• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis daya dukung suatu kawasan wisata bahari (DDK) dilakukan untuk menentukan jumlah maksimum pengunjung yang dapat ditampung di kawasan wisata bahari serta disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia, sehingga tidak mengancam kelestarian sumberdaya alam serta untuk mendapatkan tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh para pengunjung pada saat melakukan aktivitas wisata bahari. Selain itu, penentuan daya dukung juga ditujukan untuk menekan perkembangan jumlah wisatawan pada kawasan-kawasan wisata, sehingga dapat menekan berbagai dampak yang merugikan akibat tingginya jumlah wisatawan seperti pencemaran perairan, terjadinya akumulasi sampah, memburuknya nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat, dan mengurangi terjadinya kemacetan lalu lintas di daerah-daerah wisata pada setiap hari libur. Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari Yulianda (2007) bahwa daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung oleh kawasan yang telah disediakan dalam waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan/kerusakan pada sumberdaya alam dan manusia.

Penentuan daya dukung dimaksudkan untuk meminimalkan kemunduran kualitas lingkungan akibat tekanan pengunjung/wisatawan dari penyelenggaran wisata. Mengacu pendapat McCooland Lime (2001) yang mengemukakan bahwa daya dukung wisata merupakan suatu paradigma untuk mengatasi dan membatasi

jumlah kegiatan pengembangan wisata, sehingga daya dukung adalah jumlah tertentu wisatawan melalui periode waktu tertentu untuk mempertahankan komunitas lokal dan konteks budaya dan lingkungan, dan juga merupakan kapasitas rekreasi sebagai cara merumuskan masalah dan tindakan pengelolaan yang mengakibatkan penurunan dampak. Cole dan Stephen (1997) mengemukakan bahwa LAC (limit of acceptable change) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk pemantauan atau mengevaluasi dampak akibat penyelenggaraan wisata melalui penilaian/penentuan daya dukung kawasan.

Daya dukung kawasan wisata pantai kategori rekreasi di pesisir Kota Makassar untuk Pantai Tanjung Bunga dengan total panjang garis pantainya adalah 4516 m, maka daya dukung wisata bahari kategori wisata pantai diperoleh 181 orang/hari. Pantai Barombong mempunyai panjang garis pantai 1100m, maka daya dukung wisata pantai kategori rekreasi adalah 44 orang/hari, dan Pantai Losari dengan panjang garis pantai 1512 m, adalah 61 orang/hari. Berdasarkan hasil analisis daya dukung menunjukkan bahwa daya dukung kawasan untuk wisata pantai kategori rekreasi yang tertinggi terdapat di Pantai Tanjung Bunga dan terendah terdapat di Pantai Barombong. Hal ini disebabkan karena luas area yang dapat digunakan untuk jenis wisata pantai di Pantai Tanjung Bunga adalah yang terluas yaitu seluas 4516 m serta mempunyai sarana dan prasarana wisata bahari yang terlengkap yang dapat mendukung kegiatan wisata pantai kategori rekreasi.

Penentuan daya dukung wisata bahari di pulau-pulau kecil Kota Makassar berbeda-beda untuk setiap jenis kegiatan wisata bahari. David dan Tisdell (1995) mengasumsikan bahwa salah satu alasan orang melakukan wisata diving adalah keinginan untuk mencari pengalaman dibelantara laut yang berkaitan dengan ekologi perairan laut, formasi geologi di bawah laut, melakukan petualangan dengan resiko tertentu, sebagai sarana olah raga yang special yang berbeda dengan olah raga lainnya, dan kehidupan laut merupakan pesona laut untuk tujuan hobi fotografi di bawah laut. Oleh karena itu, penentuan daya dukung di lokasi wisata bahari sangatlah diperlukan guna pencapaian kepuasan wisatawan.

Daya dukung kawasan wisata pantai kategori rekreasi ditentukan berdasarkan panjang garis pantai dan potensi ekologis pengunjung. Untuk 1 orang pengunjung wisata pantai kategori rekreasi minimal dibutuhkan panjang garis pantai sebesar 50 m. Sedangkan, daya dukung kawasan untuk wisata snorkling ditentukan berdasarkan kemampuan rata-rata setiap pengunjung untuk melakukan aktivitas snorkling, dimana setiap pengunjung memiliki kemampuan untuk melakukan snorkling rata-rata 500 m2. Daya dukung kawasan untuk wisata selam (diving) ditentukan berdasarkan luas area potensial untuk melakukan wisata selam dengan mempertimbangkan kondisi persentase tutupan komunitas karang sehingga kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk wisata selam (diving) mengikuti persentase tutupan komunitas karang yang dihasilkan dari luas hasil overlay kesesuaian wisata selam.

Daya dukung kawasan untuk wisata pantai kategori rekreasi di PPK tertinggi didapatkan di Pulau Lanyukkang dan terendah di Pulau Bonetambung. Daya dukung wisata bahari berbagai kategori di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Daya dukung wisata bahari berbagai kategori di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Makassar

No. Lokasi Penelitian

Daya Dukung (Orang/hari)

Wisata Pantai Wisata

Snorkling

Wisata

Diving

1. Pantai Tanjung Bunga 181 - -

2. Pantai Barombong 44 - -

3. Pantai Losari 61 - -

4. Pulau Kayangan 15 - -

5. Pulau Bonetambung 10 225 177

6. Pulau Kodinggaeng keke 11 50 98

7. Pulau Lanyukang 61 268 335

8. Pulau Langkai 13 165 291

9. Pulau Samalona 38 102 73

10. Pulau Barrang Caddi - 66 58

11. Pulau Barrang lompo - 181 146

12. Pulau Lumu-Lumu - 112 257

*PPK = Pulau-pulau kecil

Wisata pantai kategori rekreasi berdasarkan hasil analisis daya dukung diperoleh daya dukung yang berbeda-beda setiap pulau tergantung pada panjang garis pantainya. Makin panjang garis pantai suatu pulau maka, daya dukung kawasan untuk wisata pantai kategori rekreasi makin besar pula, begitupula sebaliknya, makin pendek panjang garis pantai suatu pulau maka, daya dukung kawasan suatu pulau untuk wisata pantai makin kecil.

Hasil analisis daya dukung (Tabel 18) menunjukkan bahwa, daya dukung kawasan untuk wisata snorkling yang paling besar adalah di Pulau Lanyukkang dan untuk wisata selam terbesar juga terdapat di Pulau Lanyukkang. Hal ini disebabkan karena luas area yang dapat digunakan untuk jenis wisata selam maupun snorkling di Pulau Lanyukang adalah yang tertinggi (Lampiran 9 dan 10). Pulau Lanyukang mempunyai persen tutupan komunitas karang yang tertinggi di antara ke sebelas pulau-pulau kecil yang ada di Kota Makassar. Yulianda (2007), megemukakan bahwa persen tutupan karang menggambarkan kondisi dan daya dukung karang. Selain itu, daya dukung wisata bahari juga sangat erat kaitannya dengan tersedianya lokasi wisata yang bekualitas tinggi dengan kehadiran biota yang beragam (Piarce dan Kirk, 1986) sehingga, di dalam penyelenggaraan wisata snorkling dan selam, pertimbangan terhadap kondisi komunitas karang sangat penting karena potensi ini yang merupakan daya tarik utama bagi pengunjung

Daya dukung kawasan untuk kegiatan selam lebih kecil dibandingkan dengan daya dukung kawasan untuk kegiatan snorkling. Hal ini disebabkan karena kegiatan selam membutuhkan area yang lebih luas dibandingkan dengan kegiatan snorkling yaitu 2000 m2. Luke et al (2007) mengemukakan bahwa wisatawan terumbu karang tampaknya lebih menyukai berekreasi di area penyelaman yang lebih luas tetapi dengan jumlah pengunjung yang lebih sedikit oleh karena, wisatawan selam mencari pengalaman yang tidak terkekang dari lingkungan laut dan tidak terlalu kacau ataupun bising, dan merupakan rekreasi petualangan yang sangat menarik sehingga, di dalam mendesain dan mengelola lokasi rekreasi terumbu karang (lokasi penyelaman) harus membatasi jumlah pengunjung. Jumlah pengunjung yang tinggi akan mengurangi daya tarik daerah terumbu karang sebagai lokasi penyelaman.

Selain itu, penentuan daya dukung sangat penting dalam pengembangan wisata bahari, oleh karena penentuan daya dukung berfungsi untuk mengevaluasi dampak yang ditimbulkan dalam pengembangan wisata bahari. Limits acceptable change (LAC) merupakan suatu metode pemantauan dampak yang ditimbulkan dalam pengembangan pariwisata yang basis penilaiannya didasarkan pada penentuan daya dukung dengan tujuan dari kondisi yang diinginkan. Kondisi dan tujuan yang diinginkan didefinisikan terlebih dahulu dan ditetapkan sebagai mandat dan kebijakan yang legal untuk dijadikan pedoman bagi pihak pengelola untuk mengelola dan menyeimbangkan antara signifikansi area, keunikan serta keindahan kawasan wisata baik secara nasional maupun internasional (Cole dan Stephen, 1997).

Dokumen terkait