• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2. Dukungan Pasangan

2.2.4. Dukungan Pasangan pada Pasien Stroke yang Mengalami Disabilitas Fungsional

Dukungan Pasangan ada secara biologis, fisiologis, psokososial, sosial dan spiritual. Dukungan secara biologis terdiri dari: untuk meneruskan keturunan, memeliharan dan membesarkan anak, memelihara dan merawat keluarga. Fungsi psikologis terdiri dari: memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan identitas keluarga. Fungsi Sosial terdiri dari: membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

Fungsi biologis terdiri dari: memenuhi kebutuhan gizi keluarga, perhatian dari suami atau istri termasuk kedalam kelompok dukungan internal yang sangat membantu pemulihan kesehatan bagi pasangannya yang dirawat (Friedman, 1998). Ketiadaan pasangan sangat mempengaruhi kondisi psikologis pasien paska stroke, dimana pasien menjadi lebih menurun kesehatannya dan kurang kooperatif berbeda dengan pasien yang didampingi oleh pasangan mereka dimana pasien menjadi lebih bersemangat dan memiliki harapan untuk mencapai kesembuhan (Anggraeni & Ekowati, 2010).

Gangguan psikologis yang dialami penderita stroke berhubungan dengan depresi, cemas, marah, dan harga diri rendah serta dukungan emosional yang rendah. Penderita stroke mengalami tingkat depresi mulai dari ringan sampai berat dengan kualitas hidup yang rendah. Ketakutan yang dialami penderita stroke berhubungan dengan kematian, kekambuhan penyakit, gambaran diri yang rendah,

perubahan feminitas, seksualitas dan ketertarikan merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya tekanan psikologis baik setelah didiagnosa maupun setelah menjalani pengobatan (Reich et al, 2007).

Handayani (2009) juga mengemukakan bahwa seseorang yang menderita stroke dan telah dilakukan pengobatan memiliki citra diri yang cenderung negatif. Namun citra diri pada pasangan penderita stroke dapat menjadi positif karena mendapatkan dukungan yang besar dari pasangan. Stroke juga memberikan dampak pada penampilan fisik bagi pasien, yang membawa akibat cukup serius terhadap keharmonisan hubungan suami dan istri (Anggraeni & Ekowati, 2010). 2.3. Landasan Teori Konsep Self-Care Deficit Orem

Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi kabutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya, oleh karena itu teori ini dikenal sebagai Self Care (perawatan diri) atau Self Care Defisit Teori. Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia, dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas Self Care mereka.

Menurut teori keperawatan Self-Care adalah pelayanan manusia yang berpusat kepada kebutuhan manusia untuk mengurus diri bagaimana mengaturnya secara terus menerus untuk dapat menunjang kesehatan dan kehidupan, sembuh dari penyakit dan menanggulangi akibat-akibatnya (Orem, 1971).Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi

kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya, oleh karena itu teori ini dikenal sebagai Self Care (perawatan diri) atau Self Care Defisit Teori.

Orem memulai pengembangan keperawatan dengan memunculkan arti keperawatan dan mengidentifikasi situasi saat seorang klien membutuhkan perawat. Orem kemudian mempunyai kesimpulan bahwa sesorang membutuhkan tindakan keperawatan saat seseorang tersebut tidak bisa merawat dirinya sendiri (Ladner, 2002). Pada tahun 1971 Orem memunculkan theory Self Care DeficitTheory of Nursing (SCDTN) dalam buku Nursing Concepts of Practice. Teori keperawatan self care deficit sebagai grand teori keperawatan terdiri dari tiga teori terkait yaitu teori self care, self care deficit, dan system keperawatan. Teori ini mempunyai beberapa elemen konsep yaitu self care, agency/agen, dan keperawatan. Dalam teorinya orem menetapkan empat konsep yang pada akhirnya bersama theory keperawatan yang lain membentuk metaparadigma keperawatan, yaitu: human being, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan.

Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktek keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori Self care di antaranya:

1. Perawatan Diri Sendiri (Self Care)

Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputiSelf Care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam

memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan. Perawatan diri sendiri dibagi pada 3 kelompok yaitu: a. Self Care Agency, merupakan suatu kemampuan individu dalam

melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain. Adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.

Kebutuhan Self Care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh.

b. Kebutuhan self care therapeutik(Therapeutic self care demand) adalah merupakan totalitas dari tindakan self care yang diinisiatifdan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan self care dengan menggunakan metode yang valid yang berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan.

c. Konsep lain yang berhubungan dengan teori self care adalah self care requisite.

2. SelfCare Defisit

Merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut Orem. Dalam teori ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau

pada kasus ketergantungan) tidak mampu atau terbatas dalam melakukan self care secara efektif. Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau adanya ketergantungan. Orem mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan dalam membantu self care:

a. Tindakan untuk atau lakukan untuk orang lain. b. Memberikan petunjuk dan pengarahan.

c. Memberikan dukungan fisik dan psychologis.

d.Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung pengembangan personal.

e. Pendidikan, perawat dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa atau semua metode tersebut dalam memenuhi self care.

Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan yang diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care baik secara kualitas. Dalam pemenuhan perawatan diri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah. Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi

support, meningkatkan pengembangan lingkungan pribadi serta

Dalam praktek keperawatan Orem melakukan identifikasi kegiatan praktek dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam pemecahan masalah (contohnya, masalah yang terjadi pada pasien atau keluarga yaitu masalah penyakit stroke). Menentukan kapan dan bagaimana pasien memerlukan bantuan secara teratur bagi pasien dan mengkoordinasi serta mengintegrasikan keperawatan dalam kehidupan sehari-hari dan asuhan keperawatan diperlukan ketika klien tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan dan sosial. 3. Teori Sistem Keperawatan

Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari pada Orem yang mengemukakan tentang pemenuhan kebutuhan diri sendiri kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan mandiri. Dalam pandangan teori sistem ini Orem memberikan identifikasi dalam sistem pelayanan keperawatan diantaranya :

a. Sistem bantuan secara penuh (Wholly Compensatory system)

Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan, dan ambulasi serta adanya manipulasi gerakan.

b. Sistem bantuan sebagian (Partially Compensatory System )

Merupakan sistem dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien yang Stroke dimana pasien ini tidak memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok gigi, cuci muka akan tetapi butuh pertolongan perawat atau pasangan dalam melakukan perawatandiri. Contohnya perawatan pada pasien strokedimana pasien tidak memiliki kemampuan untuk melakukan BAB dan BAK karena mengalami gangguang mobilitas.

c. Sistem Suportif dan Edukatif

Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agar pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran. Contoh pemberian pendidikan kesehatan pada ibu dan bapak (keluarga) yang memerlukan informasi tentang perawatan pasien stroke.

Fokus dalam ketiga teori ini adalah perawatan diri yang didefinisikan sebagai “praktik atau aktivitas individu memulai dan menunjukkan keperluan mereka sendiri dalam memelihara hidup, kesehatan, dan kesejahteraan” (Orem, 1985, hlm. 84). Perawatan diri tidak terbatas pada seseorang yang memberikan perawatan untuk dirinya sendiri, hal ini termasuk perawatan yang ditawarkan oleh orang lain untuk keperluan orang lain. Perawatan mungkin ditawarkan oleh

anggota keluarga atau orang lain hingga orang tersebut mampu untuk melakukan perawatan diri. Perawatan diri mempunyai tujuan dan berperan terhadap integritas struktural, fungsi, dan perkembangan manusia (Orem, 1985, hlm. 86). Tujuan yang ingin dicapai adalah keperluan universal, perkembangan, dan perawatan kesehatan akibat penyimpangan kesehatan.

Ketiga tipe keperluan perawatan diri yang dikemukakan Orem adalah universal, perkembangan, dan penyimpangan kesehatan. Keperluan perawatan diri universal ditemukan pada seluruh manusia dan dihubungkan dengan proses kehidupan dan kesejahteraan umum mereka. Kebutuhan perkembangan berhubungan dengan tahapan-tahapan yang berbeda yang dialami manusia. Kebutuhan yang ketiga disusun hasil dari atau dikaitkan dengan penyimpangan dalam aspek struktur dan fungsi manusia (Orem, 1991, hlm. 125). Orem mengoperasionalkan masing-masing dari kebutuhan-kebutuhan ini. Fokus keperawatan adalah pada pengidentifikasian kebutuhan perawatan diri, perancangan metode dan tindakan untuk memenuhi kebutuhan, dan “totalitas kebutuhan untuk tindakan perawatan diri” (Orem, 1985, hlm. 88).

Pemberi perawatan diri, apakah diri sendiri maupun orang lain, disebut “agen perawatan diri”. Hal ini merupakan suatu kesatuan yang digambarkan dalam perkembangan dan dapat dioperasionalkan, yang dipengaruhi oleh beberapa variabel dan latar belakang genetik, kultural, dan pengalaman, dan dalam istilah keadekuatan. Hal yang paling terakhir dapat dievaluasi dengan mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan perawatan diri (Orem, 1987).

Kondisi klien yang dapat mempengaruhi self-care dapat berasal dari faktor internal(dari dalam diri individu) dan eksternal(dari luar diri individu), faktor internal meliputi usia, tinggi badan, berat badan, budaya/suku, status perkawinan, agama, pendidikan dan pekerjaan. Adapun faktor luar meliputi dukungan keluarga dan budaya masyarakan dimana klien tinggal.

Klien dengan kondisi tersebut membutuhkan perawatan diri yang bersifat kontinun atau berkelanjutan. Adanya perawatan diri yang baik akan mencapai kondisi yang sejahtera. Klien membutuhkan tiga kebutuhan self care berdasarkan teori Orem yaitu:

1. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri secara menyeluruh) seperti pada pasien stroke dimana membutuhkan perawatan total harus dengan bantuan orang lain baik perawat dan keluarga terlebih dari pasangan.

2. Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri

pengembangan) fungsi klien sesuai dengan fungsi perannya. Perubahan fisik pada klien dengan stroke antara lain menimbulkan ketidakmampuan dalam melakukan sebagian saja dimana pasien tidak mampu makan, mandi, memakai baju, BAK, BAB, ke WC dan berjalan harus dengan bantuan orang lain.

3. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri penyimpangan kesehatan) penyimpangan kesehatan seperti adanya stroke yang disertai dengan penyakit lain seperti DM dan dipertensi yang dapat menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi),

hipotensi(tekanan darah rendah),perubahan sensorik (perubahan pada indera perasa), takikardi (frekuensi jantung yang meningkat) dan hemiparesis (kelumpuhan separu badan). Pasien Stroke akan mengalami penurunan pola makan dan adanya komplikasi yang dapat mengurangi kerharmonisan pasangan dalam melakukan hubungan intim.

Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang di alami oleh pasien dengan Stroke menurut Orem disebut dengan self care-deficit. Menurut Orem peran perawat dalam hal ini yaitu mengkaji klien sejauh mana klien mampu untuk merawat dirinya sendiri dan mengklasifisikannya sesuai dengan klafisikasi kemampuan pasien.

Dukungan dan perawatan dari orang lain terutama pasangan merupakan hal yang utama atau teori pertama dari konsep ini dimana gambaran konseptual penerima perawatan sebagai manusia yang tidak mampu melakukan perawatan diri secara kontinyu dan independen dikarenakan hal-hal yang terkait dengan kesehatan atau keterbatasan (Orem, 1985, hlm. 34). Teori kedua, “teori perawatan diri” berdasar pada ide sentral bahwa suatu hubungan muncul antara tindakan perawatan diri yang dipertimbangkan serta perkembangan dan fungsi individu dan kelompok. Teori ketiga, “teori sistem keperawatan” yang menggambarkan kebutuhan perawatan diri terapeutik dan tindakan-tindakan serta sistem-sistem yang terlibat dalam perawatan diri dalam konteks hubungan interpersonal dan yang dibangun dalam diri manusia dengan defisit perawatan diri (Orem dan Taylor, 1986, hlm. 44).

Dalam penelitian ini pasangan mempunyai dukungan dan peranan dalam memberikan perawatan diri kepada pasangan yang mengalami suatu penyakit seperti stroke dimana salah satu tujuan keperawatan model Orem adalah Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) yaitu pasangan bagi pasien untuk memberikan asuhan dependen jika self care tidak memungkinkan, oleh karenanya self care deficit.

2.1 Skema Model Konseptual Orem Self – Care

Tidak mampu merawat diri sendiri Mempunyai tingkat

ketergantungan Tidak mampu melakukan

pengobatan dengan mandiri

Self – Care Agency

Nursing Agency Pasanganmerupakan nursing agency Self – CareDemands Terpenuhinya kebutuhan pasien selama sakit Tingkat Ketergantungan teratasi Pengobatan berjalan dengan baik Beban pasien berkurang

selama sakit Deficit

<

Relationship Relationship Relationship Relationship Relationship

Dokumen terkait