• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "5. PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KOTA MAKASSAR"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

5. PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI WILAYAH

PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

KOTA MAKASSAR

5.1 Kondisi dan Potensi Sumberdaya Di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil untuk Pengembangan Wisata Bahari

Potensi sumberdaya di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Makassar terdiri dari beberapa sumberdaya, baik yang dapat pulih maupun yang tidak dapat pulih. Di antara sumberdaya tersebut, terdapat beberapa yang dikategorikan sebagai obyek dan daya tarik wisata, oleh karena berferan utama dalam menunjang kegiatan wisata bahari di kawasan pesisir maupun di pulau-pulau kecil khususnya “pleasure diving dan snorkling” serta berfungsi dalam menunjang kehidupan biota laut dan pelindung fisik kawasan pulau-pulau kecil. Adapun sumberdaya tersebut antara lain: mangrove, terumbu karang, ikan karang, air laut, dan hamparan pasir putih serta vegetasi pantai.

5.1.1 Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang di kawasan pesisir Kota Makassar pada saat ini sudah tidak ada lagi bahkan sudah punah, kecuali di sekitar pulau-pulau kecil (Kepulauan Spermonde). Hal ini disebabkan karena terjadi degradasi akibat sedimentasi, dampak aktivitas penangkapan yang tidak ramah lingkungan, pencemaran, serta proses reklamasi pantai.

Kondisi penutupan terumbu karang hidup di kawasan pulau-pulau kecil kota Makassar tergolong rusak hingga baik yang ditentukan oleh persentase terumbu karang hidup dan mati. Persentase tutupan terumbu karang hidup berdasarkan hasil pengamatan di 11 pulau berkisar antara 8,37% - 68,92%, sementara tutupan karang mati berkisar 4,32% - 47,36%. Persentase tutupan karang hidup tertinggi ditemukan di Pulau Lanyukkang dengan persentase tutupan 68,92%, sedangkan persentase tutupan karang hidup terendah ditemukan di Pulau Kayangan (8, 37%). Tutupan karang mati tertinggi di Pulau Barrang Lompo dengan persentase tutupan 47,36%, sementara tutupan karang mati terendah ditemukan di Pulau Kodinggareng Lompo dengan persentase tutupan 4,32%. Kondisi karang pada

(2)

beberapa pulau dalam penelitian ini yang berpotensi dimanfaatkan untuk kawasan wisata bahari disajikan pada Table 13 dan 14.

Tabel 13. Persentase tutupan karang di pulau-pulau kecil Kota Makassar pada kedalaman 10 m.

Lokasi (%) Tutupan Keterangan

LC DC ALG Others Abiotik

P. Kayangan 8,37 33,93 4,67 28,97 24,07 Rusak P. Lae-Lae 20,94 44,74 13,8 2,30 18,22 Rusak P. Samalona 52,26 14,64 0 0,42 32,68 Baik P. Barrang Lompo 38,48 8,88 0 7,14 45,5 Sedang P. Bonetambung 48,14 34,04 2,58 5,84 9,40 Sedang P. Kodinggareng Lompo 26,46 11,6 2 29,06 30,88 Rusak P.Kodinggareng Keke 53,48 12,98 0 6,2 27,34 Sedang P. Barrang Caddi 33,38 18,36 0 2,16 46,1 Sedang P. Lumu-Lumu 55,48 21,18 8,94 8,16 6,24 Baik P. Langkai 64,74 34,70 0 0,56 0 Baik P. Lancukang 66,06 30,18 2,54 1,22 0 Baik Sumber: Data primer yang diolah (2010).

Keterangan :

LC = Life Coral DC = Dead coral ALG = Algae

Tabel 14. Persentase tutupan karang di pulau-pulau kecil Kota Makassar pada kedalaman 3 m.

Lokasi (%) Tutupan Keterangan

LC DC ALG Others Abiotik

P. Kayangan - - - - - Rusak

P. Lae-Lae - - - - - Rusak

P. Samalona 42,88 20,42 0 6,36 30,34 Baik P. Barrang Lompo 39,48 47,36 1,74 4,1 7,32 Sedang P. Bonetambung 53,92 38,66 2,76 2,96 1,70 Sedang P. Kodinggareng Lompo 19,14 4,32 0,36 1,96 74,22 Rusak P.Kodinggareng Keke 42,16 15,42 0,78 6,46 55,32 Sedang P. Barrang Caddi 27 7,42 1,1 9,16 46,1 Sedang P. Lumu-Lumu 34,42 43,02 9,54 8,54 4,48 Baik P. Langkai 35,44 8,28 0 5,44 50,84 Baik P. Lancukang 68,92 14,62 0,12 11,04 5,30 Baik Sumber: Data primer yang diolah (2010).

Keterangan :

LC = Life Coral DC = Dead coral ALG = Algae

Terumbu karang menyebar hampir di seluruh gugusan pulau yang ada, terdiri dari terumbu karang tepi dan terumbu karang penghalang. Di sisi barat setiap pulau, kondisi terumbu karang tumbuh dengan subur dan memiliki rataan terumbu karang yang sangat luas, sedang di sisi selatan luas terumbu hampir sama

(3)

atau sedikit lebih kecil dari luas sisi barat. Di sisi utara pulau luas terumbu kadang-kadang setengah atau kurang dari luas terumbu di sisi barat, sedangkan di sisi timur hampir semua pulau memiliki terumbu karang yang sempit dan didominasi oleh substrat berpasir dengan topografi yang cukup landai (Gambar 9,10, 11, dan 12).

Salah satu penyebab kerusakan gugusan karang adalah meningkatnya aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan sianida yang telah menyebabkan kerusakan berat pada gugusan karang yang masih sehat maupun kapal-kapal karam sebagai tempat tumbuhnya karang dan berkumpulnya ikan. Contoh kasus, bangkai pesawat Lancaster di sebelah timur Pulau Samalona, salah satu lokasi selam yang selama ini sering dikunjungi penyelam, yang pada dua tahun terakhir ini dihancurkan total oleh kegiatan pengeboman ikan. Degradasi gugusan karang dipinggir shelf Spermonde akibat penggunaan sianida yang sampai sekarang hanya menyisakan beberapa lokasi saja. Kerusakan gugusan karang juga disebabkan oleh laju sedimentasi yang tinggi serta masuknya zat-zat pencemar yang berasal dari daratan Kota Makassar seperti di Pulau Kayangan dan Lae-lae. Kondisi terumbu karang tersebut sangat rusak karena tingkat pencemaran yang tinggi dan mempunyai jarak yang dekat dari Kota Makassar. Selain itu, peningkatan aktifitas membuang jangkar juga merupakan faktor penyebab yang dominan sejak meningkatnya intensitas transportasi (aktifitas pelayaran lokal) terutama di Pulau Kayangan dan Pulau Lae-lae.

5.1.2 Ikan Karang

Sumberdaya ikan karang yang ditemukan di pulau-pulau kecil Kota Makassar pada umumnya berupa ikan hias dan ikan pangan. Kehidupan kelompok ikan hias dan ikan pangan sangat tergantung pada substrat dasar terumbu karang atau karang hidup sebagai habitatnya. Perairan pulau-pulau kecil Kota Makassar memiliki 164 species ikan-ikan karang yang terdiri dari 34 famili. Famili Pomacentridaea memiliki komposisi species tertinggi (35 species), kemudian Famili Chaetodontidae. Familia Pomacentridaea paling banyak ditemukan di Pulau Barrang Caddi dan Pulau Lanyukkang. Ikan-ikan karang Famili Pomacentrideae sebagian besar hidupnya di batu-batuan dan karang terutama

(4)

pada terumbu yang memiliki karakteristik bentuk pertumbuhan bercabang (branching), sedangkan Famili Labridae hidupnya sebagaian besar dipantai berkarang dan tengah-tengah rumput laut.

Rendahnya stok ikan di perairan pulau-pulau kecil Kota Makassar dibandingkan dengan perairan di pulau-pulau kecil lainnya di Indonesia, khususnya komunitas ikan karang disebabkan oleh intensitas penangkapan untuk setiap kelompok sumberdaya ikan cukup tinggi. Sebagian besar terumbu karang di pulau ini yang merupakan habitat penting sebagai daerah asuhan (nursery area) dan daerah pemijahan (spawning area) bagi ikan-ikan karang telah mengalami degradasi. Menurunnya stok ikan di perairan Kota Makasar, juga disebabkan oleh adanya penggunaan bom ikan dan bahan beracun dalam kegiatan penangkapan ikan di sekitar terumbu karang, serta penggunaan teknologi penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti dogol, payang, cantrang dan trowl.

5.1.3 Ekosistem Mangrove

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di pesisir Kota Makassar telah mengalami degradasi akibat dikonversi menjadi lahan tambak, pemukiman, kawasan industri, atau ditebang menjadi kayu bakar. Menipisnya hutan mangrove sebagai sempadan pantai atau sempadan sungai menyebabkan kurangnya perlindungan terhadap kondisi fisik pantai dan sungai, terjadi pendangkalan, kekeruhan, penurunan kualitas air, berkurangnya keindahan ekologi pantai, serta penurunan keanekaragaman. Rusaknya ekosistem mangrove juga telah mengakibatkan banyak tambak tidak berfungsi dengan baik.

Ekosistem mangrove yang masih tersisa di kawasan pesisir Kota Makassar terdapat di bagian utara Kota Makassar yaitu pesisir Pantai Untia yang merupakan kawasan hutan mangrove terluas. Di Pantai Barombong dan sungai Tallo juga terdapat mangrove, namun luasannya sangatlah sempit. Luas kawasan mangrove di Pantai Untia adalah 27 ha. Jenis mangrove yang ditemukan adalah Rhizophora apiculata, Brugguiera gymnorrhiza, Avicennia marina, dan Nypa fruticans. Kompleks hutan mangrove di muara Sungai Tallo, Pantai Untia, dan Pantai Barombong lebih didominasi oleh jenis Rhizophora apiculata 106 pohon (ind/100m2) dan Avicennia marina 83 pohon (ind/100m2). Jumlah kehadiran

(5)

Rhizophora apiculata di muara Sungai Tallo 58 pohon (ind/100m2), di Pantai Untia 43 pohon (ind/100m2) dan di Pantai Barombong 5 pohon (ind/100m2), sedangkan avicennia marina di muara Sungai Tallo 8 pohon (ind/100m2), di Pantai Untia 39 pohon (ind/100m2), dan di Pantai Barombong 36 pohon (ind/100m2).

Hasil pengamatan dan analisis citra pada kordinat proyeksi UTM 760667 mT- 9440052 mU, 9422747 mU atau pada proyeksi geografik (latitude/longitude) 119021’61” BT-119o30’40,58” BT dan 5o3’41,84” LS-5o13’2,72” LS, diperoleh NDVI vegetasi di daerah penelitian -0,702 sampai dengan 0,413. Tingkat kerusakan hutan mangrove berdasarkan nilai diperoleh indeks vegetasi mangrove di kawasan pesisir Kota Makassar berkisar antara: -0,78 – 0,41, untuk nilai HDVI mangrove sebesar 0,008 sampai dengan 0,242. Kondisi ini masuk dalam kategori rusak berat, kecuali di kawasan Pantai Untia (DPK Sul-Sel, 2009 in Ramli, 2010). Sebagian besar pesisir Untia merupakan pantai berlumpur dan bervegetasi mangrove serta merupakan pantai yang landai, hanya sebagian kecil pantai ini tergolong cadas, sehingga masih banyak ditemukan tumbuhan mangrove. Ekosistem mangrove di kawasan Untia tercatat sekitar 5 hingga 27 ha, memiliki ketebalan mangrove <500 m, kerapatan mangrove >15 – 25 m2. Dilihat dari segi stabilitas pantai, maka pantai ini dapat dikatakan relatif stabil dan tenang, namun cenderung maju ke arah laut akibat sedimentasi dari Sungai Mandai, sehingga masih berpotensi untuk pemanfaatan wisata mangrove (Gambar 13).

Pengelolaan kawasan Untia selama ini masih dikelola oleh masyarakat lokal (Untia) dengan cara masih sebatas pelestarian hutan mangrove, sedangkan untuk wisata, baik wisata mangrove maupun wisata kampung nelayan belum dikelola secara baik karena masyarakat lokal kurang memahami tentang bagaimana menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata. Oleh karena itu, dibutuhkan SDM yang cukup memadai dalam rangka peningkatan pengelolaan kawasan wisata, agar di masa yang akan datang dapat menjadi sebuah kawasan wisata mangrove yang berkelanjutan yang dikenal oleh para wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.

Disamping itu juga, tampak adanya gejala abrasi sepanjang sekitar 30 m di perkampungan nelayan Kelurahan Untia. Penanaman mangrove juga sedang

(6)

digalakkan oleh pihak pemerintah lokal dengan melibatkan masyarakat setempat untuk menanam mangrove sehingga sangat potensial untuk dijadikan sebagai obyek wisata baik wisata mangrove maupun wisata kampung nelayan.

5.1.4 Ekosistem Lamun

Padang lamun di kawasan pesisir Kota Makassar sudah sangat menipis dan bahkan terdegradasi akibat dari ulah manusia itu sendiri. Menipisnya padang lamun di kawasan pesisir Kota Makassar akibat terjadinya degradasi karena pembangunan pemukiman, hotel, Mall, dan industri. Sedangkan, di pulau-pulau kecil masih ditemukan lamun, namun kondisinya rusak hingga sedang. Jenis lamun yang ditemukan di perairan pulau-pulau kecil Kota Makassar antara lain: Cymodocea rotundata, Halophila sp., Halodule sp., Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, dan Enhalus acoroides. Jenis lamun Enhalus acoroides lebih dominan ditemukan hampir di seluruh perairan pulau-pulau kecil Kota Makassar.

Persentase tutupan lamun relatif tinggi dapat ditemukan di Pulau Lancukang (72,5%) dan terendah ditemukan di Pulau Kayangan (5%). Kondisi tutupan lamun diperairan Pulau Kayangan dan Pulau Lae-lae relatif rusak bahkan sangat rusak dengan persentase tutupan 5 – 21,25%. Hanya beberapa pulau yang kondisi tutupan lamun masih baik, yaitu Pulau Langkai dan Pulau Barrang Lompo dengan persentase tutupan lamun masing-masing sebesar 71,25% dan 72,5% (Gambar 9,10,11 dan 12). Permasalahan utama ekosistem padang lamun di kawasan pulau-pulau kecil Kota Makassar adalah kerusakan akibat tingginya pencemaran perairan laut oleh limbah industri dan rumah tangga serta kegiatan penimbunan dan pengerukan yang semakin meluas yang diindikasikan oleh hilangnya biota laut terutama di Pulau Kayangan dan di Pulau Lae-lae. Tidak adanya terumbu karang di Pulau Lae-lae juga menjadi salah satu faktor yang tidak mendukung kondisi lingkungan perairan bagi pertumbuhan lamun, oleh karena terumbu karang berfungsi sebagai pemecah ombak alamiah di perairan pesisir, sedangkan pertumbuhan padang lamun membutuhkan arus ombak yang tenang.

(7)

P. Bo net am bun g P. Ba rrang Lo mp o P. Ba rrang Ca dd i 5 °4 '3 0 " 5 °3 '0 0 " 5° 4 '3 0 " 5° 3 '0 0 " 11 9°16'30" 11 9°18'00" 11 9°19'30" 11 9°16'30" 11 9°18'00" 11 9°19'30" Pe ta Kondisi Eksisting Kep. Sperm onde Ma kassa r

N E W S K E PU L A U Maros Pangkajene Barru Gowa Makassar Peta Indeks : Keterangan : Garis Pantai Per aira n D angkal Darat

Daera h Perlindungan Laut (DPL) Tutupan Substr at : Karang Hidup Rubber/Kara ng Mati La mun Pas ir Sum ber :

1. Citra Landsa t ETM+ 2 007 2. Survey Lapangan

Rosm aw aty Anwar N RP. C2 61040 091

Program Studi SPL Sek olah Pascas arja na Institut Pertanian B ogor

1 0 1km

Lok asi B udidaya K erang Mutia ra

Gambar 9. Peta sebaran ekosistem dan kondisi eksisting di pulau Barrang Lompo,

(8)

P. Ko dinga reng K ek e P. Ko dinga reng Lo mp o P. Sa ma lo na 5 °9 '0 0 " 5°9 '0 0 " 5 °7 '3 0 " 5°7 '3 0 " 5 °6 '0 0 " 5° 6 '0 0 " 11 9°16'30" 11 9°16'30" 11 9°18'00" 11 9°18'00" 11 9°19'30" 11 9°19'30" N E W S K E P U L A U Maros Pangkajene Barru Gowa Makassar Peta Indeks : Sum ber :

1. C itra Lan dsat ETM+ 2007 2. Survey Lapang an

Rosm aw aty Anwar N RP. C2 61040 091

Program Studi SPL Sek olah Pascas arja na Institut Pertanian B ogor

1 0 1 km

Peta Kondisi Eksisting Kep. Sperm onde Ma kassa r

Keterangan : Garis Pantai Per aira n D angkal Darat Tutupan Substr at : Karang Hidup Rubber/Kara ng Mati La mun Pas ir

Gambar 10. Peta sebaran ekosistem dankondisi eksisting di pulau Kodinggareng Keke, Samalona dan Kodinggareng Lompo.

(9)

Peta Kondisi Eksisting Kep. Sperm onde Ma kassa r

Lum u-Lum u keci l

P. Lum u-Lum u 4 °5 8' 3 0 " 4 °5 7' 0 0 " 4° 5 8 '3 0 " 4° 5 7 '0 0 " 11 9°12'00" 11 9°13'30" 11 9°15'00" 11 9°12'00" 11 9°13'30" 11 9°15'00" N E W S Maros Pangkajene Barru Gowa Makassar K E P U L A U Peta Indeks : Sum ber :

1. C itra Lan dsat ETM+ 2007 2. Survey Lapang an

Rosm aw aty Anwar N RP. C2 61040 091

Program Studi SPL Sek olah Pascas arja na Institut Pertanian B ogor

500 0 500 1000 m

Keterangan : Garis Pantai Per aira n D angkal Darat Tutupan Substr at : Karang Hidup Rubber/Kara ng Mati La mun Pas ir

Gambar 11. Peta sebaran ekosistem dan kondisi eksisting di pulau Lumu-lumu dan Lumu-lumu kecil.

(10)

P. Lanc uk ang P. Langka i 5 °3 '0 0 " 5° 3 '0 0 " 5 °1 '3 0 " 5° 1 '3 0 " 5 °0 0' 0 0 " 5° 0 0 '0 0 " 4 °5 8' 3 0 " 4° 5 8 '3 0 " 11 9°4'3 0" 11 9°6 '00 " 11 9°7 '30 " 11 9°4'3 0" 11 9°6 '00 " 11 9°7 '30 " N E W S 1 0 1 km Keterangan : Garis Pantai Perairan Dangkal Darat Sum ber : 1. Citra Landsat E TM+ 2007 2. Survey Lapangan Rosmawaty Anwar NR P. C261040091 P rogram S tudi SPL Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Peta Indeks : Maros Pangk ajene Bar ru Gowa Maka ssa r K E P U L A U Tutupan Substrat : Karang Hidup Rubber/Karang Mati Lamun Pasir Peta Kondisi Eksisting

Kep. Sperm onde Ma kassa r

Gambar 12. Peta sebaran ekosistem dan kondisi eksisting di Pulau Lancukang, dan Pulau Langkai.

(11)

5.2 Kondisi dan Potensi Wisata Di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 5.2.1 Wisata Pantai Di Wilayah Pesisir

Kawasan pesisir Kota Makassar mempunyai sejumlah pantai yang dijadikan sebagai daerah tujuan wisata (DTW) seperti Pantai Barombong, Pantai Tanjung Merdeka, Pantai Tanjung Bayam, Pantai Anging Mammiri, Pantai Akkarena, Pantai Losari, Pantai Paotereq dan Pantai Untia. Pantai Akkarena dan Pantai Losari setiap hari ramai dikunjungi oleh wisatawan khususnya wisatawan lokal, sedangkan Pantai Barombong, Pantai Tanjung Bayam, Pantai Tanjung Merdeka dan Pantai Untia ramai dikunjungi wisatawan pada hari minggu atau hari libur.

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara dengan masyarakat lokal, masyarakat yang berkunjung atau wisatawan yang datang baik lokal maupun mancanegara ke Pantai Akkarena dan Pantai Losari, tujuannya adalah untuk melakukan rekreasi dengan berjemur di pinggir pantai. Selain itu juga, untuk tujuan duduk-duduk santai sambil menikmati angin yang bertiup sepoi-sepoi terutama pada sore hari dan juga menikmati matahari terbenam atau Sunset. Pantai Losari setiap hari ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara, mereka datang hanya duduk santai saja sambil menikmati udara di pagi hari maupun pada sore hari bahkan pada malam hari. Mereka juga mencicipi makanan yang ada dijual di sekitar pantai Losari seperti pisang epe, sarabba, dan ikan bakar. Menurut informasi dari masyarakat setempat bahwa orang senang datang di Pantai Losari karena pantainya sangat indah dan letaknya sangat strategis karena berada di kawasan Kota Makassar, dan mudah dijangkau khususnya masyarakat yang tinggal di Kota Makassar, Kabupaten Gowa, dan Kabupaten Maros.

Kegiatan wisata lainnya yang dapat dilakukan di Pantai Losari khususnya pada malam hari adalah wisata mancing, dimana wisata mancing tersebut dapat dilakukan di sekitar Anjungan Pantai Losari yang telah tersedia. Terdapat beberapa tempat untuk melakukan kegiatan memancing yaitu Pantai Barombong, Pantai Tanjung Bayam, Pantai Lette, Pantai Untia dan Pantai Losari. Hasil wawancara dengan beberapa pengunjung yang melakukan kegiatan memancing bahwa mereka datang hanya pada hari-hari tertentu saja yakni pada hari sabtu, minggu, dan hari libur, namun di Pantai Losari hampir setiap malam tetapi pada

(12)

malam minggu pengunjung jauh lebih banyak dibandingkan dengan hari biasa. Tujuan wisatawan adalah untuk dijadikan sebagai hiburan, dan kadang mereka bersama dengan keluarganya. Pengunjung yang datang memancing umumnya berasal dari masyarakat Makassar, Gowa, dan Kabupaten Maros. Sedangkan wisatawan mancanegara sangat jarang berkunjung ke lokasi ini.

Di kawasan pesisir Kota Makassar terdapat beberapa lokasi yang bisa dijadikan tempat wisata renang seperti Pantai Tanjung Bunga, Pantai Barombong, Pulau Kayangan, dan Pulau Lae-lae. Ke empat lokasi ini sering dikunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegarauntuk berenang. Para wisatawan yang datang di lokasi tersebut umumnya bersama dengan keluarganya. Selain berenang, kegiatan wisata yang dilakukan adalah olah raga pantai, berjemur, dan sekedar duduk sambil menyaksikan para pengunjung melakukan aktifitas-aktifitas wisata di tempat wisata tersebut.

5.2.2 Festival dan Perayaan Bahari di Bandar Makassar

Festival dan perayaan bahari telah menjadi agenda setiap tahun bagi Kota Makassar. Beberapa di antaranya merupakan bagian dari festival Internasional, di mana Kota Makassar ikut sebagai salah satu penyelenggaranya. Adapun kegiatan tersebut antara lain : 1) Makassar Regatte, 2) Sandeq Race dan Pesta Bandar Makassar, 3) Jolloroq Race, serta 4)Perlombaan jet sky.

1). Makassar Regatte

Sejak tahun 1990, Bandar Makassar menjadi salah satu mata rantai dalam rangkaian lomba-lomba yacht yang diadakan disekian banyak lokasi di Indonesia seusai lomba perahu layar Internasional Darwin – Ambon. Lomba Makassar Regatta biasanya diadakan pada bulan Agustus, pada tahun-tahun terakhir, penyelenggaraan mampu menarik sampai 50 unit perahu pesiar dari seluruh penjuru dunia untuk mengunjungi Kota Makassar.

2). Sandeq Race dan Pesta Bandar Makassar

Masyarakat nelayan dan Pelaut Mandar pada tahun 1995, meminta agar perlombaan perahu layar tradisional dengan tipe sandeq dengan rute Majene– Makassar. Tujuan utama penyelenggaraan perlombaan ini adalah meneruskan tradisi perlombaan perahu seusai musim penangkapan ikan terbang dan telurnya

(13)

di Selat Makassar yang di anut oleh para nelayan daerah Mandar. Pelaksanaan sandeq race pertama kali dilaksanakan pada tahun 1995 yang di fasilitasi oleh salah satu organisasi kemahasiswaan Universitas Hasanuddin (UNHAS). Dua tahun kemudian perlombaan sandeq tidak diadakan lagi, namun tahun 1998, sandeq race tersebut kembali di gelar setiap tahun secara berturut-turut. Tiga kali pelaksanaan sandeq race tersebut secara berturut-turut di bawah bimbingan Departemen Kelautan dan Perikanan yaitu pada tahun 2000, tahun 2001, dan tahun 2002. Sejak tahun 2003 pelaksanaan sandeq race diselenggarakan oleh pemerintah Propinsi Sulawesi–Selatan.

Selama ditangani oleh UNHAS dan DKP, lomba sandeq race mengambil starnya di Majene pada tanggal 11 Agustus dan tiba di Makassar pada tanggal 16 Agustus. Sejak tahun 2004, penanggalan diubah dengan mempercepat keberangkatan armada lomba yakni tanggal 10 Agustus. Penerimaan peserta sandeq race antara tahun 1999 sampai dengan tahun 2002.

Perayaan pesta Bandar Makassar yang merupakan sebuah festival musik, parade lomba di darat dan di laut sepanjang Pantai Losari setiap tanggal 15-17 Agustus yang diadakan oleh sebuah LSM asal Makassar. Sama halnya dengan sandeq race, pengadaan festival Bandar Makassar sejak tahun 2003 telah diambil alih oleh pemerintah daerah dan diberi nama baru yaitu festival Losari.

3). Jolloroq Race

Kapal Jolloroq adalah jenis kapal yang digunakan sebagai alat transportasi dari Makassar ke pulau – pulau sekitarnya, atau antar pulau. Tahun 2001 dan 2002 sekolompok pemerhati budaya Maritim Makassar mengadakan kegiatan lomba bagi perahu motor lokal tipe jolloroq. Ajang lomba selama 2 hari ini diterima dengan sangat meriah oleh para pelaut tradisional dan bahkan menarik peserta dari seluruh kawasan Selat Makassar sampai ke Kalimantan. Kegiatan Jolloroq Race dilaksanakan dalam rangka HUT Kota Makassar. Selama dua tahun yaitu tahun 2002 dan 2003, kegiatan yang amat menarik dan tidak dapat diadakan kembali. Akhir mei 2004 dilaksanakan kembali perlombaan Jolloroq yang diikuti hampir 100 perahu dalam rangka ikut memeriahkan peluncuran ekspedisi Wallacea Indonesia yang ke 2000 di Makassar. Sejak Tahun 2007 kegiatan Jolloroq Race

(14)

kembali diadakan setiap HUT Kota Makassar yang penyelenggaraannya dikelola oleh pemerintah Kota Makassar.

4). Perlombaan Jet sky

Jet sky merupakan salah satu olah raga air yang banyak diminati oleh masyarakat Makassar. Tempat penyewaan jet ski dapat kita jumpai di Kota Makassar. Teluk Losari dengan perairannya yang tenang merupakan tempat yang ideal untuk berolah raga jet ski. Tahun 2004, Kota Makassar mendapat kepercayaan sebagai penyelenggara putaran ke V perlombaan Jet ski Nasional.

5.2.3 Potensi Wisata Kampung Nelayan Untia (KNU)

Kampung nelayan Untia (KNU) sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai obyek wisata budaya maritim karena didukung oleh beberapa sumberdaya alam baik sumberdaya alam yang ada di Pesisir Untia seperti pantai, memiliki pohon mangrove yang cukup luas, dan pembangunan tempat pelelangan ikan (TPI). Kampung nelayan juga bersentuhan langsung dengan, sehingga kampung ini bisa ditata sedemikian rupa agar dapat menjadi indah, unik, dan dapat menjadi daya tarik wisata bagi pengunjung apabila lokasi ini dijadikan sebagai destinasi tujuan wisata. Oleh karena itu, pembangunan kampung nelayan Untia (KNU) kedepan diharapkan pemerintah dapat memfasilitasi Kampung ini untuk dijadikan sebagai obyek wisata. Selanjutnya berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat kampung nelayan, masyarakat sangat setuju apabila kampung nelayan Untia dijadikan sebagai daerah tujuan wisata (DTW). Adapun alasannya bahwa apabila dijadikan DTW, maka masyarakat lokal akan mendapatkan pekerjaan sampingan dan tingkat kehidupan mereka akan lebih baik sehingga kesejahteraan masyarakat lokal akan lebih makmur. Pelibatan masyarakat Untia diharapkan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan tahap evaluasi, sehingga kebijakan yang terjadi adalah dari bawah ke atas (Bottom up).

(15)

$ T $ T $ T $ T Î Î Kab. G ow a S. T allo S. Jeneberang K e c. T a m a la t e K e c. M a m a ja n g K e c. M a ris o K e c. M a k a ss a r K e c. U ju n g p a n d a n g K e c. U ju n g t a n a h K e c. W a jo K e c. B o n to a l a K e c. R a p p o c in i K e c. P a n a kk u ka n g K e c. T a llo K e c. T a m a la n re a K e c. B irin g ka n a ya 5 °1 2' 3 0 " 5° 1 2 '3 0 " 5 °1 0' 0 0 " 5°1 0 '0 0 " 5 °7 '3 0 " 5° 7 '3 0 " 5 °5 '0 0 " 5° 5 '0 0 " 11 9°22'30" 11 9°22'30" 11 9°25'00" 11 9°25'00" 11 9°27'30" 11 9°27'30"

Peta Potensi da n Jenis Kegia tan Di S epanjang P antai Kota M aka ssar

N E W S 1 0 1 K m Perairan D angk al Kaw asan Pelabuhan Batas Kec amatan Sungai Batas Kabupaten

Î Pelabuhan

Keterangan :

Pe la buhan P erika nan Nus anta ra Untia Kota M a ka ss ar Bantae ng Bar ru Bone Bulukumba Gowa Jeneponto Maka ssa r Maros Pangk ajene Sinjai Soppeng Ta kalar Peta Ind eks :

Ro smawaty A nw ar N R P. C261040091

Pr ogram Stu di SPL Seko lah Pascasarjan a Institut Pertanian Bo go r

Su mbe r Pe ta : 1. Pe ta RBI B akosu rtan al Skal a 1:5 0.00 0 2. Citra L an dsat 20 05 3. Su rvei L ap an gan 1 T P I R a j a w a l i T P I B a r o m b o n g T P I U n tia T P I P a o te r e P e la b u h a n S o e k a r n o H a ta P e la b u h a n R a k y a t P a o te re P. Ka hy an gan P. Lae -Lae

Kaw asan Perdagangan Tam bak

Ko nd isi Eksistin g & K eg iatan di K aw asan Pesisir

Mangrove $

T Tem pat Pelelangan Ikan

Gs . La e-La e 1 . P a n ta i L o s a ri P a n ta i d i K a w a s a n T a n ju n g B u n g a : 2 . A k a re n a 3 . T a n j u n g B u n g a 4 . T a n j u n g B a y a m 5 . P a n ta i B a r o m b o n g 6 . P a n ta i U n tia 4 5 3 2

Gambar 13. Peta ekosistem dan kondisi eksisting di wilayah

pesisir Kota Makassar

5.2.4 Kondisi dan Potensi Wisata Pulau

Pengusahaan wisata pulau merupakan sektor ekonomi yang penting di pulau-pulau kecil Kota Makassar, karena kawasan ini merupakan bagian kawasan pariwisata yang tidak terpisahkan dari Kota Makassar. Kawasan ini memiliki 11

(16)

pulau yang beragam, menarik dan cukup terkenal, yang telah menjadi tujuan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. Posisi geografis Kota Makassar yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar, memilliki gugusan pulau karang yang tidak jauh dari kota yang mempunyai keindahan panorama bawah laut dan pantai dengan hamparan pasir putih. Selain itu juga, terdapat keanekaragaman terumbu karang dengan berbagai macam jenis ikan dan kehidupan masyarakat nelayan tradisional yang merupakan daya tarik bagi pengembangan wisata bahari di Kota Makassar. Kondisi tersebut menjadi simpul rangkaian kunjungan wisata dengan obyek wisata budaya dan sejarah yang ada di Kota Makassar maupun di daerah lainnya di Sulawesi-Selatan bahkan di Kawasan Timur Indonesia (Gambar 9 samapai 12). Dari 11 pulau yang di miliki kota Makassar, maka tiga di antaranya yaitu Pulau Kayangan, Pulau Samalna dan Pulau Kodinggareng Keke, saat ini telah dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari.

Pulau kayangan yang dikelola penuh oleh swasta masih membutuhkan peningkatan saranan dan prasarana. Kondisi yang sama terjadi di Pulau Kodinggareng Keke sedang menunggu status pengelolaannya, oleh karena selama ini pulau Kodinggareng Keke dikelola oleh pihak asing. Pulau Samalona dan Pulau Lanyukang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai wistata diving dan snorkling masih menunggu sentuhan pemerintah khususnya kebijakan terhadap penduduk setempat yang sudah berada di pulau tersebut.

Keunggulan potensi wisata bahari di Kota Makassar yang telah diuraikan di atas, belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh Pemerintah Kota Makassar. Hal ini tercermin dari obyek-obyek wisata bahari belum menjadi primadona dan menjadi daerah tujun wisata (destinasi utama) baik bagi wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.

5.2.5 Potensi Wisata Kapal Karam (Wreck Diving)

Wreck diving adalah kegiatan penyelaman (diving) d iatas bangkai kapal karam yang merupakan salah satu jenis wisata diving yang sangat digemari pada lima tahun terakhir. Beberapa lokasi bangkai kapal karam yang terdapat di perairan pulau-pulau kecil Kota Makassar merupakan obyek wisata wreck dive yang memiliki daya tarik yang tinggi bagi penyelam professional.

(17)

Keunggulan perairan pulau-pulau kecil Kota Makassar yang memiliki sejumlah wreckspot menjadi salah satu primadona bagi wisata diving di perairan Makassar, sehingga diharapkan lokasi-lokasi ini dapat dikonservasi dari kerusakan akibat eksplotasi sumberdaya perikanan yang tidak ramah lingkungan. Adapun lokasi-lokasi wreckspot yang tersebar dipulau-pulau kecil Kota Makassar adalah sebagai berikut:

1). Kapal Maru (Sebelah barat Pulau Samalona)

Kapal Maru terletak di sebelah barat Pulau Samalona, merupakan kapal perang jepang yang panjangnya sekitar 50 meter, masih membawa amunisi dan masih dalam keadaan baik, serta berada dalam posisi tegak di sebelah Barat Pulau Samalona. Kapal yang tenggelam ditutupi oleh karang keras dan lunak dan di sekeliling kapal terdapat keanekaragaman ikan yang cukup tinggi. Kapal Maru terletak di kedalaman maximum 31 m dengan geladaknya pada kedalaman 22 – 25 m, maka penyelaman ini dianjurkan bagi penyelam yang berpengalaman dengan visibilitas 10 – 20 meter.

2). Kapal Perang

Kapal yang terdapat di Pulau Kodinggareng Keke merupakan Kapal patroli pemburu kapal selam atau gunboat yang berasal dari Jepang. Panjang kapal sekitar 30 m dan terletak di sebelah Timur Laut Pulau Kodingareng Keke. Kapal ini masih dalam keadaan cukup lengkap dengan posisi miring ke sebelah kiri lambung. Meriam di kapal ini pun masih dalam kondisi terpasang. Lambungnya tertutup dengan karang dan terdapat keanekaragaman ikan yang sangat indah. Kapal karam itu terletak di kedalaman 30 – 40 meter, sehingga dianjurkan hanya untuk penyelam berpengalaman.

3). Kapal Submarine

Kapal Submarine merupakan bangkai kapal selam USS S-36 (SS-144) dengan panjang 66 meter. Kondisi kapal sudah terbelah dua dengan bagian haluan terletak diatas karang pinggir dengan kedalaman 3 – 11 meter. Salah satu pecahan bagian tengah lambung terdapat pada slope karang pada kedalaman 25 – 40 meter. Keanekaragaman hayati laut bervariasi, karena perairan ini memiliki arus yang

(18)

kencang maka diperlukan pengalaman untuk dapat menyelam dan melihat bangkai kapal tersebut.

4). Kapal Hakko Maru

Kapal Hakko Maru terletak di pinggir karang sebelah barat daya Pulau Lae Lae dan merupakan kapal kargo besar buatan Belanda yang ditenggelamkan pada perang dunia II. Kondisi kapal sudah pecah, dan visibilitas sangatlah kurang. Di lokasi kapal dengan kedalaman 10–24 meter ini kurang memiliki keanekaragaman ikan dan karang.

5). Pesawat Pengebom Michell/Lancaster Bomber

Pesawat Michell/Lancaster Bomber merupakan pesawat pengebom yang terletak sekitar 1 mil laut dari Pulau Samalona dan terdapat di kedalaman 30 meter, sehingga untuk menikmati pemandangan kapal ini disarankan bagi penyelam yang berpengalaman. Pada dua tahun lalu, bangkai kapal pesawat yang selama ini merupakan salah satu primadona penyelaman di perairan pulau-pulau kecil Kota Makassar hampir seluruhnya dihancurkan oleh kegiatan pengeboman.

5.3 Kualitas Air Di Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Makassar 5.3.1 Di Perairan Pesisir

Kualitas air merupakan salah satu penentu utama dalam pengembangan wisata bahari. Kualitas air mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang dan keragaman ikan karang yang merupakan daya tarik utama dalam kegiatan wisata bahari. Kualitas air di sekitar saluran buangan perairan Pantai Losari Makassar (Nypah, 2003 in Ramli, 2010), ditunjukkan pada Tabel 15.

Intensitas matahari sangat berpengaruh terhadap kecerahan perairan, karena keberadaan intensitas matahari yang terserap ke dalam perairan sangat membantu keberlangsungan hidup biota laut dalam proses assimiliasi. Keputusan Menteri KLH No.51Tahun2004 tentang pedoman baku mutu air laut untuk biota laut membutuhkan intensitas kecerahan 5 m. Tingkat kecerahan di sepanjang pantai Losari Makassar mengalami fluktuasi yang berbeda dalam setiap periode musim. Sebelas pulau terluar masih memiliki tingkat kecerahan cukup tinggi. Daerah pesisir Kota Makassar khususnya Pantai Losari sudah didapati kandungan

(19)

limbah yang berasal dari uraian bahan-bahan organik yang berasal dari limbah rumah sakit, rumah tangga, perhotelan, dan pedagang kaki lima. Hal ini menyebabkan menurunnya kualitas air yang secara fisik ditandai dengan perubahan warna air laut dengan bau yang tidak sedap. Hal ini ditandai dengan berkurangnya organisme perairan seperti ikan, kepiting, dan udang yang hidup di pesisir Pantai Makassar.

Tabel 15. Kualitas air di sekitar perairan pesisir Kota Makassar.

N

o Parameter Satuan

Lokasi Sampling

Losari Tanjung

Bunga Barombong Paotereq Untia

Baku Mutu Wisata

1 Suhu C 30,7 30,5 alami 30,9 alami alami

2 Kecerahan M < 6 > 6 >5 > 3 > 5 > 6 3 pH - 7,36 7,48 7 – 8,5 6,87 7,17 7 – 8,5 4 Nitrat mg/l 0,014 0,011 0,008 168,29 0,044 8 0,008 5 Fosfat mg/l 0,020 0,013 0,015 tt 0,749 0,015

6 Salinitas o/oo 30,98 34,16 alami 30,69 33 Alami

7 Oksigen

terlarut (DO)

mg/l 6,72 6,98 >5 19,45 5,76 > 5

Sumber: Ramli (2010)

5.3.2 Perairan Pulau-Pulau Kecil Kota Makassar

Kecerahan perairan di sekitar Kepulauan Spermonde Kota Makassar berdasarkan hasil pengukuran di lapangan berkisar antara 3-22 m, artinya sampai kedalaman 3-22 m di bawah permukaan air laut objek/benda masih bisa dilihat dengan mata telanjang secara langsung. suhu udara di atas permukaan air laut disekitar Kepulauan Spermonde berkisar antara 29,5–31oC, sementara secara alami, suhu perairan laut berkisar antara 26-320C.

Hasil penelitian diperoleh kisaran salinitas perairan antara 31–36 o/oo. Nilai

pH perairan dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesa, suhu air, buangan industry dan buangan rumah tangga. Kisaran pH di lokasi penelitian adalah 7,89-8,39. Nilai parameter kualitas air secara fisika dan kimia pada 11 pulau-pulau kecil di Kota Makassar disajikan pada Tabel 16.

(20)

Tabel 16. Kualitas air di perairan pulau-pulau kecil Kota Makassar Pulau Parameter Suhu (oC) Kecerahan (m) Kedalaman (m) Arus (m/dtk) Oksigen (mg/l) pH Salinitas (o/oo) Nitrat (mg/l) Fosfat (mg/l) Langkai 30 – 31 10 – 17 2 – 20 0.06– 0.25 5.3 – 6.5 7.9 – 8.0 34 – 36 0.10-1.28 0.49-0.84 Lanyukang 30 – 31 13 – 19 2 – 31 0.04-0.28 4.9 – 6.9 7.9 – 8.0 34 – 36 0.23-0.75 0.44-0.96 Lumu-Lumu 30 – 31 11 – 18 2 – 33 0.10-0.20 5.0 – 5.3 7.9 – 8.0 34 – 35 0.13-0.68 0.63-0.80 Bonetambung 30 – 31 12 – 17 2 – 30 0.08-0.28 4.3 – 6.1 8.01-8.03 34 – 35 0.11-0.30 0.61-0.81 Barrang Caddi 30,5 15 – 18 2 – 26 0.20-0.26 4.8 – 5.6 7.91-8.04 34 – 35 0.17-1.12 0.46-1.06 Barrang Lompo 29,5 – 31 11 – 15 2 – 24 0.17-0.20 5.3 – 6.0 7.9 – 8.0 34 – 35 0.11-2.45 0.57-0.65 KodinggarengLompo 30 13 – 18 2 – 24 0.07-0.25 3.9 – 4.9 7.89 – 8.0 35 0.05-019 0.56-0.67 Kodinggareng Keke 30 – 30,5 10 – 13 2 – 31 0.10-0.18 4.0 – 4.9 7.9 - 8.0 34 – 35 0.05-0.29 0.45-0.67 Samalona 30 13 – 15 2 – 30 0.04-0.08 4.9 – 6.7 8.0 - 8.30 34 - 35 0.31-0.62 0.39-0.71 Lae-Lae 31 3 – 4 2 – 28 0.02-0.28 5.1 – 5.7 8.08-8.39 33 – 34 0.31-0.62 0.59-0.69 Kayangan 31 4 2 – 30 0.04-0.26 5.3 – 5.5 7.97-8.03 31 0.25-0.58 0.40-0.76 106

(21)

Secara umum nilai rata-rata parameter kualitas air di perairan pulau-pulau kecil Kota Makassar masih layak atau mendukung untuk melakukak aktifitas wisata bahari, kecuali di Pulau Lae-Lae dan Pulau Kayangan. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang didapatkan dari kesebelas lokasi pengambilan sampel, hanya Pulau Lae-lae dan Pulau kayangan yang melewati ambang batas kisaran baku mutu air untuk wisata bahari yang ditetapkan oleh Kepmen Negara LH No.51 Tahun 2004. Kondisi perairan kedua pulau tersebut disebabkan karena letaknya yang sangat dekat dari mainland Kota Makassar, sehingga limbah antropogenik sangat mudah masuk keperairan laut tersebut.

5.4 Kesesuaian Pemanfaatan Kawasan untuk Wisata Bahari

Kesesuaian kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Makassar untuk pemanfaatan wisata bahari dilakukan untuk mengetahui tingkat kecocokan atau kesesuaian jenis kegiatan wisata yang dikembangkan berdasarkan potensi sumberdaya alam. Analisis kesesuaian wisata bahari dalam penelitian ini meliputi: (1) wisata pantai kategori rekreasi dan mangrove, (2) wisata snorkling, dan (3) wisata selam.

Penilaian kesesuaian wisata bahari di pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Makassar dilakukan berdasarkan kriteria/parameter dengan menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan metode tumpang susun (overlay) yang disajikan dalam bentuk peta kesesuaian kawasan dan besaran luasan dengan memberikan warna yang berbeda. Masing-masing kawasan diidentifikasi secara terpisah berdasarkan kriteria/parameter kesesuaian yang telah ditentukan pada setiap penggunaan kawasan, kemudian disusun klasifikasi (pengkelasan) yang meliputi 3 (tiga) kelas kesesuaian , yaitu: sangat sesuai (S1), sesuai (S2) dan tidak sesuai (TS). .

Pembobotan pada setiap faktor pembatas ditentukan berdasarkan pada dominannya parameter tersebut terhadap suatu peruntukan. Setiap parameter diberikan besaran bobot antara 1 - 5. Pemberian skoring bertujuan untuk menilai beberapa parameter yang menjadi kriteria terhadap suatu evaluasi kesesuaian . Kelas sangat sesuai (S1) diberi skor 84-100 %, kelas sesuai (S2) diberi skor 50-83%, dan skor < 50% diberikan untuk kelas tidak sesuai (TS).

(22)

5.4.1 Kesesuaian Pemanfaatan Kawasan Pesisir untuk Wisata Bahari Kota Makassar yang secara geografis terletak di Pulau Sulawesi yang

memiliki kawasan pesisir yang sangat menarik sehingga berpotensi untuk pengembangan wisata bahari. Berdasarkan hasil analisis spasial dengan cara tumpang susun (overlay) diperoleh hasil kesesuaian wisata yaitu kawasan pesisir sesuai untuk wisata pantai kategori rekreasi dan wisata mangrove, sedangkan di pulau-pulau kecil kota Makasar sesuai untuk wisata pantai, snorkling, dan diving.

1). Kesesuaian Kawasan Pesisir untuk Wisata Pantai

Analisis kesesuaian untuk wisata pantai di pesisir Kota Makassar dengan menggunakan analisis spasial (Gambar 14) dan (Tabel 18), maka pantai di kawasan Tanjung Bunga dikategorikan sangat sesuai (S1) untuk wisata pantai dengan panjang garis pantai adalah 6443 m. Pantai Losari dikategorikan sesuai (S2) untuk wisata pantai dengan panjang garis pantai adalah 2533 m. Pantai Barombong dengan panjang garis pantai 2672 m dikategorikan sesuai untuk wisata pantai, sedangkan 4009 m dikategorikan tidak sesuai untuk wisata pantai. Pelabuhan Rakyat Paotereq dan Pantai Untia dikategorikan tidak sesuai (TS) untuk pengembangan wisata pantai.

Panjang pantai pada kelas kesesuaian S1 diperoleh panjang pantai yang lebih besar dibandingkan kelas kesesuaian S2. Kondisi ini menunjukkan bahwa Pantai Akkarena, Pantai Losari, dan Pantai Barombong masih cukup baik dan sesuai untuk dimanfaatkan sebagai tempat wisata bahari kategori wisata pantai, karena faktor-faktor pembatas yang ada untuk kegiatan ini relatif kecil. Oleh karena itu, pengembangan wisata pantai kategori rekreasi pada waktu-waktu mendatang masih dapat dilakukan dengan memperhatikan daya dukung kawasan dan pengembangan yang berkelanjutan.

Pantai di kawasan Tanjung Bunga memiliki tipe pantai yang landai dan berpasir, perairannya yang tenang, kecerahan cukup baik, dan penutupan lahan pantai berupa pohon kelapa, ketersediaan air tawar cukup tersedia serta mempunyai garis pantai terpanjang di kawasan pesisir Kota Makassar. Hal ini juga disebabkan karena di dalam kawasan Tanjung Bunga terdapat 3 pantai yang saling menyambung antara satu dengan yang lainnya, yaitu Pantai Tanjung Bayam, Pantai Akkarena, dan Pantai Anging Mammiri sehingga merupakan

(23)

kawasan kota wisata pantai yang terbesar dan menjadi tujuan wisata pantai yang utama di kota Makassar. Selain itu, sarana untuk wisata pantai di kawasan wisata Tanjung Bunga cukup tersedia.

K e c. M a n g g a la K e c. B irin g ka n a ya K e c. T a m a la n re a K e c. T a llo K e c. P a n a kk u ka n g K e c. R a p p o c in i K e c. B o n to a l a K e c. W a jo K e c. U ju n g t a n a h K e c. U ju n g p a n d a n g K e c. M a k a ss a r K e c. M a ris o K e c. M a m a ja n g K e c. T a m a la t e # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y S. Jeneberang S. T allo Kab. G ow a Î Î 5 °1 2' 3 0 " 5° 1 2 '3 0 " 5 °1 0' 0 0 " 5° 1 0 '0 0 " 5 °7 '3 0 " 5°7 '3 0 " 5 °5 '0 0 " 5°5 '0 0 " 11 9°22'30" 11 9°22'30" 11 9°25'00" 11 9°25'00" 11 9°27'30" 11 9°27'30"

P eta Ka wa san W isa ta Bahari Di S epanjang P antai Kota M aka ssar

N E W S 1 0 1 K m Perairan D angk al Kaw asan Pelabuhan Batas Kec amatan Sungai Batas Kabupaten

Î Pelabuhan

Tidak Sesuai Sangat Sesuai

Kesesuaian W isata Pan tai Keterangan :

Kaw as an W is ata ma ngrove

Bantae ng Bar ru Bone Bulukumba Gowa Jeneponto Maka ssa r Maros Pangk ajene Sinjai Soppeng Ta kalar Peta Ind eks :

R osm awati Anw ar N R P. C261040091

Program Studi SPL Sekolah Pascasarjana Ins titut Pertanian Bogor

Su mbe r Pe ta : 1. Pe ta RBI B akosu rtan al Skal a 1:5 0.00 0 2. Citra L an dsat 20 05 3. Su rvei L ap an gan 1 2 3 5 1 . P a n ta i L o s a ri 4 Ses uai P a n ta i d i K a w a s a n T a n ju n g B u n g a : 2 . A k a re n a 3 . T a n j u n g M e rd e k a 4 . T a n j u n g B a y a m 5 . P a n ta i B a r o m b o n g 6 . P a n ta i U n tia 7 7 . T a n j u n g B u n g a

Gambar 14. Peta kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi di wilayah pesisir Kota Makassar.

(24)

Adapun transportasi menuju lokasi wisata disediakan secara gratis oleh pemerintah Kota Makassar. Kawasan Tanjung Bunga merupakan kawasan wisata terpadu antara pemukiman, wisata, dan niaga. Secara administratif, pantai ini terletak dibagian Barat Kota Makassar dan terletak di Kecamatan Tamalate yang sangat strategis, tepatnya Kelurahan Tanjung Merdeka. Pantai Tanjung Bunga sangat strategis, karena di dalam kawasan Tanjung Bunga terletak tiga buah pantai yaitu Pantai Akkarena, Pantai Tanjung Bayam dan Pantai Anging Mammiri, yang saling menyambung anatara satu dengan yang lainnya. Pantai kawasan Tanjung Bunga merupakan kawasan kota wisata bahari yang terbesar dan menjadi daerah tujuan wisata pantai yang utama di Kota Makasar.

Pantai Akkarena yang merupakan salah satu pantai yang terdapat di dalam kawasan Tanjung Bunga, memiliki luas sekitar 3,37 km2. Jarak Pantai akkarena dari pusat Kota Makassar sekitar 3 km dan dapat ditempuh sekitar 10-15 menit. Pantai Akkarena merupakan salah satu pantai yang ramai dikunjungi wisatawan baik dari luar Kota Makassar maupun dari sekitar Kota Makassar terutama di musim liburan dan pada akhir pekan. Aktifitas wisata yang dapat dilakukan di Pantai Akkarena adalah berenang atau hanya sekedar menikmati indahnya panorama pantai sembari menghilangkan kepenatan dan kejenuhan setelah melakukan rutinitas. Adapun yang menjadi atraksi wisata bagi pengunjung adalah jet ski, atraksi hobbies, dan berenang. Pantai Akkarena memiliki sarana wisata yang cukup tersedia antara lain adalah sarana bermain seperti banana boat, luncuran, dan juga tersedia olah raga pantai seperti lapangan volly pantai.

Infrastruktur di Pantai Akkarena cukup memadai dan akses transportasi menuju lokasi wisata Pantai Akkarena ini cukup baik, lapangan parkir yang sangat luas, restaurant, serta memiliki jety sebagai tempat bersantai dan home stay bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Kawasan Tanjung Bunga juga memiliki obyek wisata selain dari wisata pantai yaitu wisata muara Sungai Jeneberang, Moll GTC sebagai wisata belanja. Pantai Akkarena juga berbatasan langsung dengan Pantai Tanjung Bayam dan Pantai Angin Mammiri, Pantai Barombong, dan Sungai Jeneberang. Hasil analisis kesesuaian dengan menggunakan analisis spasial lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 12.

(25)

Pantai Tanjung Bayam dan Pantai Angin Mammiri memiliki struktur ekologi atau vegetasi pantai yang beraneka ragam yaitu: berpasir, tambak, tanaman pohon waru, pohon kelapa, pohon pisang, petai cina, dan memiliki pula tempat peristirahatan antara lain: tenda untuk disewa, home stay (balla-balla). Selain hal tersebut, bagi pengunjung yang ingin berenang tersedia juga ban yang disewakan oleh masyarakat lokal. Kedua pantai tersebut sering juga di kunjungi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara, khususnya pada hari Minggu, dan hari libur. Penduduk setempat pada hari minggu dan hari libur banyak yang mempersewakan rumahnya untuk dijadikan sebagai tempat istirahat bagi para wisatawan yang datang, sehingga mereka mendapatkan tambahan pendapatan dari hasil sewa rumah tersebut. Pantai ini memiliki potensi yang strategi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata karena pantai ini sangat dekat dengan Kota Makassar dan aksesnya mudah di jangkau oleh para wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisata mancanegara. Masyarakat Tanjung Bayam sangat ramah bila mereka kedatangan tamu baik tamu dari pihak keluarga maupun dari pihak manapun, mereka tidak memilah–milah, semua pengunjung diperlakukan seperti keluarga sendiri.

Hasil analisis spatial untuk kesesuaian wisata pantai, menunjukkan bahwa Pantai Barombong dikategorikan sesuai (S2) untuk wisata pantai. Hal ini disebabkan karena pantainya berpasir masing-masing parameter yaitu; kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar pantai, kecepatan arus, kecerahan, penutupan lahan pantai, dan ketersediaan air tawar yang cukup, sehingga Pantai Barombong berada pada kategori sesuai untuk pengembangan wisata pantai. Selain itu, Pantai Barombong juga memiliki tempat peristirahatan berupa home stay sebagai tempat bersantai bagi wisatawan, sehingga menambah keindahan alam pantainya. Kawasan ini sangat ramai di kunjungi oleh wisatawan lokal terutama pada hari minggu dan hari libur.

Hasil wawancara dengan masyarakat Barombong (2007) mengatakan bahwa dalam pengelolaan wisata Pantai Barombong hingga saat ini masyarakat lokal kurang dilibatkan karena pengelolaannya masih toff-down artinya dari atas kebawah, sehingga masyarakat lokal kurang berpartisipasi karena mereka tidak pernah diajak untuk duduk bersama mencari solusi agar kawasan wisata tersebut

(26)

dikelola secara bersama dengan masyarakat lokal. Keputusan penuh masih ada pada pihak pemerintah daerah tingkat I Propinsi Sulawesi-Selatan. Perhatian pemerintah terhadap perkembangan wisata di kawasan Pantai Barombong masih rendah.

Hasil analisis kesesuain, menunjukkan bahwa Pantai Losari sesuai (S2) untuk pengembangan wisata pantai karena masing-masing parameter yang digunakan yakni; kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar pantai, kecepatan arus, kecerahan, dan ketersediaan air tawar masih sesuai untuk wisata pantai kategori rekreasi serta didukung oleh perairan yang relatif tenang sepanjang tahun dengan keindahan panorama sunset yang sangat indah dikala matahari senja. Pesisir Pantai Losari terletak pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Pantai Losari merupakan ikon wisata di Kota Makassar. Para wisatawan baik domestik maupun mancanegara dapat menyaksikan keindahan alam Pantai Losari yang berupa sunset di waktu senja atau menikmati suasana Pantai Losari pada malam hari sambil menikmati makanan sea food atau makanan khas Kota Makassar yang banyak dijajakan pedagang sepanjang Pantai Losari. Pantai Losari merupakan Icon obyek wisata di Kota Makassar karena letaknya sangat strategis dan bersentuhan langsung dengan Kota Makassar, oleh sebab itu apabila para pendatang atau wisatawan yang datang di Kota Makassar sangatlah rugi apabila tidak mampir sejenak untuk menikmati keindahan alam di Pantai Losari Makassar. Pantai Losari ini sering ramai dikunjungi orang utamamnya di malam hari baik dari masyarakat lokal, masyarakat pendatang maupun mancanegara.

Selain wisata bahari, Pantai Losari juga di kenal dengan obyek wisata sejarah dan budaya seperti lokasi Benteng Ujung Pandang/ Fort Rotterdam, dan Pelabuhan Kayu Bangkoa. Sarana sosial budaya yang terdapat di Pantai Losari sebagai pendukung atraksi wisata adalah: sepeda air, bebek air, restaurant terapung, anjungan, panggung hiburan, taman bermain, hotel, wisata kuliner, kerajinan khas Sulsel, emas, Wisata Belanja, Pelabuhan Kayu Bangkoa, serta Pelabuhan Sukarno Hatta. Kelengkapan sarana-sarana tersebut menyebabkan banyak wisatawan yang tertarik untuk berkunjung ketempat ini dengan berekreasi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan keluarga. Letak yang sangat

(27)

strategis menyebabkan kawasan wisata ini mudah diakses dan telah menjadi tujuan wisata yang utama di Kota Makassar. Akses untuk menuju lokasi ini dapat ditempuh dari berbagai sudut Kota Makassar karena letaknya yang sangat strategis dan memiliki sarana pendukung yaitu; museum, pusat suaka peninggalan purbakala, serta didukung oleh areal parkir yang luas, restaurant, penjual souvenir, dan lain-lain.

Hasil analisis spasial untuk kesesuaian wisata bahari menunjukkan bahwa Pelabuhan Rakyat Paotereq tidak sesuai (TS) untuk pengembangan wisata pantai. Hal ini disebabkan karena pantainya berbatu dantidak berpasir serta kekeruhannya yang sangat tinggi sehingga tidak memenuhi standar wisata pantai. Selain itu, pelabuhan Paotereq setiap hari ditempati kapal-kapal untuk berlabuh. Kapal yang berlabuh disini adalah kapal-kapal tradisional yang melayani pulau-pulau kecil yang berada di kawasan spermonde antara Makassar – Pangkep maupun antar provinsi. Hasil analisis spatial juga menunjukkan bahwa Pantai Untia tidak sesuai (TS) untuk dijadikan obyek wisata pantai karena tipe pantainya berlumpur dan sebagian tergolong cadas.

2). Kesesuaian Kawasan Pesisir untuk Wisata Mangrove

Hasil analisis spasial menunjukkan bahwa Pantai Untia dikategorikan sangat sesuai (S1) untuk wisata mangrove. Hal ini disebabkan karena, Pantai Untia sebagian besar merupakan pantai berlumpur dan merupakan pantai yang landai, dan hanya sebagian kecil pantai ini tergolong cadas, sehingga sangat mendukung untuk pertumbuhan mangrove. Jumlah luasan hutan mangrove di Pantai Untia adalah kurang lebih 5 - 27 ha, yang berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata mangrove karena masih memiliki lahan mangrove yang cukup luas, sehingga masih banyak di tempati ikan untuk memijah, dan mencari makan. Dilihat dari segi stabilitas pantainya, maka pantai ini dapat dikatakan relatif stabil dan tenang dan berlumpur, namun cenderung maju ke arah laut akibat sedimentasi dari Sungai Mandai. Pantai Untia secara geografis terletak pada bagian Selatan Kota Makassar dengan luas 2,89 km2. Ini terlihat pada peta kesesuaian (Gambar 15) yang di beri warna hijau dengan kode polygon: A, B, dan C. Sedangkan kategori sesuai (S2) adalah berwarna ungu dengan polygon E dan F, dan polygon G dan H dikategorikan tidak sesuai (S3) dan diberi warna abu-abu.

(28)

Pe ta Ke sesuaia n W isata Man grove Keluraha n U ntia Kec. Biringkan aya

Ko ta Ma ka ssa r

Lah an Ko so ng Pe mu kim an Nelay an

De s a Un tia Kec. B iringka na ya

K ota Mak assa r

Kab. M aros Lah an Ko so ng 5 °4 '3 0 " 5°4 '3 0 " 5 °4 '0 0 " 5°4 '0 0 " 5 °3 '3 0 " 5°3 '3 0 " 11 9°27'30" 11 9°27'30" 11 9°28'00" 11 9°28'00" 11 9°28'30" 11 9°28'30" 11 9°29'00" 11 9°29'00" 11 9°29'30" 11 9°29'30" N E W S 300 0 300 m Bantae ng Bar ru Bone Bulukumba Gowa Jeneponto Maka ssa r Maros Pangk ajene Sinjai Soppeng Ta kalar Pe ta I nde k s :

Kesesuaian wis ata m angr ov e : Sangat Ses uai Sesuai Tidak S esuai Tambak Batas Kabupaten Keterangan : Ro smawaty A nw ar N R P. C261040091 Pr ogram Stu di SPL Seko lah Pascasarjan a Institut Pertanian Bo go r

Gambar 15. Peta kesesuaian wisata pantai kategori mangrove Kota Makassar

Kehadiran kawasan wisata budaya Kampung Nelayan Untia (KNU) di pesisir pantai Untia juga sangat mendukung bagi pengembangan wisata mangrove. Penanaman mangrove juga sedang digalakkan oleh pihak pemerintah lokal dengan melibatkan masyarakat setempat sehingga, masyarakat lokal memperoleh pekerjaan tambahan selain menangkap ikan. Di kawasan Untia saat ini juga sedang dibangun Pelabuhan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

Wisata Kampung Nelayan di pesisir Pantai Untia sebagai pendukung wisata mangrove, juga cukup potensial untuk dikembangkan karena lokasinya bersentuhan langsung dengan laut. Kampung Nelayan ini memiliki kanal-kanal yang masih memerlukan penataan yang serius, sehingga memiliki daya tarik wisata tinggi. Kampung Nelayan ini kanalnya juga bersentuhan langsung dengan laut, sehingga apabila ditata dengan baik maka, tentu semakin menarik bagi wisatawan untuk berkunjung, atraksi wisata yang dapat dilakukan bagi wisatawan adalah berperahu keliling kanal di kawasan Kampung Nelayan sambil memancing ikan dan mengenal lebih dekat tentang budaya masyarakat nelayan.

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian untuk pengembangan wisata pesisir Kota Makassar maka ke lima obyek daerah tujuan wisata pesisir (ODTWP)

(29)

tersebut di atas baik secara ekologi, sosial, dan ekonomi, maka yang dikategorikan sangat sesuai (S1) untuk wisata pantai adalah Pantai Akkarena. Pantai Barombong dan Pantai Losari dikategorikan sesuai (S2) untuk wisata pantai, sedangkan pantai Paotereq dan Pantai Untia dikategorikan tidak sesuai (TS) untuk wisata pantai, tetapi Pantai Untia dikategorikan sangat sesuai (S1) untuk wisata mangrove.

5.4.2 Kesesuaian Pulau-Pulau Kecil untuk Wisata Bahari

Penilaian kesesuaian wisata bahari di pulau-pulau kecil Kota Makassar dilakukan berdasarkan kriteria/parameter dengan menggunakan pendekatan sistem informasi geografis (SIG) dengan metode tumpang susun (overlay) yang disajikan dalam bentuk peta kesesuaian lahan dan besaran luasan dengan memberikan warna yang berbeda (Gambar 13). Masing-masing kawasan diidentifikasi secara terpisah berdasarkan kriteria/parameter kesesuaian yang telah ditentukan pada setiap penggunaan kawasan, kemudian disusun klasifikasi (pengkelasan) yang meliputi 3 (tiga) kelas kesesuaian yaitu; sangat sesuai (S1), sesuai (S2) dan tidak sesuai (TS).

Hasil analisis kesesuaian wisata bahari yang didapatkan dari masing-masing kesesuaian tersebut, kemudian dilakukan overlay lagi, sehingga diperoleh satu peta overlay dari berbagai peruntukan kegiatan wisata bahari yang terdiri dari 3 jenis kegiatan, yaitu wisata pantai, wisata snorkling, dan wisata diving. Hasil overlay menunjukkan bahwa satu pulau terdapat beberapa kesesuaian wisata bahari, namun tidak terjadi tumpang tindih kegiatan di dalam ruang yang sama. Secara ilustratif, peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari di kawasan pulau-pulau kecil Kota Makassar disajikan pada Gambar 16, 17, 18, 19, dan 20. Kesesuaian wisata bahari di pulau-pulau kecil Kota Makassar dibagi dalam tiga kategori wisata yaitu; wisata pantai kategori rekreasi, wisata snorkling, dan kategori wisata diving.

(30)

P. Langka i P. Lanc uk ang 5 °3 '0 0 " 5°3 '0 0 " 5 °1 '3 0 " 5°1 '3 0 " 5 °0 0' 0 0 " 5°0 0 '0 0 " 4 °5 8' 3 0 " 4°5 8 '3 0 " 11 9°4'3 0" 11 9°6 '00 " 11 9°7 '30 " 11 9°4'3 0" 11 9°6 '00 " 11 9°7 '30 "

Peta Kesesuaian Wisata Bahari Kep. Spermonde Makassar

N E W S 1 0 1 km Peta Indeks : Keterangan : Garis Pantai Perairan Dangkal Darat Sum ber : 1. Citra Landsat E TM+ 2007 2. Survey Lapangan Rosmawaty Anwar NR P. C261040091 P rogram S tudi SPL Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Maros Pangk ajene Bar ru Gowa Maka ssa r KE P UL AU Wisata Pantai Wisata Selam Wisata Snorkling Kesesuaian W isata Bahari :

Gambar 16. Peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari

(31)

P. Sa ma lo na P. Ko dinga reng Lo mp o P. Ko dinga reng K ek e 5 °9 '0 0 " 5°9 '0 0 " 5 °7 '3 0 " 5°7 '3 0 " 5 °6 '0 0 " 5°6 '0 0 " 11 9°1 6 '3 0 " 11 9°1 6 '3 0 " 11 9°1 8 '0 0 " 11 9°1 8 '0 0 " 11 9°1 9 '3 0 "

11 9°1 9 '3 0 " Peta Kese suaian W is ata Ba hari

Ke p. Spe rmonde Makas sar

N E W S KE P U LA U A N SP E R M ON D E Maros Pangkajene Barru Gowa Makassar Peta Indeks : Keterangan : Garis Pantai Per aira n D angkal Darat

Sum ber :

1. C itra Lan dsat ETM+ 2007 2. Survey Lapang an

Rosm aw aty Anwar N RP. C2 61040 091

Program Studi SPL Sek olah Pascas arja na Institut Pertanian B ogor

1 0 1 km

Wisata Panta i Wisata Selam Wisata Snorkling Kese suaian W is ata Ba ha ri :

Gambar 17. Peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari di Pulau Kodinggareng Keke

(32)

Gs . Lum u-Lum u ke cil P. Lum u-Lum u 4 °5 8' 3 0 " 4 °5 7' 0 0 " 4° 5 8 '3 0 " 4° 5 7 '0 0 " 11 9°1 2'00 " 11 9°13 '30 " 11 9°1 5'00 " 11 9°1 2'00 " 11 9°13 '30 " 11 9°1 5'00 "

Peta Kese suaian W is ata Ba hari Ke p. Spe rmonde Makas sar

N E W S Maros Pangkajene Barru Gowa Makassar KE P U LA U A N SP E R M ON D E Peta Indeks : Keterangan : Garis Pantai Per aira n D angkal Darat

Sum ber :

1. C itra Lan dsat ETM+ 2007 2. Survey Lapang an

Rosm aw aty Anwar N RP. C2 61040 091

Program Studi SPL Sek olah Pascas arja na Institut Pertanian B ogor

500 0 500 1000 m

Wisata Panta i Wisata Selam Wisata Snorkling Kese suaian W is ata Ba ha ri :

Gambar 18. Peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari di Pulau Lumu-lumu

(33)

Î Ko ta Makassar P. Kahyangan P. L ae-L ae 5 °8 '0 0 " 5° 8 '0 0 " 5 °7 '2 0 " 5°7 '2 0 " 5 °6 '4 0 " 5° 6 '4 0 " 11 9°23 '2 0" 11 9°23 '2 0" 11 9°2 4'0 0" 11 9°2 4'0 0"

Peta Kesesuaian Wisata Bahari Kep. Sperm onde Makassar

N E W S Keterangan : Garis Pantai Perairan Dangkal Darat Sum ber : 1. Citra Landsat E TM+ 2007 2. Survey Lapangan Rosmawaty Anwar NR P. C261040091 P rogram S tudi SPL Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

250 0 250 Me ters KE P UL A U AN S P E R M ON D E Maros Pangk ajene Bar ru Gowa Maka ssa r Peta Indeks : Wisata Pantai Wisata Selam Wisata Snorkling Kesesuaian W isata Bahari :

Gambar 19. Peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari

(34)

Peta Kese suaian W is ata Ba hari Ke p. Spe rmonde Makas sar

N E W S 1 0 1 km P. Ba rrang Ca dd i P. Ba rrang Lo mp o P. Bo net am bun g 5 °4 '3 0 " 5 °3 '0 0 " 5° 4 '3 0 " 5° 3 '0 0 " 11 9°16'30" 11 9°18'00" 11 9°19'30" 11 9°16'30" 11 9°18'00" 11 9°19'30" K E PU LA U Maros Pangkajene Barru Gowa Makassar Keterangan : Garis Pantai Per aira n D angkal Darat

Wisata Panta i Wisata Selam Wisata Snorkling Kese suaian W is ata Ba ha ri :

Sum ber :

1. Citra Landsa t ETM+ 2 007 2. Survey Lapangan

Peta Indeks :

Rosm aw aty Anwar N RP. C2 61040 091

Program Studi SPL Sek olah Pascas arja na Institut Pertanian B ogor

Gambar 20. Peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari di Pulau Bonetambung, Barrang Lompo dan Barrang Caddi

(35)

1). Kesesuaian Pulau-Pulau Kecil untuk Wisata Pantai Kategori Rekreasi

Evaluasi kelas kesesuaian wisata bahari di pulau-pulau kecil Kota Makassar untuk wisata pantai kategori rekreasi dilakukan dengan mempertimbangkan 7 parameter yaitu; kedalaman perairan, tipe pantai, substrat dasar perairan, kecepatan arus, kecerahan perairan, biota berbahaya, serta ketersediaan air tawar (Bengen dkk, 2002; Yulianda, 2007). Setiap parameter diberikan bobot dan skor berdasarkan tingkat kepentingan atau pengaruhnya terhadap kegiatan rekreasi pantai.

Hasil analisis spasial kesesuaian wisata bahari di pulau-pulau kecil Kota Makassar, untuk wisata pantai kategori rekreasi (Gambar 16, 17, 18, 19, dan 20) menunjukkan bahwa kesesuaian wisata pantai untuk kelas sangat sesuai terdiri dari 3 pulau yaitu P. Kayangan, P. Samalona, dan P. Lanyukang (Lampiran 3, 4, dan 5). Pada kelas S2 (sesuai) terdiri dari 3 pulau, yaitu; P. Bonetambung, Kodinggareng Keke, dan P. Langkai (Lampiran 2, 3, dan 4). Kelas kesesuaian dengan kategori sangat sesuai (S1) mempunyai total garis pantai sepanjang 2857,03 m yang terdiri dari 3 pulau yaitu P. Kayangan 372,65 m, P. Samalona 960,23 m, dan P. Lanyukang 1524,15 m. Panjang garis pantai tertinggi terdapat di P. Lanyukkang yaitu sepanjang 1524,15 m dan yang terendah di P. Kayangan yaitu 372,65 m. Pada kelas kesesuaian dengan kategori sesuai (S2) diperoleh total panjang garis pantai sebesar 854,9 m yang terdiri dari tiga pulau, yaitu P. Bonetambung 254,31 m, P. Kodinggareng Keke 263,45 m, dan P. Langkai 960,23 m. Panjang garis pantai tertinggi terdapat di P. Langkai yaitu sepanjang 960,23 m, dan panjang garis pantai terendah yaitu 263,45 m terdapat di P. Bonetambung, sehingga didapatkan total panjang garis pantai yang sesuai untuk wisata pantai kategori rekreasi adalah 3711,93 m. Secara rinci luasan kesesuaian kawasan wisata pantai kategori wisata rekreasi pada setiap pulau disajikan pada Tabel 18 dan secara deskriptif disajikan pada Gambar 16, 17, 18, 19 dan 20.

Berdasarkan panjang garis pantai yang didapatkan pada masing-masing kelas kesesuaian, ternyata kelas kesesuaian S1 (kategori sangat sesuai) yang memiliki panjang garis pantai terbesar yaitu mencapai 2857,03 m dibandingkan dengan kelas S2 (kategori sesuai) dengan panjang garis pantai mencapai 854,9 m. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan wisata pantai pada dasarnya mengutamakan

(36)

lokasi-lokasi yang memiliki taman laut dengan garis pantai yang panjang, pantai berpasir dan landai, kecepatan arus yng lemah serta ditunjang oleh vegetasi pantai berupa pohon kelapat, waru laut, cemara laut dan lain sebagainya yang merupakan cirri khas pesisir pulau. Pantai yang mempunyai garis pantai yang panjang memberikan panorama yang sangat indah dan apabila ditunjang oleh aksesibilitas yang mudah merupakan obyek wisata yang bernilai jual tinggi dan merupakan modal utama untuk pengembangan wisata pantai kategori rekreasi. Pulau yang termasuk ke dalam kategori tidak sesuai, pada beberapa sisi disetiap pulau memiliki faktor pembatas yang cukup berat sehingga pemanfaatannya tidak sesuai untuk wisata pantai kategori wisata rekreasi (Yudaswara, 2004).

Hasil pengamatan di lapangan menunjukakan bahwa kesesuaian kawasan yang didasarkan pada parameter yang menjadi kriteria penilaian untuk pemanfaatan wisata pantai kategori rekreasi masih cukup baik, seperti kedalaman dasar perairan 15 m, kecerahan perairan yang menembus sampai kedalaman 6 m yang berarti memiliki perairan yang jernih. Tipe pantai pasir putih sedikit karang, material/substrat dasar karang berpasir, kecepatan arus relative rendah (12 m/dtk), dan kurangnya biota berbahaya, serta penutupan lahan pantai berupa pohon kelapa yang memberikan panorama pantai yang indah dan sejuk. Parameter ketersediaan air tawar yang berjarak 0,5 – 1 km. Tersedianya sarana tranfortasi dan informasi juga merupakan faktor pendukung kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi.

Yulianda (2007) dan Baksir (2010) menyatakan bahwa kesesuaian lahan untuk wisata pantai didasarkan pada panjang garis pantai dan keberadaan panorama alam pantai pasir putih dengan perairan yang jernih dan tenang. Pantai yang mempunyai garis pantai yang panjang memberikan panorama yang sangat indah dan apabila ditunjang oleh aksesibilitas yang mudah merupakan obyek wisata yang bernilai jual tinggi dan merupakan modal utama untuk pengembangan wisata pantai kategori rekreasi. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan menunjukakan bahwa kesesuaian kawasan yang didasarkan pada parameter yang menjadi kriteria penilaian untuk pemanfaatan wisata pantai kategori rekreasi masih cukup baik, seperti kedalaman dasar perairan 15 m, kecerahan perairan yang menembus sampai kedalaman 6 m sehingga memiliki perairan yang jernih, tipe pantai pasir putih sedikit karang, material/substrat dasar karang berpasir,

Gambar

Tabel 13.  Persentase tutupan karang di pulau-pulau kecil Kota Makassar                    pada kedalaman 10 m
Gambar 12.  Peta sebaran ekosistem dan kondisi eksisting      di Pulau Lancukang, dan Pulau Langkai
Tabel 15.   Kualitas air di sekitar perairan pesisir Kota Makassar.
Gambar 14.  Peta kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi   di wilayah pesisir Kota Makassar
+7

Referensi

Dokumen terkait

DALAM ANALISIS DIPLOMASI ANGKATAN LAUT INDONESIA MELALUI PENGIRIMAN SATGAS MARITIM TNI PADA MISI UNIFIL MTF..

sesuai dengan penelitian ini dimana pupuk organik cair dengan perlakuan 40% adalah perlakuan yang memiliki tinggi tanaman dan jumlah daun tertinggi oleh sebab

Partisipasi tersebut terkait kedekatan publik dengan figur pemimpinnya, dalam hal ini adalah kesamaan ide atau gagasan dalam membangun sebuah kota

◦ Pada stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi

Berdasarkan uraian teori dan beberapa hasil penelitian terdahulu maka dalam penelitian ini yang menjadi variable independen adalah Current Ratio, Debt to Equity

Firman Allah SWT di atas tidak memberi pengertian bahwa larangan memaksa mereka melacurkan diri adalah jika mereka tidak menyukainya. Akan tetapi, meskipun mereka menyukainya

ditemukan bahwa mahasiswa yang menggunakan media edmado lebih tinggi dari pada cetak pada mahasiswa yang memiliki sikap positif terhadap mata kuliah PAI , (4) ada

- Pembangunan Gedung Dinas Sosial dan Tenaga Kerja 3.378.000.000 APBD Jasa Konst ruksi Pelelangan Um um Tri Wulan I.. - Jasa Konsultasi Perencanaan 75.000.000 Jasa Konsult