• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jumlah Pasien

data tersebut dihitung jumlah pasien yang menerima dan yang tidak menerima antibiotika profilaksis.

2. Karakteristik demografi pasien

Analisis data karakteristik demografi pasien dilakukan berdasarkan usia, jenis kelamin, keluhan, lama keluhan, dan lama perawatan pasien.

a. Distribusi pasien pada tiap kelompok usia. Kelompok usia pasien dibagi secara rasional menjadi 7 kelompok dengan menggunakan rumus Struges (Budiarto, 2001), yaitu: kelompok I (8-16 tahun), II (17-25 tahun), III (26-34 tahun), IV (35-43 tahun), V (44-52 tahun), VI (53-61 tahun), dan VII (62-70 tahun). Persentase masing-masing kelompok umur dihitung dengan cara menghitung jumlah pasien tiap kelompok dibagi dengan jumlah total pasien dan dikalikan dengan 100%.

b. Distribusi pasien pada tiap jenis kelamin. Jenis kelamin pasien terdiri dari laki-laki dan perempuan. Persentase masing-masing jenis kelamin dihitung

dengan cara menghitung jumlah pasien tiap kelompok dibagi dengan jumlah total pasien dan dikalikan dengan 100%.

c. Distribusi pasien pada tiap keluhan apendisitis akut. Keluhan apendisitis akut terdiri dari nyeri perut di bagian kanan bawah, demam (37,40C - 38,50C), mual, muntah, dan diare. Persentase masing-masing keluhan apendisitis akut dihitung dengan cara menghitung jumlah pasien tiap kelompok yang mengalami keluhan dibagi dengan jumlah total pasien dan dikalikan dengan 100%.

d. Distribusi pasien pada tiap lama keluhan apendisitis akut. Lama keluhan pasien dihitung dari saat timbulnya gejala yang dirasakan hingga sebelum pasien datang ke rumah sakit. Persentase masing-masing lama keluhan apendisitis akut dihitung dengan cara menghitung jumlah pasien tiap kelompok dibagi dengan jumlah total pasien dan dikalikan dengan 100%.

e. Rata-rata lama perawatan pasien. Lama perawatan pasien dihitung dari tanggal pasien masuk ke rumah sakit sampai dengan tanggal pasien keluar atau pulang dari rumah sakit. Rata-rata lama perawatan dihitung dengan cara menghitung jumlah keseluruhan lama perawatan pasien operasi apendisitis akut kemudian dibagi dengan jumlah total pasien operasi apendisitis akut.

3. Jenis, waktu, cara, dosis, dan lama pemberian antibiotika profilaksis

Analisis data dilakukan dengan cara mengelompokkan berdasarkan jenis antibiotika, waktu, cara dosis, dan lama pemberian antibiotika profilaksis.

a. Jenis antibiotika. Persentase masing-masing jenis antibiotika profilaksis dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap jenis antibiotika profilaksis dibagi dengan jumlah total kasus dan dikalikan dengan 100%.

b. Waktu pemberian. Waktu pemberian antibiotika profilaksis terdiri dari ≤ 1 jam sebelum operasi, > 1 jam sebelum operasi, dan setelah operasi. Persentase masing-masing kelompok waktu pemberian antibiotika profilaksis dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus waktu pemberian profilaksis pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah total kasus dan dikalikan dengan 100%.

c. Cara pemberian. Cara pemberian antibiotika profilaksis terdiri dari per oral (PO) dan intravena (IV). Persentase masing-masing kelompok cara pemberian antibiotika profilaksis dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap kelompok cara pemberian antibiotika profilaksis dibagi dengan jumlah total kasus dan dikalikan dengan 100%.

d. Dosis pemberian. Dosis pemberian antibiotika profilaksis ditulis berdasarkan besarnya dosis tiap jenis antibiotika profilaksis yang tercantum pada lembar rekam medis. Persentase masing-masing dosis pemberian antibiotika profilaksis dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap dosis pemberian dibagi dengan jumlah total kasus dan dikalikan dengan 100%.

e. Lama pemberian. Lama pemberian antibiotika profilaksis terdiri dari pemberian 1 hari dan > 1 hari. Persentase masing-masing kelompok lama pemberian antibiotika profilaksis dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap kelompok lama pemberian dibagi dengan jumlah total kasus dan dikalikan dengan 100%.

4. Kesesuaian pemilihan dan penggunaan antibiotika profilaksis

Kesesuaian pemilihan dan penggunaan antibiotika profilaksis ditinjau berdasarkan pada jenis antibiotika profilaksis, waktu, cara dosis, dan lama pemberian antibiotika profilaksis yang dibandingkan dengan WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009), Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al.,

2008), dan ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013).

Persentase penggunaan antibiotika profilaksis yang sesuai maupun tidak sesuai dihitung berdasarkan pada jenis antibiotika profilaksis, waktu, cara dosis, dan lama pemberian antibiotika profilaksis. Cara perhitungannya adalah dengan menghitung jumlah kasus pada tiap penggunaan antibiotika profilaksis yang sesuai maupun tidak sesuai berdasarkan pada jenis antibiotika profilaksis, waktu, cara dosis, dan lama pemberiannya, dibagi dengan jumlah total kasus dan dikalikan dengan 100%.

5. Faktor-faktor yang mendasari pemilihan antibiotika profilaksis

Analisis faktor-faktor yang mendasari pemilihan antibiotika profilaksis dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam terhadap dokter bedah yang menggunakan antibiotika profilaksis, Kepala Instalasi Farmasi, dan Wakil Kepala Kamar Bedah. Alasan pemilihan antibiotika profilaksis disajikan dalam bentuk narasi dengan menyertakan testimoni yang mendukung.

I. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu :

1. Penelitian ini bersifat retrospektif sehingga data yang diperoleh dari rekam medis kurang lengkap menyebabkan banyak data yang tereliminasi. Maka hasil evaluasi belum mencakup keseluruhan kasus.

2. Rumah sakit tempat penelitian belum memiliki Standar Pelayanan Medik sebagai pedoman dalam menentukan antibiotika profilaksis yang digunakan untuk pasien apendisitis akut. Maka data yang didapat hanya dapat dievaluasi menggunakan tiga pedoman yaitu WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009), Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al., 2008), dan ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013).

3. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2012 sehingga data yang bisa diambil adalah data pasien operasi apendisitis akut pada tahun 2011 dan wawancara dengan dokter bedah, kepala instalasi farmasi dan wakil kepala kamar bedah bisa dilaksanakan pada tahun 2013.

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jumlah Pasien

Hasil penelitian menunjukkan ada 38 pasien yang menjalani operasi apendistis akut pada tahun 2011 di RS Baptis Batu Jawa Timur. Kasus operasi apendisitis akut ini menempati peringkat kedua pada tahun 2011 dan seluruh pasien tersebut menerima antibiotika profilaksis. Berdasarkan kondisi setelah operasi, keadaan luka operasi seluruh pasien baik atau tidak menunjukan adanya infeksi.

Pasien yang menerima antibiotika profilaksis tidak mengalami infeksi luka operasi karena mendapat perlindungan dari terjadinya infeksi selama operasi berlangsung hingga selesai hasil ini diketahui dari catatan perawat mengenai luka operasi pasien. Pada saluran pencernaan, terutama di bagian usus, terdapat sejumlah besar populasi mikroorganisme yang berpotensi menyebabkan infeksi (Kanji, et al., 2008). Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan dokter bedah RS Baptis Batu Jawa Timur diperoleh bahwa operasi yang dilakukan di rumah sakit tersebut adalah operasi bersih terkontaminasi. Oleh sebab itu, antibiotika profilaksis harus selalu digunakan pada operasi apendisitis akut sehingga pasien dapat terlindungi dari hadirnya bakteri penyebab infeksi dan mencegah terjadinya infeksi setelah operasi.

B. Karakteristik Demografi Pasien

Dokumen terkait