• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Dunia Usaha Sebagai Stakeholder Perguruan Tinggi

Dewasa ini Pendidikan Tinggi Indonesia dalam rangka mewujudkan visi Indonesia 2020 masyarakat dan bangsa Indonesia mengalami beberapa tantangan. Salah satu tantangan yang berat ialah keinginan untuk maju. Dalam TAP MPR-RI No. VII/MPR/ 2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan dijelaskan bahwa tantangan untuk maju adalah antara lain tersedianya sumber daya manusia yang bermutu.(Tilaar, 2003:297).

Sumber daya manusia yang bermutu hanya dapat dicapai melalui sistem pendidikan yang berkualitas yang mampu melahirkan sumber daya manusia yang andal dan berakhlak mulia, mampu bekerjasama dan bersaing di era globalisasi dengan tetap mencintai tanah air. Sumber daya manusia yang bermutu tersebut memiliki keimanan dan ketakwaan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja, dan mampu membangun budaya kerja yang produktif dan berkepribadian. Kualitas SDM yang diharapkan tersebut di atas masih jauh dari produk pendidikan tinggi kita. Di dalam berbagai penelitian internasional seperti yang dilaksanakan oleh majalah ASIAWEEK beberapa tahun lalu menunjukkan beberapa mutu pendidikan tinggi Indonesia di kawasan Asia/Pasifik tidak menggembirakan.

Dalam TAP MPR No. 7/2001 dikatakan bahwa visi Indonesia 2020, yaitu keinginan untuk maju diperlukan upaya-upaya sebagai berikut:

1. meningkatkan kemampuan bangsa dalam pergaulan antar bangsa.

2. meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga mampu bekerjasama dan bersaing dalam era global.

3. meningkatkatnya kualitas pendidikan sehingga tenaga kerja yang berkompeten sesuai dengan standar nasional dan internasional.

4. meningkatkan disiplin dan etos kerja.

5. meningkatnya penguasaan ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi serta pemberdayaannya dalam masyarakat.

6. teraktualisasinya keragaman budaya Indonesia.

Peran pendidikan dalam mewujudkan semangat untuk maju tersebut di atas perlu diprogramkan dalam tahap-tahap pengembangannya. Dalam rangka menghasilkan produk pendidikan tinggi yang bermutu, salah satu upayanya ialah melaksanakan prinsip-prinsip manajemen seperti Total Quality Manajement. Dalam konsep TQM tersebut dikemukakan lima prinsip penting (Creech, 1995 dalam Tilaar 2003: 305), yaitu organisasi sebagai pusat pengembangan mutu, produk yang releven dengan kebutuhan konsumen, proses yang diarahkan kepada produk bermutu sebagaimana yang diharapkan, adanya kepemimpinan yang kuat, dan akhirnya adanya komitmen dari seluruh aktivitas akademika dan seluruh stakeholder pendidikan tinggi untuk mewujudkan visi dan misi pendidikan tinggi. Upaya ini tentunya perlu diikuti oleh seluruh stakeholder pendidikan tinggi sebagaimana yang dikemukakan oleh Kolter. Antara PTN dan PTS yang merupakan sistem pendidikan tinggi nasional perlu dijalin suatu kerjasama yang saling menguntungkan antara keduanya. Pengembangan pendidikan tinggi nasional dengan arah yang telah dikemukaakan di atas antara lain menuntut adanya otonomi pendidikan tinggi dalam kerangka kerjasama dari seluruh lembaga pendidikan tinggi tanpa

mendiskriminasikan antara PTN dan PTS. Dengan demikian, akuntanbilitas pendidikan tinggi nasional akan semakin baik, demikian pula relevansi pendidikan tinggi akan meningkatkan sejalan dengan meningkatkannya peran stakeholder pendidikan tinggi (Tilaar, 2003: 297-306).

Pengembangan sistem pendidikan tinggi nasional perlu direstrukturisasi. Perstoika sistem pendidikan tinggi ini meliputi berbagai aspek, antara lain keseimbangan program studi, peningkatan mutu, dan hubungan antara PTN dan PTS. Seperti telah diuraikan, sistem pendidikan nasional kita sebenarnya belum memadai memproduksi tenaga-tenaga sarjana secara kuantitatif. Peran PTS dalam kaitan ini akan sangat membantu, asal outputnya memperhitungkan program-program studi yang sangat diperlukan dalam pembangunan nasional. Khususnya program studi ilmu sosial dan keguruan perlu diatur agar outputnya sesuai dengan kebutuhan. Selain itu mutu pendidikan terus ditingkatkan, antara lain dengan meningkatkan kualifikasi tenaga dosen, sarana dan prasarana belajar yang memadai (Tilaar, 1993: 184).

Setiap perguruan tinggi yang baik berusaha untuk menghasilkan sarjana yang baik berkualitas. Untuk itu dalam mencapai tujuan itu perguruan tinggi akan berusaha mengarahkan dan mengoptimalkan proses belajar mengajarnya secara efektif. Dalam hal ini peranan dosen sangat menentukan. Pengajaran harus mampu membina kemahiran peserta didik untuk secara kreatif dapat menghadapi masalah yang sama atau masalah yang sama sekali baru. Pemikiran yang kreatif tersebut dapat menghasilkan tindakan-tindakan

yang kreatif pula. Untuk itu pengajaran harus mampu membuat peserta didik mengembangkan pemikiran dan tindakan kreatif.

Pengajaran yang berkualitas adalah pengajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa. Mahasiswa diajak untuk menentukan, membandingkan, menyimpulkan, menganalisis, membedakan, dan lain-lain. Dalam proses pengajaran, proses belajar memegang peranan yang vital. Sehingga penting sekali memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar mahasiswa, agar didapat bimbingan dan lingkungan belajar yang tepat.

Community engagement atau pelibatan diri warga universitas dalam upaya mengatasi aneka problem sosial masyarakat disekitarnya bisa berupa : (1) aneka bentuk layanan profesional (professional community service); (2) penyelenggaraan aneka program pembelajaran jarak jauh (distance education); (3) penyelenggaraan penelitian dengan melibatkan warga masyarakat sebagai subjek yang diteliti (research site); (4) penyelenggaraan penelitian partisipatik yang bermanfaat bagi masyarakat sesuai kebutuhan yang dirasakan sendiri oleh masyarakat (participatory action research); (5) penyelenggaraan pembelajaran dalam pelayanan (service learning) yang melibatkan pembelajar dalam karya pengabdian yang bermanfaat bagi masyarakat yang dilayani atau diajak bermitra

Dalam rangka menentukan model atau sistem pembelajaran yang diharapkan mampu menumbuhkan kompetensi dalam diri pembelajar dan sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat dewasa ini, maka salah satu bentuk

implementasi yang relevan adalah konsep Service Learning (SL) atau “pembelajaran dalam pelayanan”. Model pembelajaran ini mampu mengintegrasikan semua bentuk scholarship di perguruan tinggi, khususnya Tri Dharma perguruan tinggi, lewat pelibatan pembelajaran dalam mengatasi suatu problem nyata yang dihadapi oleh masyarakat. Service Learning menunjukan pada pelibatan secara aktif pembelajaran dalam upaya mengatasi problem yang dihadapi oleh masyarakat.

Lembaga pendidikan berfungsi sebagai wadah untuk memperoleh, meningkatkan dan mempertahankan kemampuan individu. Dalam kegiatan belajar aspek kognisi (pengetahuan), afeksi (rasa, sikap), konasi (perbuatan, ketrampilan) perlu mendapat perhatian secara cukup, agar dengan demikian mahasiswa mengalami perkembangan menuju terbentuknya pribadi yang bulat, utuh seimbang. Untuk itu agar proses belajar mengajar memperoleh hasil yang optimal, maka proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi dengan baik.

Lembaga pendidikan tinggi diharapkan mampu menghasilkan lulusan sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau dunia kerja, baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Peningkatan relevansi antara pendidikan tinggi dan dunia kerja dapat ditempuh dengan cara menyesuaikan program pengembangan pendidikan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh agar lembaga pendidikan timggi lebih memperhartikasn kebutuhan dunia kerja: (1) mengembangkan program pelatihan baru; (2) melakukan program-program penelitian yang berkaitan

dengan organisasi atau dunia kerja; (3) memformulasikan kurikulum lembaga pendidikan tinggi. Ketiga pilihan cara tersebut memberikan petunjuk adanya keinginan dipihak pengguna lulusan perguruan tinggi atau dunia kerja agar lembaga pendidikan tinggi tidak hanya mementingkan program-program akademik yang memberikan tekanan pada teori, terapi juga kepada hal-hal yang praktis yang langsung menyangkut dunia kerja.

Kualitas sumber daya manusia itu menyangkut banyak aspek, seperti aspek sikap mental atau perilaku, aspek kemampuan, aspek inteligensi, aspek agama, aspek hukum, dan aspek kesehatan (Almasdi, 2006;19). Kualitas adalah suatu inovasi ilmiah yang digunakan dalam berbagai bidang pengetahuan. Menurut kamus dan ensiklopedi kualitas menunjukkan pada suatu produk sesuai standar tertentu (Darvis, 1983, dalam Semiawan, 1999:66). Jadi kualitas adalah sistem tentang pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan nilai pada tingkat tertentu yang paramaternya ditentukan oleh masyarakat ilmiah tertentu.

C. Profesi dan Posisi Jabatan Alumni Perguruan Tinggi

Dokumen terkait