• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN LIAISON ZONA SULAMPUA

Bab 3 Perkembangan Perbankan

3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan

Per Mei 2009, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum mengalami perlambatan pertumbuhan yang dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu tumbuh 15,37% (y.o.y) atau sebesar Rp28,78triliun. Sedangkan pertumbuhan DPK pada triwulan I-2009 tercatat sebesar 18,43% (y.o.y).

Dilihat dari jenis simpanannya, perlambatan pertumbuhan DPK tersebut terutama disebabkan karena adanya penurunan pertumbuhan pada giro. Simpanan giro pada Mei 2009 tercatat sebesar Rp4,96 atau tumbuh negatif sebesar 1,52% (y.o.y). Sementara

1 2 3 4 1 2* Jumlah Bank 64 65 68 69 68 68 Bank Umum 36 37 40 41 41 41 Konvensional 27 28 30 30 30 30 Syariah 3 3 3 3 3 4 UUS 6 6 7 8 8 7 BPR 28 28 28 28 27 27

Jumlah Kantor Bank 588 593 599 625 629 631

2008

Kelembagaan 2009

Grafik 3.1.

Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank

-5 10 15 20 25 30 35 40 45 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 2006 2007 2008 2009 Tr ili un R p Campuran Swasta Nas Pemerintah

deposito mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 30,91% (y.o.y). Hal ini terjadi dimungkinkan karena adanya perpindahan alokasi dana ke dalam bentuk deposito.

Dengan demikian komposisi DPK pada triwulan laporan sebesar 17,22% untuk giro, 50,05% untuk tabungan dan 32,73% untuk deposito. Dari komposisi tersebut di atas, DPK berjenis tabungan masih tetap mendominasi jenis simpanan DPK, dan tercatat mengalami peningkatan porsinya terhadap total DPK jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (49,38%). Kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum di wilayah Sulsel tercatat mengalami perlambatan. Atas dasar lokasi proyek, kredit/pembiayaan tumbuh sebesar 13,14% (y.o.y) menjadi Rp32,02 triliun pada Mei 2009. Pertumbuhan tersebut lebih kecil dari pada pertumbuhan triwulan I-2009, yaitu 18,79% (y.o.y). Kondisi tersebut, memperlihatkan kondisi kredit/pembiayaan bank umum dan DPK sama-sama mengalami perlambatan. Namun LDR (Loan to Deposit Ratio) bank umum mengalami peningkatan, karena penurunan pertumbuhan DPK lebih kecil dari pada kredit/pembiayaan bank umum.

Grafik 3.2.

Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum

Grafik 3.3.

Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan

Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar portofolio kredit/pembiayaan masih didominasi oleh kredit/pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi). Pada Mei 2009, posisi kredit modal kerja tercatat sebesar Rp12,70 triliun atau 39,65% dari total kredit, sementara kredit investasi sebesar Rp6,13 triliun (19,16%). Sehingga total porsi kredit produktif sebesar 58,81%, relatif lebih kecil dibanding porsi pada triwulan I-2009 yaitu sebesar 58,91%. Sedangkan untuk kredit konsumsi sebesar Rp13,19 triliun dengan porsi sebesar 41,19 % dari total kredit.

Dari sisi pertumbuhan tahunan (y.o.y), per Mei 2009, kredit produktif (modal kerja dan investasi) mengalami peningkatan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya. Kredit produktif berupa kredit modal kerja mengalami peningkatan pertumbuhan dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yakni sebesar23,05 % (y.o.y) pada triwulan II-2009 sedangkan pada triwulan sebelumnya sebesar 16,25 % (y.o.y). Sedangkan pertumbuhan

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% -5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 2007 2008 2009 T r il iun R p DPK Kredit LDR -5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 2006 2007 2008 2009 T ri li un R p Konsumsi Investasi Modal Kerja

kredit investasi pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 22,57% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan pada kredit produktif tersebut relatif menggambarkan sikap optimisme para pengusaha akan kondisi perekonomian Sulawesi Selatan di masa mendatang. Hal ini diduga juga terkait dengan adanya indikasi terjadi perbaikan kinerja ekspor Sulsel pada triwulan II-2009. Selain itu sektor bangunan di Sulawesi Selatan terlihat sedang tumbuh.

Di sisi lain, kredit konsumsi mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding pertumbuhan pada triwulan I-2009 (22,63%; y.o.y), yaitu menjadi sebesar 17,19% (y.o.y) per Mei 2009. Kontraksi ini diperkirakan terjadi diduga karena perbankan relatif lambat merespon penurunan BI rate sehingga suku bunganya masih tinggi. Hal inilah yang menyebabkan menurunnya kredit konsumtif seperti kredit rumah, mobil dan elektronik.

Berdasarkan alokasi penyaluran kredit per sektor ekonomi, kredit yang disalurkan oleh perbankan daerah di Sulsel masih didominasi oleh sektor lain-lain (jasa konsumsi) yaitu sebesar 41,19% kemudian diikuti oleh sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan masing-masing sebesar 28,01% dan 10,58%.

Grafik 3.4.

Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi

Grafik 3.5.

Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi

Dari sisi pertumbuhan kredit, hingga Mei 2009, sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi dari penyerapan kredit tercatat di sektor pertambangan dengan pertumbuhan sebesar 75,80% (y.o.y). Namun pertumbuhan ini relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 87,71% (y.o.y). Hampir semua sektor mengalami pertumbuhan yang lebih rendah daripada triwulan sebelumnya, kecuali sektor listrikgasair. Meski pertumbuhannya masih negatif yaitu 35,48% (y.o.y), namun relatif lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu -44,72% (y.o.y). Pertanian 3% Pertambangan 1% Industri 11% Listrik-Gas-Air 0% Konstruksi 6% Perdagangan 28% Pengangkutan 4% Js Dunia Ush 5% Js Sosial Masy. 1% Lain-lain 41% -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 1 2* 2009 Pertanian Pertambangan Industri Listrik-Gas-Air Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Js Dunia Ush Js Sosial Masy. Lain-lain

Hal tersebut juga mengungkapkan bahwa penyaluran kredit di tiga sektor utama Sulsel, yaitu pertanian, industri dan perdagangan mengalami penurunan, yaitu masing-masing menjadi sebesar 34,60% (y.o.y), 8,52% (y.o.y) dan 15,40% (y.o.y).

Namun sektor pengangkutan terkontraksi semakin dalam per Mei 2009 jika dibandingkan dengan triwulan I-2009 (31,895; y.o.y), yaitu 24,52% (y.o.y). Hal ini terkait dengan masih terjadinya kesulitan likuiditas dan juga masih terasanya tekanan krisis keuangan global secara umum. Kondisi tersebut, sejalan dengan hasil riset yang telah dilakukan oleh J Power and Associates, yang memperkirakan pasar otomotif dunia akan

Grafik 3.6.

Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum

Grafik 3.7. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi

Kredit/pembiayaan bermasalah (NPLs gross) bank umum per Mei 2009 (3,24%: y.o.y) di wilayah Sulsel menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (1,24%: y.o.y). Penurunan NPLs tersebut diperkirakan terjadi seiring dengan kenaikan pertumbuhan perekonomian yang berpengaruh pada meningkatnya kemampuan membayar angsuran kredit.

Dilihat dari sektor ekonominya, sektor ekonomi yang tercatat memiliki rasio NPLs yang tinggi adalah kontruksi (5,78%). Namun kredit/pembiayaan bermasalah pada sektor ini memang mengalami penurunan jka dibandingkan triwulan I-2009, yaitu sebesar 6,40%. Sektor ekonomi lainnya yang memiliki rasio NPL tinggi adalah sektor pengangkutan (4,49%) dan sektor industri perdagangan (4,14%).

Berdasarkan segmentasi kredit/pembiayaannya, sebagian besar kredit/pembiayaan bank umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM). Pangsa kredit/pembiayaan MKM dibandingkan total kredit/pembiayaan per Mei 2009 adalah 72,90% atau sebesar Rp23,34 triliun. Pertumbuhan kredit/pembiayaan MKM tersebut lebih kecil pada Mei 2009 yaitu 19,68% (y.o.y) dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I-2009 sebesar 24,37% (y.o.y). Diperkirakan perlambatan pertumbuhan kredit MKM relatif

0.0% 2.0% 4.0% 6.0% 8.0% 10.0% 12.0% 14.0% 16.0% 18.0% 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 2006 2007 2008 2009 NPL Net-Sulsel NPL Gross-Sulsel 2.10% 0.00% 3.18% 0.01% 5.78% 4.14% 4.49% 2.30% 1.43% 2.46% Pertanian Pertambangan Industri Listrik-Gas-Air Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain

disebabkan karena adanya kehati-hatian perbankan dalam memberikan kredit sebagai akibat dari kewaspadaan menyikapi krisis global.

Secara sektoral, perlambatan pertumbuhan tahunan kredit MKM terjadi di beberapa sektor Sulsel termasuk sektor utama, yaitu pertanian, industri, konstruksi, jasa dunia usaha dan lain-lain. Dimana yang mengalami kontraksi masing-masing sebesar 19,92%, 4,01%, 27,47%, 29,05% dan 17,19% (y.o.y).

Pertumbuhan tertinggi hingga Mei 2009, terjadi pada pada sektor jasa dunia usaha (29,05%; y.o.y), konstruksi (27,47%; y.o.y), dan perdagangan (24,21%; y.o.y).

Grafik 3.8.

Kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum

Grafik 3.9.

Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi

Dokumen terkait