatu bentuk latihan lari yang kecepatan larinya bertambah secara perlahan-lahan sejak dari ringan ke berat yaitu bentuk latihannya diawali dengan lari pelan-pelan (jogging), kemudian dipercepat (striding), dan diakhiri dengan kecepatan maksimal (sprint), dengan panjang lintasan lari percepatan adalah 55 yard atau 51 meter

sprint sprint sprint sprint

interval interval interval

Gambar 1 Interval Sprints

(25)

Gambar 2 acceleration sprint track

b. Kelenturan (Flexibility)

Kelenturan adalah kemampuan tubuh mengulur diri seluas- luasnya yang ditunjang oleh luasnya gerakan pada sendi.

Kemampuan untuk menggerakan tubuh dan anggota tubuh seluas- luasnya, berhubungan erat dengan kemampuan gerak kelompok otot besar dan kapasitas kinerjanya, latihan fleksibilitas dilakukan dengan cara peregangan (stretching). Berikut uraian serangkaian metode latihan untuk flexibilitas (Mylsidayu &

Kurniawan, 2015).

1) Peregangan statis

Gambar 3 Perenggangan Statis Sumber: Penjasorkes (2017)

50 M 50 M 50 M

JOGGING STRIDING SPRINT

(26)

Peregangan statis adalah gerakan peregangan pada otot-otot yang dilakukan secara perlahan-lahan hingga terjadi ketegangan dan mencapai rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pada otot tersebut. Posisi tersebut dipertahankan untuk beberapa saat. Sasaran pada pergangan statis adalah untuk meningkatkan dan memelihara keleturan otot-otot yang diregangkan. Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan latihan peregangan statis adalah sebagai berikut : a) Regangkan otot secara perlahan-lahan dan tanpa kejutan.

b) Segera terasa ada regangan pada otot, berhentilah sebentar;

kemudian lanjutkan regangan sampai terasa agak sakit;

berhenti lagi; akhirnya lanjutkan regangan sampai sedikit melewati titik atau limit rasa sakit, bukan sampai terasa sakit yang ekstrim.

c) Pertahankan sikap terakhir ini secara statis untuk selama 20-30 detik.

d) Seluruh anggota tubuh lainnya tinggal relax, terutama otot- otot antagonisnya (yang diregangkan), agar ruang gerak sendi mampu untuk meregang lebih luas.

e) Bernapaslah terus, jangan menahan napas.

f) Selesai mempertahankan sikap statis selama 20-30 detik, kembalilah ke sikap semula secara perlahan-lahan, tidak mengejut, agar ototnya tidak berkontraksi. Sebab kontraksi

(27)

ini akan memberikan kepada otot yang baru kita panjangkan tersebut rangsangan untuk memendek lagi.

2) Peregangan dinamis

Gambar 4 Perenggangan Dinamis Sumber: Penjasorkes (2017)

Peregangan dinamis adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan otot-otot dan persendian. Gerakan pergangan dinamis dilakukan secara perlahan dan terkontrol dengan pangkal geraknya adalah persendian. Sasaran dari peregangan dinamis adalah untuk memelihara dan meningkatkan kelentukan persendian, tendon, ligament, dan otot. Gerakan pada peregangan dinamis yaitu diregang- regangkan secara aktif seluas ruang gerak persendian yang dilatihkan.

3) Peregangan dibantu pasangan/ Alat (PNF)

Gambar 5 Perenggangan PNF Sumber: Verrion & Sabine (2014)

(28)

Pada peregangan cara propioneuromuscular facilities (PNF) diperlukan adanya bantuan dari orang lain (pasangan) atau menggunakan peralatan lain untuk membantu memudahkan gerakan peregangan agar mencapai target.

Tujuannya untuk membantu meregangkan otot hingga mencapai posisi statis dan dapat dipertahankan posisinya dalam beberapa waktu (Mylsidayu & Kurniawan, 2015).

Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan latihan peregangan PNF adalah sebagai berikut :

c. Kelincahan (Agility)

Kelincahan yakni kempuan untuk bergerak secepatnya dari satu titik ke titik lainnya, kemudian secara tiba- tiba mengubah arah gerakan, menghindari atau mengelilingi obyek secepatnya yang memerlukan kecepatan, adapun latihan kelincahan adalah :

1) Shuttle Run ( Widiastuti dalam Nawir 2016)

Bertujuan untuk kelincahan dengan mengubah gerak tubuh arah lurus.

Gambar 6 Latihan shuttle run Sumber: Fitness Test Card, 2016

(29)

2) Illinois Agility Test

Bertujuan untuk kelincahan dalam berlari dan mengubah posisi

Gambar 7 Latihan Illinois agility Sumber: Fitness Test Card, 2016

2. Prinsip Latihan

Latihan fisik yang tepat akan meningkatkan prestasi kerja dari faal tubuh. Peningkatan prestasi kerja dimaksud sangat tergantung kepada tipe latihan, intensitas latihan, frekuensi, lama latihan, dan prinsip-prinsip dasar latihan fisik. Selain itu, variasi dalam latihan juga sangat perlu diperhatikan. Apabila hal tersebut sudah dapat dilaksanakan dengan baik, sudah dapat dikatakan latihan yang dikuti berkualitas (HB, 2013).Rancangan olahraga harus mengikuti prinsip latihan yang telah dikemukakan olehbeberapa ahli, dan secara ringkas dapat diurai menjadi (Anggriawan, 2015).

(30)

a. Prinsip Beban Berlebih (Overload)

Dengan beban berlebih, memaksa otot untuk berkontraksi maksimal, sehingga merangsang adaptasi fisiologis yang akan mengembangkan kekuatan dan daya tahan. Dengan pemulihan yang baik, tubuh akan kembali pada kondisi kebugaran yang lebih tinggi dari pada sebelum latihan.

b. Prinsip Tahanan Progresif

Semakin maju, beban semakin ditingkatkan. Dengan cara ini otot selalu bekerja pada daerah beban berlebih (overload zone).

Setiap program latihan kebugaran dan kondisioning akan sangat efektif apabila secara rutin latihan bertambah berat untuk setiap minggu atau dua minggu. Prinsip ini didasarkan pada kenyataan bahwa tubuh akan selalu beradaptasi dengan keadaan atau stres yang baru (Rumpis, 2009).

c. Prinsip Susunan Latihan

Kelompok otot yang lebih besar harus dilatih sebelum kelompok otot yang lebih kecil. Otot yang lebih kecil cenderung lebih cepat lelah, sehingga untuk menjamin terjadinya beban berlebih pada otot besar, otot tersebut harus dilatih sebelum otot yang lebih kecil lelah. Sebagai contoh: otot kaki dan panggul harus dilatih sebelum otot lengan. Untuk menjamin waktu pemulihan, tidak boleh ada latihan berurutan yang melibatkan kelompok otot yang sama.

(31)

d. Prinsip Spesifitas

Teori SAID (Specific Adaptation to Improve Demand) dari O'Shea mengatakan bahwa tubuh hanya beradaptasi secara khusus terhadap beban yang diberikan. Dengan demikian beban latihan harus disesuaikan dengan tujuan.

e. Prinsip Latihan Beraturan

Untuk memberi adaptasi pada tubuh, harus dilakukan latihan yang teratur.

f. Prinsip Kembali Asal

Efek latihan akan hilang jika latihan tidak teratur atau bahkan berhenti. Daya tahan aerobik akan menurun setelah satu minggu tidak latihan, sedangkan kekuatan otot akan menurun setelah satu bulan tidak latihan.

g. Prinsip individualitas

Pada dasarnya beban latihan harus diberikan sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan seseorang. Dengan demikian melakukan pemeriksaan dan pengukuran awal merupakan hal yang mutlak.

h. Prinsip Beragam

Kebosanan dalam berlatih merupakan fenomena yang paling sering dikeluhkan oleh pelaku olahraga. Perlu dilakukan variasi dalam latihan baik jenis, metoda maupun suasana berlatih.

Musik dapat membuat suasana latihan menyenangkan.

(32)

3. Dosis Latihan

Terdapat tiga cara mengatur dosis olahraga, yaitu : (Santoso

& Didik, 2013)

a. Meningkatkan intensitas dengan durasi pelaksanaan yang tetap.

b. Meningkatkan durasi pelaksanaan dengan intensitas yang tetap.

c. Meningkatkan intensitas disertai juga dengan meningkatkan durasi pelaksanaannya.

Sebuah hasil latihan yang maksimal harus memiliki prinsip latihan. Tanpa adanya prinsip atau patokan yang harus diikuti oleh semua pihak yang terkait, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi pelatihan akan sulit mencapai hasil yang maksimal (Nala, 2011 dalam Fitri 2016).

a. Intensitas

Intensitas merupakan ukuran terhadap aktivitas yang dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Intensitasnya diukur berdasarkan posisi, jarak dan jumlah cone yang digunakan.

b. Volume

Volume dalam pelatihan merupakan komponen dosis yang paling penting dalam setiap pelatihan. Dalam penelitian ini volume yang digunakan adalah:

1) Repetisi

Repetisi merupakan pengulangan yang dilakukan tiap set latihan. Untuk latihan kelincahan, repetisi yang digunakan

(33)

adalah 1-3 kali, tetapi untuk menghasilkan peningkatan yang maksimal repetisi yang sebaiknya digunakan adalah 3 repetisi untuk setiap set.

2) Set

Set adalah satu rangkaian dari repetisi. Untuk latihan kelincahan, set yang dianjurkan adalah 3-5 kali. Untuk menghasilkan peningkatan yang maksimal set yang sebaiknya digunakan adalah 3 set.

3) Istirahat

Waktu istirahat diperlukan dalam setiap set untuk memberikan waktu istirahat kepada otot-otot yang berperan dalam pelatihan kelincahan. Waktu istirahat yang dianjurkan adalah selama 1-3 menit antar set, untuk mencegah terlalu lamanya waktu istirahat.

c. Frekuensi

Frekuensi merupakan jumlah latihan per-minggu. Dalam pelatihan kelincahan, frekuensi yang biasa digunakan adalah 3-5 kali seminggu. Hal ini sesuai bagi atlet sehingga menghasilkan peningkatan kemampuan otot yang baik serta tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dalam penelitian ini, frekuensi yang digunakan 3 kali seminggu. Latihan ini dilaksanakan selama 6 minggu.

(34)

B. Tunjuan Umum Tentang Kelincahan(Agility)

1. Otot- otot yang Berperan pada Kelincahan (Agility) a. Otot pada ekstremitas inferior

Daerah ekstremitas inferior memiliki grup otot besar yang dapat memberikan kontribusi terhadap kelincahan (Sukma, 2015).

Beberapa grup otot besar yang terlibat adalah:

1) Grup Otot Quadriceps

Gambar 8 Grup Otot Quadriceps Sumber: www.coreevolutionpb.com

2) Grup Otot Hamstring

Gambar 9 Grup Otot Hamstring Sumber : http://medicastore.com

(35)

3) Grup Otot Plantar Fleksor Ankle

Gambar 10 Grup Otot Plantar Fleksor Ankle Sumber : http://medicastore.com

4) Grup Otot Dorso Fleksi Ankle

Gambar 11 Grup Otot Dorsi Fleksor Ankle Sumber : http://medicastore.com

Selain otot yang di atas, otot yang berperan dalam gerakan kelincahan adalah otot Gluteus Maximus, Gluteus Medius dan minimus. Otot ini menjaga tubuh bagian belakang agar tetap tegap (Sukma, 2015).

(36)

Gambar 12 Otot Gluteal Sumber : http://medicastore.com

Karakterisitik otot rangka secara fisiologis ada 4 aspek yaitu:

Contractility adalah kemampuan untuk mengadakan respon memendek bila dirangsang. Extensibility adalah kemampuan otot untuk memanjang bila otot ditarik atau ada gaya yang bekerja pada otot tersebut bila otot rangka diberi beban. Elasticity adalah kemampuan otot untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah mengalami extensibility atau contractility. Extensibility electric adalah kemampuan untuk merespon terhadap rangsangan tertentu dengan memproduksi sinyal-sinyal listrik yang disebut tindakan potensi (Tortora dan Derrickson, 2009 dalam fitri, 2016).

2. Definisi Kelincahan (agility)

Agility adalah kemampuan untuk menghentikan, memulai, dan mengubah arah tubuh atau bagian tubuh dengan cepat di bawah kontrol, Dari pernyataan di atas dapat diketahui menurut Baechle dan Vestegen, kelincahan merupakan kemapuan untuk berhenti, memulai dan mengubah arah gerak badan atau bagian tubuh secara berulang

(37)

dibawah kontrol. Sedangkan menurut Drabik (Peebles,2009) periode penting untuk meningkatkan kelincahan berada direntangan sekitar usia 9-12 tahun, dengan kompleksifitas dan spesifikasi yang dimulai dari usia sekitar 16-17 tahun. (Diputra, 2015). Agility dapat dibagi menjadi 2 macam, antara lain sebagai berikut :

a. Agility umum : agility umum adalah agility seseorang dalam melakukan olahraga pada umumnya dan menghadapi situasi hidup dengan lingkungannya.

b. Agility khusus : agility khusus adalah agility yang diperlukam sesuai dengan cabang olahraga yang diikutinya. Artinya, kelincahan yang dibutuhkan memiliki karakteristik tertentu sesuai tuntutan cabang olahraga yang ditekuni.

3. Fisiologi Kelincahan

Kelincahan merupakan salah satu komponen biomotorik yang didefinisikan sebagai kemampuan mengubah arah secara efektif dan cepat. Kelincahan terjadi karena gerakan tenaga eksplosif (Ruslan, 2012 dalam Sukma 2015). Kelincahan juga merupakan kombinasi antara power dengan flexibility. Besarnya tenaga ditentukan oleh kekuatan dari kontraksi serabut otot. Kecepatan otot tergantung dari kekuatan dan kontraksi serabut otot. Kecepatan kontraksi otot tergantung dari daya rekat serabut-serabut otot dan kecepatan transmisi impuls saraf.

Seseorang yang mamapu mengubah arah dari posisi ke posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi gerak

(38)

yang baik berarti kelincahannya cukup tinggi. Elastisitas otot sangat penting karna makin panjang otot tungkai dapat terulur maka makin kuat dan cepat otot memendek atau berkontraksi. Selain itu elastis otot juga dapat memepengaruhi fleksibility seseorang.

Pada saat latuhan otot-otot lebih menjadi elastis dan ruang gerak sendi akan semakin baik sehingga persendian akan menjadi sangat lentur sehingga menyebabakan ayunan tungkai dalam melakukan langkah-langkah menjadi sangat lebar Dengan otot yang elastis, tidak akan menghambat gerakan-gerakan otot tungkai sehingga langkah kaki dapat dilakukan dengan cepat dan panjang.

Keseimbangan dinamis juga akan terlatih karena dalam pelatihan ini harus mampu mengontrol keadaan tubuh saat melakukan pergerakan.

Dengan meningkatnya komponen-komponen tersebut maka kelincahan akan mengalami peningkatan (Pratama et al., 2014 dalam Made, 2016).

4. Manfaat Kelincahan (Ichsan, 2011)

a. Mengkoordinasi gerakan- gerakan ganda b. Mempermudah berlatih tehnik- tehnik tinggi c. Gerakan dapat efisien dan efektif

d. Mempermudah daya orientasi dan antisipasi terhadap lawan dan lingkungan bertanding

e. Menghindari terjadinya cedera.

(39)

5. Faktor Yang Mempengaruhi Kelincahan (Agility)

Menurut Apta Mylsidayu dan Febi Kurniawan(2015) dalam (Humaedi & dkk, 2017) faktor yang mempengaruhi agility antara lain sebagai berikut: :

a. Komponen biomotor yang meliputi kekuatan otot, speed, power otot, waktu reaksi, keseimbangan dan koordinasi.

b. Tipe tubuh orang yang tergolong mesomorph lebih tangkas dari pada eksomorf dan endomorf.

c. Umur, agility meningkat sampai kira-kira umur 12 tahun pada waktu mulai memasuki pertumbuhan cepat (rapid growth).

Kemudian selama periode rapid growth, agility tidak meningkat tapi menurun. Setelah melewati rapid growth, maka agility meningkat lagi sampai anak mencapai usia dewasa, kemudian menurun lagi menjelang usia lanjut.

d. Jenis kelamin. Anak laki-laki memiliki agility sedikit di atas perempuan sebelum umur pubertas. Tetapi, setelah umur pubertas perbedaan agility-nya lebih mencolok.

e. Berat badan. Berat badan yang lebih dapat mengurangi agility.

f. Kelelahan. Kelelahan dapat mengurangi agility. Oleh karena itu, penting memelihara daya tahan jantung dan daya tahan otot, agar kelelahan tidak mudah timbul.

(40)

6. Metode Pengukuran Kelincahan

a. Pengukuran Kelincahan Shuttle Run (Dr.Widiastuti, M.Pd 2011, dalam Nawir 2016)

1) Tujuan

Bertujuan untuk kelincahan dengan mengubah gerak tubuh arah lurus.

2) Alat dan fasillitas

a) Stopwacth sesuai kebutuhannya.

b) Lintasan lari datar panjang minimal 10 meter dengan garis jarak 5 meter dengan setiap lintasan lebar 1,22 meter.

3) Tester

a) 1 Orang starter dan pencatat waktu.

b) Pengambil sesuai dengan tester dan lintasan yang tesedia.

4) Pelaksanaan

a) Pada aba – aba “ bersedia” setiap teste berdiri di belakang garis atau garis pertama di tengah lintasan.

b) Pada aba-aba “siap” testee dengan start berdiri dan siap lari.

c) Dengan aba-aba “ya”testee segera lari menuju garis kedua dan setelah melewati kedua garis kedua segera berbalik menuju garis start.

(41)

d) Lari dari garis startatau garis pertama menuju ke garis start.

e) Lari dari garis start atau garis pertama menuju ke garis kedua dan kembali ke garis start di hitung 1 kali.

f) Pelaksanaan lari dilakukan sampai ke empat kalinya bolak – balik sehingga menempuh jarak 20 meter.

g) Setelah melewati garis finish stopwatch dihentikan.

b. Pengukuran Illinois Agility Test 1) Tujuan

Untuk kelincahan dalam berlari dan mengubah posisi 2) Alat dan peralatan

a) Lapangan b) Stopwatch c) Tongkat/cone d) Pluit

e) Alat tulis 3) Tester

a) 1 orang starter b) Pencatat waktu c) Pencatat hasil tes d) Pengawas

4) Pelaksanaan

a) Panjang area tes adalah10 meter dan lebarnya (jarak titik start dengan finis) adalah 5 meter.

(42)

b) 4 cone digunakan sebagai tanda start, finis, dan untuk titik memutar 2 kun. 4 cone lainnya disimpan di tengah- tengah diantara titik start dan finis. Jarak tiap cone yang di tengah adalah 3.3 meter.

c) Subjek siap-siap untuk berlari dengan posisi badan condong ke depan. Ketika ada aba-aba "Ya", stopwatch dijalankan, dan subjek lari secepat mungkin kemudian mengubah arah gerakan sesuai dengan alur gerakan yang terlihat pada gambar disamping tanpa mengenai atau menyenggol cone yang ada sampai ke titik finis.

c. Parameter latihan shuttle run dan illinois

Tabel 1 Penilaian Shuttle Run dan Illinois Test

Rating Kategori Males

Excellent 1 < 15.2

Very Good 2 15.2 -16.1

Good 3 16.2 - 18.1

Fair 4 18.2 - 19.3

Needs Improvement 5 > 19.3

Sumber: Fitness Test Card, 2016

C. Tinjauan Hubungan antara Latihan Kondisi Fisik dengan Kelincahan (Agility)

Pemberian pelatihan fisik secara teratur dan terukur dengan takaran dan waktu yang cukup, akan menyebabkan perubahan fisiologis yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang lebih besar dan memperbaiki penampilan fisik. Perubahan fisiologis yang nyata dapat

(43)

terjadi pada tubuh kita apabila aktivitas fisik dan latihan olahraga yang selalu dilakukan. Oleh karen itu, tanggapan latihan memiliki 2 aspek analog dengan respon tubuh terhadap lingkungan. Salah satunya adalah respon jangka pendek yaitu serangan tunggal setelah sesekali olahraga atau latihan akut. Aspek kedua adalah respon jangka panjang yaitu setelah olahraga teratur yang mempermudah latihan berikutnya serta meningkatkan kinerjanya. Hal ini disebut atlet sudah memiliki adaptasi terhadap latihan yang diberikan.

Jenis pelatihan fisik yang diberikan secara cepat dan tepat, akan memeberikan perubahan yang meliputi peningkatan substrak anaerobik seperti ATP-PC, kreatin dan glikogen serta peningkatan pada jumlah dan aktivitas enzim (McArdle, 2010 dalam Sukma 2015). Jadi secara teoritis bahwa dengan melakukan pelatihan fisik maka unsur kebugaran jasmani seperti kekuatan otot tungkai, kecepatan, fleksibilitas, elastis otot dan keseimbangan dinamis akan mengalami peningkatan fungsi secara fisiologi sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan kelincahan kaki. Otot rangka memperlihatkan kemampuan berubah yang besar dalam memberi respon terhadap berbagai bentuk latihan (Sudarsono,2009 dalam Sukma 2015). Beberapa unit organ tubuh akan mengalami perubahan akibat dilakukan latihan memberikan efek positif terhadap otot, bahkan perubahan adaptif jangka panjang dapat terjadi pada serat otot, yang memungkinkan untuk respon lebih efisien terhadap berbagai jenis kebutuhan pada otot (Wiarto, 2013 dalam Sukma 2015).

(44)

D. Kerangka Teori

Gambar 13 Kerangka Konsep

(45)

28

Variabel Independen Variabel Antara Variabel Dependent

Variabel Kontrol Variabel Perancu Latihan Kondisi

Fisik

1. Speed 2. Power 3. Fleksibilitas

Kelincahan

1. Nutrisi 2. Psikis 1. Usia

2. Aktivitas fisik 3. IMT

BAB III

KERANGKA KONSEP dan HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Gambar 14 Kerangka Konsep

(46)

B. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan masalah diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ada pengaruh pemberian latihan kondisi fisik terhadap kelincahan (agility) pada olahraga permainan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Sulawesi Selatan.

(47)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan bentuk data yang diamati, maka jenis penelitian yang digunakan dalah penelitian ekperimental yang merupakan suatu bentuk penelitian experimental yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode one- group pretest dan posttest, yaitu dengan cara memberikan perlakuan pada jangka waktu selama 6 minggu serta mengukurnya dengan tes sebelum dan sesudah latihan fisik diberikan.

Adapun pola latihan yang diberikan sebagai berikut:

Keterangan.

A1 = Pretest

B = Perlakuan (treatment) diberikan selama enam minggu A2 = Posttest

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP), Kota Makasaar, Sulawesi Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada 22 Maret – 30 April 2018.

A1 B2 A2

(48)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Seluruh atlet cabang olahraga sepak bola dan sepak takraw di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) yang berlatih.

2. Sampel

Sampel yang digunakan sebanyak 29 orang 3. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria Inklusi 1) Usia 15-19 tahun

2) Hadir untuk mengikuti tes dan pengukuran latihan fisik 3) Memiliki IMT (Indeks Masa Tubuh) normal

4) Bersedia menjadi responden b. Kriteria Eksklusi

Mempunyai riwayat atau sedang mengalami cedera terutama pada ekstremitas inferior.

(49)

D. Alur Penelitian

Gambar 15 Bagan Alur Penelitian.

E. Variabel Penelitian 1. IdentifikasiVaribel

Variabel penelitian ini terdiri dari:

a. Variabel independent (variabel bebas) pada penelitian ini yaitu latihan kondisi fisik.

b. Variabel dependent (variabel terikat) pada penelitian ini yaitu kelincahan.

2. Definisi Operasional Variabel a. Latihan Kondisi Fisik

Latihan kondisi fisik merupakan latihan dasar yang di butuhkan seorang atlet dalam mengembangkan permainannya, latihan fisik yang diberikan pertama adalah latihan fleksibilitas yang merupakan bagian pemanasan dan pendinginan yaitu peregangan

Tahap Persiapan : 1. Persuratan 2. Perizinan

Merumuskan Masalah

Populasi dan Sampel

Pre-Test Pengukuran

Kelincahan (agility)

Latihan Kondisi Fisik

(fleksibilitas, speed dan kelincahan (agility) Post-Test

Pengukuran Kelincahan (agility)

Olah/

Analisis Data

Hasil Penelitian

(50)

statis, peregangan dinamis dan peragangan yang dibantu oleh pasangan/ alat setelah itu akan dilanjutkan dengan latihan inti berupa latihan kecepatan yaitu latihan interval sprints dan latihan kelincahan yaitu latihan shuttle run dan illinois yang disatukan dalam program latihan dibawah ini :

Tabel 2 Program Latihan sepak bola dan sepak takraw

Minggu 1 Frekuensi 3x seminggu

Sepak Bola Kecepatan 60 meter

Kelincahan 10x5 meter Sepak Takraw Kecepatan 20 meter Kelincahan 6x6 meter Intensitas Pemanasan

20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Istirahat 30 detik

Latihan Inti (kecepatan dan kelincahan) 2 set, 3 kali repetisi

Istirahat 1 menit

Pendinginan 20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Teknik Fleksibilitas,kecepatan dan kelincahan

Time 1 jam

Minggu 2 Frekuensi 3x seminggu

Sepak Bola Kecepatan 60 meter

Kelincahan 10x5 meter Sepak Takraw Kecepatan 20 meter Kelincahan 6x6 meter Intensitas Pemanasan

20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Istirahat 30 detik

Latihan Inti (kecepatan dan kelincahan) 2 set, 4 kali repetisi

Istirahat 1 menit

Pendinginan 20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Teknik Fleksibilitas,kecepatan dan kelincahan

Time 1 jam

Frekuensi Fleksibilitas,kecepatan dan kelincahan

Minggu 3

(51)

Frekuensi 3x seminggu

Sepak Bola Kecepatan 60 meter

Kelincahan 10x5 meter Sepak Takraw Kecepatan 20 meter Kelincahan 6x6 meter Intensitas Pemanasan

20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Istirahat 30 detik

Latihan Inti (kecepatan dan kelincahan) 2 set, 5 kali repetisi

Istirahat 1 menit

Pendinginan 20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Teknik Fleksibilitas,kecepatan dan kelincahan

Time 1 jam

Minggu 4 Frekuensi 3x seminggu

Sepak Bola Kecepatan 60 meter

Kelincahan 10x5 meter Sepak Takraw Kecepatan 20 meter Kelincahan 6x6 meter Intensitas Pemanasan

20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Istirahat 30 detik

Latihan Inti (kecepatan dan kelincahan) 2 set, 6 kali repetisi

Istirahat 1 menit

Pendinginan 20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Teknik Fleksibilitas,kecepatan dan kelincahan

Time 1 jam

Frekuensi 3x seminggu

Minggu 5 Frekuensi 3x seminggu

Sepak Bola Kecepatan 60 meter

Kelincahan 10x5 meter Sepak Takraw Kecepatan 20 meter Kelincahan 6x6 meter Intensitas Pemanasan

20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Istirahat 30 detik

Latihan Inti (kecepatan dan kelincahan) 2 set, 7 kali repetisi

Istirahat 1 menit

Pendinginan 20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Teknik Fleksibilitas,kecepatan dan kelincahan

Time 1 jam

Minggu 6

(52)

Frekuensi 3x seminggu

Sepak Bola Kecepatan 60 meter

Kelincahan 10x5 meter Sepak Takraw Kecepatan 20 meter Kelincahan 6x6 meter Intensitas Pemanasan

20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Istirahat 30 detik

Latihan Inti (kecepatan dan kelincahan) 2 set, 8 kali repetisi

Istirahat 1 menit

Pendinginan 20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Teknik Fleksibilitas,kecepatan dan kelincahan

Time 1 jam

b. Kelincahan

Kelincahan adalah kemampuan untuk bergerak mengubah arah dengan cepat tanpa kehilangan keseimbangan, alat ukur yang digunakan untuk mengukur kelincahan adalah stopwacth dengan menghitung berapa menit jarak yang di tempuh dalam menyelesaiakn latihan shuttle run dan illinois sampai di garis finis dengan melihat kriteria yang ada di bawah ini

Tabel 3 Penilaian Shuttle Run dan Illinois Test

Rating Kategori Males ( detik)

Excellent 1 < 15.2

Very Good 2 15.2 -16.1

Good 3 16.2 - 18.1

Fair 4 18.2 - 19.3

Needs Improvement 5 > 19.3

Sumber: Fitness Test Card, 2016

F. Prosedur Penelitian

1. Responden diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

(53)

2. Responden yang terpilih sesuai kriteria telah bersedia menandatangani informed consent.

3. Sampel melakukan pre-test kelincahan pada hari pertama, minggu pertama penelitian. Penilaian kelincahan diukur dengan menggunakan T-Test Agility.

4. Sampel diberikan latihan kondisi fisik oleh peneliti dengan teknik latihan fleksibilitas, kecepatan (speed), kelincahan (agility) sesuai dengan cara pelaksanaan dan dosis yang telah ditentukan. Latihan ini dilakukan selama 18 kali perlakuan dalam kurun waktu 3 kali seminggu sebanyak 6 minggu dengan intensitas yang ditambah disetiap minggunya.

5. Setelah dilakukan perlakuan tersebut, maka sampel diberikan posttest di hari terakhir pemberian perlakuan dengan kembali melakukan Ttest Agility agar perubahan yang terjadi dapat diukur secara maksimal.

6. Sampel melakukan warm-up sebelum melakukan latihan fisik (fleksibilitas, kecepatan, dan kelincahan) dan cool-down setelah melakukan latihan kondisi fisik dengan waktu selama 5 – 10 menit.

7. Tulis data hasil pengukuran.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem computer dan penyajian datanya dibuat dalam bentuk tabel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

(54)

Analisis data dilakukan dengan sistem computer dan memakai uji Paired T tes , sebelum dilakukan uji t maka dilakukan terlebih dahulu uji normalitas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk.

H. Masalah Etika

Penelitian yang dilakukan telah mendapatkan rekomendasi dari instansi peneliti dan mengajukan permohonan izin kepada instansi yang akan dilakukan penelitian. Adapun etika penelitian yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Peneliti akan memberikan lembar persetujuan kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi. Apabila responden bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut dan apabila responden menolak maka tidak akan dipaksa dan peneliti tetap menghormati haknya.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya sekelompok data yang dilaporkan dalam hasil penelitian.

(55)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Tabel 4 Karakteristik Responden

Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 3 mengenai karakteristik responden, tabel usia menunjukan bawah usia yang paling dominan adalah responden yang berusia 17 tahun sebanyak 10 orang (34,5%) dan yang paling sedikit responden berusia 15 tahun sebanyak 4 orang (13,8%) dan selebihnya responden berusia 16 tahun sebanyak 8 orang (27,6%) dan berusia 18 tahun sebanyak 7 orang (24,1%). Pada tabel 3 karakteristik IMT menunjukan bahwa responden yang termaksud kategori normal 29 orang ( 100,0%), dan tidak ada yang masuk dalam kategori obesitas 1 dan obesitas 2.

Kategori Jumlah Presentase

Usia

15 16 17 18

4 8 10

7

13,8 27,6 34,5 24,1

Total 29 100,0

IMT (Indeks Masa Tubuh) Normal

Obesitas 1 Obesitas 2

29 0 0

100,0

Total 29 100,0

(56)

2. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pre Test dan Post Test sepak takraw dan sepak bola

Tabel 5 Hasil kategori Pre test dan Post test sepak takraw

Kategori Pre test Post Test

N % N %

Excellent (1) Very Good (2) Good (3) Fair (4) Needs

Improvement (5)

1 7,1 %

14 100 % 13 92,9 %

Total 14 100% 14 100%

Sumber: Data Primer 2018

Tabel 4 menunjukan hasil kategori pre test dan post test sepak takraw yang menunjukan hasil pre test terdapat 14 responden yang berada pada kategori 5 yaitu needs improvement dengan presentase 100% dan setelah dilaksanakan post test terdapat 1 responden yang berada pada kategori 4 yaitu fair dengan presentase 7,1% dan sisanya masih berada pada kategori 5 yaitu needs improvement dengan presentase 92,9%.

Gambar 16 Grafik pre test dan post test sepak takraw.

0 500 1000 1500 2000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Detik

Responden

Grafik Pre Test dan Post Test Sepak Takraw

Pre test post test

(57)

Berdasarkan gambar 16 grafik pre test dan post test, menunjukan bahwa dari 14 responden terdapat peningkatan yang ditandai dengan penurunan waktu yang ditempuh untuk menyelesaikan test yaitu pada grafik post test.

Tabel 6 Hasil kategori Pre test dan Post test sepak bola

Kategori Pre test Post Test

N % N %

Excellent (1) Very Good (2) Good (3) Fair (4) Needs

Improvement (5)

9 60,1%

4 26,6%

2 13,3%

15 100 %

Total 15 100% 15 100%

Sumber: Data Primer 2018

Tabel 5 menunjukan hasil kategori pre test dan post test sepak bola yang menunjukan hasil pre test terdapat 15 responden yang berada pada kategori 5 yaitu needs improvement dengan presentase 100% dan setelah dilaksanakan post test terdapat 9 responden yang berada pada kategori 1 yaitu excellent dengan presentase 60,1% dan 4 responde yang berada pada kategori 2 yaitu very good dengan presentase 26,6 % dan 2 responden berada pada kategori 3 yaitu good dengan presentase 13,3%.

(58)

Gambar 17 Grafik pre test dan post test sepak bola.

Berdasarkan gambar 17 grafik pre test dan post test, menunjukan bahwa dari 15 responden terdapat peningkatan yang ditandai dengan penurunan waktu yang ditempuh untuk menyelesaikan test yaitu pada grafik post test.

3. Analisis Data

Setelah melakukan analisa deskriptif terhadap data responden, selanjutnya akan dilakukan uji normalitas data pre test dan post test untuk mengetahui keadaan sebaran data penelitian yang akan didapatkan. Hasil uji normalitas pre test dan post test dapat dilihat di tabel dibawah ini:

Tabel 7 Hasil Uji Normalitas Pre test dan Post sepak takraw dan sepak bola Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig.

Sepak Takraw Pre Test Post Test

0,924 14 0,254

0,957 14 0,667

Sepak Bola 0

500 1000 1500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Detik

Responden

Grafik Pre Test dan Post Test Sepak Bola

Pre test post test

(59)

Pre Test Post Test

0,938 15 0,364

0,957 15 0,648

Sumber: Data Primer 2018

Setelah melakukan analisa deskriptif terhadap data responden, selanjutnya dilakukan uji normalitas data pre test dan post test terhadap atlet sepak takraw dan sepak bola. Berdasarkan output Test Of Normality, diperoleh nilai signifikan untuk sepak takraw hasil pre test dan post test kelincahan sebesar 0.254 dan 0.667 dan nilai signifikan untuk sepak bola hasil pre test dan post test kelincahan sebesar 0.364 dan 0.648 . Karena nilai signifikan yang didapat > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data pre test dan post test kelincahan berdistribusi normal.

Setelah melakukan uji normalitas, maka langkah selanjutnya yaitu pengujian hipotesis dengan uji t berpasangan. Hasil uji tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 8 Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Perubahan Kelincahan Atlet sepak takraw dan sepak bola

Rata-rata ± Simpangan Baku P Sepak takraw

Pre test Post test

1417s ± 106,48

0,000 1286s ± 85,28

Sepak bola Pre test Post test

1294s ± 61,55

0,000 904s ± 52,59

Keterangan: P = Hasil Uji paired t test Sumber: Data Primer 2018

(60)

Hasil uji t berpasangan diperoleh nilai p = 0.000 dimana p <

0,05. Hal ini berarti hipotesis penelitian diterima bahwa terdapat pengaruh pemberian latihan kondisi fisik terhadap kelincahan pada atlet sepak takraw dan sepak bola.

Hasil sepak takraw pre test tingkat kelincahan sebesar 1471s

± 106,48 dan hasil dari post test tingkat kelincahan sebesar 1286s ± 85,28, dan hasil sepak bola pre test tingkat kelincahan sebesar 1294s ± 61,55dan hasil dari post test tingkat kelincahan sebesar 904s ± 52,59 didapatkan hasil uji T berpasangan dengan nilai signifikan p = 0.000 dimana p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian latihan kondisi fisik terhadap kelincahan pada atlet sepak takraw dan sepak bola.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Responden berusia 15-18 tahun yang dimana usia 17 tahun lebih dominan karena atlet PPLP rata-rata adalah siswa sekolah menengah atas (SMA) dan setelah di ukur IMT responden rata-rata normal olehkarena itu responden termaksud dalam kriteria karna berat badan berperan penting terhadap kelincahan. Berat badan yang berlebihan secara langsung akan mengurangi kelincahan karena adanya friksi jaringan lemak pada serabut otot sehingga kontraksi otot menjadi berkurang, kontraksi otot yang berkurang berakibat menurunnya kecepatan dan kelincahan (Rudiyanto,2012).

(61)

2. Pengaruh Latihan Terhadap Kelincahan sepak takraw dan sepak bola Pada sepak takraw di berikan latihan pemanasan dan yang berupa peregangan statis dan dinamis dan dibantu oleh alat, dilanjutkan dengan pemberian latihan kecepatan interval sprint dengan jarak 20 meter dan pemberian latihan kelincahan shutlle run dan illinois run dengan jarak 6x6 meter dikarenakan latihan yang diberikan pada atlet disesuaikan dengan panjang lapangan yang digunakan untuk pertandingan. Hal ini di dukung dengan jurnal (Saputro, 2016) menyatakan bahwa terdapat prinsip spe-sialisasi atau kekhususan latihan adalah latihan harus dikhususkan sesuai dengan kebutuhan pada setiap cabang olahraga dan tujuan latihan. Pada sepak takraw terdapat perubahan setelah dilakukan post test akan tetapi pada kategori masih berada pada kategori yang sama hanya satu orang yang berubah pada kategori 4 yaitu fair.

Pada sepak bola di berikan latihan pemanasan dan yang berupa peregangan statis dan dinamis dan dibantu oleh alat, dilanjutkan dengan pemberian latihan kecepatan interval sprint dengan jarak 60 meter dan pemberian latihan kelincahan shutlle run dan illinois run dengan jarak 10x5 meter yang sesuai dengan dosis latihan. Setelah dilakukan post test terdapat peningkatan yang cukup baik sehingga banyak yang berada pada kategori sempurna (excellent).

Referensi

Dokumen terkait

Kepada seluruh peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang merasa keberatan atas ditetapkannya pemenang tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan secara online kepada Pokja

Berkenaan dengan hal tersebut, agar Saudara dapat membawa dokumen asli atau rekaman yang sudah dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan jaminan penawaran asli untuk setiap data

Bahan yang manakah mempunyai susunan atom yang sama seperti rajah?. A keluli

Kemudian buat kolom sebanyak yang diperlukan jika pada gambar diatas ada 16 kolom maka buat anda belum tentu sama karena pasti adanya perbedaan dari perangkat desa yang ada

PERUBAHAN KELIMA BELAS ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 7 TAHUN 1977 TENTANG PERATURAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

Gambar L3.3 Foto Sampel Kakao pada Pengeringan Malam Hari L3.4 Foto Sampel Kakao Setelah Pengeringan. Gambar L3.4 Foto Sampel Kakao

STUDI DESKRIPTIF KESIAPAN GURU EKONOMI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013!. Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

[r]