• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terdapat beberapa saluran drainase yang masuk ke badan air yang mengalirkan limbah maupun air hujan, berupa galur-galur/selokan kecil terbuka maupun pipa dan gorong-gorong. Penyumbatan saluran oleh sampah/tanah menghambat aliran air yang seharusnya dibuang dari bantaran kanal.

Saluran drainase limpasan air hujan memerlukan kemiringan tertentu antara 1-2 %, sehingga tidak terjadi genangan di bantaran, seperti yang terjadi pada segmen Halimun-Rasuna Said (Gambar 14). Drainase dibuat dengan mengkombinasikan drainase permukaan dari limpasan ruang terbuka dan drainase tertutup dari limpasan perkerasan. Selain itu, lubang resapan biopori juga menjadi cara yang murah dan mudah untuk menghindari genangan air. Bahkan sampah

43

organik yang dimasukkan ke dalamnya akan menciptakan lubang-lubang kapiler kecil akibat aktivitas mikroorganisme pengurai sampah organik tersebut. Dengan demikian, penyerapan air ke dalam tanah akan semakin banyak.

Gambar 14 Contoh Saluran Drainase dan Genangan pada Tapak

Hidrografi Badan Air

Segmen perancangan memiliki panjang ±3,65 km (Tabel 5). Lebar eksisting adalah kondisi lebar sebelum dinormalisasi. Sementara itu, lebar optimal adalah lebar yang diharapkan untuk menciptakan fungsi yang diinginkan. Lebar optimal dari Balai Besar Wilayah Ciliwung-Cisadane seperti yang terlihat pada Tabel 5. Pada segmen perancangan ini tidak terdapat lengkungan kanal yang signifikan.

Tabel 5 Hidrografi Kanal pada Segmen Perancangan Lanskap Waterway

No Segmen Panjang Lebar Eksisting Lebar Optimal 1 Manggarai-Jembatan Mampang 0,82 km 28 m 31 m 2 Jembatan Mampang-Jembatan Guntur 0,26 km 31 m 37 m 3 Jembatan Guntur-Jembatan Halimun 0,52 km 33 m 37 m 4 Jembatan Halimun-Sudirman 1,26 km 33 m 37 m 5 Sudirman-Jembatan Mas Mansyur 0,79 km 40 m 40 m

Kondisi volume air yang ditunjukkan dengan ketinggian muka air sangat penting untuk pelayaran. Tinggi muka air pada kanal ini rata-rata ≤ 2 meter di saat persediaan air kurang. Elevasi kanal yang dihimpun dari Dokumen Peningkatan Kapasitas dan Perkuatan Tebing Banjir Kanal Barat Hulu 2007-2009 pada Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Ciliwung-Cisadane, Depkimpraswil, antara 7-8

44

meter. Dalam perencanaan teknis, kanal diukur saat permukaan air surut untuk mengantisipasi operasional kapal saat ketersediaan air terbatas. Selanjutnya, berdasar hasil rencana pengerukan dan penguatan dinding kanal dari Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane tersebut di dalam Laporan Akhir 2004 Dinas Perhubungan, didapatkan bahwa lebar minimum air pada kondisi surut adalah 35 meter, lebar minimum alas kanal adalah 24 meter, dan kedalaman minimum adalah 3 meter.

Salah satu kriteria pelayaran waterway adalah lebar kanal yang cukup untuk lintasan dua arah dan putar haluan kapal. Selain fungsi teknis pengangkutan, kanal yang cukup lebar menciptakan suasana yang lapang bagi pengguna tapak. Ketinggian tanggul yang mencukupi perkiraan ketinggian maksimum air akan menciptakan rasa aman pengguna tapak terhadap luapan air.

Nilai Estetika

Lokasi penelitian sebagian besar sedang dinormalisasi melalui penguatan dinding kanal dengan penurapan dan perataan lebar kanal. Perataan itu untuk mengembalikan fungsi kanal sebagai pengendali banjir dari degradasi fungsi akibat terjadinya sedimentasi. Normalisasi yang berkaitan dengan transportasi air bertujuan memenuhi ruang pergerakan ideal bagi kapal dan mencegah abrasi dinding kanal akibat gelombang yang timbul dari pergerakan kapal. Tepian air tersebut dirombak dengan membersihkan tanah dari semak-semak dan menebang beberapa pohon yang masuk dalam wilayah pelebaran kanal. Pada saat penelitian, kondisi beberapa tempat masih terlihat alami, tetapi terlihat suram. Sedangkan bagian yang sudah terturap, tertanam pepohonan di kanan kirinya dan diselingi taman dengan kondisi yang cukup terawat hingga kurang terawat. Turap yang ada ditumbuhi rerumputan liar dan beberapa di antaranya hampir jebol. Tepian banjir kanal diokupasi oleh kaum tunawisma sebagai rumah tinggalnya. Begitu pula dengan gelagar jembatan yang ada. Gangguan pemandangan juga ditambah dengan kain jemuran yang menempel di gelagar tersebut dan keberadaan pemukiman yang kurang teratur.

Kanal ini memiliki ketersediaan air lebih tinggi dibandingkan dengan Banjir Kanal Timur (BKT). Airnya berwarna coklat keruh dan bercampur dengan warna

45

kehitaman oleh aliran air yang datang dari saluran drainase langsung (saluran limbah rumah tangga dari kios-kios liar di tepi kanal dan dari gedung sekitar) maupun saluran pembuangan air limbah dari Waduk Setiabudi. Menurut Saeni (1989) dalam Nurisjah (2004), air yang berwarna coklat disebabkan oleh erosi tanah, sedangkan air yang berwarna kehitaman disebabkan oleh bahan buangan atau limbah organik. Pada waktu hujan turun banjir kanal dipenuhi lebih banyak aliran sampah yang berasal dari tumpukan sampah di dekat Pintu Air Manggarai dan dari beberapa tempat lainnya. Berbagai jenis sampah tersebut terlihat sangat mengganggu pemandangan dan akan mengganggu alur pelayaran waterway.

Bunyi-bunyian yang timbul di lingkungan tapak datang dari suara lalu lalang kendaraan bermotor di ruas jalan. Kereta dengan intensitas sering juga melaju di sisi utara kanal. Bunyi lain yang kadangkala terdengar di lokasi adalah bunyi kicau burung. Aroma yang ada pada tapak bersumber dari bahan pencemar air, yaitu bau amis yang sesekali tercium. Kondisi udara pada pagi hari cukup segar, menjelang siang hari mulai gerah, dan pada sore hari cukup nyaman.

Berdasarkan pendapat responden yang melihat kondisi tapak, sebagian besar mengatakan bahwa lanskap kanal tersebut memiliki sirkulasi yang buruk, suhu yang panas, kondisi air yang sangat kotor, aroma air bau, keamanannya rawan, ketertiban yang baik (tertib), lingkungan yang sangat kotor, kenyamanan yang kurang, serta pemandangan sekitar yang kurang indah - cukup indah. Tabel 6 menunjukkan kondisi lanskap kanal segmen Manggarai-Jembatan Mas Mansyur.

Sebagai sebuah lanskap, kanal ini memiliki pemandangan dari yang menarik hingga tidak menarik. Lanskap kanal tersebut belum tertata dengan baik, sehingga terdapat beberapa titik yang mengganggu. Sebaliknya, pemandangan yang menarik, antara lain arsitektur gedung bertingkat tinggi, taman, arsitektur tanaman yang ada, keunikan batang pohon, dan lainnya. Pengelolaan lanskap banjir kanal dilakukan petugas lapang tata air DPU dan pengelolaan kebersihan dilakukan oleh petugas lapang dari Dinas Kebersihan.

Menurut Nurisjah (2004) estetika adalah apresiasi/tanggapan terhadap suatu keindahan yang dapat dinikmati berdasar objek dan lingkungannya. Variasi nilai estetika merupakan sesuatu yang perlu diolah untuk menghasilkan apresiasi yang

46

Tabel 6 Kondisi Lanskap Waterway Segmen Manggarai-Karet menurut Responden

Keadaan Umum Keterangan Pendapat Responden

Sirkulasi 1. sangat buruk

2. buruk 3. cukup baik 4. baik 5. sangat baik - 54 % 36 % 10 % -

Suhu 1. sangat tinggi

2. tinggi 3. sedang 4. rendah 5. sangat rendah 2 % 82 % 8 % 8 % -

Kondisi air 1. sangat kotor

2. kotor 3. cukup bersih 4. bersih 5. sangat bersih 50 % 44 % 6 % - -

Aroma air 1. sangat bau

2. bau

3. cukup tidak mengganggu 4. tidak bau

5. sangat tidak bau

16 % 62 % 11 % 11 %

-

Keamanan 1. sangat rawan

2. rawan 3. cukup aman 4. aman 5. sangat aman 4 % 60 % 16 % 20 % -

Ketertiban 1. sangat tidak tertib

2. tidak tertib 3. cukup tertib 4. tertib 5. sangat tertib - 20 % 32 % 48 % - Kebersihan lingkungan 1. sangat kotor

2. kotor 3. cukup bersih 4. bersih 5. sangat bersih 48 % 30 % 22 % - -

Kenyamanan 1. sangat tidak nyaman

2. kurang nyaman 3. cukup nyaman 4. nyaman 5. sangat nyaman 20 % 60 % - 18 % 2 % Keindahan pemandangan sekitar

1. sangat tidak indah 2. kurang indah 3. cukup indah 4. indah 5. sangat indah 18 % 30 % 30 % 22 % -

menyenangkan dan kualitas lanskap yang baik. Kualitas lanskap yang baik berkaitan dengan kebutuhan dan kehidupan manusia. Kriteria sense yang

47

berkualitas menurut Nurisjah (2004) adalah berada dalam selang kenyamanan, memiliki keragaman sensasi, sesuai dengan keinginan dan preferensi pengguna, mendukung perilaku dan teritorial seseorang, memiliki identitas, dan tiap elemennya memiliki arti khusus. Estetika kanal waterway ini disusun untuk menciptakan perasaan ternaungi dan terlindungi melalui segenap raga dan indera pengguna. Analisis diperlihatkan pada Gambar 15.

Pemandangan yang tidak menarik diatasi dengan penataan vegetasi dan elemen lanskap lainnya, penciptaan kesan perjalanan, pemanfaatan pemandangan luar, dan pengalokasian pemilik bangunan liar yang ada di tepian kanal.Penataan tanaman perlu memperhitungkan kemampuan pandangan pengguna kapal selama perjalanan. Penataan vegetasi dan elemen lanskap lain dilakukan dengan permainan permainan warna dan tekstur serta penciptaan kesatuan desain melalui kesederhanaan (simplicity), variasi (variety), urutan (sequence), penekanan (emphasis), keseimbangan (balance), dan skala (scale) (Hannebaum 2002).

Bunyi kicau burung berpotensi menambah estetika kota dan memberikan kesan alam. Kehadiran burung dan serangga dipertahankan dengan tanaman yang menarik mereka. Pepohonan besar eksisting, selain menjadi habitat burung tertentu, dapat menghilangkan kegerahan melalui kombinasinya dengan pengaturan angin. Taktilitas pun dicapai dengan menciptakan udara segar, suasana yang teduh, dan sirkulasi yang mudah dimanfaatkan.

Kondisi air yang keruh dan bau diatasi dengan menambahkan tanaman penghilang bau. Kualitas air diperbaiki dengan menghilangkan penumpukan sampah yang ada di dekat P.A. Manggarai. Kebisingan cukup dirasakan akibat intensitas kereta yang lewat di samping kanal, tetapi tidak begitu juga dengan pengaruh bunyi kendaraan bermotor. Hal ini diatasi dengan pemberian tembok (wall) dilapisi bahan peredam maupun dengan penanaman vegetasi. Meskipun penanaman vegetasi untuk meredam bising membutuhkan ketebalan tertentu, pemanfaatan tanaman tersebut dapat sekaligus membatasi pandangan dan menyaring debu yang berasal dari hempasan kereta api.

49

Aksesibilitas, Transportasi, dan Sirkulasi

Lokasi peelitian terletak di dekat Stasiun Manggarai dan memanjang hingga di samping Jalan Mas Mansyur. Karena lokasinya berada di antara jalur jalan dan kereta api, akses menuju lokasi banjir kanal dapat dicapai dengan mudah melalui jalur darat tersebut. Banyak jalan yang dapat menghubungkan pengguna ke lokasi banjir kanal, baik yang memotong maupun yang sejajar, seperti Jl. Sultan Agung, Jl. Halimun, Jl. Guntur, Jl. Latuharhari, Jl. Galunggung, Jl. Karet Pasar Baru Timur, Jl. K.H. Mas Mansyur, serta beberapa jalan yang lain, seperti yang terlihat pada Gambar 4. Jalan utama yang berpotongan tidak sebidang yang juga menjadi akses pencapaian ke lokasi adalah adalah Jl. Sudirman dan Jl. Rasuna Said. Jalan tersebut juga merupakan bagian dari jaringan busway. Berdasar pengamatan, angkutan jalan yang beroperasi melewati banjir kanal ini antara lain, Kopaja 66, taksi, bajaj, dan busway koridor 6 dan 4. Sedangkan aksesibilitas melalui kereta api ditempuh menggunakan jalur kereta api Tanah Abang yang akan berhenti pada Stasiun Sudirman dan Stasiun Karet serta jalur kereta api Manggarai.

Trayek angkutan air akan disinergikan dengan trayek moda lain, sehingga akan mengurangi beban perjalanan melalui kemudahan akses antarmoda. Identifikasi trayek-trayek yang memotong dan sejajar terhadap kawasan kanal diberikan dalam Tabel Lampiran 1. Banyaknya jaringan jalan yang dapat mengakses banjir kanal tersebut menjadi potensi terciptanya jaringan transportasi yang integratif. Sayangnya, di daerah ini terdapat kekurangan trayek angkutan umum (missing link), sehingga pemanfaatan banjir kanal sebagai prasarana angkutan waterway menjadi potensi besar untuk dikembangkan. Seperti yang terlihat pada Tabel Lampiran 1, rute besar yang ada hanya ada di Karet, Jl. Jenderal Sudirman, Jl. Rasuna Said, dan Manggarai. Oleh karenanya, jaringan transportasi kanal ini direncanakan sebagai pengumpan (feeder) terhadap jaringan utama. Transportasi kanal berfungsi sebagai pengisi dari kekosongan trayek angkutan umum pada segmen Manggarai-Karet.

Jumlah pengendara kendaraan pribadi setiap tahunnya mengalami kenaikan 11% sementara ruas jalan tidak berubah secara signifikan dengan naik sebesar 1%, sehingga muncul masalah kemacetan di semua ruas area ekonomi, bisnis, maupun pemukiman. Demikian pula kemacetan yang terjadi pada ruas jalan yang mengapit

50

banjir kanal segmen Manggarai-Karet ini. Setiap hari kerja, ruas jalan ini macet dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melaju dari ujung (pintu air Manggarai) hingga jembatan Mas Mansyur. Menurut pengalaman responden yang dihimpun melalui kuesioner, waktu untuk menempuhnya sekitar setengah jam, terlebih pada waktu jam-jam padat.

Dermaga yang ada diupayakan agar terkait dengan perhentian moda angkutan lain. Namun, Dermaga Halimun dirasa tidak dapat langsung terakses oleh pengguna angkutan, karena jarak dengan halte angkutan lain agak jauh. Oleh karenanya, dalam perencanaan transportasi, proyek awal rencana pengembangan angkutan sungai wilayah DKI Jakarta menempatkan darmaga di sepanjang segmen Manggarai-Mas Mansyur, yaitu di Manggarai (dekat pintu air), Mampang (Pasar Rumput), Latuharhari (sekitar Rasuna Said), Dukuh Atas (sekitar Sudirman), dan Karet (K.H. Mansyur). Dalam kebijakan perencanaan transportasi tersebut, peletakan dermaga perlu memperhatikan akses-akses kecil yang merepotkan untuk dijangkau, seperti akses pengguna untuk menyeberangi ruas Jalan Sudirman. Gambar rencana dermaga oleh Dinas Perhubungan terlihat pada Gambar Lampiran 3.

Sirkulasi bantaran itu sendiri merupakan sirkulasi linier, sejajar bersebelahan dengan alur waterway dan tersusun dari paving block selebar 1,5 meter. Sirkulasi pada segmen Jembatan Mampang-Guntur berpola linier angular dan pada beberapa titik telah tertutup oleh semak liar (Gambar 18). Sirkulasi tersebut digunakan warga untuk menempuh perjalanan ke arah Karet dan sebaliknya dengan berjalan kaki atau menggunakan motor. Intensitas penggunaannya jarang. Gambar 16 menunjukkan tipikal sirkulasi yang ada pada sebagian besar tapak. Beberapa titik mengalami kerusakan paving yang cukup parah. Jalur tikus ditemukan pada daerah yang dekat dengan pemukiman liar di daerah belakang untuk sirkulasi pemukim menuju kanal. Sirkulasi dirancang dengan memperhatikan efektifitas pergerakannya agar ringan dilalui, tidak berbelit-belit, dan mengurangi munculnya jalur yang tidak direncanakan. Sirkulasi diperbaiki dengan material yang tidak mudah rusak dan ringan perawatannya. Gambar 17 adalah bagan analisis aksesibilitas, transportasi,dan sirkulasi.

52

Potensi:

−Pengisi kekosongan trayek

−Mengatasi kemacetan yang tinggi

pada ruas sekitar perancangan

−Mengoreksi beberapa moda yang

tidak dapat terintegrasi dengan

waterway

Solusi:

− Merancang jalur waterway

− Memperhatiakn keefektifan dermaga

− Memperbaiki sirkulasi dalam tapak

− Memilih material yang menguntungkan

Kendala:

−Kondisi sirkulasi rusak

−Keamanan pengguna terhadap

keberadaan jalur kereta api

Gambar 17 Bagan Analisis Aksesibilitas, Transportasi, dan Sirkulasi.

Vegetasi dan Satwa

Vegetasi adalah material lanskap yang tumbuh dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar dan bentuk tanaman, tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Berdasarkan pengamatan di lapang vegetasi yang dijumpai pada tapak adalah berbentuk pohon, semak, dan

groundcover beserta rumput. Pada beberapa bagian tapak terjadi pembersihan tanah dari pohon dan vegetasi lainnya dalam rangka pelurusan kanal. Beberapa bagian lain merupakan taman hasil kemitraan Dinas Pertamanan DKI dengan perusahaan swasta, seperti Honda dan PT Mesindo Agung Nusantara. Kemitraan bertujuan melibatkan peran swasta dalam menciptakan lingkungan yang nyaman.

Pohon yang dominan ada pada tapak adalah mahoni (Swietenia macrophylea) (Gambar 18). Sebagian besar pohon berukuran besar dan sebagian lainnya masih dalam pertumbuhan. Kondisinya dari yang cukup baik dengan pertumbuhan tanaman yang sehat hingga berpenyakit. Semak didominasi oleh bugenvil (Bougainvillea spectabilis) yang diletakkan pada planter box sepanjang kanal dan soka (Ixora javanica), sedangkan penutup tanah memiliki banyak variasi jenis. Pada sisi lain terlihat semak liar yang mengganggu pemandangan. Vegetasi yang ditanam pada tapak memiliki fungsi peneduh (beringin, tanjung, dan mahoni), ameliorasi iklim, penyerap polutan (mahoni, angsana, dan soka), penguat tanah, tempat burung bersarang (soka, nangka, kersen, belimbing, sengon, dan tanjung), hingga fungsi estetika. Tabel 7 menunjukkan jenis vegetasi di tapak perancangan.

53

Tabel 7 Daftar Spesies Tanaman yang Ada di Tapak

Bentuk & Kode Nama Lokal Nama Latin Kondisi

Pohon

1 Akasia Acacia mangium Cukup, besar

2 Angsana Pterocarpus indicus Baik-rusak, besar

3 Asam Tamarindus indica Baik, besar

4 Beach Bird’s Eye Alectryon coriaceus Baik, besar

5 Belimbing Averrhoa carambola Baik, sedang

6 Beringin Ficus benjamina Baik, besar

7 Bintaro Cerbera mangasi Baik, sedang

8 Biola Cantik Ficus lyrata Baik, besar

9 Bisbul Dios pyros blancoi Baik, besar

10 Black Willow Salix nigra Baik-rusak, sedang

11 Bunga Kupu-Kupu Bauhinia purpurea Baik, besar

12 Cempaka Michelia champaca Baik, kecil

13 Glodogan Bulat Polyalthia fragrans Baik, sedang

14 Glodogan Tiang Polyalthia longifolia Baik, besar

15 Hujan Mas Cassia multijuga Baik, kecil

16 Jarak Tintir Jathropa multifida Baik, sedang

17 Jati Tectona grandis Cukup, sedang

18 Kapuk Randu Ceiba petantdra Baik, besar

19 Karet Kebo Ficus elastica Baik, sedang-besar

20 Kelapa Cocos nucifera Baik, kecil

21 Kersen Muntingia calabura Baik, besar-kecil

22 Ketapang Terminalia catappa Baik, sedang

23 Lamtoro Leucaena leucocephala Baik, besar

24 Leda Eucalyptus deglupta Baik, sedang

25 Mahoni Daun

Kecil

Swietenia mahagoni Baik, sedang

26 Mahoni Daun

Lebar

Swietenia macrophylea Baik-rusak, besar-kecil

27 Mandarin Hat Holmskioldia sanguinea Baik, sedang

28 Mangga Mangifera indica Baik-berpenyakit, sedang

29 Melinjo Gnetum gnemon Cukup

30 Nangka Artocarpus integra Baik, besar

31 Palm Raja Roystonea regia Rusak, kecil

32 Sengon Pharaserianthes

falcataria

Baik-cukup, sedang

33 Tanjung Mimusops elengi Baik, sedang

34 Tekik Albizia lebbeck Baik-cukup, sedang

Semak dan Penutup Tanah

35 Adam Hawa Rhoeo discolor Cukup

36 Bambu Jepang Arundinaria pumila Cukup, tidak rimbun

37 Bawang Brojol Zephiranthes sp. Baik

38 Bugenvil Bougainvillea spectabilis Rusak, dalam pot

39 Bunga Kana Canna indica Baik-rusak

40 Kamboja Plumeria rubra Cukup

41 Keladi Hias Colocasia esculenta Baik

42 Kriminil Alternanthera ficoidea Baik

43 Kucai Allium schoenoprasum Baik

44 Lantana Lantana sp. Baik

45 Lili Kuning Hemerocalis aurantiaca Baik

54

Bentuk & Kode Nama Lokal Nama Latin Kondisi

Semak dan Penutup Tanah

47 Nanas Hias Bromelia sp. Cukup

48 Opiopogon Ophiopogon sp. Baik-rusak

49 Petunia Petunia grandiflora Cukup

50 Philodendron Philodendron

bipinnatifidum

Baik-cukup

51 Pisang Hias Heliconia sp. Baik-cukup, rimbun

52 Ruelia Ruellia britoniana Baik

53 Sablo Laut Aerva sanguinulenta Baik

54 Seruni Rambat Widelia sp. Cukup

55 Sirih Belanda Epipremnum aureum Cukup-rusak

56 Spider Lily Hymenocallis occidentalis Baik

57 Soka Ixora javanica Baik, rimbun

58 Taiwan Beauty Chupea sp. Cukup

59 Teh-Tehan Acalypha siamensis Cukup

60 Ubi Hias Ipomea batatas Baik

Sumber: Pengamatan Lapang.

Satwa yang dijumpai antara lain, beberapa serangga seperti kupu-kupu dan capung serta jenis burung Merbah Cerukcuk (Pycnonotus goiavier) dan Burung Gereja (Passer montanus). Tapak mendukung habitat kupu-kupu, yakni sebagai badan perairan yang mendapat banyak sinar matahari dan memiliki beberapa vegetasi berbunga di sebagian tempat. Sementara itu, burung gereja banyak hinggap di tepi kanal dan keluar masuk rimbunan pohon. Burung gereja banyak dijumpai di pemukiman, persawahan, pergudangan, yang di sekitarnya terdapat rimbunan pohon dan lahan pertanian.

Vegetasi adalah faktor yang mendukung fungsi kawasan perancangan sebagai wadah pengendali banjir dan sistem transportasi. Beberapa fungsi vegetasi pada lokasi perancangan merupakan potensi untuk tetap dipertahankan. Pohon- pohon besar adalah salah satunya. Pohon-pohon dalam lingkungan hidup perkotaan memberikan nuansa kelembutan. Seperti diungkapkan oleh Budihardjo (1993) perkembangan kota yang lazimnya diwarnai dengan aneka rona kekerasan, sedikit banyak dapat dilunakkan dengan elemen alamiah seperti air dan aneka tanaman. Selain memberikan keteduhan, pohon yang ada menjadi sarang atau pakan bagi burung. Hanya saja, beberapa diantaranya belum tertata sebagai lokasi yang menyenangkan untuk dinikmati sesuai estetika dengan memberikan fungsi kesatuan/tema, pusat perhatian, kontras, maupun sekuen. Melalui kombinasi yang tersusun dengan baik dan fungsional, kualitas ruang pada tapak akan meningkat.

65

Untuk itu, diperlukan penataan kembali melalui desain yang sesuai dengan konsep perancangan dengan tetap memperhatikan fungsi vegetasi tersebut bagi lingkungan sekitar. Menurut Simond (2006) penanaman menciptakan suatu pola ruang terbuka, tertutup, maupun ruang semi-tertutup yang saling terhubung sesuai fungsinya. Vegetasi menyediakan transisi visual dari objek ke objek dan dari tempat ke tempat lain.

Satwa merupakan penanda kesehatan lingkungan. Tanaman dapat berfungsi sabagai sarana pengundang komunitas satwa yang mendapat makanan darinya serta menjadikannya tempat membangun sarang. Keberadaan satwa dapat dipertahankan dan ditingkatkan melalui pemberian tanaman berbunga, berbiji, dan berbuah yang sesuai untuk jenis satwa perkotaan yang diinginkan.

Tata Guna Lahan

Penggunaan utama BKB (BKS) adalah sebagai drainase/pengendali banjir, yang mengalirkan air menuju muara. Karena mengalami pendangkalan, kapasitas pengaliran BKB menjadi berkurang. Terkait dengan program Pola Transportasi Makro (PTM), pada Juni 2007-Februari 2008 tapak juga digunakan sebagai alur angkutan waterway. Tepi kanal dipergunakan sebagai jalur hijau Kota Jakarta. Ruang terbangun yang ada pada tapak berupa fasilitas umum dan memperlihatkan persentase yang kecil terhadap ruang tidak terbangun. Tata guna lahan eksisting di sekitar tapak diisi oleh pemukiman, bangunan umum, industri dan pergudangan, komersial campuran, badan air,dan ruang terbuka hijau (Gambar 19).

Keberadaan bangunan sekitar tapak perlu diperhatikan untuk menciptakan lalu lintas transportasi yang menyenangkan. Beberapa bangunan sekitar yang ada antara lain Stasiun Manggarai, Terminal Manggarai, Pasar Raya Manggarai, Rumah Sakit Sultan Agung, pertokoan, Pasar Rumput, halte Pasar Rumput, halte Halimun, hotel, kantor bank, Stasiun Mampang, Stasiun Sudirman, Stasiun Karet, pusat bisnis Sudirman, taman, dan sebagainya.

Kawasan sekitar BKB ini di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta merupakan bagian dari rencana wilayah pengembangan tengah. Jaringan banjir kanal ini berada dalam kawasan pemukiman dan kawasan ekonomi prospektif dalam rencana struktur tata ruang wilayah DKI Jakarta (Gambar

66

Lampiran 4). Kawasan ekonomi prospektif adalah kawasan dengan pemanfaatan perkantoran, perdagangan dan jasa, kawasan campuran, kawasan industri dan pergudangan, serta kawasan pelabuhan.

Penggunaan banjir kanal sebagai jalur waterway akan mempengaruhi aktivitas yang dilakukan pada banjir kanal. Sebagai bagian dari sistem tata air dan ruang terbuka DKI Jakarta, maka dalam merancang lanskap jalur waterway ini diperlukan keterpaduan dengan keberlanjutan fisik dari badan air maupun jalur hijau tepian airnya yang berakibat pada keberlanjutan ekosistem di banjir kanal.

Dokumen terkait