• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesesuaian Pulau-Pulau Kecil untuk Wisata Bahari

5.4 Kesesuaian Pemanfaatan Kawasan untuk Wisata Bahari

5.4.2 Kesesuaian Pulau-Pulau Kecil untuk Wisata Bahari

Penilaian kesesuaian wisata bahari di pulau-pulau kecil Kota Makassar dilakukan berdasarkan kriteria/parameter dengan menggunakan pendekatan sistem informasi geografis (SIG) dengan metode tumpang susun (overlay) yang disajikan dalam bentuk peta kesesuaian lahan dan besaran luasan dengan memberikan warna yang berbeda (Gambar 13). Masing-masing kawasan diidentifikasi secara terpisah berdasarkan kriteria/parameter kesesuaian yang telah ditentukan pada setiap penggunaan kawasan, kemudian disusun klasifikasi (pengkelasan) yang meliputi 3 (tiga) kelas kesesuaian yaitu; sangat sesuai (S1), sesuai (S2) dan tidak sesuai (TS).

Hasil analisis kesesuaian wisata bahari yang didapatkan dari masing-masing kesesuaian tersebut, kemudian dilakukan overlay lagi, sehingga diperoleh satu peta overlay dari berbagai peruntukan kegiatan wisata bahari yang terdiri dari 3 jenis kegiatan, yaitu wisata pantai, wisata snorkling, dan wisata diving. Hasil overlay menunjukkan bahwa satu pulau terdapat beberapa kesesuaian wisata bahari, namun tidak terjadi tumpang tindih kegiatan di dalam ruang yang sama. Secara ilustratif, peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari di kawasan pulau-pulau kecil Kota Makassar disajikan pada Gambar 16, 17, 18, 19, dan 20. Kesesuaian wisata bahari di pulau-pulau kecil Kota Makassar dibagi dalam tiga kategori wisata yaitu; wisata pantai kategori rekreasi, wisata snorkling, dan kategori wisata diving.

P. Langka i P. Lanc uk ang 5 °3 '0 0 " 3 '0 0 " 5 °1 '3 0 " 1 '3 0 " 5 °0 0' 0 0 " 0 0 '0 0 " 4 °5 8' 3 0 " 5 8 '3 0 " 11 9°4'3 0" 11 9°6 '00 " 11 9°7 '30 " 11 9°4'3 0" 11 9°6 '00 " 11 9°7 '30 "

Peta Kesesuaian Wisata Bahari Kep. Spermonde Makassar

N E W S 1 0 1 km Peta Indeks : Keterangan : Garis Pantai Perairan Dangkal Darat Sum ber : 1. Citra Landsat E TM+ 2007 2. Survey Lapangan Rosmawaty Anwar NR P. C261040091 P rogram S tudi SPL Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Maros Pangk ajene Bar ru Gowa Maka ssa r KE P UL AU Wisata Pantai Wisata Selam Wisata Snorkling Kesesuaian W isata Bahari :

Gambar 16. Peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari

P. Sa ma lo na P. Ko dinga reng Lo mp o P. Ko dinga reng K ek e 5 °9 '0 0 " 9 '0 0 " 5 °7 '3 0 " 7 '3 0 " 5 °6 '0 0 " 6 '0 0 " 11 9°1 6 '3 0 " 11 9°1 6 '3 0 " 11 9°1 8 '0 0 " 11 9°1 8 '0 0 " 11 9°1 9 '3 0 "

11 9°1 9 '3 0 " Peta Kese suaian W is ata Ba hari

Ke p. Spe rmonde Makas sar

N E W S KE P U LA U A N SP E R M ON D E Maros Pangkajene Barru Gowa Makassar Peta Indeks : Keterangan : Garis Pantai Per aira n D angkal Darat

Sum ber :

1. C itra Lan dsat ETM+ 2007 2. Survey Lapang an

Rosm aw aty Anwar N RP. C2 61040 091

Program Studi SPL Sek olah Pascas arja na Institut Pertanian B ogor

1 0 1 km

Wisata Panta i Wisata Selam Wisata Snorkling Kese suaian W is ata Ba ha ri :

Gambar 17. Peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari di Pulau Kodinggareng Keke

Gs . Lum u-Lum u ke cil P. Lum u-Lum u 4 °5 8' 3 0 " 4 °5 7' 0 0 " 5 8 '3 0 " 5 7 '0 0 " 11 9°1 2'00 " 11 9°13 '30 " 11 9°1 5'00 " 11 9°1 2'00 " 11 9°13 '30 " 11 9°1 5'00 "

Peta Kese suaian W is ata Ba hari Ke p. Spe rmonde Makas sar

N E W S Maros Pangkajene Barru Gowa Makassar KE P U LA U A N SP E R M ON D E Peta Indeks : Keterangan : Garis Pantai Per aira n D angkal Darat

Sum ber :

1. C itra Lan dsat ETM+ 2007 2. Survey Lapang an

Rosm aw aty Anwar N RP. C2 61040 091

Program Studi SPL Sek olah Pascas arja na Institut Pertanian B ogor

500 0 500 1000 m

Wisata Panta i Wisata Selam Wisata Snorkling Kese suaian W is ata Ba ha ri :

Gambar 18. Peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari di Pulau Lumu-lumu

Î Ko ta Makassar P. Kahyangan P. L ae-L ae 5 °8 '0 0 " 8 '0 0 " 5 °7 '2 0 " 7 '2 0 " 5 °6 '4 0 " 6 '4 0 " 11 9°23 '2 0" 11 9°23 '2 0" 11 9°2 4'0 0" 11 9°2 4'0 0"

Peta Kesesuaian Wisata Bahari Kep. Sperm onde Makassar

N E W S Keterangan : Garis Pantai Perairan Dangkal Darat Sum ber : 1. Citra Landsat E TM+ 2007 2. Survey Lapangan Rosmawaty Anwar NR P. C261040091 P rogram S tudi SPL Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

250 0 250 Me ters KE P UL A U AN S P E R M ON D E Maros Pangk ajene Bar ru Gowa Maka ssa r Peta Indeks : Wisata Pantai Wisata Selam Wisata Snorkling Kesesuaian W isata Bahari :

Gambar 19. Peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari

Peta Kese suaian W is ata Ba hari Ke p. Spe rmonde Makas sar

N E W S 1 0 1 km P. Ba rrang Ca dd i P. Ba rrang Lo mp o P. Bo net am bun g 5 °4 '3 0 " 5 °3 '0 0 " 4 '3 0 " 3 '0 0 " 11 9°16'30" 11 9°18'00" 11 9°19'30" 11 9°16'30" 11 9°18'00" 11 9°19'30" K E PU LA U Maros Pangkajene Barru Gowa Makassar Keterangan : Garis Pantai Per aira n D angkal Darat

Wisata Panta i Wisata Selam Wisata Snorkling Kese suaian W is ata Ba ha ri :

Sum ber :

1. Citra Landsa t ETM+ 2 007 2. Survey Lapangan

Peta Indeks :

Rosm aw aty Anwar N RP. C2 61040 091

Program Studi SPL Sek olah Pascas arja na Institut Pertanian B ogor

Gambar 20. Peta hasil overlay berbagai kesesuaian wisata bahari di Pulau Bonetambung, Barrang Lompo dan Barrang Caddi

1). Kesesuaian Pulau-Pulau Kecil untuk Wisata Pantai Kategori Rekreasi

Evaluasi kelas kesesuaian wisata bahari di pulau-pulau kecil Kota Makassar untuk wisata pantai kategori rekreasi dilakukan dengan mempertimbangkan 7 parameter yaitu; kedalaman perairan, tipe pantai, substrat dasar perairan, kecepatan arus, kecerahan perairan, biota berbahaya, serta ketersediaan air tawar (Bengen dkk, 2002; Yulianda, 2007). Setiap parameter diberikan bobot dan skor berdasarkan tingkat kepentingan atau pengaruhnya terhadap kegiatan rekreasi pantai.

Hasil analisis spasial kesesuaian wisata bahari di pulau-pulau kecil Kota Makassar, untuk wisata pantai kategori rekreasi (Gambar 16, 17, 18, 19, dan 20) menunjukkan bahwa kesesuaian wisata pantai untuk kelas sangat sesuai terdiri dari 3 pulau yaitu P. Kayangan, P. Samalona, dan P. Lanyukang (Lampiran 3, 4, dan 5). Pada kelas S2 (sesuai) terdiri dari 3 pulau, yaitu; P. Bonetambung, Kodinggareng Keke, dan P. Langkai (Lampiran 2, 3, dan 4). Kelas kesesuaian dengan kategori sangat sesuai (S1) mempunyai total garis pantai sepanjang 2857,03 m yang terdiri dari 3 pulau yaitu P. Kayangan 372,65 m, P. Samalona 960,23 m, dan P. Lanyukang 1524,15 m. Panjang garis pantai tertinggi terdapat di P. Lanyukkang yaitu sepanjang 1524,15 m dan yang terendah di P. Kayangan yaitu 372,65 m. Pada kelas kesesuaian dengan kategori sesuai (S2) diperoleh total panjang garis pantai sebesar 854,9 m yang terdiri dari tiga pulau, yaitu P. Bonetambung 254,31 m, P. Kodinggareng Keke 263,45 m, dan P. Langkai 960,23 m. Panjang garis pantai tertinggi terdapat di P. Langkai yaitu sepanjang 960,23 m, dan panjang garis pantai terendah yaitu 263,45 m terdapat di P. Bonetambung, sehingga didapatkan total panjang garis pantai yang sesuai untuk wisata pantai kategori rekreasi adalah 3711,93 m. Secara rinci luasan kesesuaian kawasan wisata pantai kategori wisata rekreasi pada setiap pulau disajikan pada Tabel 18 dan secara deskriptif disajikan pada Gambar 16, 17, 18, 19 dan 20.

Berdasarkan panjang garis pantai yang didapatkan pada masing-masing kelas kesesuaian, ternyata kelas kesesuaian S1 (kategori sangat sesuai) yang memiliki panjang garis pantai terbesar yaitu mencapai 2857,03 m dibandingkan dengan kelas S2 (kategori sesuai) dengan panjang garis pantai mencapai 854,9 m. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan wisata pantai pada dasarnya mengutamakan

lokasi-lokasi yang memiliki taman laut dengan garis pantai yang panjang, pantai berpasir dan landai, kecepatan arus yng lemah serta ditunjang oleh vegetasi pantai berupa pohon kelapat, waru laut, cemara laut dan lain sebagainya yang merupakan cirri khas pesisir pulau. Pantai yang mempunyai garis pantai yang panjang memberikan panorama yang sangat indah dan apabila ditunjang oleh aksesibilitas yang mudah merupakan obyek wisata yang bernilai jual tinggi dan merupakan modal utama untuk pengembangan wisata pantai kategori rekreasi. Pulau yang termasuk ke dalam kategori tidak sesuai, pada beberapa sisi disetiap pulau memiliki faktor pembatas yang cukup berat sehingga pemanfaatannya tidak sesuai untuk wisata pantai kategori wisata rekreasi (Yudaswara, 2004).

Hasil pengamatan di lapangan menunjukakan bahwa kesesuaian kawasan yang didasarkan pada parameter yang menjadi kriteria penilaian untuk pemanfaatan wisata pantai kategori rekreasi masih cukup baik, seperti kedalaman dasar perairan 15 m, kecerahan perairan yang menembus sampai kedalaman 6 m yang berarti memiliki perairan yang jernih. Tipe pantai pasir putih sedikit karang, material/substrat dasar karang berpasir, kecepatan arus relative rendah (12 m/dtk), dan kurangnya biota berbahaya, serta penutupan lahan pantai berupa pohon kelapa yang memberikan panorama pantai yang indah dan sejuk. Parameter ketersediaan air tawar yang berjarak 0,5 – 1 km. Tersedianya sarana tranfortasi dan informasi juga merupakan faktor pendukung kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi.

Yulianda (2007) dan Baksir (2010) menyatakan bahwa kesesuaian lahan untuk wisata pantai didasarkan pada panjang garis pantai dan keberadaan panorama alam pantai pasir putih dengan perairan yang jernih dan tenang. Pantai yang mempunyai garis pantai yang panjang memberikan panorama yang sangat indah dan apabila ditunjang oleh aksesibilitas yang mudah merupakan obyek wisata yang bernilai jual tinggi dan merupakan modal utama untuk pengembangan wisata pantai kategori rekreasi. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan menunjukakan bahwa kesesuaian kawasan yang didasarkan pada parameter yang menjadi kriteria penilaian untuk pemanfaatan wisata pantai kategori rekreasi masih cukup baik, seperti kedalaman dasar perairan 15 m, kecerahan perairan yang menembus sampai kedalaman 6 m sehingga memiliki perairan yang jernih, tipe pantai pasir putih sedikit karang, material/substrat dasar karang berpasir,

kecepatan arus relative rendah (12 m/dtk), dan kurangnya biota berbahaya, serta penutupan lahan pantai berupa pohon kelapa yang memberikan panorama pantai yang indah dan sejuk. Parameter ketersediaan air tawar yang berjarak 0,5 – 1 km. Tersedianya sarana tranfortasi dan informasi juga merupakan faktor pendukung kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi.

Kesesuaian kawasan wisata pantai kategori rekreasi yang didasarkan pada parameter tersebut di atas, memungkinkan rekreasi pantai yang dapat dinikmati adalah berenang, menikmati pemandangan pantai dan laut yang indah sambil berjemur, berjalan-jalan atau berlari-lari di sepanjang pantai, berolah raga pantai, menikmati keindahan bawah laut, berperahu, bermain jet sky dan memancing.

2). Kesesuaian Pulau-Pulau Kecil untuk Wisata Snorkling

Evaluasi kesesuaian wisata bahari dilakukan dengan cara mengalikan antara pembobotan dan skor. Pembobotan kelas kesesuaian untuk wisata bahari kategori wisata snorkling dilakukan dengan mempertimbangkan faktor pembatas yang terdiri dari kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jenis life form, jenis ikan karang, kecepatan arus, dan kedalaman terumbu karang. Setiap parameter pembatas diberi pembobotan dan skor. Pemberian bobot pada semua parameter didasarkan pada tingkat kepentingan untuk kegiatan wisata snorkling.

Analisis kesesuaian wisata snorkling diperoleh 8 pulau yang sesuai untuk wisata snorkling yang terdiri dari 3 pulau untuk kategori S1 (sangat sesuai) dengan luas keseluruhan adalah 7,912 ha dan 5 pulau untuk kategori S2 (sesuai) dengan luas keseluruhan adalah 21,343 ha, sehingga total luas yang sesuai untuk wisata snorkling adalah 29,246 ha. Kategori sangat sesuai terdiri dari 3 pulau, yaitu; P. Lanyukkang, P. Barrang Caddi, dan P.Samalona, sedangkan untuk kategori S2 (sesuai) terdiri dari P. Barrang Lompo, P. Bonetambung, P. Langkai, P. Lumu-Lumu, dan P. Kodinggareng Keke (Lampiran 10).

Berdasarkan luasan yang didapatkan pada masing-masing kelas kesesuaian wisata snorkling (Tabel 18), kelas kesesuian S2 memiliki luasan yang paling besar hingga mencapai 21,343 ha dan wisata snorkling terdapat hampir di seluruh pulau. Hal ini menunjukkan bahwa kesesuaian wisata snorkling didasarkan pada persentase tutupan karang hidup, dimana pulau-pulau yang masuk dalam kategori sangat sesuai mempunyai persentase tutupan karang hidup yang tinggi. Oleh

karena itu, kawasan pulau-pulau kecil Kota Makassar masih sesuai untuk pemanfaatan wisata bahari kategori wisata snorkling kecuali P. Kayangan dan Lae-lae. Parameter kecerahan dan tutupan komunitas karang juga sangat menentukan dalam kegiatan snorkling. Perairan yang jernih mengundang rasa ingin tahu untuk melihat keindahan bawah laut, sedangkan tutupan komunitas karang merupakan daya tarik utama bagi wisatawan untuk menikmati keindahan bawah laut. Hasil analisis kesesuaian kawasan wisata bahari kategori wisata snorkling disajikan pada Gambar 16, 17, 18. 19 dan 20.

Hasil analisis SIG seperti pada Gambar 16, 17, 18, 19, dan 20, menunjukkan bahwa kelas kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkling umumnya berada pada kelas sesuai (S2) dan sangat sesuai (S1). Oleh karena itu, pemanfaatan untuk wisata bahari kategori wisata snorkling sesuai untuk seluruh pulau, kecuali P. Kayangan dan P. Lae-lae, sehingga dapat dikatakan bahwa kawasan pulau-pulau kecil Kota Makasar masih sesuai untuk pemanfaatan wisata bahari kategori wisata snorkling.

P. Kayangan dan P. Lae-lae tidak sesuai untuk wisata snorkling, disebabkan karena P. Lae-lae dan P. Kayangan mempunyai jarak yang dekat dengan daratan Kota Makassar yaitu hanya berjarak 1,2 km dan 2,8 km dan berhadapan langsung dengan Pelabuhan Internasional Soekarno-Hatta, sehingga menyebabkan tingginya pencemaran perairan laut oleh limbah industri dan rumah tangga serta masuknya zat-zat pencemar yang berasal dari daratan Kota Makassar sehingga kondisi terumbu karang sangat rusak.

Berdasarkan luasan yang didapatkan pada masing-masing kelas kesesuaian, kelas kesesuian S2 untuk wisata snorkling memiliki luasan yang paling besar hingga mencapai 12,752 ha sedangkan kelas kesesuaian S1 memiliki luasan yang lebih kecil daripada S2. Hal ini menunjukkan pula bahwa kesesuaian wisata snorkling didasarkan pada persen tutupan karang hidup, dan pulau-pulau yang masuk dalam kategori sangat sesuai mempunyai persen tutupan karang hidup yang tinggi. Oleh karena itu, kawasan pulau-pulau kecil Kota Makassar masih sesuai untuk pemanfaatan wisata bahari kategori wisata snorkling.

Hasil pengamatan dilapangan menujukkan bahawa kondisi lingkungan yang menjadi kriteria penilaian untuk pemanfaatan wisata bahari kategori wisata

snorkling masih sangat bagus, dimana perairannya relatif jernih (>80%), tutupan komunitas karang >52,16%, jenis life form >15, jenis ikan karang >35 hingga 160 jenis, kecepatan arus relatif lemah (6.m/dtk), dan kedalaman terumbu karang <10 m. kecerahan perairan 10-20 m, jumlah jenis life form mencapai 12.

Parameter kecerahan dan tutupan komunitas karang sangat menentukan dalam kegiatan snorkling. Perairan yang jernih mengundang rasa ingin tahu untuk melihat keindahan bawah laut, sedangkan tutupan komunitas karang merupakan daya tarik wisatawan untuk menikmati keindahan bawah laut. Kecepatan arus dan kedalaman perairan memiliki bobot yang lebih kecil daripada yang lainnya, oleh karena kedua parameter tersebut dapat teratasi oleh parameter lainnya. Kecepatan arus merupakan faktor yang berhubungan dengan keselamatan penyelam (wisatawan). Kedalaman dasar laut meskipun merupakan faktor pembatas kehidupan karang, tetapi pada perairan yang jernih dan kondisi lingkungannya memungkinkan, terumbu karang dapat hidup pada kedalaman 50 meter.

Wisata bahari kategori snorkling dengan kelas kesesuaian S2 pada dasarnya memiliki faktor pembatas yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan wisata snorkling, sehingga memerlukan masukan (input) untuk memperbaiki faktor pembatas tersebut. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang menjadi kriteria didalam penilaian kelas kesesuaian tersebut di atas, masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kelas kesesuaian wisata snorkling dari kategori sesuai (S2) menjadi kategori sangat sesuai di masa yang akan datang.

Kawasan kelas tidak sesuai (TS), dimana faktor-faktor yang menjadi indikator ketidaksesuaian sangat memerlukan masukan perbaikan, namun masukan yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor pembatas pada kelas TS lebih besar dibandingkan dengan kelas S2. Masukan-masukan untuk memperbaiki faktor pembatas diharapkan potensinya masih dapat ditingkatkan yaitu dari kondisi tidak sesuai (TS) menjadi kelas sesuai (S2) dan kelas sangat sesuai (S1).

3). Kesesuaian Pulau-Pulau Kecil untuk Wisata Diving

Evaluasi kelas kesesuaian kawasan pulau-pulau kecil Kota Makassar untuk ekowisata bahari kategori wisata diving dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria penilaian yang terdiri dari; kedalaman perairan, tipe pantai, substrat dasar perairan, kecepatan arus, kecerahan perairan, dan biota berbahaya,

serta ketersediaan air tawar. Kesesuaian wisata bahari kategori wisata selam diperoleh luas keseluruhan yang sesuai untuk wisata selam adalah 82,376 ha yang terdiri dari kategori S1 (sangat sesuai) adalah 57,431 ha dan kategori S2 (sesuai) adalah 24,945 ha. Tabel 17, menunjukkan bahwa luasan tertinggi untuk wisata selam kategori sangat sesuai (S1), terdapat di P. Langkai yaitu 21,117 ha dan terendah di P. Barrang Caddi yaitu 3,438 ha.

Tabel 17. Kesesuaian wisata bahari berbagai kategori di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Makassar

Nama Lokasi

Kesesuaian Wisata Bahari Wisata Pantai Panjang Garis Pantai (m) Wisata Snorkling Luas (ha) Wisata Selam Luas (ha) Pantai Barombong 2672 - -

Pantai Tianjung Bunga 6443 - -

Pantai Losari 2533 - - Pantai Paotereq - - - Pantai Untia - - - Pulau Kayangan 372,65 - - Pulau Lae-Lae - - - Pulau Samalona 960,23 2,562 3,488

Pulau Barrang Lompo - 4,529 10,304

Pulau Barrang Caddi - 1.653 3,438

Pulau Kodinggareng Keke 263,45 1,261 5,742 Pulau Bonetambung 254,31 5,615 11,203 Pulau Lumu-Lumu - 2,8 11,924 Pulau Langkai 337,14 4,123 21,117 Pulau Lanyukang 1524,15 6,803 15,1420 Total 15119,92 29,246 82,376

Sumber: Data primer yang diolah (2010)

Gambar 16, 17, 18, 19 dan 20, menunjukkan bahwa kesesuaian wisata selam untuk kategori sangat sesuai terdiri dari 5 pulau yaitu; P. Samalona (3,488 ha), P. Lanyukang (15.142 ha), P. Langkai (21,117 ha), P. Lumu-Lumu (11,924 ha), dan P. Kodinggareng Keke (5,742 ha), sedangkan untuk kategori S2 (sesuai) terdiri dari 3 pulau, yaitu; P. Bonetambung (11,203 ha), P. Barrang Caddi (3,438 ha), dan P. Barrang Lompo (10,304 ha). Secara illustratif, peta hasil analisis kesesuaian kawasan ekowisata bahari kategori wisata selam (diving) disajikan pada Gambar 16, 17, 18, 19 dan 20.

Berdasarkan hasil analisis kelas kesesuaian wisata bahari kategori wisata diving (Lampiran 9) menunjukkan bahwa pulau-pulau dengan kategori sangat sesuai untuk kegiatan wisata diving mempunyai luas tutupan karang hidup yang sangat tinggi khususnya Pulau Lanyukkang (68,92%), Pulau Langkai (66,06%), Pulau Samalona (52,16%), Pulau Lumu-lumu (64,72%), dan Pulau Kodinggareng Keke (42,88%). Pulau-pulau kategori sesuai (Pulau Bonetambung, Pulau Barrang Lompo, dan Pulau Barrang Caddi) mempunyai persen tutupan karang hidup yang lebih rendah (Tabel 14 dan 15). Pulau-pulau dengan kategori sangat sesuai memiliki rataan terumbu karang yang cukup luas pada sisi barat, selatan dan utara. Kondisi terumbu karang untuk sisi barat bagus hingga sangat bagus, sedangkan pada sisi utara dan selatan relatif sedang hingga baik. Pada kawasan terumbu karang ini jarang ditemukan karang mati dan pecahan karang mati, oleh karena jarak yang relatif jauh dari daratan Kota Makassar.

Hal ini meunjukkan bahwa tingkat pengrusakan terumbu karang oleh aktivitas manusia di Pulau Lanyukkang, Pulau Langkai, Pulau Lumu-lumu, dan Pulau Kodinggareng Keke dan PulauSamalona masih sangat jarang. Masyarakat di sini jarang menggunakan bahan peledak atau bius, mereka kebanyakan menangkap ikan hidup dengan pancing, sehingga terumbu karang tetap terjaga. Pulau Samalona dan Pulau Kodinggareng Keke mempunyai jarak yang lebih dekat ke daratan Kota Makassar dibandingkan dengan Pulau Langkai, Lanyukkang dan Pulau Lumu-lumu, namun perekonomian masyarakat Pulau Samalona bergantung dari sektor pariwisata atau kunjungan wisatawan yang datang ke pulau tersebut, sehingga mereka benar-benar ikut menjaga dan memelihara terumbu karang dan keanekaragaman biota yang terkandung di dalamnya. Pulau Kodinggareng Keke oleh pemerintah Kota Makassar sampai saat ini pengelolaannya telah diberikan kepada pihak asing dengan status disewakan selama 30 tahun untuk wisata bahari kategori wisata selam (diving), sehingga masyarakat sekitar maupun pengunjung tidak diperbolehkan menangkap ataupun mengeksploitasi terumbu karang dan organisme laut lainnya yang hidup di sekitar Pulau Kodinggareng Keke tersebut.

Pulau- pulau yang termasuk dalam kategori sesuai untuk wisata diving mempunyai persen tutupan karang hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan

kategori sangat sesuai. Hal ini disebabkan karena di pulau-pulau tersebut, terumbu karang tersebar ke barat dan selatan pulau, sedangkan sisi timurnya tidak ditumbuhi terumbu karang. Terdapatnya paparan atau rataan pasir yang melebar di sisi barat ke arah laut sekitar 500 m, sedangkan tiga sisi lainnya paparan terumbu sempit dengan lebar sekitar 20 – 100 m.

Kondisi terumbu karang di sekitar pulau Barrang Lompo cukup baik. Hal ini ditandai dengan tutupan karang hidup pada sisi utara, barat dan selatannya yang masih baik. Sisi timur pulau tidak ditumbuhi oleh terumbu karang melainkan pasir dan sebagai lokasi pelabuhan. Di Pulau Bonetambung dimana kondisi terumbu karang tergolong sedang (39,48% karang hidup). Hal ini terlihat di sisi barat dan utara pulau, terumbu karang tumbuh pulih dengan cukup subur. Sementara sisi selatannya lebih banyak terdapat pecahan karang mati (rubble).

Selain tutupan terumbu karang, pulau-pulau yang termasuk kategori sesuai untuk wisata diving mempunyai tingkat kecerahan 10-15 m, sehingga mempunyai kualitas daerah penyelaman yang masih layak (sesuai) di bawah permukaan air. Kecerahan perairan menyangkut jarak pandang dan tingkat penetrasi matahari terhadap biota dasar perairan. David dan Tisdel (1996) mengemukakan bahwa kualitas daerah penyelaman tergantung pada tingkat kecerahan, kedalaman perairan, tutupan komunitas karang dan life form. Selanjutnya dikatakan bahwa, jarak pandang yang sesuai untuk wisata bahari adalah 10-20 m, dan kedalaman yang sesuai untuk penyelaman adalah 5-10 m, sedangkan untuk snorkling kedalaman 2-5 m, sehingga, di atas kedalaman air tersebut, pengaruh gelombang sudah semakin besar dan kemungkinan keberadaan hewan berbahaya sangat besar sehingga dapat mengancam keselamatan penyelam.

Kelas kesesuaian wisata bahari kategori diving, yang termasuk dalam kategori tidak sesuai (Pulau Kayangan, Pulau Lae-lae) umumnya mempunyai kondisi terumbu karang dalam kondisi rusak bahkan sangat rusak seperti yang terlihat di P. Kayangan dan Pulau Lae-lae pada kedalaman 3m. Pengaruh kerusakan terumbu karang pada masyarakat pulau dapat dilihat dari beberapa indikator seperti mulai langkanya ikan-ikan karang sehingga harganya menjadi lebih mahal. Perubahan-perubahan dalam terumbu karang dapat mempengaruhi industri wisata bahari khususnya wisata diving yang semakin lama membuat para

wisatawan selam semakin sulit melakukan penyelaman untuk yang ke dua kalinya di lokasi yang sama. Kerusakan dan kehancuran terumbu karang juga akan mengancam kehidupan manusia dalam jangka panjang, karena pemulihan kondisi terumbu karang memerlukan waktu sangat lama, Hal ini merupakan biaya sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat dan pemerintah

Faktor-faktor tersebut di atas menjadi penentu atau menjadi indikator kesesuaian kawasan bagi wisata bahari, namun perlu tetap mendapat dukungan kebijakan dari pemerintah Kota Makassar termasuk ketersediaan infrastruktur, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dibidang ekowisata bahari serta promosi wisata yang menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam pengelolaan dan pengembangan wisata bahari di pulau-pulau kecil Kota Makassar.

Dokumen terkait