• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Jenis, Waktu, Cara dan Lama Pemberian Antibiotika Profilaksis

4. Dosis pemberian

Dosis pemberian antibiotika seftriakson dan sefotaksim sebagai profilaksis pada pasien operasi apendisitis akut di RS Baptis Batu Jawa Timur adalah 1 gram hingga 2 gram untuk pasien dewasa dan anak – anak. dengan usia lebih dari 12 tahun sedangkan pada pasien anak-anak yang berusia kurang dari 12 tahun, seftriakson diberikan pada dosis 1 gram.

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel VIII yang menunjukkan bahwa antibiotika paling banyak diberikan pada dosis 2 gram, yaitu pada seftriakson sebesar 15 kasus atau 40% (n=38) sedangkan pada sefotaksim pemberian dosis 2 gram sebanyak 7 kasus atau 18% (n=38). Pemberian dosis 1 gram menempati urutan kedua yaitu seftriakson dengan 9 kasus atau 24% dan sefotaksim sebesar 7 kasus atau 18% (n=38). Antibiotika sefalosporin, khususnya seftriakson, memiliki konsentrasi yang memadai dalam darah dan jaringan untuk melawan bakteri penyebab infeksi setelah pemberian dalam dosis 1 gram maupun 2 gram (Martin et al., 1996 dan Pollock, et al., 1982). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian

melawan bakteri penyebab infeksi sehingga kejadian infeksi setelah operasi dapat dihindari.

Tabel VIII. Distribusi dosis pemberian antibiotika profilakis di RS Baptis Batu Jawa Timur tahun 2011

No Antibiotika Profilaksis Dosis Pemberian Jumlah Kasus % (n=38) 1 Seftriakson 1 gram 9 24% 2 gram 15 40% 2 Sefotaksim 1 gram 7 18% 2 gram 7 18% 5. Lama pemberian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua antibiotika profilaksis dihentikan pemberiannya 24 jam setelah operasi pada pasien operasi apendisitis akut. Antibiotika profilaksis yang diberikan lebih dari 24 jam tidak memberikan perlindungan tambahan dari risiko terjadinya infeksi dibandingkan dengan yang dihentikan pemberiannya 24 jam setelah operasi (Ward, et al., 2009 dan Dellinger, et al., 1994). Keduanya mempunyai efikasi yang relatif sama, sehingga pemberian antibiotika profilaksis tidak lebih dari 24 jam setelah operasi sudah memadai untuk mencegah infeksi dan juga tidak menambah besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien akibat penggunaan obat selama di rumah sakit (James, et al., 2008 dan Kanji, et al., 2008).

Tabel IX. Distribusi jumlah antibiotika profilaksis pada lama pemberian 24 jam dan lebih dari 24 jam di RS Baptis Batu Jawa Timur

tahun 2011

No Antibiotik

Profilaksis

Jumlah Kasus Berdasarkan Lama Pemberian 24 jam >24 jam 1 Seftriakson 24 0 2 Sefotaksim 14 0 TOTAL % (n=38) 38 0 100% 0%

D. Kesesuaian Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika Profilaksis

Pada penelitian ini peneliti memperoleh informasi bahwa RS Baptis Batu Jawa Timur belum memiliki Standar Pelayanan Medik yang mengatur tentang antibiotika profilaksis pada pasien apendisitis akut yang menjalani operasi. Berdasarkan informasi yang didapat dari sekretaris komite medik dan apoteker yang bertugas di RS Baptis Batu Jawa Timur pemberian antibiotika profilaksis didasarkan pada kebijakan dokter sebelum operasi dilakukan. Oleh karena itu data yang telah diperoleh hanya dapat dievaluasi berdasarkan pedoman umum, yaitu WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009),Antimicrobial Prophylaxis in

Surgery (Kanji, et al., 2008), dan ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013).

1. Jenis antibiotika

Hasil penelitian menunjukkan seluruh jenis antibiotika profilaksis kurang sesuai dengan pedoman umum (WHO, 2009, Kanji, et al., 2008, dan ASHP, 2013). Pedoman umum merekomendasikan penggunaan antibiotika sefalosporin

generasi kedua (sefositin dan sefotetan), kombinasi gentamisin dengan metronidasol, sefotaksim (sefalosporin generasi III) dengan metronidasol, atau kombinasi ampisilin dengan metronidasol sebagai profilaksis pada pasien operasi

apendisitis akut. Seftriakson adalah jenis antibiotika profilaksis yang paling banyak digunakan, yaitu 24 kasus atau 63% dan sefotaksim 14 kasus atau 37%. Penggunaan tunggal antibiotika profilaksis jenis seftriakson dan sefotaksim yang termasuk dalam antibiotika sefalosporin generasi ketiga ini sesuai dengan pedoman umum, karena 2 jenis antibiotika profilaksis tersebut seftriakson dan sefotaksim mempunyai aktifitas lemah dalam melawan bakteri anaerob (Gnann, et al., 1982 dan Rolfe, et al., 1982).

Sefalosporin generasi ketiga (seftriakson, sefotaksim, dan seftazidim) dapat melawan bakteri gram negatif (Escherichia coli, shigella, salmonella, klebsiella, proteus, enterobacter, serratia) dan beberapa bakteri gram positif (S. pneumonia, S. aureus) (Javelosa, et al., 1989, Farber, et al., 1982, dan Hartley, et

al., 1977). ). Padahal bakteri anaerob dan bakteri gram negatif merupakan mikroorganisme yang paling banyak menyebabkan infeksi setelah operasi pada pasien operasi apendisitis akut, terutama Bacteroides fragilis dan Escherichia coli (Elhag, et al., 1986 dan Lau, et al., 1984). Hal ini menunjukkan aktivitas antibakteri sefalosporin generasi ketiga sesuai dengan mikroorganisme patogen penyebab infeksi. Maka sebaiknya, pemilihan dan penggunaan antibiotika sefalosporin generasi ketiga dikombinasi dengan metronidazole yang bisa membunuh bakteri anaerob sehingga dapat melindungi pasien dalam mencegah terjadinya infeksi setelah operasi apendisitis akut.

Pada penelitian ini ditemukan ada 2 pasien yang memiliki usia, berat badan yang hampir sama tetapi mendapatkan jenis antibiotika profilaksis yang berbeda yaitu pada pasien dengan no RM 50955 usia 34 tahun berat badan 51 kg

mendapat antibiotika profilaksis jenis seftriakson dan pasien dengan no RM 51128 berat badan 50 kg mendapat antibiotika profilaksis jenis sefotaksim. Hal ini didasarkan pada pengalaman dari dokter bedah yang menangani pasien tersebut karena menurut dokter bedah selama ini belum pernah terjadi silang alergi dan infeksi setelah operasi.

Tabel X. Distribusi jumlah kasus menurut jenis antibiotika profilaksis yang sesuai dan tidak sesuai pedoman umum (WHO, 2009; Kanji, et al., 2008; dan ASHP, 2013) di RS Baptis Batu Jawa Timur tahun 2011

No Jenis

Antibiotika

Pedoman Umum (WHO, 2009; Kanji, et al., 2008; dan ASHP,

2013)

Jumlah % (n=38)

1 Seftriakson Tidak Sesuai 24 63%

2 Sefotaksim Sesuai 14 37%

2. Waktu pemberian

Pada penelitian ini antibiotika profilaksis diberikan kurang dari atau sama dengan 1 jam sebelum operasi. Waktu pemberian tersebut sesuai dengan pedoman umum WHO Guidelinesfor Safe Surgery (WHO, 2009), dan Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al., 2008) yang merekomendasikan antibiotika profilakis diberikan kurang dari 1 jam sebelum operasi dimulai. Kurangnya efektivitas antibiotika salah satunya disebabkan oleh waktu pemberian yang tidak optimal (James, et al., 2008). Antibiotika profilaksis yang diberikan terlalu awal (lebih dari 1 jam sebelum operasi dimulai) tidak cukup memadai untuk melindungi pasien dari bakteri-bakteri penyebab infeksi hingga prosedur operasi selesai dilakukan (WHO, 2009 dan Kanji, et al., 2008).

Tabel XI. Distribusi jumlah kasus menurut waktu pemberian antibiotika profilaksis yang sesuai dan tidak sesuai pedoman umum (WHO, 2009; Kanji, et al., 2008; dan ASHP, 2013) di RS Baptis Batu Jawa Timur tahun 2011

No Waktu Pemberian Antibiotika Pedoman Umum (WHO, 2009; Kanji, et al., 2008; dan ASHP, 2013) Jumlah % (n= 38) 1 ≤ 1 jam sebelum operasi Sesuai 38 100% 2 > 1 jam sebelum operasi tidak sesuai 0 0% 3. Cara pemberian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh antibiotika profilaksis diberikan secara intravena (IV). Pemberian antibiotika profilaksis secara intravena (IV) ini sesuai dengan pedoman umum WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009), Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al., 2008), dan ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013).

Hal ini dikarenakan antibiotika profilaksis yang diberikan secara intravena (IV) tidak mengalami proses absorpsi tetapi langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik, sehingga konsentrasi antibiotika dapat diperoleh dengan cepat dan tepat (Bryant, et al., 2010 dan Hessen, et al., 2004).

Pasien operasi apendisitis akut harus mendapat antibiotika profilaksis secara intravena (IV) agar konsentrasi antibiotika tinggi dalam waktu singkat sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi setelah operasi.

Tabel XII. Distribusi jumlah kasus menurut cara pemberian antibiotika profilaksis yang sesuai dan tidak sesuai pedoman umum (WHO, 2009; Kanji, et al., 2008; dan ASHP, 2013) di RS Baptis Batu Jawa Timur tahun 2011

No Cara Pemberian Antibiotika Pedoman Umum (WHO, 2009; Kanji, et al., 2008; dan ASHP, 2013) Jumlah % (n= 38) 1 IV Sesuai 38 100%

2 Per Oral Tidak Sesuai 0 0%

4. Dosis pemberian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dewasa dan anak – anak dengan usia lebih dari 12 tahun mendapat antibiotik seftriakson dan sefotaksim 1 gram hingga 2 gram, sedangkan untuk anak – anak dibawah usia 12 tahun mendapat seftriakson dengan dosis 1 gram. Hal ini sesuai dengan AHSP: Ceftriaxone (Systemic) (ASHP, 2013), Drug Information Handbook (Lacy, et al.,

2002), dan ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013) yang merekomendasikan

dosis pemberian antibiotika golongan sefalosporin sebagai profilaksis operasi pada pasien dewasa dan anak-anak yang berusia lebih dari 12 tahun atau anak- anak dengan berat badan lebih dari 50 kg adalah 1-2 gram, sedangkan pada anak- anak yang berusia kurang dari 12 tahun seftriakson diberikan dalam dosis 50-75 mg/kg BB, dengan dosis maksimal per hari adalah 2 gram. Bila diberikan dosis yang kurang dari dosis yang dibutuhkan maka konsentrasi antibiotika pada darah dan lokasi penyayatan tidak cukup mampu untuk melawan bakteri penyebab infeksi dan dosis yang diberikan melebihi dosis yang dibutuhkan mengakibatkan pasien mengalami mual, muntah, diare, atau kejang. Oleh karena itu dosis pemberian yang optimal sangat penting untuk mencapai konsentrasi yang

memadai dalam darah dan lokasi penyayatan dan untuk menghindari efek yang merugikan pada pasien (Hessen, et al., 2004).

Tabel XIII. Distribusi jumlah kasus menurut dosis pemberian antibiotika profilaksis yang sesuai dan tidak sesuai pedoman umum (WHO, 2009; Kanji, et al., 2008; dan ASHP, 2013) di RS Baptis Batu Jawa Timur tahun 2011

No Antibiotika Profilaksis Dosis Pemberian Pedoman Umum (WHO, 2009; Kanji, et al., 2008; dan ASHP, 2013) Jumlah Kasus % (n=38)

1 Seftriakson 1 gram Sesuai 9 24%

2 gram Sesuai 15 40%

2 Sefotaksim 1 gram Sesuai 7 18%

2 gram Sesuai 7 18%

Dokumen terkait