• Tidak ada hasil yang ditemukan

21 Klewonan Wates Triharjo

6.4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

6.4.3 Drainase

6.4.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Drainase

Beberapa peraturan perundangan yang mengatur tentang sistem pengelolaan drainase, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah berdasarkan UU No.17 tahun 2007. Untuk sektor drainase, cakupan pelayanan drainase baru melayani 124 juta jiwa.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. RPI2-JM KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015-2019

Mengatur Pembagian wewenang dan tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kab./Kota dan Pemerintah Desa dalam pengelolaan sumber daya air

3. Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014

Sasaran pembangunan Nasional bidang AMPL telah ditetapkan dalam RPJMN tahun 2010-2014 khususnya drainase adalah menurunnya luas genangan sebesar 22.500 ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal dalam hal ini terkait indikator SPM persentase penduduk yang terlayani sistem jaringan drainase skala kota sehingga tidak terjadi genangan lebih dari 30 cm selama 2 jam lebih dari 2 kali setahun pada tahun 2019.

B. Ruang Lingkup Pengelolaan Drainase

Seiring dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang amat pesat di Indonesia dan pembangunan tempat tinggal penduduk yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang (RTR) seperti di daerah-daerah yang seharusnya jadi resapan/tempat parkir air (Retarding Pond) dan daerah-daerah bantaran sungai mengakibatkan peningkatan volume air yang masuk ke saluran drainase dan sungai sehingga terlampauinya kapasitas penyediaan prasarana dan sarana drainase perkotaan dan daya tamping sungai. Sebagai akibat dari permasalahan tersebut adalah terjadinya banjir atau genangan yang semakin meningkat. Drainase yang dimaksud disini adalah drainase perkotaan yang didefinisikan sebagai drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengelola dan mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu dan/atau merugikan masyarakat. Dalam upaya pengelolaan sistem drainase di banyak kota di Indonesia pada umumnya masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan nsecara tuntas. Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, mengacu kepada SIDLACOM dimulai dari tahap Survey, Investigation (investigasi), Design (perencanaan), Operation (Operasi) dan Maintanance (Pemeliharaan), serta ditunjang dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat. Peningkatan pemahaman mengenai sistem drainase kepada pihak yang terlibat baik pelaksana maupun masyarakat perlu dilakukan secara berkesinambungan.

6.4.3.2 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A. Isu Strategis

Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di Kabupaten Kulon Progo antara lain:

Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan kelebihan air permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi sebagai saluran air limbah permukiman (“grey water”). Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yangdibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola sampah dan masyarakat.

2. Pengendalian debit puncak

Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk menyiapkan penampungan air sementara untuk menghindari aliran puncak. Penampunganpenampungan tersebut dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam-kolam retensi di atap-atap gedung, didasar-dasar bangunan, waduk, lapangan, yang selanjutnya di atas untuk dialirkan secara bertahap.

3. Kelengkapan perangkat peraturan

Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainasepermukiman di daerah adalah:

• Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti pencegahan pengambilan air tanah secara besar-besaran, pembuangan sampah di saluran, pelarangan pengurugan lahan basah dan penggunaan daerah resapan air (wet land), termasuk sanksi yang diterapkan.

• Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur, kedalaman, posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing.

• Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat dan swasta dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.

• Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang dibutuhkan dalam penanganan drainase harus di rumuskan dalam peraturan daerah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran drainase, kurang peduli dalam perawatan saluran, maupun penutupan saluran drainase dan pengalihan fungsi saluran drainase sebagai bangunan, kolam ikan dll. 5. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan drainase baik dari segi pembangunan maupun biaya operasi dan pemeliharaan. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas pengelolaan drainase perkotaan.

6. Penanganan Drainase Belum Terpadu

Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu, terutama masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir terbatasnya masterplan drainase sehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yang berakibat pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannya saja.

B. Kondisi Eksisting I. Aspek Teknis 1. Drainase Makro

Sistem drainase induk yang ada di wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah sistem drainase alam, yaitu suatu sitem yang menggunakan sungai dan anak sungai sebagai sistem primer penerima air buangan dari saluran – saluran sekunder dan tersier yang ada. Sungai Progo yang menyusuri perbatasan antara Kabupaten Kulon Progo dengan Kabupaten Kulon Progo merupakan badan penerima air utama untuk wilayah barat Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Kulon Progo serta Kabupaten Kulon Progo. Panjang alur sungai di wilayah studi ± 138,00 km merupakan sungai terpanjang di wilayah studi. Area pelayanan sungai Progo dengan anak – anak sungainya secara keseluruhan adalah 761,67 Km2. Sungai Serang dengan hulu di daerah pengasih, menyusuri wilayah Kabupaten Kulon Progo dari arah Timur Laut ke arah Barat Daya dan bermuara di Samodera Hidia di Glagah. Panjang alur sungai Induk ± 28,00 km dengan luas DAS ± 220,22 km2. Selain sungai – sungai tersebut terdapat Waduk Sermo yang juga merupakan badan penerima air dalam sistem drainase utama DAS Serang. Wilayah Kabupaten Kulon Progo dilayani oleh badan penerima air utama (sungai) dalam sistem DAS Sungai Progo dan DAS Sungai Serang. Kabupaten Kulon Progo memiliki topografi yang bervariasi dengan ketinggian antara 0 - 1000 meter di atas permukaan air laut. Keberadaan Waduk Sermo di Kecamatan Kokap dapat juga berfungsi sebagai badan penerima air yang dapat membantu menampung limpasan air permukaan, dan sekaligus mengurangi besarnya debit pada sungai – sungai dibagian hilirnya.

Sumber: DPU Kulon Progo, 2012

Gambar 6.12Jaringan Drainase Makro (Sungai) Kabupaten Kulon Progo 2. Drainase Mikro

Drainase mikro berupa saluran – saluran pembuang dari suatu kawasan, dimana sistem yang ada masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dengan limbah rumah tangga. Pada umumnya saluran drainase yang ada mengikuti alur jalan yang ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan.Secara umum jaringan drainase yang ada berupa saluran alami dan saluran buatan, baik saluran terbuka atau tertutup, saluran pasangan/beton maupun saluran galian tanah. Saluran drainase yang ada sebagian besar menjadi satu dengan saluran drainase jalan.

Data eksisting drainase di Kabupaten Kulon progo masih sangat terbatas. Sampai saat ini data yang didapat baru bersumber dari data yang ada pada Sistem Informasi Basis Data Drainase (SIBD) – Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK) – Kementerian Pekerjaan Umum. Dimana dari data tersebut panjang drainase mikro di wilayah Kabupaten Kulon Progo RPI2-JM KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015-2019

sepanjang ± 3,68 km, yang terdiri dari saluran primer sepanjang ± 1,99 km dan saluran sekunder ± 1.69 km. Type konstruksi saluran yang ada berupa saluran pasangan batu. Dimensi saluran yang ada lebar bawah antara 35 – 120 cm, lebar atas antara 40 – 250 cm, serta kedalaman (H) antara 40 – 600 cm. Gambaran selengkapnya mengenai jaringan drainase yang ada di Kabupaten Bantul dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.13Jaringan Drainase Eksisting di Kabupaten Kulon Progo

Sistem drainase masih terpusat di Wates. Jaringan drainase yang ada terdiri atas saluran-saluran alami dan buatan, baik yang masih terbuka maupun tertutup, baik yang belum diberi pasangan maupun yang sudah terbuat dari pasangan batu/beton. Selain itu, masih banyak saluran irigasi yang dimanfaatkan juga sebagai pembuangan air hujan. Hal ini mengakibatkan timbulnya pencemaran bagi air irigasi sehingga mengurangi kualitas air irigasi yang ada. Selain itu, banyak masyarakat yang membuang sampah dan limbah rumah tangga dalam saluran drainase, sehingga kotoran yang dibawa aliran air saluran akan menumpuk pada saluran yang lebih rendah dan menjadikan sedimentasi sampah sepanjang saluran

Saluran drainase yang ada mempunyai tingkat pelayanan yang rendah inlet saluran drainase seringtersumbat pasir/tanah dan sampah, mulut gorong-gorong tersumbat, pembangunan saluran air hujan masih dilaksanakan sepotong-sepotong dan belum memperhatikan daerah

pengalirannya secara menyeluruh (total catchment area).Dibeberapa tempat masih terjadi penyalahgunaan fungsi drainase sebagai buangan air limbah. Yang lebih memprihatinkan, saluran drainase sering disalahgunakan juga sebagai tempat pembuangan sampah, baik dilakukan oleh penyapu jalan maupun masyarakat.Dengan luas wilayah Kabupaten Kulon Progo ± 586,27 km2 , maka nilai aksesibilitas wilayah terhadap system drainase mikro sangat kecil dan jauh dari angka ideal. Secara jelas dapat dikatakan bahwa Kabupaten Kulon Progo masih memerlukan pembangunan jaringan drainase mikro yang sangat besar.

3. Lokasi Genangan

Fokus penanganan genangan Kabupaten Kulon Progo untuk lima tahun ke depan ada wilayah perkotaan Wates. Lokasi-lokasi genangan di wilayah perkotaan Wates disajikan dalam tabel dan gambar di bawah ini.

Tabel 6.44Lokasi Genangan wilayah Perkotaan Wates

NO. LOKASI GENANGAN KECAMATAN KELURAHAN LUAS/KEDALAMAN LAMA

GENANGAN

1 Jl. Lingkar Pertokoan Gawok Wates Wates 30-50 cm 1-2 jam

2 Jl. Sepur I Wates Wates 30-50 cm 1-2 jam

3 Jl. Sepur II (utara masjid Jami') Wates Wates 30-50 cm 1-2 jam

4 Jl. Sanun Wates Wates 30-50 cm 1-2 jam

5 Jl. Tunjungan Wates Wates 30-50 cm 1-2 jam

6 Jl. Terbah Kulon Wates Wates 30-50 cm 1-2 jam

7 Kedunggong Wates Wates 30-50 cm 1-2 jam

8 Kriyanan Wates Wates 30-50 cm 1-2 jam

9 Gunung gempal Wates Wates 30-50 cm 1-2 jam

10 Jurang jero Wates Wates 30-50 cm 1-2 jam

11 Graulan Wates Giripeni 30-50 cm 1-2 jam

12 Kedungpring Wates Giripeni 30-50 cm 1-2 jam

13 Sanggrahan Lor Wates Giripeni 30-50 cm 1-2 jam

14 Sanggrahan Kidul Wates Giripeni 30-50 cm 1-2 jam

15 Bendungan Lor Wates Bendungan 30-50 cm 1-2 jam

16 Bererian Wates Bendungan 30-50 cm 1-2 jam

17 Conegaran Wates Triharjo 30-50 cm 1-2 jam

18 Kularan Wates Triharjo 30-50 cm 1-2 jam

19 Ngrandu Wates Triharjo 30-50 cm 1-2 jam

20 Seworan Wates Triharjo 30-50 cm 1-2 jam

21 Klewonan Wates Triharjo 30-50 cm 1-2 jam

Sumber: Satker PPLP DIY, 2014

Sumber: Satker PPLP DIY, 2014

Gambar 6.14Lokasi genangan Wilayah Perkotaan Wates II. Aspek Pendanaan

Pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan drainase di Kabupaten Kulon Progo dibiayai oleh APBD Kabupaten Kulon Progo, dan juga mendapatkan dana fasilitasi stimulant dari APBN maupun dari APBD DIY.

III. Aspek Kelembagaan

Instuis Pemerintah Kabupaten Kulon Progo yang memeliki tugas dan wewenang dalam pembangunan dan pengelolaan jaringan drainase adalah Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo.

IV. Aspek Peraturan Perundangan

Peraturan daerah yang mengatur secara langsung terkait penyelenggaraan jaringan drainase di Kabupaten Kulon Progo belum tersedia.

V. Aspek Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan drainase masih rendah, terdapat masyarakat yang membuang sampah dan air limbah di saluran drainase yang ada.

I. Permasalahan

Permasalahan Pembangunan Sektor Drainase di Indonesia secara umum adalah: - Kapasitas sistem drainase tidak sesuai dengan kondisi saat ini;

- Belum memadainya penyelenggaraan sistem drainase. II. Tantangan

Tantangan yang dihadapi secara umum di Indonesia adalah mencegah penurunan kualitas lingkungan permukiman di perkotaan, optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun, peningkatan dan pengembangan sistem yang ada, pembangunan baru secara efektif dan efisien yang menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah dan menunjang terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat serta meningkatkan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.

Sedangkan hasil identifikasi permasalahan dan tantangan pengelolaan drainase Kabupaten Kulon Progo disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 6.45 Hasil Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengelolaan Drainase Kabupaten Kulon Progo

.No. Aspek Permasalahan Tantangan Solusi

1 Teknis • Permasalahan genangan di Kawasan Perkotaan Wates • Menurunnya kapasitas saluran yang ada • Jaringan drainase yang tidak terintegrasi • Semakin terbatasnya daerah resapan air hujan • Perubahan iklim

• Pengembangan sistem drainase berwawasan

pelestarian air tanah (biopori)

• Rehabilitasi jaringan drainase yang ada • Pengembangan sistem jaringan drainasi terintegrasi di Kawasan Perkotaan Wates 2 Kelembagaan • Terbatasnya kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dalam Pengelolaan Drainase • Reformasi birokrasi dan tuntutan pelayanan prima dalam pemenuhan infrastruktur dasar Pengelolaan Drainase bagi masyarakat • Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dalam Pengelolaan Drainase 3 Pembiayaan • Terbatasnya kapasitas keuangan daerah • Potensi alternatif pembiayaan infrastruktur diluar APBN/APBD melalui • Peningkatan pembiayaan infrastruktur dasar Pengelolaan RPI2-JM KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015-2019

.No. Aspek Permasalahan Tantangan Solusi sumber pembiayaan PHLN & KPS Drainase melalui PHLN & KPS 4 Peran Serta Masyarakat/ Swasta • Rendahnya kepedulian masyarakat dalam pemeliharaan infrastruktur dasar Pengelolaan Drainase • Rendahnya keterlibatan masyarakat dalam Pengelolaan Drainase • Potensi sumber daya masyarakat dalam pengelolaan infrastrukrtur dasar Pengelolaan Drainase • Pemberdayaan kelompok masyarakat sebagai upaya meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pengelolaan Drainase

5 Lingkungan • Penurunan kualitas lingkungan hidup akibat dari kepadatan permukiman • Perubahan iklim akibat pemanasan global • Agenda MDGs dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup • Pengelolaan Drainase yang berwawasan pelestarian lingkungan hidup dan "Sustainable Human Settlements Development” Selain itu sektor pengelolaan drainase Kabupaten Kulon Progo juga menghadapi tantangan pemenuhan pencapaian target Standar Pelayanan Minimum Bidang Cipta Karya Tahun 2019 “100 – 0 – 100” sebagai berikut ini.

Tabel 6. 46 Tantangan Pemenuhan Target SPM Sektor Pengelolaan Drainase

Jenis Pelayanan

Dasar

Sasaran Indikator Satuan Target

2019 Kondisi Eksisting 2013/2014 Capaian Backlog Penyediaan Sanitasi Meningkatnya kualitas sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase permukiman) Persentase genangan tertangani % Luas Genangan Tertangani 100% 56,25% 43,75%

6.4.3.3 Analisis Kebutuhan Drainase

Analisis kebutuhan penyediaan drainase sebagai upaya penanganan permasalahan titik genangan di Kawasan Perkotaan Wates Kabupaten Kulon Progo untuk lima tahun ke depan disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 6.47 Kebutuhan Penanganan Genangan di Kawasan Perkotaan Wates Kabupaten Kulon Progo untuk Lima Tahun Ke Depan

NO.

NAMA RUAS SESUAI NAMA JALAN/ NAMA

BAGIAN DESA KECAMATAN KELURAHAN TAHUN PENANGANAN 2015 2016 2017 2018 2019 1 Jl. Lingkar Pertokoan Gawok Wates Wates 1

2 Jl. Sepur I Wates Wates 1

3 Jl. Sepur II (utara masjid Jami') Wates Wates 1

4 Jl. Sanun Wates Wates 1

5 Jl. Tunjungan Wates Wates 1

6 Jl. Terbah Kulon Wates Wates 1

7 Kedunggong Wates Wates 1

8 Kriyanan Wates Wates 1

9 Gunung gempal Wates Wates 1

10 Jurang jero Wates Wates 1

11 Graulan Wates Giripeni 1

12 Kedungpring Wates Giripeni 1

13 Sanggrahan Lor Wates Giripeni 1

14 Sanggrahan Kidul Wates Giripeni 1

15 Bendungan Lor Wates Bendungan 1

16 Bererian Wates Bendungan 1

17 Conegaran Wates Triharjo 1

18 Kularan Wates Triharjo 1

19 Ngrandu Wates Triharjo 1

20 Seworan Wates Triharjo 1

21 Klewonan Wates Triharjo 1 Titik Genangan

Tertangani Per Tahun

4 4 4 4 5 Titik Genangan Tertangani Kumulatif Tahun 2014 4 8 12 16 21 Persentase Penangananan Titik Genangan 56,25% 64,6% 72,9% 81,3% 89,6% 100%

6.4.3.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Drainase A. Pembangunan Prasarana Drainase

Kriteria kegiatan infrastruktur drainase perkotaan

 Kriteria Lokasi :

o Kota-kota yang sudah memiliki Master Plan Drainase Perkotaan dan DED untuk tahun pertama;

o Kawasan-kawasan permukiman dan strategis di perkotaan (Metropolitan/Kota Besar) yang rawan genangan.

 Lingkup Kegiatan :

o Pembangunan saluran drainase primer (macro drain), pembangunan kolam retensi, dan bangunan pelengkap utama lainnya (pompa, saringan sampah,dsb);

o Pembangunan saluran drainase sekunder dan tersier (micro drain) oleh pemerintah kab.kota;

o Sosialisasi/diseminasi/ kampanye NSPM pengelolaan saluran drainase termasuk kegiatan pembersihan sampah di sekitar saluran drainase;

o Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;

o Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

 Kriteria Kesiapan :

o Sudah memiliki RPIJM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;

o Dilaksanakan dalam rangka pengurangan lokasi genangan di perkotaan;

o Terintegrasi antara makro drain dan mikro drain, serta dengan sistem pengendali banjir;

o Terdapat institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang dibangun; o Tidak ada permasalahan lahan (lahan sudah dibebaskan, milik Pemkot/kab);

o Pemerintah kab./kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi dan pemeliharaan;

o Pemerintah Kabupaten/Kota akan melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat.

 Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Drainase Perkotaan

Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Drainase Perkotaan dipaparkan pada gambarberikut.

Gambar 6.15Sistem Drainase Perkotaan

Dalam pembangunan sistem drainase perkotaan, pemerintah pusat mempunyai peran dengan mengembangkan sistem yang terintegrasi dengan sistem makro, serta memfasilitasi pilot drainase mandiri. Sedangkan, pemerintah kabupaten kota berperan dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi

6.4.4 Usulan Program dan Kegiatan

Usulan prioritas program dan kegiatan berikut pembiayaan yang dibutuhkan diuraikan dalam tabel berikut ini.

Kegiatan Detail Lokasi Vol. Sat. Tahun

SUMBER PENDANAAN (RP. JUTA) APBN APBD PROV. APBD KAB/KOTA PERUSAHAAN DAERAH SWASTA/ MASYARA-KAT CSR DAK RM PHLN

Pembangunan Drainase Perkotaan Perkotaan Wates 1 Kws 2015 8.700 50 Bantek Pengelolaan Air Limbah Perkotaan Wates 1 Keg 2015 110 10 Pembangunan Drainase Perkotaan Perkotaan Wates 1 Kws 2016 2.000 50

Pembangunan Drainase Perkotaan

Kws. Perkotaan Sentolo, Desa

Salamrejo, Kec. Sentolo 1 Kws 2017 5.000 50

Pembangunan Drainase Perkotaan

Kws. Tawangsari, Desa

Tawangsari, Kec. Pengasih 1 Kws 2018 7.000 50 Pembangunan Drainase Perkotaan Aglomerasi Perkotaan Wates 1 Kws 2019 5.000 50

Pengembangan TPA Sanitary Landfill

Tawang, Desa Banyuroto, Kec.

Nanggulan 1 Pkt 2015 500

Pengembangan TPA Sanitary Landfill

Tawang, Desa Banyuroto, Kec.

Nanggulan 1 Pkt 2016 1.000 500

Pengembangan TPA Sanitary Landfill

Tawang, Desa Banyuroto, Kec.

Nanggulan 1 Pkt 2017 1.000 500

Pengembangan TPA Sanitary Landfill

Tawang, Desa Banyuroto, Kec.

Nanggulan 1 Pkt 2018 1.000 500

Pengembangan TPA Sanitary Landfill

Tawang, Desa Banyuroto, Kec.

Nanggulan 1 Pkt 2019 1.000 500

Perencanaan Teknis dan Manajemen Pengelolaan

Sampah Kab. Kulon Progo 1 Pakt 2015 550 50

Inftasruktur TPST 3R Wates 1 Kws 2015 500

Inftasruktur Air Limbah Komunal (Pembangunan Saluran

Outlet/Efluent) Nanggulan 1 Kws 2015 500

Sanimas (DAK) Kab. Kulon Progo

4 Lokasi 2015 200

25 2.000

Sanimas (DAK) Kab. Kulon Progo

4 Lokasi 2016 200

25 2.000

Sanimas (DAK) Kab. Kulon Progo

4 Lokasi 2017 200

25 2.000

Sanimas (DAK) Kab. Kulon Progo

4 Lokasi 2018 200

25 2.000

Sanimas (DAK) Kab. Kulon Progo

4 Lokasi 2019 200 25 2.000 Total 2015 10.360 - - 810 - - 25 2.000

PROV. KAB/KOTA DAERAH MASYARA-KAT CSR DAK RM PHLN Total 2016 3.000 - - 750 - - 25 2.000 Total 2017 6.000 - - 750 - - 25 2.000 Total 2018 8.000 - - 750 - - 25 2.000 Total 2019 6.000 - - 750 - - 25 2.000 TOTAL 33.360 - - 3.810 - - 125 10.000

Contents

6.1 Pengembangan Permukiman ... 1

6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan ... 1

6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan ... 5

6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman ... 9

6.1.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Permukiman ... 11

6.1.5 Usulan Program dan Kegiatan ... 14

6.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan ... 18

6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan ... 18

6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan ... 21

6.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan ... 27

6.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL ... 28

6.2.5 Usulan Program dan Kegiatan ... 33

6.3 Penyediaan Air Minum ... 36

6.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan ... 36

6.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan ... 37

6.3.3 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum ... 50

6.3.4 Program dan Kriteria Kesiapan, serta Skema Kebijakan Pendanaan Penyediaan Air Minum ... 54

6.3.5 Usulan Program dan Kegiatan ... 57

6.4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman ... 61

6.4.1 Air Limbah ... 61

6.4.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan ... 61

6.4.1.2 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan ... 62

6.4.1.3 Analisis Kebutuhan Pengelolaan Air Limbah ... 68

6.4.1.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah ... 70

6.4.2 Persampahan ... 73

6.4.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan ... 73

6.4.2.2 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan ... 74

6.4.2.3 Analisis Kebutuhan Persampahan ... 83

6.4.3 Drainase ... 87

6.4.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan ... 87

6.4.3.2 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan ... 88

6.4.3.3 Analisis Kebutuhan Drainase ... 96

6.4.3.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Drainase ... 97

6.4.4 Usulan Program dan Kegiatan ... 99

Tabel 6. 1 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 ... 6

Tabel 6.2 Data Kegiatan Peningkatan Infrastruktur Kawasan RSH di Kabupaten Kulon Progo ... 6

Tabel 6.3 Data Kondisi Pengembangan Kawasan Perdesaan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 ... 6

Tabel 6.4 Data Kondisi Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 ... 7

Tabel 6.5 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Kulon Progo ... 8

Tabel 6. 6 Tantangan Pemenuhan Target SPM Sektor Pengembangan Permukiman ... 9

Tabel 6.7 Kebutuhan & Target Program Pengembangan Permukiman Kabupaten Kulon Progo untuk Lima Tahun Ke Depan ... 10

Tabel 6.8 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2019 ... 15

Tabel 6.9 Peraturan Daerah terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Kulon Progo ... 22

Tabel 6.10 Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Kulon Progo .. 23

Tabel 6.11 Penanganan Kebakaran Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 ... 23

Tabel 6.12 Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 ... 24

Tabel 6.13 Kawasan Tradisional Bersejarah Kabupaten Kulon Progo... 24

Tabel 6.14 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Kulon Progo ... 26

Tabel 6.15 Kebutuhan Program Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Kulon Progo untuk Lima Tahun Ke Depan ... 27

Tabel 6.16 Usulan Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten

Dokumen terkait