• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Lanskap Waterway Jakarta: Kajian Segmen Manggarai (Jakarta Selatan) – Karet (Jakarta Pusat).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Lanskap Waterway Jakarta: Kajian Segmen Manggarai (Jakarta Selatan) – Karet (Jakarta Pusat)."

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN LANSKAP WATERWAY JAKARTA :

KAJIAN SEGMEN MANGGARAI

(JAKARTA SELATAN) - KARET (JAKARTA PUSAT)

ITA NURMALA HIKASASI

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

i

RINGKASAN

ITA NURMALA HIKASASI. Perancangan Lanskap Waterway Jakarta: Kajian Segmen Manggarai (Jakarta Selatan) – Karet (Jakarta Pusat). Dibimbing oleh BAMBANG SULISTYANTARA.

Manusia membutuhkan fasilitas bertransportasi untuk kelancaran mobilitas barang dan jasa. Dalam bertransportasi, ketidaknyamanan terjadi akibat meluapnya kendala dalam meningkatkan kualitas jangkauan pelayanan dan keselamatan pengguna jasa transportasi (Setijowarno&Frazila 2003). Manusia menginginkan sistem transportasi yang efektif, nyaman, ramah lingkungan, dan mengantarkannya pada kebutuhan hidup lebih tinggi, seperti kebutuhan rekreasi.

Waterway menjadi langkah penataan permasalahan sistem transportasi Jakarta dan dikenal sebagai bagian dari Pola Transportasi Makro (PTM). PTM menggalakkan penggunaan angkutan massal. Pemerintah mengambil segmen Manggarai-Karet, Banjir Kanal Barat (BKB), pada proyek awal. Sebagai prasarana transportasi, BKB dapat sekaligus dirancang sebagai ruang rekreasi. Tujuan penelitian ini adalah merancang lanskap waterway Jakarta pendukung kegiatan transportasi, kelancaran aktivitas ekonomi, dan sebagai sarana kebutuhan rekreasi, dengan mengidentifikasi dan menganalisis potensi/kendala tapak dan menciptakan tata ruang lanskap waterway untuk mendukung kebijakan PTM.

Beberapa kendala dalam mewujudkan lanskap waterway tersebut, antara lain, ketersediaan air yang fluktuatif dan beberapa pemandangan yang tidak menyenangkan akibat kerusakan, vandalisme, maupun faktor pemeliharaan. Sementara itu, secara umum potensi yang dijumpai adalah pemandangan cukup menarik di beberapa tempat, aksesibilitas memungkinkan menuju kanal, fungsi kanal dalam membantu jangkauan transportasi, adanya rencana pengembangan wilayah sekitar BKB, serta peran ekologis kanal itu sendiri sebagai penampung air dan pendukung iklim perkotaan yang baik.

(3)

ii

menjadi potensi, sedangkan kendala yang ada dibenahi dengan perancangan. Analisis pun dilakukan terhadap vegetasi dan satwa, aksesibilitas, tata guna lahan, pengguna, sosial demografi, fasilitas utilitas, serta konsep/kebijakan pemerintah.

Berdasar analisis, terwujud program ruang yang dikaitkan dengan konsep dasarnya, yakni lanskap pendukung kegiatan angkutan feeder waterway yang ekologis, nyaman, menyenangkan, dan tercipta fungsi rekreasi. Fungsi yang dikembangkan pada tapak adalah fungsi transportasi (aktivitas transportasi yang efektif efisien dan fasilitas serta pelayanan yang menunjang), fungsi rekreasi (memberikan nilai lebih perjalanan melalui pemberdayaan potensi estetika lanskapnya), fungsi kenyamanan (kenyamanan iklim mikro, lingkungan sosial, dan visual tapak), fungsi pelestarian air (melestarikan sumberdaya air), dan fungsi identitas. Konsep dikembangkan dengan membaginya ke dalam 3 segmen, yaitu konsep pengembangan segmen Manggarai-Mampang, Mampang-Sudirman, dan Sudirman-Karet. Pembagian mengacu pada kebijakan PTM mengenai rencana titik intermoda (Manggarai, Sudirman, dan Karet), serta berdasarkan tata guna lahan dominan dan atau wilayah administratif yang dibatasi oleh banjir kanal.

Fungsi yang terbentuk melahirkan konsep ruang, konsep tata hijau, konsep aktivitas, konsep pencahayaan, serta konsep sirkulasi dan fasilitas sebagai penghubung ruang dan pendukung aktivitas yang dihadirkan. Ruang terdiri dari ruang rekreasi (aktif dan pasif), ruang transportasi, dan ruang pelayanan. Ruang transportasi adalah badan air itu sendiri. Ruang pelayanan terdapat di setiap titik dermaga untuk pelayanan transportasi dan rekreasi. Ruang rekreasi adalah area selain ruang transportasi dan pelayanan. Memanjang dari Manggarai-Karet, ruang rekreasi tersusun atas beberapa subruang rekreasi yang dikelompokkan berdasar kelompok aktivitas yang diwujudkan, yakni area (lawn) rumput, area keluarga, area kesehatan fisik dan psikologi, area groundcover promenade, area pepohonan, dan area lively (lincah dan bersemangat). Sebagai penghubung ruang dibuat sirkulasi utama (keluar masuk tapak melalui ruang pelayanan), sirkulasi rekreasi, serta sirkulasi transportasi waterway yang berupa sirkulasi pada kanal dan sirkulasi di dermaga. Sirkulasi utama menggunakan sebagian besar turfgrass

dengan dimensi yang lebar terbuka untuk pergerakan manusia dan sepeda. Sirkulasi di dermaga digabungkan oleh ramp dengan ponton dari plat baja. Sementara itu, sirkulasi rekreasi linier untuk pejalan kaki dan menghubungkan ruang pelayanan satu dengan ruang pelayanan berikutnya, dengan lebar 0,9-2,4 meter, menggunakan paving blok dan paving stone.

Adapun tata hijaunya menggunakan konsep tata hijau pembentuk ruang, tata hijau identitas, dan tata hijau ekologis. Tata hijau identitas mewakili tiga segmen yang disinggung sebelumnya, terdapat pada ruang rekreasi, dan menggunakan vegetasi yang mengingatkan asal usul penamaan Pasar Rumput, Menteng, Karet, dan Kebon Melati, yaitu rumput, pohon Menteng, pohon Karet, melati, getah-getahan. Tata hijau pembentuk ruang berfungsi sebagai pembatas (Duranta repens, Ophiopogon sp., dll.), pengarah dan pengontrol pandangan (Polyalthia longifolia, dan Paraserianthes falcataria), peneduh (Swietenia sp., Ficus benjamina, dll.), pembentuk lantai, pembentuk estetika dan aroma wangi (Bauhinia purpurea, Gardenia sp., dll.). Tata hijau ekologis memfungsikan vegetasi sebagai penjaga keberlanjutan lanskap banjir kanal (fisik dan ekologi).

(4)

iii

Artocarpus integra, Stephanotis floribunda, Ixora sp., dll. menyerap polusi sekitar tapak. Arundinaria pumila, Mimusops elengi, dll. mengurangi kebisingan dari sumber bunyi kereta api. Beberapa jenis lain juga menyediakan kebutuhan nektar bagi burung dan serangga. Tema pencahayaan yang terkandung dalam konsep ini adalah penerangan pada waktu gelapdan penerangan untuk dekorasi.

Aktivitas diwujudkan dengan aktivitas transportasi, aktivitas rekreasi (bermain, bersantai, jogging, sosialisasi, jalan-jalan, belajar, duduk-duduk, menikmati pemandangan, photohunting, mencari ketenangan, dan sekedar lewat), serta aktivitas pengelolaan (pengawasan dan pelayanan pengunjung). Fasilitas ditempatkan berdasarkan pertimbangan fungsi, kondisi tapak, dan keharmonisan letak. Konsep fasilitas membagi penataan fasilitas menjadi fasilitas transportasi dan pariwisata, fasilitas rekreasi, fasilitas pelayanan, dan fasilitas pengelolaan. Sebagaimana pengguna transportasi waterway, pengguna lanskap tepian waterway

(5)

iv

PERANCANGAN LANSKAP WATERWAY JAKARTA :

KAJIAN SEGMEN MANGGARAI

(JAKARTA SELATAN) – KARET (JAKARTA PUSAT)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap

ITA NURMALA HIKASASI A34204007

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

v

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Perancangan Lanskap Waterway Jakarta: Kajian Segmen Manggarai (Jakarta Selatan) – Karet (Jakarta Pusat) Nama : Ita Nurmala Hikasasi

NRP : A34204007

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Disetujui Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. NIP 131 578 797

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Soepandi, MAgr. NIP 131 124 091

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan hidayah dan rahmat kepada seluruh umat-Nya serta dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Perancangan Lanskap Waterway Jakarta: Kajian Segmen Manggarai (Jakarta Selatan)-Karet (Jakarta Pusat)”. Sebagaimana kita ketahui, permasalahan transportasi Kota Jakarta seperti kemacetan, pencemaran udara, dan ketidakefisienan waktu, mengakibatkan dikeluarkannya kebijakan Pola Transportasi Makro, salah satunya yaitu waterway. Judul ini dipilih atas pertimbangan permasalahan lanskap waterway yang ada sekarang. Permasalahan ini memunculkan upaya untuk mengefektifkan moda transportasi tersebut menjadi transportasi yang nyaman, lestari, dan mendukung rekreasi melalui penataan lanskapnya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. sebagai dosen pembimbing skripsi (sekaligus dosen pembimbing akademik) atas waktu dan bimbingan yang diberikan kepada penulis hingga terselsaikannya laporan penelitian ini.

2. Ir. Indung Sitti Fatimah, Msi. dan Vera Dian Damayanti, SP.MLA., sebagai dosen penguji atas koreksi dan masukan selama proses sidang.

3. Staf UPT Penyeberangan sebagai informan pertama tentang waterway Jakarta. 4. Dinas Perhubungan, (Pak Roland dkk.), Dinas Pertamanan, Dinas Tata Kota

(Pak Edi dan Pak Darmika), BBWSCC (Pak Bambang Triyono dkk.), Dinas Pekerjaan Umum, dan beberapa instansi terkait dengan topik penelitian, atas informasi dan sumber data yang diberikan.

5. kedua orang tua, Bayu, Zasitamya, dan keluarga di rumah yang setiap saat membantu dengan materi, doa, dan semangat yang tiada henti.

6. teman-teman Arsitektur Lanskap 41 dan teman-teman ACC, atas bantuan tenaga, informasi, saran, doa, dan motivasi kerja yang tiada terkira banyaknya. Terima kasih banyak.

7. keluarga Bekasi, atas bantuan transportasi, doa, teman survai data. 8. segenap staf Departemen Arsitektur Lanskap IPB.

(8)

vii

10.berbagai pihak yang tidak dapat tersebutkan satu per satu.

Semoga penelitian ini bermanfaat dan menjadi bahan pertimbangan yang diperlukan dalam pelaksanaan pengembangan waterway dan tata ruang Kota Jakarta.

Penulis menyadari bahwa karya ini belum sempurna, baik isi maupun penyajiannya. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran untuk perbaikan dalam penulisan yang akan datang.

Bogor, Januari 2009

(9)

viii

RIWAYAT HIDUP

Ita Nurmala Hikasasi, dilahirkan di Purworejo pada tanggal 25 Maret 1986 dan merupakan anak pasangan Harjono, SPd. (ayah) dan Supriwi (ibu). Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang bernama Bayu Sukaca. Pendidikan penulis diawali dari TK Dian Lestari, dilanjutkan dengan SD Negeri Semawung Kembaran II dan SD Negeri Bugel. Pada tahun 1998 penulis masuk ke SLTP Negeri 1 Bagelen dan pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Purworejo pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB penulis ikut serta dalam Klub Dekorasi Taman yang berada di bawah pengelolaan asrama TPB-IPB pada tahun pertama di IPB. Pada akhir tahun 2006 penulis mengikuti Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (Himaskap) sebagai anggota Divisi Pemberdayaan Sumberdaya Manusia (PSDM). Pada tahun yang sama penulis bekesempatan mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah berkaitan dengan bidang lanskap/lingkungan sebagai peserta perwakilan dari departemen dan berkesempatan menjadi kandidat calon mahasiswa berprestasi Arsitektur Lanskap. Pada tahun keempat perkuliahan (2007) penulis menjadi asisten mata kuliah mayor Desain Lanskap. Terkait bidang lanskap, penulis pun sempat mengikuti beberapa kegiatan di luar kampus.

               

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Manfaat ... 4

Kerangka Pikir ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Kota ... 6

Lanskap Sungai/Kanal ... 7

Ruang Terbuka Kota ... 9

Transportasi Sungai/Kanal ...… 10

Ketersediaan Air ... 12

Rekreasi Alam ... 14

Perancangan Lanskap Waterway Jakarta ... 15

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Studi ... 19

Metode Studi ... 19

Pengambilan Data ... 19

Proses/Tahapan Perancangan ... 20

KONDISI UMUM Letak dan Luas Tapak ... 24

Hidrologi ... 24

Transportasi dan Aksesibilitas ... 26

Sosial dan Demografi ... 26

Ekonomi dan Pariwisata ... 27

Sejarah Kanal dan Transportasi Air Jakarta ... 27

DATA DAN ANALISIS Iklim ... 30

Tanah dan Topografi ... 35

Hidrologi ... 37

1. Kuantitas Air ... 37

2. Kualitas Air ... 40

(11)

PERANCANGAN LANSKAP WATERWAY JAKARTA :

KAJIAN SEGMEN MANGGARAI

(JAKARTA SELATAN) - KARET (JAKARTA PUSAT)

ITA NURMALA HIKASASI

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

i

RINGKASAN

ITA NURMALA HIKASASI. Perancangan Lanskap Waterway Jakarta: Kajian Segmen Manggarai (Jakarta Selatan) – Karet (Jakarta Pusat). Dibimbing oleh BAMBANG SULISTYANTARA.

Manusia membutuhkan fasilitas bertransportasi untuk kelancaran mobilitas barang dan jasa. Dalam bertransportasi, ketidaknyamanan terjadi akibat meluapnya kendala dalam meningkatkan kualitas jangkauan pelayanan dan keselamatan pengguna jasa transportasi (Setijowarno&Frazila 2003). Manusia menginginkan sistem transportasi yang efektif, nyaman, ramah lingkungan, dan mengantarkannya pada kebutuhan hidup lebih tinggi, seperti kebutuhan rekreasi.

Waterway menjadi langkah penataan permasalahan sistem transportasi Jakarta dan dikenal sebagai bagian dari Pola Transportasi Makro (PTM). PTM menggalakkan penggunaan angkutan massal. Pemerintah mengambil segmen Manggarai-Karet, Banjir Kanal Barat (BKB), pada proyek awal. Sebagai prasarana transportasi, BKB dapat sekaligus dirancang sebagai ruang rekreasi. Tujuan penelitian ini adalah merancang lanskap waterway Jakarta pendukung kegiatan transportasi, kelancaran aktivitas ekonomi, dan sebagai sarana kebutuhan rekreasi, dengan mengidentifikasi dan menganalisis potensi/kendala tapak dan menciptakan tata ruang lanskap waterway untuk mendukung kebijakan PTM.

Beberapa kendala dalam mewujudkan lanskap waterway tersebut, antara lain, ketersediaan air yang fluktuatif dan beberapa pemandangan yang tidak menyenangkan akibat kerusakan, vandalisme, maupun faktor pemeliharaan. Sementara itu, secara umum potensi yang dijumpai adalah pemandangan cukup menarik di beberapa tempat, aksesibilitas memungkinkan menuju kanal, fungsi kanal dalam membantu jangkauan transportasi, adanya rencana pengembangan wilayah sekitar BKB, serta peran ekologis kanal itu sendiri sebagai penampung air dan pendukung iklim perkotaan yang baik.

(13)

ii

menjadi potensi, sedangkan kendala yang ada dibenahi dengan perancangan. Analisis pun dilakukan terhadap vegetasi dan satwa, aksesibilitas, tata guna lahan, pengguna, sosial demografi, fasilitas utilitas, serta konsep/kebijakan pemerintah.

Berdasar analisis, terwujud program ruang yang dikaitkan dengan konsep dasarnya, yakni lanskap pendukung kegiatan angkutan feeder waterway yang ekologis, nyaman, menyenangkan, dan tercipta fungsi rekreasi. Fungsi yang dikembangkan pada tapak adalah fungsi transportasi (aktivitas transportasi yang efektif efisien dan fasilitas serta pelayanan yang menunjang), fungsi rekreasi (memberikan nilai lebih perjalanan melalui pemberdayaan potensi estetika lanskapnya), fungsi kenyamanan (kenyamanan iklim mikro, lingkungan sosial, dan visual tapak), fungsi pelestarian air (melestarikan sumberdaya air), dan fungsi identitas. Konsep dikembangkan dengan membaginya ke dalam 3 segmen, yaitu konsep pengembangan segmen Manggarai-Mampang, Mampang-Sudirman, dan Sudirman-Karet. Pembagian mengacu pada kebijakan PTM mengenai rencana titik intermoda (Manggarai, Sudirman, dan Karet), serta berdasarkan tata guna lahan dominan dan atau wilayah administratif yang dibatasi oleh banjir kanal.

Fungsi yang terbentuk melahirkan konsep ruang, konsep tata hijau, konsep aktivitas, konsep pencahayaan, serta konsep sirkulasi dan fasilitas sebagai penghubung ruang dan pendukung aktivitas yang dihadirkan. Ruang terdiri dari ruang rekreasi (aktif dan pasif), ruang transportasi, dan ruang pelayanan. Ruang transportasi adalah badan air itu sendiri. Ruang pelayanan terdapat di setiap titik dermaga untuk pelayanan transportasi dan rekreasi. Ruang rekreasi adalah area selain ruang transportasi dan pelayanan. Memanjang dari Manggarai-Karet, ruang rekreasi tersusun atas beberapa subruang rekreasi yang dikelompokkan berdasar kelompok aktivitas yang diwujudkan, yakni area (lawn) rumput, area keluarga, area kesehatan fisik dan psikologi, area groundcover promenade, area pepohonan, dan area lively (lincah dan bersemangat). Sebagai penghubung ruang dibuat sirkulasi utama (keluar masuk tapak melalui ruang pelayanan), sirkulasi rekreasi, serta sirkulasi transportasi waterway yang berupa sirkulasi pada kanal dan sirkulasi di dermaga. Sirkulasi utama menggunakan sebagian besar turfgrass

dengan dimensi yang lebar terbuka untuk pergerakan manusia dan sepeda. Sirkulasi di dermaga digabungkan oleh ramp dengan ponton dari plat baja. Sementara itu, sirkulasi rekreasi linier untuk pejalan kaki dan menghubungkan ruang pelayanan satu dengan ruang pelayanan berikutnya, dengan lebar 0,9-2,4 meter, menggunakan paving blok dan paving stone.

Adapun tata hijaunya menggunakan konsep tata hijau pembentuk ruang, tata hijau identitas, dan tata hijau ekologis. Tata hijau identitas mewakili tiga segmen yang disinggung sebelumnya, terdapat pada ruang rekreasi, dan menggunakan vegetasi yang mengingatkan asal usul penamaan Pasar Rumput, Menteng, Karet, dan Kebon Melati, yaitu rumput, pohon Menteng, pohon Karet, melati, getah-getahan. Tata hijau pembentuk ruang berfungsi sebagai pembatas (Duranta repens, Ophiopogon sp., dll.), pengarah dan pengontrol pandangan (Polyalthia longifolia, dan Paraserianthes falcataria), peneduh (Swietenia sp., Ficus benjamina, dll.), pembentuk lantai, pembentuk estetika dan aroma wangi (Bauhinia purpurea, Gardenia sp., dll.). Tata hijau ekologis memfungsikan vegetasi sebagai penjaga keberlanjutan lanskap banjir kanal (fisik dan ekologi).

(14)

iii

Artocarpus integra, Stephanotis floribunda, Ixora sp., dll. menyerap polusi sekitar tapak. Arundinaria pumila, Mimusops elengi, dll. mengurangi kebisingan dari sumber bunyi kereta api. Beberapa jenis lain juga menyediakan kebutuhan nektar bagi burung dan serangga. Tema pencahayaan yang terkandung dalam konsep ini adalah penerangan pada waktu gelapdan penerangan untuk dekorasi.

Aktivitas diwujudkan dengan aktivitas transportasi, aktivitas rekreasi (bermain, bersantai, jogging, sosialisasi, jalan-jalan, belajar, duduk-duduk, menikmati pemandangan, photohunting, mencari ketenangan, dan sekedar lewat), serta aktivitas pengelolaan (pengawasan dan pelayanan pengunjung). Fasilitas ditempatkan berdasarkan pertimbangan fungsi, kondisi tapak, dan keharmonisan letak. Konsep fasilitas membagi penataan fasilitas menjadi fasilitas transportasi dan pariwisata, fasilitas rekreasi, fasilitas pelayanan, dan fasilitas pengelolaan. Sebagaimana pengguna transportasi waterway, pengguna lanskap tepian waterway

(15)

iv

PERANCANGAN LANSKAP WATERWAY JAKARTA :

KAJIAN SEGMEN MANGGARAI

(JAKARTA SELATAN) – KARET (JAKARTA PUSAT)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap

ITA NURMALA HIKASASI A34204007

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(16)

v

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Perancangan Lanskap Waterway Jakarta: Kajian Segmen Manggarai (Jakarta Selatan) – Karet (Jakarta Pusat) Nama : Ita Nurmala Hikasasi

NRP : A34204007

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Disetujui Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. NIP 131 578 797

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Soepandi, MAgr. NIP 131 124 091

(17)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan hidayah dan rahmat kepada seluruh umat-Nya serta dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Perancangan Lanskap Waterway Jakarta: Kajian Segmen Manggarai (Jakarta Selatan)-Karet (Jakarta Pusat)”. Sebagaimana kita ketahui, permasalahan transportasi Kota Jakarta seperti kemacetan, pencemaran udara, dan ketidakefisienan waktu, mengakibatkan dikeluarkannya kebijakan Pola Transportasi Makro, salah satunya yaitu waterway. Judul ini dipilih atas pertimbangan permasalahan lanskap waterway yang ada sekarang. Permasalahan ini memunculkan upaya untuk mengefektifkan moda transportasi tersebut menjadi transportasi yang nyaman, lestari, dan mendukung rekreasi melalui penataan lanskapnya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. sebagai dosen pembimbing skripsi (sekaligus dosen pembimbing akademik) atas waktu dan bimbingan yang diberikan kepada penulis hingga terselsaikannya laporan penelitian ini.

2. Ir. Indung Sitti Fatimah, Msi. dan Vera Dian Damayanti, SP.MLA., sebagai dosen penguji atas koreksi dan masukan selama proses sidang.

3. Staf UPT Penyeberangan sebagai informan pertama tentang waterway Jakarta. 4. Dinas Perhubungan, (Pak Roland dkk.), Dinas Pertamanan, Dinas Tata Kota

(Pak Edi dan Pak Darmika), BBWSCC (Pak Bambang Triyono dkk.), Dinas Pekerjaan Umum, dan beberapa instansi terkait dengan topik penelitian, atas informasi dan sumber data yang diberikan.

5. kedua orang tua, Bayu, Zasitamya, dan keluarga di rumah yang setiap saat membantu dengan materi, doa, dan semangat yang tiada henti.

6. teman-teman Arsitektur Lanskap 41 dan teman-teman ACC, atas bantuan tenaga, informasi, saran, doa, dan motivasi kerja yang tiada terkira banyaknya. Terima kasih banyak.

7. keluarga Bekasi, atas bantuan transportasi, doa, teman survai data. 8. segenap staf Departemen Arsitektur Lanskap IPB.

(18)

vii

10.berbagai pihak yang tidak dapat tersebutkan satu per satu.

Semoga penelitian ini bermanfaat dan menjadi bahan pertimbangan yang diperlukan dalam pelaksanaan pengembangan waterway dan tata ruang Kota Jakarta.

Penulis menyadari bahwa karya ini belum sempurna, baik isi maupun penyajiannya. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran untuk perbaikan dalam penulisan yang akan datang.

Bogor, Januari 2009

(19)

viii

RIWAYAT HIDUP

Ita Nurmala Hikasasi, dilahirkan di Purworejo pada tanggal 25 Maret 1986 dan merupakan anak pasangan Harjono, SPd. (ayah) dan Supriwi (ibu). Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang bernama Bayu Sukaca. Pendidikan penulis diawali dari TK Dian Lestari, dilanjutkan dengan SD Negeri Semawung Kembaran II dan SD Negeri Bugel. Pada tahun 1998 penulis masuk ke SLTP Negeri 1 Bagelen dan pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Purworejo pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB penulis ikut serta dalam Klub Dekorasi Taman yang berada di bawah pengelolaan asrama TPB-IPB pada tahun pertama di IPB. Pada akhir tahun 2006 penulis mengikuti Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (Himaskap) sebagai anggota Divisi Pemberdayaan Sumberdaya Manusia (PSDM). Pada tahun yang sama penulis bekesempatan mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah berkaitan dengan bidang lanskap/lingkungan sebagai peserta perwakilan dari departemen dan berkesempatan menjadi kandidat calon mahasiswa berprestasi Arsitektur Lanskap. Pada tahun keempat perkuliahan (2007) penulis menjadi asisten mata kuliah mayor Desain Lanskap. Terkait bidang lanskap, penulis pun sempat mengikuti beberapa kegiatan di luar kampus.

               

(20)

ix

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Manfaat ... 4

Kerangka Pikir ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Kota ... 6

Lanskap Sungai/Kanal ... 7

Ruang Terbuka Kota ... 9

Transportasi Sungai/Kanal ...… 10

Ketersediaan Air ... 12

Rekreasi Alam ... 14

Perancangan Lanskap Waterway Jakarta ... 15

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Studi ... 19

Metode Studi ... 19

Pengambilan Data ... 19

Proses/Tahapan Perancangan ... 20

KONDISI UMUM Letak dan Luas Tapak ... 24

Hidrologi ... 24

Transportasi dan Aksesibilitas ... 26

Sosial dan Demografi ... 26

Ekonomi dan Pariwisata ... 27

Sejarah Kanal dan Transportasi Air Jakarta ... 27

DATA DAN ANALISIS Iklim ... 30

Tanah dan Topografi ... 35

Hidrologi ... 37

1. Kuantitas Air ... 37

2. Kualitas Air ... 40

(21)

x

Hidrografi Badan Air ... 43

Nilai Estetika ... 44

Aksesibilitas, Transportasi, dan Sirkulasi ... 49

Vegetasi dan Satwa ... 52

Konsep, Kebijakan, dan Rencana Teknis ... 77

SINTESIS

6. Konsep Fasilitas dan Kelengkapan Angkutan Waterway ... 87

PERANCANGAN Gambaran Perancangan Lanskap Waterway Jakarta ... 89

Rancangan Ruang ... 91

Rencana Vegetasi ... 96

Rancangan Sirkulasi ... 104

Rancangan Fasilitas dan Kelengkapan Angkutan Waterway ... 105

(22)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Sifat Fisik dan Kimia Utama Penentu Kualitas Air ... 13 2. Jenis, Bentuk, Sumber, dan Cara Pengambilan Data ... 22 3. Rata-Rata Iklim menurut Stasiun Kemayoran selama Lima Tahun

Terakhir (2003-2007) ... 30 4. Kondisi Iklim dari Tahun ke Tahun menurut Stasiun 745 (Kemayoran) ... 33 5. Hidrografi Kanal pada Segmen Perancangan Lanskap Waterway... 43 6. Kondisi Lanskap Waterway Segmen Manggarai-Karet menurut

(23)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pikir Perancangan ... 5 2. Lokasi Studi Lanskap Waterway Manggarai-Karet

(K.H. Mas Mansyur) ... 19 3. Proses Perancangan Lanskap Waterway Manggarai-K.H. Mas Mansyur .. 21 4. Lokasi Penelitian ... 25 5. Bagan Analisis Iklim pada Tapak ... 31 6. Analisis Kenyamanan ... 32 7. Pengurangan Transmisi Cahaya oleh Pohon ... 34 8. Bagan Analisis Tanah dan Topografi pada Tapak ... 36 9. Kondisi Hidrologis Banjir Kanal Segmen Perancangan ... 37 10. Teknik Eko-Hidraulik Kanal Waterway ... 39 11. Bagan Analisis Kuantitas Air ... 40 12. Sistem Pembuangan Limbah Cair dari Rumah Tangga ... 41 13. Bagan Analisis Kualitas Air ... 42 14. Contoh Saluran Drainase dan Genangan pada Tapak ... 43 15. Analisis Nilai Estetika Lanskap Waterway Segmen Manggarai-Karet ... 48 16. Tipikal Sirkulasi pada Tapak ... 51 17. Bagan Analisis Aksesibilitas, Transportasi, dan Sirkulasi ... 52 18. Kondisi Eksisting Tapak ... 55 19. Tata Guna Lahan di Sekitar Tapak ... 67 20. Bagan Analisis Fasilitas pada Tapak ……….. 76 21. Penampakan Jaringan Utilitas ... 76 22. Konsep Ruang Perancangan Lanskap Waterway ... 83 23. Konsep Aktivitas yang Diterapkan pada Tapak ... 86 24. Konsep Sirkulasi yang Diterapkan pada Tapak ... 87 25. Rencana Ruang Lanskap Waterway Jakarta ... 92 26. Tanaman Identitas ... 98 27. Rencana Vegetasi dan Sirkulasi Lanskap Waterway Jakarta ...100 28. Model Pergerakan Linier (kanan) dan Contoh Pemberian Sirkulasi bagi

(24)

xiii

(25)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar

Halaman

1. Peta Kontur Tapak ...151 2. Sistem Aliran Air Banjir Kanal Wilayah Tengah ...152 3. Rencana Dermaga Manggarai-Karet dan Kolam Penambat ...153 4. Rencana Tata Ruang DKI Jakarta ...154 5. Rencana Perubahan Jembatan ...155 6. Rencana Perubahan Utilitas ...156

Tabel

Halaman

1. Rute-Rute Terpadu Moda Angkutan Lain dengan Dermaga ...157

Teks

Halaman

(26)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini, kebutuhan akan fasilitas penunjang aktivitas sehari-hari semakin meningkat, salah satunya adalah fasilitas transportasi. Jasa transportasi dibutuhkan untuk kelancaran mobilitas barang dan jasa. Transportasi menurut Bowersox (1981) dalam Setijowarno & Frazila (2003) adalah perpindahan barang atau penumpang dari suatu lokasi ke lokasi lain dengan produk yang digerakkan atau dipindahkan ke lokasi yang dibutuhkan atau yang diinginkan. Transportasi selain memberikan banyak kemudahan, juga memberikan banyak masalah, yaitu timbulnya berbagai kendala dalam upaya meningkatkan kualitas jangkauan pelayanan serta dalam mempertahankan dan meningkatkan keselamatan pengguna jasa transportasi, antara lain polusi udara, air dan tanah, kebisingan, kemacetan lalu lintas, kecelakaan, dan lain-lain (Setijowarno & Frazila 2003). Kondisi ini menyebabkan ketidaknyamanan dalam menggunakan jasa transportasi dan menghambat kelancaran aktivitas perekonomian.

Beragam permasalahan transportasi memunculkan celah untuk mengembangkan moda transportasi kota dari yang telah ada. Hal ini diperlukan karena kebutuhan manusia menuntut efisiensi sistem transportasi yang efektif, nyaman, sekaligus ramah lingkungan. Selain itu, semakin meningkatnya kesejahteraan, kebutuhan di atas kebutuhan fisiologis hingga pada kebutuhan kognitif juga meningkat. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan akan rekreasi. Gold (1980) mengungkapkan bahwa manusia membutuhkan keadaan yang berbeda dari kehidupannya sehari-hari untuk melupakan masalahnya sesaat agar kembali menghadapinya dengan semangat. Salah satu pengembangan moda transportasi ini adalah transportasi air. Tansportasi air dapat berupa transportasi perairan daratan maupun laut. Perairan daratan yang dapat dimanfaatkan sebagai prasarana transportasi antara lain danau, waduk, sungai, dan rawa.

Jakarta merupakan salah satu kota yang memiliki permasalahan transportasi. Permasalahan timbul akibat pertumbuhan pemakai jasa transportasi baik berupa peningkatan jumlah perjalanan maupun peningkatan jumlah kendaraan akibat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk (Dinas Perhubungan

(27)

2

2004). Jakarta juga merupakan kota tercemar oleh asap kendaraan bermotor dengan kontribusi 67% dari total polusi udara dan mengalami kurang lebih Rp 12 trilliun kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh kemacetan, pemborosan bahan bakar, dan kerugian waktu (Yayasan Pelangi 2003).

Pembangunan waterway menjadi bagian dari skenario besar penataan sistem transportasi di Jakarta yang dikenal dengan Pola Transportasi Makro (PTM). Berdasarkan SK. Gubernur DKI Jakarta No. 84 tahun 2004, penataan transportasi ini meliputi pembangunan Bus Rapid Transit (busway), Light Rapid Transit

(monorail), Mass Rapid Transit (subway), serta waterway (angkutan sungai). PTM dibentuk untuk mengatasi kemacetan yang semakin bertambah di DKI Jakarta, dengan menggalakkan penggunaan angkutan massal yang menampung sejumlah besar penumpang.

Waterway Jakarta diarahkan untuk menyediakan alternatif perjalanan.

Waterway akan berfungsi sebagai moda alternatif jika menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi atau pemukiman penduduk. Waterway juga menjadi alternatif kegiatan rekreasi, mendukung jalur pariwisata Kota Jakarta, dan merangsang munculnya riverwalk/waterfront city. Simond (2006) menyatakan bahwa sebagai sebuah sumberdaya, badan air berpotensi untuk kegiatan rekreasi di wilayah perairannya sendiri maupun sepanjang tepinya. Badan air juga memiliki nilai keindahan, yaitu pemandangan dan air itu sendiri yang membangkitkan perasaan menyenangkan.

Sebagai prasarana transportasi sekaligus ruang terbuka kota, waterway

memerlukan penataan lanskap pada badan air itu sendiri maupun pada bantarannya untuk mewujudkan moda transportasi yang menyenangkan dan terjaga keberlanjutannya. Terdapat beberapa badan air yang direncanakan menjadi moda transportasi pada perencanaan transportasi DKI Jakarta, salah satunya adalah Banjir Kanal Barat. Waterway pernah dioperasikan di segmen Halimun-Karet. Terdapat beberapa kendala dalam mewujudkan sistem angkutan massal di lokasi tersebut, diantaranya, ketergantungannya terhadap beda ketinggian muka air sungai yang cukup besar antara musim kemarau dengan musim penghujan. Pengelolaannya dilakukan dengan mekanisme buka tutup pintu air. Kendala lain yang dijumpai adalah belum mantapnya integrasi dermaga penumpang dengan

(28)

3

moda transportasi lainnya serta kemacetan motor kapal akibat terbelit sampah, sehingga kapasitas kecepatan kapal 25-30 knot hanya dapat dioperasikan pada kecepatan 3-4 knot. Kenyamanan pengguna pun terganggu akibat pencemaran limbah cair ke sungai, penyempitan dan pendangkalan akibat erosi, pemandangan tepian air, serta rintangan oleh jaringan utilitas di kanal.

Laurie (1986) mengemukakan bahwa perancangan lanskap adalah pengembangan lebih lanjut dari perencanaan tapak. Perancangan lanskap lebih berkaitan dengan seleksi komponen rancangan, bahan-bahan, dan tumbuhan serta kombinasinya. Wujud dan bentuk perancangan lanskap timbul dari hasil rumusan yang jelas terhadap potensi, kendala tapak, serta masalah perancangan yang ada. Yang terpenting dalam perancangan adalah raut tapak itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menciptakan lanskap waterway sebagai pendukung transportasi alternatif dan sebagai sarana rekreasi pengguna diperlukan perancangan lanskap waterway

dengan mengakomodasi permasalahan yang ada. Akhirnya, melalui penataan lanskap pendukungnya, waterway Jakarta diharapkan menjadi sistem transportasi alternatif terpilih serta mendatangkan keuntungan fisik maupun rohani dengan tetap memperhatikan kelestarian sungai dan lanskap sekitarnya.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah membuat perancangan lanskap waterway DKI Jakarta dalam mendukung kegiatan transportasi sekaligus membantu kelancaran aktivitas ekonomi serta menjadi sarana kebutuhan rekreasi masyarakat, dengan kualitas dan kuantitas sungai yang terjaga.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan kendala yang ada pada lanskap

waterway segmen Manggarai-K.H. Mas Mansyur

2. mengidentifikasi dan menganalisis sosial demografi pengguna

3. menciptakan tata ruang lanskap waterway untuk mendukung kebijakan pola transportasi makro.

(29)

4

Manfaat

Perancangan lanskap waterway ini diharapkan dapat:

1. menjadi bahan masukan bagi pemerintah provinsi DKI Jakarta, Dinas Perhubungan, Dinas Tata Kota, dan segenap instansi yang terkait dengan pengembangan waterway.

2. menjadi model pengembangan lanskap waterway dengan kasus tapak yang sejenis.

3. mendukung konsep pengembangan transportasi sungai yang berimplikasi pada terdorongnya sektor pariwisata berbasis waterfront city.

4. meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Kerangka Pikir

Banjir Kanal Barat merupakan salah satu saluran yang mengalirkan air dari sungai di sekitarnya untuk dialirkan ke laut. Banjir kanal ini juga merupakan salah satu ruang terbuka kota Jakarta yang perlu dijaga keberlanjutannya dan dimanfaatkan dengan bijak agar proporsi dan fungsinya sebagai ruang terbuka kota tidak hilang. Sementara itu pula, Jakarta mengalami masalah kemacetan lalu lintas. Melalui kebijakan pola transportasi makro, banjir kanal ini dijadikan salah satu prasarana transportasi air untuk mengurangi kemacetan tersebut. Pemafaatan Banjir Kanal Barat segmen Halimun-K.H. Mas Mansyur sebagai jalur tansportasi mengalami banyak kendala, seperti yang telah diterangkan pada bagian pendahuluan. Oleh karenanya, untuk mengoptimalkan fungsi transportasi diperlukan perbaikan kualitas ruang di jalur transportasi tersebut melalui konsep dasar perancangan.

Analisis dilakukan terhadap fungsi utama lanskap kanal sebagai pendukung kegiatan transportasi. Hal ini dikaitkan pula dengan daya dukung kanal. Analisis juga dilakukan dalam menciptakan fungsi lain yang menyertai dan menjadi nilai tambah kanal, yaitu eksplorasi untuk kegiatan rekreasi/ruang interaksi sosial masyarakat Jakarta. Hasil analisis diinterpretasikan dalam bentuk ruang dan tata hijau yang didukung dengan aktivitas di dalamnya. Ketiganya diarahkan melalui sirkulasi dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang. Seluruhnya terwujud dalam

(30)

5

Perancangan Lanskap Waterway Jakarta (Kajian Segmen Manggarai-K.H. Mas Mansyur). Gambar 1 menunjukkan bagan kerangka pikir perancangan.

Lanskap Banjir Kanal Permasalahan Transportasi

Operasi Angkutan Waterway

(Segmen Halimun-Karet)

Optimalisasi Lanskap Pendukung Angkutan Waterway

Konsep Lanskap Pendukung Transportasi sekaligus Kegiatan Rekreasi dan Bagian Objek Pariwisata

Biofisik

Prasarana Transportasi Ekologis

Ekonomi Sosial Budaya

1.Sarana Rekreasi

2.Ruang Interaksi Sosial

Gambar 1 Kerangka Pikir Perancangan.

Daya Dukung

Kanal

Ruang Aktivitas Tata Hijau

Sirkulasi Fasilitas

Perancangan Lanskap Waterway

Jakarta: Kajian Segmen Manggarai-K.H. Mas

Mansyur

(31)

6

TINJAUAN PUSTAKA

Kota

Kota menurut definisi universal adalah sebuah area urban yang berbeda dari desa maupun kampung berdasarkan ukuran, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum. Dalam konteks administrasi pemerintahan di Indonesia, kota adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang walikota. Selain kota, pembagian wilayah administratif setelah provinsi adalah kabupaten. Secara umum, baik kabupaten maupun kota memiliki wewenang yang sama (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota 2008).

Disebutkan pula dalam UU RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Menurut Branch (1995), kota adalah tempat tinggal dari beberapa ribu penduduk atau lebih. Demikian halnya dengan perkotaan yang dianggap memiliki arti yang sama, yakni area terbangun dengan struktur dan jalan-jalan, sebagai suatu pemukiman yang terpusat pada suatu area dengan kepadatan tertentu yang membutuhkan sarana dan pelayanan pendukung yang lebih lengkap dibandingkan dengan yang dibutuhkan di daerah pedesaan. Dapat dikatakan bahwa kota merupakan suatu jaringan yang sangat kompleks, memiliki berbagai komponen dan unsur, mulai dari yang terlihat nyata secara fisik hingga komponen yang secara fisik tidak dapat dilihat, seperti kekuatan politik dan hukum yang mengarahkan kegiatan kota.

Bangunan merupakan unsur pertama yang dibangun kota setelah air dan makanan tersedia. Kategori utama penggunaan bangunan yang terdiri atas pemukiman, komersial, industri, pemerintahan, transportasi, merupakan unsur-unsur pembentuk pola penggunaan lahan kota. Konsentrasi penduduk dan bangunan dalam jumlah besar secara kuantitatif lebih rentan terhadap bencana alam dan gangguan kemasyarakatan. Sejak awal pertumbuhan komunitas, berbagai kegiatan usaha memilih lokasi di sepanjang jalur-jalur lalu lintas primer

(32)

7

dan di tempat-tempat yang merupakan konsentrasi para pelanggan potensial. Jalur lalu lintas tidak akan bermanfaat jika tidak melayani kegiatan baru ataupun yang telah ada pada kedua ujungnya (Branch 1995).

Selanjutnya Branch mengatakan bahwa sebagian besar manusia menyetujui adanya unsur tertentu fisik kota yang mendukung kualitas estetikanya. Unsur-unsur tersebut antara lain, kebersihan perkotaan, penampilan papan reklame, bangunan yang ada, ruang terbuka, vegetasi, dan perancangan perkotaan. Perancangan perkotaan mengupayakan peningkatan kualitas kota dengan menerapkan prinsip-prinsip perancangan untuk mendapatkan kenyamanan visual maupun yang bersifat keruangan. Perancangan kota berkaitan dengan tanggapan inderawi manusia terhadap lingkungan fisik kota, berkaitan dengan keberadaan, kesadaran akan tempat-tempat yang berbeda di dalam kota, dan perilaku mereka menanggapi lingkungannya. Pada skala kota, perancangan kota berkaitan dengan elemen visual utama meliputi tengaran (landmark), pemusatan (nodes), kawasan (districts), jejalur (paths), dan tepian (edges) (Lynch 1960, dalam Branch 1995). Perancangan kota yang baik adalah membuat kota lebih menarik serta memiliki kualitas lngkungan yang baik pula.

Lanskap Sungai/Kanal

Rachman (1984) menyatakan lanskap sebagai wajah karakter lahan/tapak dan bagian dari muka bumi dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, baik bersifat alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia dan makhluk hidup lain, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap, dan sejauh imajinasi dapat menangkap dan membayangkan. Salah satu bagian dari lanskap kota adalah sungai dan kanal. Sungai merupakan badan air dengan air yang mengalir yang berasal dari air hujan menuju ke tempat yang lebihrendah. Notodiharjo (1989) mengatakan bahwa sungai merupakan salah satu elemen lanskap dengan segala komponennya, yang memiliki karakter tertentu oleh bentukan alam atau oleh buatan manusia. Menurut Peraturan Pemerintah tentang Sungai Nomor 35 Tahun 1991 Bab 1 Pasal 1 disebutkan bahwa sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang

(33)

8

pengalirannya oleh garis sempadan. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai. Litton dalam Lastiani (2000) mengungkapkan tiga buah elemen analisis lanskap sungai, yaitu: (1) bentukan lahan yang memberikan karakter visual tersendiri bagi lanskap sungai, (2) pola vegetasi riparian yang mempengaruhi kestabilan dan bentuk sungai serta karakter visual lanskap sungai, serta (3) keberadaan air dan ekspresinya.

Sungai merupakan sumber air yang sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan meningkatkan pembangunan nasional. Dijelaskan pula dalam PP. No. 35 Tahun 1991 Pasal 7 Ayat (1) bahwa sungai mempunyai fungsi yang luas antara lain sebagai penyedia air, prasarana transportasi, penyedia tenaga, penyedia material, sarana penyaliran (drainase), dan sarana rekreasi. Sungai dibedakan menjadi 3 kelompok oleh Hendee et. al. dalam

Lastiani (2000), yaitu:

1. wild rivers, yaitu sungai atau bagian sungai yang masih asli dengan aksesibilitas rendah dan biasanya tidak dapat dicapai kecuali melalui jalan setapak. Sungai atau bagian sungai ini memiliki daerah tepian yang masih alami dan air yang belum tercemar.

2. scenic rivers, yaitu sungai atau bagian sungai dengan tepian yang masih alami, belum mengalami modifikasi, namun aksesibilitas cukup baik dan dapat dicapai dengan kendaraan.

3. recreation river area, yaitu sungai atau bagian sungai yang dengan mudah dapat dicapai dengan kendaraan (mobil) dengan daerah tepian sungai yang sudah mengalami modifikasi/perubahan.

Badan air selain sungai adalah kanal, yaitu terusan buatan. Kanal dapat dibentuk dari sungai itu sendiri maupun hasil sudetan. Ada dua tipe kanal, yaitu (1) kanal irigasi yang digunakan untuk mengalirkan air dan (2) waterway, yaitu kanal transportasi yang dapat dilayari untuk lintasan orang maupun barang, dan sering terhubungkan dengan danau, sungai, dan lautan. Beberapa kanal waterway

merupakan sungai yang dikanalkan dengan cara melebarkan sungai maupun memperdalam beberapa bagian dengan kapal keruk dan membangun pintu air.

(34)

9

Kanal transportasi membutuhkan dimensi yang cukup lebar dan kecepatan air yang cukup lambat untuk dilalui kapal. Kanal membutuhkan aliran yang relatif rata dan biasanya dilengkapi dengan pintu air melalui pemotongan sekitar bendunganatau bagian sulit lainnya. Umumnya, pintu air terdiri dari suatu kamar di mana ketinggian air dapat diangkat maupun diturunkan yang menghubungkan salah satu gurdi kanal pada suatu level yang berbeda. Menurut Montaňēs (2006) pada kanal transportasi perlu diperhatikan erosi dasar. Air cenderung mengerosi dinding dan dasar kanal. Energi dari air yang bergerak mampu membawa partikel padat yang dilepas dari kanal itu sendiri atau sebaliknya mengendapkannya, sehingga terjadi sedimentasi.

Ruang Terbuka Kota

Ruang terbuka kota adalah ruang kota yang tidak terbangun, yang berfungsi untuk menunjang tuntutan kenyamanan, kesejahteraan, keamanan, peningkatan kualitas lingkungan, dan pelestarian alam, yang terdiri dari ruang pergerakan linier (koridor) dan ruang pulau (oasis) sebagai tempat pemberhentian (Spreiregen 1965, dalam Sulistyantara 2001). Menurut Simond (1983), ruang terbuka dapat berupa waterfront (kawasan pantai, tepian danau, maupun tepian aliran sungai),

blueways (aliran sungai, aliran air lainnya, serta hamparan banjir), dan greenways

(jalan bebas hambatan, jalan-jalan di taman, jalan-jalan setapak, koridor transportasi, jalan sepeda, dan jogging track); taman kota dan area rekreasi; serta ruang terbuka penunjang lainnya (reservoir, hutan kota, kolam renang, lapangan golf, lapangan olahraga, dan lain-lain). Lanskap waterway merupakan salah satu ruang terbuka yang berupa blueways dan greenways. Dalam suatu perkotaan ruang terbuka memiliki beberapa peran, di antaranya, menciptakan harmoni tata lingkungan perkotaan, sehingga memberikan unsur keindahan, menyediakan ruang terbuka hijau berupa tanaman yang mengurangi pencemaran, serta memberikan ruang gerak bagi segenap masyarakat yang memerlukannya.

Ruang terbuka hijau sendiri adalah ruang-ruang dalam kota baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang pada dasarnya tanpa bangunan serta bersifat pengisian hijau tanaman/tumbuhan, secara alamiah maupun binaan (Inmendagri No. 14/1998, dalam Sulistyantara 2001).

(35)

10

Selanjutnya menurut Eckbo (1964), dalam Sulistyantara (2001), ruang terbuka hijau memiliki fungsi antara lain, estetis, orologis, hidrologis, klimatologis, edaphis, ekologis, protektif, higinis, dan manfaat edukatif. Manfaat yang terkait dengan waterway adalah fungsi estetika (menciptakan keindahan), fungsi orologis (mengurangi tingkat kerusakan tanah/mengurangi longsor dan menyangga kestabilan tanah), fungsi hidrologis (persediaan air tanah), fungsi klimatologis (menambah kenyamanan), fungsi protektif (menghindari/mengurangi terik matahari, menyerap polusi), dan fungsi ekologis (keserasian lingkungan makhluk hidup baik untuk satwa, tanaman, maupun manusia).

Menurut Nurhayati dalam Rizkianty (2002), ruang terbuka hijau Kota Jakarta terbagi dalam bentuk pekarangan/taman rumah, berm jalan, taman-taman lingkungan di kompleks pemukiman, taman-taman dalam skala ketetanggaan. Selain itu ruang hijau di Jakarta juga berupa vest pocket park di sudut-sudut pusat pertokoan, pompa bensin, terminal bus, stasiun kereta api, rel kereta dan bantaran sungai, koridor di jalan raya, traffic island di taman pertigaan/perempatan jalan, taman kota, maupun hutan kota.

Transportasi Sungai

Pengertian transportasi menurut Papacostas 1987 dalam Setijowarno & Frazila (2003) adalah suatu sistem yang terdiri dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem kontrol yang memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktivitas manusia. Setijowarno & Frazila (2003) sendiri mendefinisikan transportasi sebagai suatu kegiatan memindahkan sesuatu baik orang maupun barang dari satu tempat ke tempat lain baik dengan atau tanpa sarana (kendaraan, pipa, dan lain-lain) di mana perpindahan tersebut harus menempuh suatu jalur perpindahan atau prasarana yang sudah disediakan oleh alam (sungai, laut, udara) atau hasil pemikiran manusia (pipa, jalan raya, rel).

Selanjutnya diungkapkan oleh Setijowarno & Frazila (2003), transportasi secara garis besar dibedakan atas: (1) transportasi darat yang meliputi transportasi jalan; transportasi kereta api; transportasi sungai, danau, dan penyeberangan; transportasi pipa; serta transportasi gantung; (2) transportasi laut; (3) transportasi

(36)

11

udara. Jaringan transportasi sungai dimasukkan dalam kelompok transportasi darat meskipun merupakan bagian dari moda transportasi air. Pada prinsipnya, transportasi melaksanakan fungsi pokok menggerakkan objek yang diangkut, melindungi objek yang diangkut, serta mengendalikan kecepatan dan arah dari gerakan, sehingga keamanan perjalanan dapat terjamin.

Angkutan sungai merupakan moda transportasi yang beroperasi di sepanjang aliran sungai yang di sekitarnya banyak pemukiman penduduk, menggunakan perahu kecil hingga besar, dan menggunakan tenaga penggerak manusia maupun mesin (Setijowarno & Frazila 2003). Moda diartikan sebagai jenis transportasi dan di lain kasus moda dibedakan dalam kaitannya dengan karakter fisik sebagai jalan raya, rel, udara, dan transportasi air (Banks 2002). Ruang lalu lintas angkutan sungai berupa alur pelayaran sungai. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan, angkutan sungai adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, anjir, kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai.Alur pelayaran di sungai adalah termasuk seluruh fasilitas seperti kolam pemindahan kapal (lock), bendung pengatur kedalaman (navigation barrage), dan bangunan untuk pengangkat kapal (penjelasan UU Nomor 21 Tahun 1992 Pasal 1).

Setiap orang memerlukan transportasi yang efektif untuk melakukan pergerakan. Efektivitas pelayanan transportasi menurut Banks (2002) meliputi: (1) aksesibilitas yang mengacu pada biaya untuk mendapatkan moda dan dari moda lainnya, terkait dengan integrasi antara moda satu dengan moda yang lainnya, serta utamanya bergantung pada keluasan geogafi, (2) mobilitas yang digambarkan dalam istilah kecepatan atau waktu perjalanan, (3) produktivitas, yang mengacu pada ukuran total sejumlah transportasi yang disajikan per unit waktu. Produktivitas dikatakan sebagai ton mil per tahun atau penumpang km/hari.

Transportasi sungai (air) tidak memiliki lintasan yang tetap seperti jalan pada umumnya, sehingga perencanaan transportasi sungai perlu memperhatikan keberadaan kapal pada saat istirahat maupun pada saat bergerak agar memiliki mobilitas yang lancar (Simond 2006). Selanjutnya dikatakan bahwa hampir tidak

(37)

12

terjadi konflik lalu lintas perjalanan pada jalur transportasi air, dengan pergerakan yang secara relatif lambat, dan latar belakang panorama yang dapat dinikmati secara detail dan dekat.

Ketersediaan Air

Air adalah bagian dari perancangan lanskap waterway yang penting untuk diperhatikan. Air merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources). Menurut PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil. Air merupakan salah satu elemen lanskap yang banyak dimanfaatkan bagi kehidupan dan merupakan salah satu unsur penentu utama keberlangsungan fungsi badan air seperti waduk, danau, sungai, dan lain-lain. Sumberdaya air merupakan bagian dari sumberdaya alam (natural resources), yaitu semua potensi yang terdapat pada air, sumber air, termasuk sarana dan prasarana pengairan yang dapat dimanfaatkan oleh kegiatan manusia untuk kegiatan sosial ekonomi. Terdapat berbagai jenis sumberdaya air yang umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat, antara lain air laut, air hujan, air tanah, dan air permukaan. Air permukaan merupakan air yang terbesar pemanfaatannya oleh masyarakat.

Secara eksplisit karakteristik dasar sumberdaya air sebagaimana yang diungkapkan Sunaryo et. al. (2007), antara lain dapat mencakup beberapa wilayah administratif (cross-administrative boundary) dikarenakan oleh faktor topografi dan geologi; dipergunakan oleh berbagai aktor (multi-stakeholders); bersifat sumberdaya mengalir (flowing/dynamic resources), sehingga mempunyai keterkaitan yang sangat erat antara kondisi kuantitas dengan kualitas, antara hulu dengan hilir, antara instream dengan offstream, maupun antara air permukaan dengan air bawah tanah; dan dipergunakan baik oleh generasi sekarang maupun generasi mendatang (antargenerasi).

Sebagaimana diungkapkan, ketersediaan air meliputi jumlah dan kualitas (Depkes RI 1994). Ditambahkan oleh Nurisjah (2004), ketersediaan air pada suatu tapak, bentang alam, atau lanskap selain dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas, juga sangat dipengaruhi oleh distribusinya. Air dalam jumlah banyak belum dapat

(38)

13

dikatakan menjamin ketersediaan bagi manusia dan makhluk lainnya. Contoh bentuk ketidaktersediaan air bagi kehidupan adalah banjir, kualitas air yang buruk, air yang tidak aksesibel, dan jauh dari lokasi dan masyarakat yang membutuhkannya. Kualitas dipelihara dengan menghindari terkontaminasinya air seperti pencemaran oleh polutan, bahan-bahan kimia, limbah padat, atau terjadinya sedimentasi, melalui berbagai cara. Kuantitas dijaga dengan mengurangi aliran permukaan dan meresapkannya dalam tanah, menjaga kestabilan muka air, dan mengisi aquifer aliran bawah tanah (Simond 1983).

Ketersediaan air berkaitan dengan pemanfaatan air. Air yang digunakan manusia pada umumnya merupakan air tawar dan air tanah murni. Saeni (1989)

dalam Nurisjah (2004) mengatakan bahwa sekitar 1,64 x 1011 m3 air yang terdapat di atas dan di dalam bumi, hanya ± 0,5 % yang dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Dari jumlah ini, 97 % terdapat di dalam lautan dan 2,25 % dalam bentuk es. Hanya 3 % dari jumlah keseluruhan air yang tersedia yang berada dalam bentuk air tawar dan yang dapat digunakan untuk kepentingan makhluk hidup, sedangkan sisa terbesarnya berada dalam bentuk padatan atau terdapat dalam lapisan permukan tanah.

Dilihat dari segi kualitasnya, ada beberapa indikator yang menunjukkan tinggi dan rendah kualitas air. Sifat fisik dan kimia yang menentukan kualitas air ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Sifat Fisik dan Kimia Utama Penentu Kualitas Air

Sifat Utama Parameter

Fisik Warna Bau

Suhu

Padatan tersuspensi Kecerahan

Kekeruhan

Daya Hantar Listrik (DHL) Kimia pH

Asiditas Alkalinitas Kesadahan

Bahan Organik (BO)

Senyawa N, S, P, dan lainnya

Sumber: Saeni (1989), dalam Nurisjah (2004)

(39)

14

Suhu air dipengaruhi oleh komposisi substrat, kekeruhan, air hujan, luas permukaan perairan yang langsung mendapat sinar matahari, serta suhu perairan yang menerima limpasannya. Suhu memiliki pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen dalam air, yaitu menurunkan jumlah oksigen terlarut, sehingga ikan dan hewan perairan akan mati (Hynes 1978, dalam Nugroho 2003). Perubahan suhu umumnya disebabkan oleh karena masuknya air limbah yang relatif hangat (Saeni 1989, dalam Nurisjah 2004). Sementara itu, kekeruhan air merupakan ukuran pembiasan cahaya di dalam air karena partikel koloid dan suspensi suatu zat pencemar. Kekeruhan membantu menentukan jumlah bahan kimia yang dibutuhkan dalam pengolahan air.

Menurut Saeni, terdapat 2 parameter paling utama yang harus dipertimbangkan dalam kegiatan analisis pengembangan tapak dan lanskap secara arsitektural, yaitu warna dan bau, yang akan mempengaruhi segi estetika. Air tercemar akan berwarna abu-abu hingga hitam oleh karena masuknya bahan buangan/limbah organik. Air akan berwarna coklat oleh karena erosi tanah. Bau air disebabkan oleh bahan yang terkandung oleh air tersebut, misalnya oleh kondisi alami air yang mengandung belerang atau yang terjadi karena aktivitas manusia.

Acuan normatif yang membedakan kualitas air di suatu perairan, salah satunya adalah BOD, COD, dan DO. BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah jumlah (mg) oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan zat organik secara biokimiawi. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah (mg) oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasikan zat organik secara kimiawi. DO adalah penentuan kadar O2 terlarut dalam air. Berkebalikan dengan COD dan BOD, semakin tinggi kadar DO semakin baik kualitas air tersebut.

Rekreasi Alam

Rekreasi merupakan kegiatan mencari pengalaman yang dilakukan tanpa keterpaksaan berupa pengembalian kesegaran jiwa dan raga setelah melakukan rutinitas dan tuntutan aktivitasnya sehari-hari. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1983), rekreasi adalah penyegaran kembali badan dan pikiran, sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan. Rekreasi menjadi salah satu

(40)

15

kebutuhan hidup manusia yang harus dipenuhi untuk memberikan keseimbangan, keserasian, dan gairah hidup. Selain itu, rekreasi tidak hanya sekedar menghabiskan waktu dengan bersenang-senang, tetapi juga untuk memperkaya, memperluas, dan mengembangkan kemampuan seseorang (Brockman 1959).

Rekreasi dapat dilakukan di ruang terbuka (outdoor recreation) maupun dalam ruangan (indoor recreation). Douglass (1982) menyatakan bahwa rekreasi alam terbuka adalah semua kegiatan rekreasi yang dilakukan tanpa dibatasi oleh suatu bangunan atau rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumberdaya alam seperti air, hujan, dan pemandangan alam atau kehidupan di alam bebas. Rekreasi alam terbuka merupakan rekreasi yang dilakukan di alam terbuka, yang membutuhkan ruang (space) dan sumberdaya alam (natural resources) dalam jumlah yang relatif besar.

Gold (1980) menggolongkan rekreasi dalam 4 (empat) kategori:

1. rekreasi fisik, yaitu bentuk rekreasi yang membutuhkan usaha fisik dalam melakukan aktivitas rekreasi.

2. rekreasi sosial, yaitu bentuk rekreasi yang mencakup interaksi sosial dan aktivitasnya.

3. rekreasi kognitif, yaitu rekreasi yang mencakup kebudayaan, pendidikan, dan estetika.

4. rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan, yaitu rekreasi yang memanfaatkan sumberdaya alam, seperti tanaman, air, dan pemandangan.

Rekreasi alam terbuka yang dilakukan di lingkungan sungai baik pada sungai maupun sempadannya disebut rekreasi sungai. Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi kualitas rekreasi sungai antara lain pemandangan, lingkungan alami sungai, ikan dan satwa liar, serta vegetasi riparian. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kecukupan jumlah air dalam sungai atau disebut aliran air sungai.

Perancangan Lanskap Waterway Jakarta

Rachman (1984) berpendapat bahwa perencanaan tapak adalah pengaturan fungsi ruang, sirkulasi, keindahan, dan keunikan dengan memanfatkan elemen

(41)

16

tanah, air, dan berbagai benda, serta keadaan yang ada seperti taman, bangunan, kondisi topografi, dan pemandangan. Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat yang sistematis, pengorganisasian, dan suatu proses informasi yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan tersebut dengan menilai suatu objek melalui pengamatan yang berinspirasi.

Selanjutnya Rachman (1984) mengatakan bahwa perancangan merupakan tahap lanjut dari perencanaan. Perancangan merupakan ilmu dan seni pengorganisasian ruang dan massa dengan mengkomposisikan elemen lanskap alami dan elemen lanskap non-alami serta kegiatan yang ada di dalamnya agar tercipta karya tata ruang yang berdaya guna dan bernilai indah. Hasil yang dicapai adalah kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia serta makhluk hidup di dalamnya, selaras dengan faktor ruang, waktu, dan geraknya.

Perancangan menurut Simond (2006) merupakan sebuah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi, dan biologi, serta aspek psikologis dan fisik yang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna, dan ruang hasil pemikiran yang saling berhubungan. Perancangan ditekankan pada penggunaan volume dan ruang. Setiap volume mempunyai bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna, dan kualitas lain yang dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai. Pengorganisasian ruang memberikan dampak yang berbeda terhadap psikologi manusia, misalnya rasa takut, kegembiraan, gerak dinamis, ketegangan, keheningan, dan lain-lain.

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 – 2004 disebutkan bahwa sumberdaya air diarahkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal, serta penataan ruang yang pengusahaannya diatur dengan undang-undang. Dalam penggunaan air, Simond (2006) mengemukakan tiga prinsip: (1) semua penggunaan yang berhubungan harus sesuai dengan sumberdaya air dan lanskap, (2) intensitas dari penggunaan yang diintroduksikan tidak boleh melebihi daya dukung atau toleransi biologis dari area daratan dan perairan, serta (3) kelestarian sistem alami dan sistem terbangun terjamin.

(42)

17

Perencanaan/perancangan memerlukan suatu pendekatan terhadap kebutuhan tertentu dari suatu kelompok sosial atau lahan. Pendekatan perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) adalah:

1. Pendekatan sumberdaya

Tipe dan jumlah rekreasi ditentukan oleh sumberdaya fisik atau sumberdaya alami. Tujuan utama adalah kelestarian alam, sedangkan kebutuhan pemakai dan pendanaan tidak terlalu dipertimbangkan. Pendekatan sumberdaya sangat efektif digunakan pada perencanaan sumberdaya kawasan pinggiran kota (kawasan sumber-sumber air, kawasan konservasi alam, dan taman nasional). 2. Pendekatan aktivitas

Aktivitas yang telah ada pada tapak menentukan jenis dan jumlah aktivitas yang akan dikembangkan kemudian. Dalam hal ini, faktor sosial lebih diutamakan daripada faktor alam.

3. Pendekatan ekonomi

Fokus perencanaan adalah untuk mendapatkan keuntungan. Penawaran dan permintaan dimanipulasi oleh harga, aktivitas, dan nilai tukar fasilitas yang akan dikembangkan.

4. Pendekatan perilaku

Perilaku manusia dan waktu luangnya menentukan pemilihan tempat, waktu, dan pengalaman aktivitas rekreasinya, serta dampak aktivitas itu terhadap seseorang. Perencanaan ditentukan oleh permintaan.

5. Kombinasi dari pendekatan

Dalam hal ini perencanaan menggabungkan aspek-aspek positif dari masing-masing pendekatan untuk mengakomodasi semua kebutuhan.

Waterway merupakan teknologi hasil perkembangan pemecahan masalah ekonomi menuju standar kehidupan yang lebih baik. Waterway merupakan prasarana transportasi di air, seperti sungai, danau, laut, dan kanal.Agar dilayari dengan baik, waterway memerlukan beberapa kriteria, yaitu: (1) memiliki kedalaman yang cukup untuk dapat dimuati kapal/perahu yang beroperasi, (2) memiliki lebar yang cukup sebagai jalur pelayaran, (3) bebas dari rintangan perjalanan, seperti bebas dari air terjun dan aliran deras, (4) cukup ringan untuk

(43)

18

menggerakkan maju kapal (http://en.wikipedia.org/wiki/Waterway). Kapal yang digunakan untuk transportasi waterway bervariasi dari kapal tongkang yang kecil hingga kapal tanker dan kapal samudra yang sangat besar, seperti kapal pesiar.

Kanal waterway sendiri merupakan konstruksi untuk mendukung perjalanan kapal yang pada awalnya dibangun untuk perjalanan perahu kayu yang ditarik kuda. Dalam merencanakan sungai/kanal sebagai jalur waterway diperlukan perhitungan terhadap daya dukungnya. Penggunaan yang melebihi kapasitas fisiknya akan menurunkan fungsi dan manfaat sungai/kanal bagi kehidupan manusia dan lingkungannya.

(44)

19

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Studi

Kegiatan penelitian dilakukan kurang lebih di sepanjang 3,65 kilometer Banjir Kanal Barat (BKB) yang menghubungkan Pintu Air Manggarai (Jakarta Selatan) – Jembatan K.H. Mas Mansyur (Jakarta Pusat) (Gambar 2). Penelitian dilakukan dari Maret-Juni 2008 dan dilanjutkan dengan penyusunan laporan. Pada bulan-bulan sebelumnya dilakukan penjajakan (survai awal).

U

Gambar 2 Lokasi Studi Lanskap Waterway Manggarai-Karet (K.H. Mas Mansyur).

Metode Studi

Penelitian dilakukan melalui survai dan pengumpulan data menggunakan metode Gold (1980), dengan tahap-tahap berupa inventarisasi, analisis, konsep, perencanaan dan perancangan (Gambar 3). Kajian lanskap waterway Jakarta segmen Manggarai-K.H. Mas Mansyur ini dilaksanakan hingga tahap perancangan. Hasil akhir dari kajian ini berupa rencana tertulis, rancangan ruang dan detailnya. Proses perancangan dilakukan dengan menggunakan pendekatan aktivitas menurut Gold (1980).

Pengambilan Data

Pengumpulan data dan survai lapang dilakukan terhadap data biofisik, ekonomi, sosial, dan data teknik/kebijakan. Data biofisik yang akan diambil

(45)

20

adalah data iklim, tanah, hidrologi, hidrografi waterway, nilai estetika, aksesibilitas dan jaringan transportasi, vegetasi, dan satwa. Data ekonomi berupa data tata guna lahan. Data teknik berupa fasilitas, utilitas, serta konsep dan kebijakan pengembangan waterway oleh instansi terkait. Sedangkan data sosial yang diambil berupa data pengguna, budaya/demografi masyarakat dan lingkungan, serta keinginan masyarakat. Data sosial ini dikumpulkan dari pihak pengelola, instansi pemerintah terkait, dan pemakai transportasi sejalur atau masyarakat sekitar tapak.

Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil langsung dari lapang, sedangkan data sekunder adalah data yang diambil dari informasi data yang sudah ada. Jenis, bentuk, sumber, cara pengambilan, dan kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 2. Metode pengambilan data yang dilakukan adalah:

1. Survai lapang, yaitu mengamati secara langsung kondisi eksisting agar dapat mengetahui kondisi sebenarnya di lapang dan mengecek kembali kebenaran data sekunder.

2. Studi pustaka, didapatkan dari buku acuan, laporan-laporan, rencana induk tapak, dan bahan bacaan pendukung lainnya.

3. Pengambilan gambar/foto, membantu mendeskripsikan kondisi eksisting. 4. Wawancara dan kuesioner. Wawancara dilakukan terhadap pengelola dan

stakeholder lainnya untuk mengetahui keinginan, persepsi, dan program

waterway. Kuesioner diberikan kepada masyarakat dan pengguna transportasi sejalur.

Proses/Tahapan Perancangan

Tahapan penelitian diawali dengan tahap persiapan dan studi literatur yaitu perumusan masalah, perumusan tujuan perancangan dan kegunaan studi, penyusunan usulan studi, dan penyusunan pengumpulan data yang berhubungan dengan topik penelitian melalui internet, media cetak, dan beberapa laporan. Tahap persiapan ini juga merupakan tahap mencari informasi awal dari instansi yang paling terkait dengan program waterway serta melakukan survai awal untuk mengetahui kondisi lanskapnya. Tahap ini juga merupakan tahap pengajuan

(46)

21

(sesuai dengan Tujuan & Pengembangan Perencanaan)

Pengembangan Konsep

Penggambaran Aktivitas dan Fasilitas, Pola & Rancangan Sirkulasi, Rncangan Tata Hijau, dan Lain-Lain

(Hasil: Rencana Tertulis, Rancangan Ruang, Rancangan Detil)

Perancangan

Gambar 3 Proses Perancangan Lanskap Waterway Manggarai – K.H. Mas Mansyur.

usulan studi, tahap penyusunan rencana kegiatan anggaran biaya studi, serta tahap mendapatkan perijinan untuk dapat melaksanakan perancangan waterway.

Tahap selanjutnya adalah tahap pengambilan data, berupa survai lapang dan pengumpulan data berdasarkan jenis data yang terkait dengan konsep perancangan lanskap waterway melalui berbagai pihak. Tahap inventarisasi ini dilakukan selama 8-10 minggu. Berdasar data yang diperoleh, dilakukan tahap analisis yang dipadukan dengan konsep yang akan direncanakan pada tapak, sehingga diketahui

(47)

22

keterbatasan dan kesempatan pengembangan tiap elemen tapak. Hasil analisis disajikan dalam bentuk deskripsi dan peta. Hasil analisis menjadi masukan untuk memperoleh sintesis sesuai dengan tujuan dan pengembangan perencanaan. Hasil sintesis adalah diperolehnya alternatif-alternatif pemanfaatan potensi maupun pemecahan masalah. Hasil sintesis disajikan dalam bentuk zonasi tapak yang merupakan pengembangan dari konsep dasar. Selanjutnya penggambaran aktivitas dan fasilitas-fasilitas yang dapat dikembangkan, pola dan rancangan sirkulasi, rancangan tata hijau, serta tata letak fasilitas dan elemen lanskap pendukung dituangkan dalam tahap perancangan. Hasil dari tahap ini berupa rencana tertulis, serta rancangan ruang dan detil elemen lanskap dengan mengikuti beberapa prinsip desain.

Tabel 2 Jenis, Bentuk, Sumber, dan Cara Pengambilan Data

No Jenis Data Bentuk

(48)

23

9. Pengguna Tapak Deskriptif - Lapang Pertimbangan perancangan

BBWSCC = Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane BPLHD = Badan Pengawas Lingkungan Hidup Daerah

Dinas PJU&SJU = Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas

DPU = Dinas Pekerjaan Umum DTK = Dinas Tata Kota

(49)

KONDISI UMUM

Letak dan Luas Tapak

DKI Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa, berbatasan dengan Laut Jawa pada bagian utara, dengan Kabupaten Bogor dan Depok pada bagian selatan, dengan Kabupaten Bekasi pada bagian timur, dan dengan Kabupaten Tangerang Banten di bagian barat. Berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 1227 tahun 1989, luas daratan wilayah Provinsi DKI Jakarta 661,52 km2 dan luas perairan laut 6.997,5 km2, mencakup sekitar 110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, serta dialiri sekitar 27 sungai/saluran/kanal yang dipergunakan sebagai sumber air minum, usaha perikanan, dan usaha perkotaan lainnya. Dua buah kanal dan 9 buah sungainya bermuara ke Laut Jawa. Dari letak geografisnya, Jakarta memiliki posisi 106o22’42” BT - 106o58’18” BT dan 5o19’12” LS - 6o23’54” LS dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ±7 meter di atas permukaan air laut (BPS 2007).

Penelitian terletak di BKB segmen Pintu Air Manggarai hingga Jembatan K.H. Mas. Mansyur (Karet), dengan panjang ± 3,65 km (38 % dari panjang BKB bagian selatan, yang juga disebut sebagai Banjir Kanal Selatan) dan lebar rata-rata ± 40 m. Secara administratif, BKB tersebut terletak pada perbatasan Kodya Jakarta Pusat dengan Kodya Jakarta Selatan (Gambar 4). Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tanah Abang dan Kecamatan Menteng (Jakarta Pusat) serta sebelah selatan dengan Kecamatan Setiabudi (Jakarta Selatan) dan Kecamatan Tanah Abang. Letak geografis lokasi penelitian adalah pada 106o48’57” BT - 106o50’53” BT dan 6o12’03” LS - 6o12’30” LS.

Hidrologi

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pikir Perancangan.
Tabel 1. Sifat Fisik dan Kimia Utama Penentu Kualitas Air
Gambar 2  Lokasi Studi Lanskap Waterway Manggarai-Karet (K.H. Mas       Mansyur).
Gambar 3  Proses Perancangan Lanskap Waterway Manggarai – K.H. Mas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dinamika psikologis perilaku kecurangan akademik pada sekolah berbasis agama, dapat disimpulkan sebagi berikut: (1) informan memiliki sikap positif terhadap

Pencatatan dilakukan sesuai nomor rekening pembiayaan, tanggal tagihan angsuran, jumlah berapa kali nasabah menunggak, tanggal transaksi, jumlah nominal pembayaran

untuk mengolah informasi yang mereka peroleh. Karena dalam proses belajarnya peserta didik dilibatkan dalam proses pencarian, para guru hanya memposisikan dirinya sebagai

(1) Rancangan berita acara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (6) beserta lampirannya ditetapkan menjadi berita acara kesepakatan hasil musrenbang RKPD

agalactiae dengan kepadatan yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap konsentrasi hematokrit hari ke-14, dan berpengaruh tidak nyata terhadap variable lainnya

Penyimpanan dan penempatan alat-alat atau bahan kimia menganut prinsip sedemikian sehingga tidak menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil dari dan mengembalikan alat

Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini telah berjalan dengan baik dan mampu meningkatkan penguasaan bidang studi khususnya bidang studi matematika, hal ini terbukti dari

Para Pemohon sebagai tax payer menyatakan kepentingan konstitusionalnya telah terlanggar dengan adanya ketentuan pasal a quo, bahwa proses penegakan hukum yang dilakukan