• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. PEMBAHASAN

5.2 Dukungan Instrumental

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan instrumental memiliki nilai p= 0,000 hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara partisipasi ibu balita dengan dukungan instrumental dengan angka korelasi menunjukkan hubungan yang lemah (+0,483). Pada uji multivariat menunjukkan setiap peningkatan dukungan instrumental sebanyak 1 poin, maka partisipasi ibu akan naik skornya sebanyak 34,3 setelah dikontrol dengan variabel dukungan emosional, dukungan informasi dan dukungan penghargaan.

Dukungan instrumental meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau menolong orang lain sebagai contohnya adalah peralatan, perlengkapan, dan sarana pendukung lain dan termasuk didalamnya memberikan peluang waktu untuk memberikan bantuan langsung kepada ibu balita. Dukungan ini dikenal juga dengan istilah dukungan pertolongan, dukungan nyata atau dukungan material. Dukungan berupa dana juga sangat diperlukan untuk melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program posyandu seperti: timbangan, meteran, KMS, kursi, tempat, dan permainan yang bersifat edukatif. Dana yang diperlukan untuk

membiayai kegiatan posyandu dihimpun dari semangat kebersamaan dan digunakan secara terpadu dari masyarakat, anggaran pemerintah daerah dan pemerintah pusat serta sumbangan swasta atau donor lainnya. Agar kegiatan posyandu dapat berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, maka perlu digali sumber dana yang saat ini masih belum digunakan khususnya penghimpunan dana secara tradisional maupun berbasis keagamaan.

Banyak manfaat posyandu yang bisa diperoleh ibu dan balita. Semua fasilitas tersebut disediakan secara gratis. Sudah selayaknya masyarakat memanfaatkan berbagai fasilitas yang disediakan oleh pemerintah tersebut. Walaupun gratis, pelayanan tersebut bukanlah sesuatu yang murah. Jika diuangkan, biaya untuk pembelian vaksin, vitamin, dan berbagai logistik posyandu tentulah sangat mahal. Oleh karena itu, setiap keluarga diharapkan aktif memanfaatkan fasilitas di posyandu. Keluarga yang aktif ke posyandu adalah keluarga yang rutin membawa anaknya ke posyandu setiap bulan. Sesibuk apapun orang tua, perlu menyempatkan diri sebulan sekali ke posyandu. Jika orang tua tidak sempat ke posyandu, maka tidak ada salahnya meminta bantuan orang lain atau pengasuh untuk mengantar anak ke posyandu. Posyandu bukan hanya tempat untuk mendapatkan imunisasi saja, tetapi juga memantau pertumbuhan berat badan, deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak, serta melakukan stimulasi tumbuh kembang balita melalui alat permainan edukatif yang tersedia di posyandu. ibu balita yang rajin datang setiap bulan keposyandu dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan balitanya sehingga apabila terjadi gangguan pada pertumbuhannya akan segera diketahui dan

cepat teratasi. Balita yang mengalami gizi kurang akan dirujuk ke puskesmas setempat kemudian diperiksa kembali dan diberi bantuan dari dinas kesehatan berupa susu formula, roti/biskuit selama 3 bulan dan dipantau pertumbuhannya sekali seminggu, apabila berat badan balita tersebut tidak menunjukkan kenaikan maka balita tersebut akan di rujuk ke Rumah Sakit untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut agar diketahui penyebab dari penurunan berat badan balita tersebut. Bagi keluarga balita yang tidak mampu yang mengalami gizi buruk diharapkan diposyandu juga dibentuk program orang tua asuh sehingga dapat membantu keluarga tersebut dalam menanggulangi masalah pertumbuhan balitanya yang mengalami gizi buruk tersebut.

Salah satu komponen yang penting dalam kinerja Posyandu adalah layanan yang diberikan oleh Posyandu tersebut. Pelayanan yang baik dan sesuai kebutuhan masyarakat, terutama yang menunjang kesehatan dan gizi ibu dan balita tentu akan mendapatkan respon yang positif. Secara ideal, pelayanan Posyandu meliputi: pemantauan gizi yaitu pemantauan kebutuhan balita, pendidikan atau penyuluhan gizi, serta pemberian makanan tambahan; kesehatan ibu dan anak; pengontrolan terhadap diare, imunisasi, serta keluarga berencana (BKKBN, 2004).

Sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja posyandu. Untuk kelancaran kegiatan posyandu perlu disediakan tempat yang memadai, selain itu juga diperlukan alat-alat penunjang lain seperti timbangan, permainan, KMS, lembar balik untuk melakukan penyuluhan dan buku register untuk mencatat hasil kegiatan posyandu. Semua sarana dan prasarana disediakan oleh dinas

kesehatan, namun karena keterbatasan dana banyak posyandu yang belum memiliki sarana yang baik ini akan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan posyandu. Hal ini sejalan dengan pendapat Yazid (1991) dalam Puspasari (2002), sarana yang tersedia di Posyandu merupakan hal yang sangat penting dan mempengaruhi kelancaran pelayanan serta mempengaruhi mutu dan jenis kegiatan di posyandu.

Selain ketersediaan sarana dan fasilitas, ketersediaan uang ibu untuk datang ke posyandu juga perlu dipertimbangkan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Siregar (2004) di Puskesmas Belawan, Mandala dan Petisah yang menunjukkan bahwa responden di puskesmas belawan dengan frekuensi kunjungan empat kali lebih tinggi dari pada di puskesmas mandala dan Petisah. Perbedaan ini terkait dengan perekonomian masyarakat di ketiga wilayah tersebut, dimana jumlah masyarakat dengan pendapatan rendah di kecamatan Belawan lebih banyak dibanding dua kecamatan lainnya, pemilihan puskesmas salah satunya karena pelayanan kesehatan dasar yang bebas biaya. Individu akan lebih mudah memanfaatkan suatu pelayanan kesehatan apabila pelayanan yang diberikan bebas biaya (Marr & Giebing, 2001).

Puskesmas dan posyandu sebagai penyedia dan pelaksana kegiatan-kegiatan pengobatan maupun prevensi penyakit terhadap komuniti-komuniti yang ada disekitarnya. Puskesmas dan posyandu sebagai sistem organisasi sosial, dimana sistem organisasi sosial ini merupakan sistem sosial yang terbentuk karena adanya kebutuhan dari masyarakat itu sendiri yang bertujuan agar dapat beradaptasi terhadap lingkungannya yang didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas yang dibentuk dan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (Manurung, 2010).

Posyandu dilaksanakan dan dikembangkan oleh masyarakat bersama Kepala Desa dan LKMD (Seksi KB-Kes dan PKK) dengan bimbingan Tim Pembina LKMD Tingkat Kecamatan. Penyelenggaraannya dilakukan oleh kader yang terlatih dibidang KB-Kes. Kader berasal dari anggota PKK, Tokoh masyarakat, pemuda dan anggota masyarakat lainnya. Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan Posyandu dapat dilaksanakan ditempat pertemuan RT/PKK atau ditempat khusus yang dibangun masyarakat sendiri (Manurung, 2009).

Dokumen terkait