• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFT RSNI-0 DAPUR BRIKET BATUBARA UNTUK USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

BRIKET BATUBARA

2. DRAFT RSNI-0 DAPUR BRIKET BATUBARA UNTUK USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

LAMPIRAN B

NOTULEN RAPAT KONSINYASI PEMANFAATAN BRIKET BATUBARA

Pada hari Senin dan Selasa tanggal 7-8 Desember 2009, pukul 9.00 - 16.00 WIB telah diadakan Rapat Konsinyasi Pemanfaatan Briket Batubara yang bertempat di Ruang Rapat Batubara Lantai 4, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, Jl. Jendral Sudirman No.623, Bandung. Dengan acara sebagai berikut:

1) Hari ke-1 berisi pemaparan hasil kegiatan Kelompok Kerja Pemanfaatan Briket Batubara tahun 2009 dari lingkungan:

- Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;

- Direktorat Pembinaan Program, Direktorat Jenderal Minerbapabum; - Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Batubara.

2) Hari ke-2 berupa pemaparan da pembahasan draft usulan RSNI-0 tungku terintegrasi briket batubara, dan dapur briket batubara.

Rapat dihadiri oleh :

 Kepala Pusat Puslitbang tekMIRA, Prof. Riset Dr. Bukin Daulay, M.Sc.;

 Asisten Deputi Bidang Pertambangan Kementerian Koordinator Perekonomian selaku Ketua Pokja Pemanfaatan Briket Batubara Ir. Syafrizal Saeful, M.Sc.;

 Tenaga Ahli Pokja Pemanfaatan Briket Batubara di Kementrian Koordinator Perekonomian : Ir. Supardja dan Ir. Bastian;

 Perwakilan dari Kelompok Kerja Pemanfaatan Briket dari Lingkungan Direktorat Pembinaan Program Dirjen Minerbapabum, Ir. Indriatmoko, M.Sc., Ir. Kristiono, dan Ir. Benny;

 Departemen Kesehatan Drs. Sutarya mewakili Ibu Wiwik;  Badan Standarisasi Nasional Ir. Ari;

 Perwakilan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) ibu Siti Rohmah;

 Pemda setempat (Dinas Pertambangan Provinsi Jawa Barat ) Ir. Bau Muhajir; B-1

Hari pertama Rapat Konsinyasi Pemanfaatan Briket Batubara adalah pemaparan hasil kegiatan Kelompok Kerja Pemanfaatan Briket Batubara tahun 2009 Baik dari Kementrian Perekonomian, Dirjen Minerbapabum maupun dari Puslitbang tekMIRA, yang meliputi :

1. Batubara sebagai salah satu energi alternatif pengganti minyak tanah dan pengurangan subsidi BBM dalam mencapai target bauran energi tahun 2015 diharapkana mencapai 5-10% dan pada tahun 2025 sebesar 33 % termasuk didalamnya briket batubara dan light coal.

2. Briket batubara adalah bahan bakar yang memiliki karakteristik dan pasar tersendiri; sehingga masyarakat bisa memilih bahan bakar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

3. Pengembangan dan pemanfaatan briket batubara sebagai energi alternatif untuk pemenuhan dan pasokan energi bagi UKM (usaha kecil dan menengah).

4. Beberapa kegiatan sosialisasi briket batubara dan light coal yan dilaksanakan di Samarinda bekerja sama dengan Politeknik Negeri Samarinda dan PT. Citra Buana Borneo dan juga kegiatan Temu Bisnis yang diadakan oleh Ditjen Minerbapabum di 4 wilayah yaitu Solo, Bali, Makasar, dan Bandung yang menghasilkan beberapa MOU kerja sama antara pengguna dan produsen briket.

5. Revisi/perubahan atas Kepmen Pertambangan dan Energi No.2200K/20/M.PE/1994 tentang pengusahaan dan pengembangan briket.

6. Monitoring pelaksanaan kebijakan pemanfaatan briket batubara dan produksi briket batubara di beberapa daerah di Indonesia.

7. Melakukan pemantauan terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan pekerja di Kabupaten Kudus dan Kabupaten Malang.

8. Beberapa rencana kegiatan tahun 2010 yang akan dilaksanakan guna mendukung penggunaan briket batubara sebagai energi alternatif diantaranya :

B-2

- Sosialisasi penggunaan briket batubara di beberapa propinsi, kegiatan ini dilaksanakan untuk mengantisipasi dan memantau surat edaran Menteri Dalam

Negeri Nomor: 413.5/1824.SJ tanggal 26 Mei 2009 Perihal Pembentukan Tim Koordinasi dan Tim Teknis Program Aksi Penyediaan Energi Alternatif.

- Kegiatan monitoring pelaksanaan kebijakan pemanfaatan briket batubara dan produksi briket batubara di beberapa daearah di Indonesia, termasuk juga monitoring hasil temu bisnis yang telah diadakan sebelumnya.

- Pemantauan terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan pekerja di Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat.

9. Selain dari penggunaan briket sebagai energi alternatif bagi industri UKM, penggunaan LPG bersubsidi sebagai bahan bakar di industri juga menjadi kompetitor perkembangan dan pemanfaatan briket sebagai energi alternatif, sehingga diperlukan kebijakan pemerintah untuk membatasi penggunaan gas bersubsidi untuk industri. Hal tersebut merupakan salah satu peluang bagi pemanfaatan dan pengembangan briket batubara sebagai energi alternatif.

10. Pemanfaatan briket batubara sebagai energi alternatif masih dapat berkembang dengan adanya temu bisnis dengan kalangan pengusaha dari hulu ke hilir baik pengusaha batubara sebagai raw material maupun pengusaha briket sehingga didapatkan suatu kooordinasi yang baik mengenai cara pengelolaan dan penyaluran briket batubara di masyarakat.

11. Mengenai adanya pandangan beberapa pihak tentang bahaya terhadap kesehatan masyarakat pengguna dan lingkungan. Diperlukan upaya antisipasi untuk meminimalisasi dampak dari penggunaannya, dan saat ini sedang dilakukan beberapa pemantauan terhadap dampak penggunaan briket batubara.

12. Selama dilakukan temu bisnis mengenai briket batubara perlu melibatkan KLH untuk dapat meyakinkan lebih lanjut mengenai aman tidaknya abu batubara.

13. Untuk permasalahan limbah briket batubara, dalam temu bisnis selalu dilibatkan pihak dari KLH.

B-3

14. Berdasarkan PP 18/1999 tentang limbah abu batubara dari PLTU/pembangkit listrik; Perlu disosialisasikan bahwa abu briket batubara tidak berbahaya (tidak termasuk ke dalam limbah yang termaksud dalam PP tersebut).

15. Mengenai limbah B3 yang dihasilkan dari penggunaan briket batubara, pada 2010 pihak KLH akan melakukan kembali pengujian-pengujian abu briket batubara sehingga bisa mendukung penerbitan perijinan pengelolaan abu briket batubara.

16. Perlunya dibuat PerMen yang sesuai dengan PP yang telah ada tetapi untuk limbah batubara yang berasal dari industri, karena selama ini yang ada adalah PP mengenai limbah batubara dari pembangkit listrik.

17. Teknologi mengenai briket yang sudah disiapkan, meskipun secara politik disertai dukungan teknis dan non teknis telah dilakukan, tetapi masih harus dilihat dan dijadikan pertimbangan mengenai daya beli masyarakat, karena daya beli masyarakat masih sangat rendah. Oleh karena itu parameter ekonomi harus dipersiapkan lebih baik sehingga briket dapat bersaing dengan energi alternatif lainnya.

Pada Hari kedua Rapat Konsinyasi Pemanfaatan Briket Batubara membahas tentang draft konsep rancangan standar nasional Indonesia (RSNI 0) tentang tungku dan dapur briket batubara yang meliputi : 1. Selama ini sudah ada 2 jenis SNI tentang briket batubara yaitu SNI kompor briket batubara dan

SNI briket batubara, yang belum ada adalah SNI untuk dapur briket, dan tungku terintegrasi. 2. Isi dari draft konsep RSNI 0 tungku dan dapur briket batubara untuk UKM yang disusun

ternyata masih terlalu luas dan agar disusun lebih spesifik.

3. Masih dibutuhkan banyak masukan baik mengenai draft RSNI-0 untuk dapur maupun RSNI-0 untuk tungku, antara lain dari sisi ruangan baik bentuk dan ukuran ruangan, jumlah tungku yang digunakan sebagai standar dalam satu ruangan, dimensi cerobong asap briket, maupun dari sisi konstruksi ruangan untuk aliran udara segar dan asap briket serta fleksibilitas dalam penggunaannya.

B-4

4. Oleh karena itu usulan RSNI baik untuk tungku maupun dapur ini masih perlu diperbaiki dan lengkapi, dan diharapkan pada tahun mendatang dapat dilanjutkan agar kemudian dapat dibahas di Tim Teknis RSNI yang lebih tinggi, dan diusulkan ke BSN.

5. Standar mengenai kompor/briket/ tungku/dapur akan sangat bermanfaat untuk para podusennya dan meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan briket batubara sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan.

Demikian notulen hasil Rapat Konsinyasi Pemanfaatan Briket Batubara, yang dilaksanakan selama 2 hari di Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara.

Bandung, 9 Desember 2009 Kepala Tim Kegiatan

Bimbingan Teknis dan Monitoring Briket Batubara

Dokumen terkait