• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Memeriksa keabsahan data 1 Triangulas

3. Dukungan Sosial yang Diberikan Partisipan dan Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita

Skizofrenia

Setelah mengenal latar belakang keluarga dan pergumulan yang menjadi permasalahan dalam keluarga selama merawat dan menemani penderita skizofrenia masa pasca perawatan, maka yang akan dibahas selanjutnya adalah mengenai dukungan sosial yang diberikan keluarga kepada penderita. Dukungan sosial sendiri terdiri dari dukungan secara emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif (House, dalam Smet 1994). Ketiga partisipan dalam penelitian ini juga memberikan dukungan sosial kepada penderita, baik selama masa perawatan di RSJ atau panti rehabilitasi, maupun dalam menjalani masa pasca perawatan. Hal ini didorong atau dipengaruhi oleh faktor internal ataupun eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal adalah, pemberian dukungan yang didasarkan pada keinginan dan kesadaran dari partisipan dan keluarga bagi penderita. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah pemberian dukungan yang disarankan oleh pihak medis, dalam hal ini psikiater, yang membantu penanganan terhadap penderita.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap menoleransi kebiasaan penderita yang berpergian hingga larut malam

b. Meluangkan waktu lebih banyak karena harus menjaga penderita apabila penderita mengalami kesulitan untuk tidur. c. Adanya perlakuan kasar dari adik penderita jika penderita

ketiga partisipan, diketahui juga bahwa dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat dilihat dari beberapa faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang dimaksud adalah jenis permasalahan yang dihadapi, usia tahap perkembangan penderita, dan gejala yang ditunjukkan penderita. Berikut akan dijelaskan berbagai macam dukungan yang diberikan keluarga kepada penderita skizofrenia pasca perawatan, serta motivasi dan faktor yang mempengaruhi pemberian dukungan tersebut.

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan (House, dalam Smet 1994). Selain itu Weiss (dalam Cutrona, 1994), menambahkan aspek lain dalam dukungan emosional, yang meliputi kelekatan emosional yang ditunjukkan melalui ekspresi dari kasih sayang serta memberikan rasa aman kepada penerima dukungan.

Aspek dukungan sosial secara emosional ini sama-sama ditunjukkan oleh ketiga partisipan. Namun, letak perbedaan dalam hal pemberian dukungan ini adalah bentuk dukungan nyata yang diterapkan oleh masing-masing partisipan dan keluarganya bagi penderita. Bentuk dukungan emosional dari masing-masing partisipan dan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Bentuk dukungan emosional yang diberikan partisipan dan

keluarga kepada anggota keluarga penderita skizofrenia pasca perawatan

Bentuk Dukungan Emosional yang Diberikan

P1 Adanya rasa empati partisipan terhadap penderita. Perasaan empati ini cenderung karena kasihan melihat kondisi penderita yang memiliki banyak keterbatasan. Partisipan mencoba untuk mengajak penderita beribadah ke mesjid, untuk membekali penderita dalam kehidupan religiusitasnya, dengan harapan Tuhan dapat memampukan penderita mengatasi keterbatasan yang dimilikinya.

P2 Pemenuhan keinginan penderita untuk bertemu dengan cucunya. Hal ini dilakukan oleh partisipan untuk membuat penderita merasa senang dan merasa dekat dengan anggota keluarganya, khususnya cucu-cucu penderita. Dalam hal ini partisipan berusaha memfasilitasi pertemuan antara penderita dan keluarga besarnya sebulan atau dua bulan sekali. Inisiatif partisipan tersebut, bertujuan untuk menumbuhkan hubungan kedekatan antara penderita dan keluarga, sehingga penderita merasa senang karena diperhatikan oleh keluarga besarnya. Selain itu, partisipan juga menyediakan waktu untuk mendengar setiap cerita atau keluhan penderita terkait apa yang sedang dirasakan oleh penderita.

P3 Kebiasaan menghadapi kondisi penderita yang kambuh secara bersama-sama dalam keluarga partisipan, menunjukkan kedekatan antara anggota dalam keluarga. Perasaan empati terhadap kondisi penderita ini yang membuat keluarga partisipan sering berkumpul bersama untuk saling mendoakan, membaca Alkitab dan memberikan nasehat satu dengan yang lainnya, termasuk ketika menemani saat penderita mengalami kekambuhan dan kesulitan untuk tidur.

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat, pemberian penghargaan positif, dorongan maju, persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan

positif dengan orang lain (House, dalam Smet 1994). Aspek dukungan penghargaan juga ditunjukkan oleh ketiga partisipan, dalam relasinya dengan anggota keluarga yang menderita skizofrenia pasca perawatan. Berikut beberapa bentuk nyata yang dilakukan oleh masing-masing partisipan dalam hal pemberian dukungan penghargaan kepada penderita:

Tabel 4.4. Bentuk dukungan penghargaan yang diberikan partisipan

dan keluarga kepada anggota keluarga penderita skizofrenia pasca perawatan

Bentuk Dukungan Penghargaan yang Diberikan

P1 Partisipan mengaku bahwa jarang sekali memberikan suatu pujian kepada penderita ketika penderita menyelesaikan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Namun, beberapa kali partisipan bersama dengan istri memotivasi penderita untuk dapat hidup lebih baik dan mandiri. Dukungan penghargaan yang diberikan kepada penderita oleh keluarga juga berupa dorongan agar penderita dapat berkembang seperti pemberian kesempatan kepada penderita untuk mengaktualisasikan dirinya. Hal ini ditunjukkan dengan kesempatan berkuliah yang diberikan kepada penderita pasca perawatan RSJ pertama kali. P2 Partisipan mengungkapkan perasaan hormat kepada penderita,

karena posisi penderita adalah sebagai ibu partisipan. Selain itu, partisipan mengaku bahwa dalam merawat ibunya, ada hal-hal yang disarankan oleh ibunya dan diikuti oleh partisipan. Dalam hal ini gagasan atau ide penderita untuk berpergian menjenguk anak dan cucunya yang di luar kota sangat dihargai dan didukung oleh partisipan.

P3 Adanya pengakuan dan pujian dari partisipan dan keluarga mengenai kualitas intelegensi yang dimiliki oleh penderita. Partisipan dan keluarga juga mendorong penderita untuk memperoleh pekerjaan, dan akhirnya penderita mampu menemukan pekerjaan yang ia senangi. Dalam hal ini, beberapa kali pujian diberikan oleh anggota keluarga yang lain, seperti ayah kepada penderita apabila penderita telah melakukan pekerjaannya tersebut dengan baik.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung yang diwujudkan dalam bentuk uang, tenaga, waktu dan pemberian hadiah atau reward (House, dalam Smet 1994). Hal ini ditegaskan Weiss (dalam Cutrona, 1994), bahwa yang termasuk juga dalam dukungan ini adalah kepastian bahwa individu penerima dukungan dapat mengharapkan bantuan orang lain. bantuan tersebut adalah bantuan nyata yang diberikan langsung kepada penerima dukungan.

Bentuk dukungan instrumental ini, juga merupakan salah satu dukungan yang diberikan oleh ketiga partisipan dan keluarganya dalam relasi hubungan mereka pada saat merawat anggota penderita skizofrenia pasca perawatan. Bentuk nyata dari dukungan yang diberikan oleh ketiga partisipan dan keluarganya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Bentuk dukungan instrumental yang diberikan partisipan

dan keluarga kepada anggota keluarga penderita skizofrenia pasca perawatan

Bentuk Dukungan Instrumental yang Diberikan

P1 Pemenuhan biaya perawatan dan biaya kehidupan sehari-hari penderita oleh partisipan dan istrinya. Selain dalam bentuk materi, partisipan bersama istri juga menyediakan waktu dan tenaga selama menemani penderita baik pada saat menjalani masa perawatan di RSJ ataupun masa pasca perawatan di rumah. Bentuk nyata lain dari pemberian dukungan ini adalah mengontrol obat penderita dan mengajari penderita untuk terlibat dalam suatu pekerjaan serta melibatkan penderita dalam suatu aktivitas atau kegiatan di sekitar lingkungan rumah. Sementara dalam hal pemberian reward kepada penderita jarang diberikan oleh partisipan dan istrinya.

P2 Bentuk dukungan instrumental dari partisipan dan keluarga adalah, pemenuhan biaya perawatan dan kebutuhan sehari- hari penderita. Selain itu, suami penderita mendirikan sebuah toko yang diperuntukan kepada penderita, dengan maksud memberikan lapangan pekerjaan, sehingga penderita tidak merasa bosan berada di rumah. Bentuk lain dari dukungan ini adalah inisiatif-inisiatif yang diambil untuk mengalihkan gejala halusinasi yang dialami oleh penderita seperti menyalakan radio pada saat penderita berada sendiri di dalam kamar. Partisipan juga memfasilitasi keinginan penderita jika penderita ingin bertemu dengan keluarganya yang berada di luar kota.

P3 Bentuk dukungan yang diberikan adalah biaya perawatan dan kebutuhan sehari-hari penderita yang ditanggung oleh keluarga. Selain itu, pemberian hadiah atau pemenuhan keinginan penderita pada saat penderita ulang tahun juga menjadi kebiasaan partisipan dan keluarga selama ini. Partisipan dan keluarga juga terkadang menemani penderita, ketika penderita mengajak berpergian ke tempat hiburan ataupun tempat beribadah. Dalam hal ini, walaupun partisipan dan keluarga tidak selalu dapat menyediakan

waktu mereka bagi penderita, namun selalu ada usaha untuk menemani penderita jika hal ini memungkinkan untuk dilakukan (misalnya ketika mereka memiliki waktu luang yang dapat digunakan untuk menemani penderita)

d. Dukungan Informatif

Dukungan informatif mencakup pemberian informasi, nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran, dan umpan balik yang diberikan kepada penerima dukungan (House, dalam Smet 1994). Aspek dukungan sosial informasi ini sama-sama ditunjukkan oleh ketiga partisipan. Berikut bentuk nyata dari pemberian dukungan informasi dari masing-masing partisipan kepada anggota keluarganya yang menderita skizofrenia pasca perawatan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.6. Bentuk dukungan informatif yang diberikan partisipan dan

keluarga kepada anggota keluarga penderita skizofrenia pasca perawatan

Bentuk Dukungan Informasi yang Diberikan

P1 Bentuk dukungan informasi yang diberikan oleh partisipan dan keluarga adalah dengan pemberian nasehat kepada penderita. Nasehat yang diberikan mencakup saran pekerjaan yang dimungkinkan untuk dilakukan oleh penderita. Selain itu beberapa informasi juga diberikan demi mendukung kegiatan atau aktivitas penderita. Dalam hal ini, informasi cara pembelian barang dagangan dan mengajari cara perhitungan dagangan, karena di rumah, penderita diberi tanggung jawab untuk mengatur dan menjaga warung yang dibangun oleh partisipan dan istrinya. Adapun umpan balik diberikan oleh partisipan kepada penderita dalam beberapa hal, misalnya ketika penderita melakukan kesalahan dalam perhitungan dagangan.

P2 Pemberian dukungan secara informasi kepada penderita tidak begitu banyak diberikan oleh partisipan dan keluarga.

Pemberian dukungan ini meliputi nasehat dan saran terkait kepatuhan dalam mengonsumsi obat dan saran-saran terkait kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh penderita.

P3 Bentuk dukungan informasi yang diberikan partisipan dan keluarga kepada penderita mencakup pemberian nasehat terkait jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh penderita, nasehat mengenai kebiasaan penderita yang kurang baik ketika sering berpergian hingga larut malam, juga nasehat mengenai pasangan hidup yang layak bagi penderita. Tidak hanya dari pihak keluarga, partisipan juga melibatkan pendeta dan teman gereja untuk membantu menasehati penderita jika bertemu dengan penderita.

Selain beberapa dukungan yang disebutkan di atas, peneliti juga menemukan dukungan lain pada partisipan ke tiga yaitu dengan cara membawa anggota penderita skizofrenia ke dukun atau „orang pintar‟. Hal tersebut dilakukan karena mengikuti saran dari tetangga dengan pengalaman yang hampir sama dengan kondisi keluarga partisipan tersebut.

Dilihat dari jenis dukungan serta bentuk yang diterapkan, diketahui bahwa ada beberapa dukungan yang cukup menonjol dan sering dilakukan dibandingkan dengan dukungan yang lain, oleh masing-masing partisipan dan keluarganya. Pada ketiga partisipan, dukungan yang sangat menonjol adalah dukungan secara instrumental. Terlepas dari mahal dan tidaknya biaya perawatan, terlihat jelas bahwa mereka memenuhi pembiayaan perawatan penderita baik selama perawatan inap di RSJ dan Panti rehabilitasi ataupun dalam masa rawat jalan. Bentuk lain dari dukungan ini adalah pemberian waktu dan tenaga untuk mengantar penderita melakukan kontrol rutin oleh ketiga partisipan dan keluarga mereka masing-masing.

Sementara itu, dukungan-dukungan yang lain menempati posisi bervariasi dalam urutan berikutnya setelah dukungan informasi. Partisipan pertama (DJ) dan partisipan ketiga (YU) menunjukkan dukungan informasi sebagai dukungan yang sering diberikan kepada penderita selain dukungan instrumental. Sementara partisipan kedua (A) jarang memberikan dukungan ini kepada penderita. Dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada penderita terkesan masih dalam lingkup yang terbatas. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ketersediaan dukungan yang diduga bergantung pada posisi dari pemberi dukungan dan penerima dukungan dalam relasinya dengan keluarga.

Pada partisipan kedua (A) dukungan secara emosional menjadi hal yang menonjol setelah dukungan instrumental. Berbagai upaya dilakukan oleh partisipan kedua untuk mempertemukan penderita dengan anggota keluarga yang berada di luar kota. Hal ini dimaksudkan untuk menjalin relasi yang baik dari anggota keluarga yang lain terhadap penderita. Selain itu, upaya tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kedekatan atau kelekatan antara sesama anggota keluarga, sehingga dapat menyenangkan hati penderita. Di sisi lain, kebiasaan kumpul bersama keluarga juga diterapkan oleh partisipan ketiga (YU) dan keluarganya. Setiap malam sebelum beristirahat dan pagi sebelum melakukan aktivitas, keluarga ini melakukan doa bersama dan saling menguatkan dalam ibadah tersebut. Sementara itu, bagi partisipan pertama (DJ) kumpul bersama keluarga hanya dilakukan pada saat acara keagamaan.

diberikan kepada penderita oleh ketiga partisipan dan keluarga. Pada partisipan pertama (DJ) dan kedua (A), anggota keluarganya yang menderita skizofrenia memiliki kecenderungan kehilangan minat terhadap segala kegiatan atau pekerjaan yang ditawarkan. Oleh karena itu, partisipan pertama dan kedua lebih sering memberikan nasehat dan masukan daripada memberikan suatu pujian atau penghargaan kepada penderita. Pada partisipan ketiga (YU), beberapa kali penghargaan dan pujian diberikan kepada penderita berkaitan dengan pekerjaan yang sedang ditekuninya. Namun pemberian pujian ini bukan oleh partisipan melainkan oleh ayahnya.

Selain dukungan secara langsung yang diberikan oleh partisipan dan keluarga terhadap penderita, adapun dukungan secara tidak langsung diberikan dengan maksud membantu proses penyembuhan penderita. Beberapa dukungan secara tidak langsung dari masing-masing keluarga adalah :

1. Keluarga P1, dukungan tidak langsung diberikan dengan cara, P1 menyediakan waktu untuk berkonsultasi dengan psikiater, sehingga psikiater dapat menjadi mediator untuk menasehati atau memberikan pengarahan kepada penderita. P1 juga melibatkan anggota keluarga yang lain untuk ikut membantu penderita dalam proses pasca perawatan dengan cara mempercayakan kepada penderita suatu tanggung jawab, misalnya pekerjaan yang mampu dilakukan oleh penderita.

2. Keluarga P2, memberikan dukungan secara tidak langsung dengan cara berdiskusi sambil memberikan nasehat kepada

anggota keluarga lain terkait kondisi penderita serta perawatan yang tepat kepada penderita. Selain itu P2, memutuskan untuk berpindah domisili ke tempat yang lebih dekat dengan penderita agar dapat merawat penderita secara lebih intensif.

3. Keluarga P3, memberikan dukungan secara tidak langsung melalui kesediaan keluarga untuk mencari, mendengar dan mengikuti saran para tetangga atau kerabat terkait alternatif pengobatan yang dapat dilakukan untuk kesembuhan penderita. Keluarga juga mengadakan diskusi secara bersama mengenai cara penanganan dan penyembuhan terbaik bagi penderita, termasuk cara memberikan perawatan dan dukungan kepada penderita selama masa pasca perawatan di rumah.

e. Dukungan Lingkungan Eksternal Kepada Penderita Skizofrenia.

Selain dukungan dari keluarga, adapun dukungan yang diberikan oleh lingkungan eksternal bagi penderita skizofrenia pasca perawatan. Berikut akan dijelaskan masing-masing dukungan yang diberikan oleh pihak lingkungan eksternal kepada anggota penderita skizofrenia dalam menjalani masa pasca perawatan.

1. Partisipan 1 (DJ)

Pada keluarga P1, dukungan eksternal diterima dari pihak psikiater yang menangani penderita skizofrenia tersebut. Dukungan yang ditunjukkan oleh

psikiater adalah berupa pemberian nasehat baik kepada penderita maupun kepada keluarga yang merawat penderita pasca perawatan. Selain pemberian nasehat, beberapa penanganan secara medis, seperti pemberian obat juga jelas diberikan oleh psikiater kepada penderita. 2. Partisipan 2 (A)

Pada keluarga P2, dukungan eksternal diterima dari pihak psikiater, kerabat yang berada di luar kota, serta tetangga. Dari pihak psikiater sendiri, dukungan yang diberikan berupa pengobatan serta nasehat dan petunjuk baik yang diberikan kepada penderita maupun yang diberikan kepada keluarga selaku lingkungan internal terdekat yang merawat penderita pasca perawatan di rumah. Pihak terakhir yang ikut memberikan dukungan adalah tetangga di lingkungan sekitar rumah penderita. Dukungan oleh tetangga ditunjukkan dengan pengertian tetangga terhadap kondisi penderita, sehingga tetangga juga mampu menunjukkan sikap dan perilaku yang menerima kondisi penderita. Dengan demikian, penderita tidak merasa terasingkan, sebaliknya penderita merasa diterima dan menjadi bagian dari lingkungannya tersebut.

3. Partisipan 3 (YU)

Pada keluarga P3 dukungan eksternal diterima dari pihak psikiater, tetangga, kerabat yang berada di luar kota dan gereja. Dari pihak psikiater terlihat jelas dukungan ini diberikan dengan memberikan perawatan

dan pengobatan, juga nasehat dan saran yang diberikan kepada penderita. Selain penderita, keluarga juga menerima nasehat dan saran dari psikiater terkait hal yang perlu diperhatikan dalam merawat penderita pasca perawatan. Dari pihak tetangga, dukungan diberikan dengan cara pemberian saran mengenai alternatif pengobatan bagi penderita, serta penerimaan tetangga terhadap kondisi penderita. Pihak terakhir yang turut mendukung kesembuhan penderita adalah gereja. Pihak gereja, membantu mencarikan tempat perawatan, dalam hal ini panti rehabilitasi bagi penderita. Gereja juga secara intensif membantu biaya perawatan baik pada saat dirawat di panti rehabilitasi maupun pada saat menjalani masa pasca perawatan dan masih melakukan kontrol rutin ke pihak psikiater.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Dukungan Kepada Penderita Skizofrenia Pasca Perawatan

Cobb (dalam Smet, 1994) mempertimbangkan dukungan sosial sebagai petunjuk informasi bagi penerima dukungan agar mempercayai bahwa ia diperhatikan, dicintai, dihargai, menuju pada jaringan komunikasi, dan kewajiban bersama. Untuk itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian dukungan sosial tersebut. Dalam penelitian ini, pemberian dukungan oleh ketiga partisipan atau keluarga terhadap penderita skizofrenia juga perlu dilihat dari posisi dan

peran pemberi dan penerima dukungan, serta jenis dukungan yang diberikan terkait dengan gejala yang ditunjukkan penderita serta permasalahan yang dihadapi oleh setiap keluarga. Berikut akan dijelaskan dinamika proses pemberian dukungan kepada penderita, ditinjau dari posisi partisipan dan penderita dalam keluarga, gejala yang ditunjukkan penderita serta permasalahan yang dihadapi oleh partisipan dalam merawat penderita skizofrenia pasca perawatan. Tentunya dalam hal ini akan terlihat jelas proses pemberian dan perubahan dukungan yang disesuaikan dengan beberapa faktor tersebut.

1. Posisi partisipan serta penderita dalam keluarga masing- masing memberikan pengaruh atau dampak bagi jenis dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada penderita. Pada keluarga pertama, partisipan yang berperan sebagai orang tua cenderung memberikan dukungan informasi berupa nasehat dan saran kepada penderita. Karena posisi penderita dalam keluarga sebagai anak, maka terkadang ada rasa hormat kepada partisipan sebagai orang tuanya, sehingga penderita cenderung dapat menerima dukungan tersebut. Pada keluarga kedua, posisi partisipan sebagai anak penderita, sedikit mengalami kesulitan dalam memberikan nasehat kepada ibunya tersebut. Oleh karena itu, keluarga lebih memberikan dukungan emosional yaitu kepedulian keluarga terhadap penderita, yang ditunjukkan dengan usaha untuk menyenangkan hati penderita. Posisi partisipan ketiga adalah sebagai saudara kandung dari

penderita. Posisi partisipan ini membuat partisipan lebih sering memberikan dukungan instrumental kepada penderita dengan cara menyediakan waktu menemani penderita jika penderita mengajak berpergian.

2. Faktor berikut yang mempengaruhi pemberian dukungan adalah permasalahan yang dialami keluarga selama merawat anggota penderita skizofrenia pasca perawatan. Untuk setiap permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, terkait perilaku-perilaku penderita yang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh keluarga, memberi dampak pada perilaku yang ditunjukkan oleh keluarga. P1 pada awal menemui masalah tersebut merespons dengan sikap marah bahkan sampai menunjukkan perilaku kekerasan fisik terhadap penderita. Sementara pada keluarga P2 dan P3, tindakan kekerasan kepada penderita tidak diberikan oleh partisipan namun oleh salah satu anggota keluarga yang ikut menjaga penderita. Setelah membawa penderita untuk bertemu dengan psikiater serta mendengar beberapa saran dari beberapa pihak, keluarga berusaha secara bertahap untuk menunjukkan sikap dan perilaku yang lebih baik terhadap penderita. Saat ini pemberian dukungan kepada penderita lebih kepada dukungan informasi, yang meliputi nasehat, saran, dan umpan balik.

3. Faktor gejala yang ditunjukkan oleh penderita yang mengalami kekambuhan dalam menjalani masa pasca perawatan pada saat ini juga turut menentukan jenis dukungan yang diberikan keluarga kepadanya. Pada keluarga

pertama, gejala yang paling menonjol adalah reaksi emosi marah dan avolisi. Oleh karena itu, jenis dukungan yang diberikan kepada penderita adalah dukungan istrumental berupa pemberian obat kepada penderita dan dukungan informasi berupa nasehat dan saran yang dapat mengurangi gejala avolisi yang ditunjukkan oleh penderita. Pada keluarga P2, penderita skizofrenia menunjukkan gejala reaksi emosi marah dan sering keluar rumah pada malam hari. Untuk kondisi ini, P2 dan keluarga memberikan dukungan instrumental dengan pemberian obat dan dukungan informasi berupa nasehat kepada penderita. Pada keluarga P3, penderita yang kambuh menunjukkan gejala sering keluar rumah hingga larut malam, terus-menerus melakukan aktivitas, serta kesulitan untuk tidur di malam hari. Jenis dukungan yang diberikan terkait gejala yang ditunjukkan penderita oleh P3 dan keluarga adalah dukungan informasi dengan cara pemberian nasehat, dukungan instrumental dengan cara pemberian obat serta dukungan emosional dengan menunjukkan kepedulian ketika menemani penderita saat penderita mengalami kesulitan untuk tidur di malam hari. 4. Faktor usia penderita juga turut menentukan jenis dukungan

yang diberikan oleh keluarga. Pada keluarga P1, penderita berusia 20 tahun saat didiagnosa menderita skizofrenia. Dalam tahap perkembangan ini, setelah menjalani masa pasca perawatan keluarga memberikan kesempatan kepada penderita untuk mengaktualisasikan diri dalam bidang pendidikan. Namun dukungan tersebut gagal karena

penderita kembali menunjukkan kekambuhan, setelah kurang lebih enam bulan menjalani masa pendidikan tersebut. Oleh

Dokumen terkait