• Tidak ada hasil yang ditemukan

DYSPLASIA– CLEFT LIP/PALATE SYNDROME

Dalam dokumen E-book Plk Perdoski 2014 (Halaman 134-145)

97Dermatologi Infeksi

DYSPLASIA– CLEFT LIP/PALATE SYNDROME

Mutasi yang menyebabkan EEC dan AEC terletak pada kelompok (cluster) yang berbeda pada gen tsb.

 Sindrom AEC merupakan kelainan dominan autosomal dengan penetransi lengkap dan ekspresi bervariasi.

Gambaran klinis Dermatologi

 Pada 90% bayi yang terkena, saat lahir didapatkan kulit mengelupas dan erosi superfisial, menyerupai membran kolodion. Skuama akan mengelupas dalam beberapa minggu dan kulit di bawahnya kering dan tipis.

 Sering didapatkan dermatitis erosif kronik dengan granulasi abnormal pada kulit kepala. Pada kulit kepala juga sering terjadi infeksi bakterial rekuren.

 Pada kulit kepala selalu terdapat alopesia patchy, dan rambut kepala yang ada sering wiry, kasar dan berwarna terang. Rambut tubuh jarang bahkan tidak ada.

 Biasa dijumpai atresia atau obstruksi duktus lakrimalis.

 Kuku dapat normal, atau hiperkonfeks dan menebal, distrofi parsial atau bahkan tidak ada kuku. Seluruh perubahan dapat ditemukan pada pasien yang sama.

 Kemampuan berkeringat biasanya normal, meskipun beberapa pasien merasakan intoleransi panas secara subyektif.

Sistemik

 Celah palatum dengan atau tanpa celah bibir terjadi pada 80% pasien yang dilaporkan.  Mungkin didapati hipodonsia dengan gigi yang

tidak tumbuh atau salah tumbuh.

 Sering terjadi otitis media berulang dan kehilangan pendengaran konduktf sekunder, yang mungkin merupakan konsekuensi celah palatum.

SINDROM EEC, ECTRODACTYLY-ECTODERMAL

DYSPLASIA– CLEFT LIP/PALATE SYNDROME

(EEC, OMIM 129900)

 Sindrom ini diturunkan secara dominan autosomal yang melibatkan jaringan ektodermal dan mesodermal.

121

Genodermatosis

G e n o d e r m a t o s i s | 121   

Gambaran klinis

Sindrom EEC ditandai oleh ektrodaktili (split hand or foot deformity, lobster-claw deformity) yang merupakan gambaran utama. Selain itu didapatkan juga celah bibir/palatum, hipotrikosis, hipodonsia, distrofi kuku, anomali duktus lakrimalis, dan kadang hipohidrosis.

 Pada kasus tanpa celah bibir/palatum, morfologi wajah khas dengan hipoplasia maksilaris, filtrum pendek, dan broad nasal tip.

 Kelainan gigi meliputi mikrodonsia dan oligodonsia dengan hilangnya gigi sekunder yang awal/prematur. Sering terjadi karies berat.

 Dapat terjadi hipohidrosis, tetapi relatif ringan.  Kuku dapat hipoplastik dan distrofik

 Retardasi mental terjadi pada 5-10% kasus.  Kelainan genitourin sering ditemukan, meliputi

hipospadia glandular, uretheric reflux, dan hidronefrosis.

Diagnosis banding

Odontotrichomelic syndrome (OMIM 273400)

Aplasia kutis kongenital dengan defek ekstremitas (sindrom Adams-Oliver; OMIM 100300)

Ektrodaktili dengan celah palatum tanpa displasia ektodermal (OMIM 129830)

III. Penatalaksanaan umum : Nonmedikamentosa:

 Menjaga keseimbangan suhu tubuh (termoregulasi) dengan senantiasa berada di ruang sejuk (ber-AC) atau lembab, mandi air dingin, pakaian tipis, banyak minum, menghindari udara panas, dan mengurangi aktivitas yang menyebabkan berkeringat.  Konseling genetik

- Penjelasan pola penurunan genetik dan risiko pada setiap kelahiran anak perempuan umumnya, dan bila laki-laki terkena dapat berakibat berat dan fatal - Penjelasan penyakit dan progresivitas:

kelainan tidak hanya di kulit tetapi dapat mengenai organ lainnya

 Konseling pra-marital Medikamentosa:

Penatalaksanaan penyakit dikerjakan secara multidisiplin:

1. Topikal:

 Pelembab (misalnya urea 10%) untuk kulit kering

122 Genodermatosis

G e n o d e r m a t o s i s | 122   

 Asam salisilat 3-5% dalam salap/emolien untuk hiperkeratosis palmoplantar

 Perbaikan/restorasi gigi, konsultasi dokter gigi  Mata: air mata artifisial

 Tenggorokan kering: saliva artifisial  Paru: hindari rokok, lingkungan berdebu. 2. Sistemik:

Antibiotik bila terjadi infeksi pada kuku atau infeksi lainnya. Konsultasi dengan dokter spesialis lain sesuai dengan organ yang terkena.

Tindak lanjut:

Pantau setiap satu bulan sekali

Konsultasikan ke dokter spesialis sesuai kebutuhan

IV. Kepustakaan : 1. Bree AF, Agim N, Sybert VP. Ectodermal Dysplasias.

Dalam: Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, et al. editor. Mc Grew Hill: New York, 2012 p. 1691-702.

2. Bergendal B. Orodental manifestations in ectodermal dysplasia: A review. Am J Med Genet A. 2014 doi: 10.1002/ajmg.a.36571. [Epub ahead of print]

3. Itin PH. Etiology and pathogenesia of ectodermal dysplasias: Am J Med Genet A. 2014. doi: 10.1002/ajmg.a.36550. [Epub ahead of print]

.

123

Genodermatosis

G e n o d e r m a t o s i s | 123 C.6. IKTIOSIS (Q80.9)

I. Definisi : Istilah iktiosis digunakan untuk kelompok kelainan

kulit yang mempunyai gambaran utama berupa skuama generalisata. Kelompok iktiosis secara klinis maupun etiologi sangat heterogen sehingga terdapat kesulitan dalam klasifikasinya.

Pada PPM ini klasifikasi didasarkan pada iktiosis yang tidak disertai sindrom, iktiosis yang disertai sindrom, kelainan yang berkaitan dengan iktiosis, dan iktiosis didapat (Tabel.1)

Secara prinsip, iktiosis dapat diturunkan atau didapat, timbul sejak lahir atau setelahnya, dapat terbatas hanya pada kulit atau merupakan bagian dari kelainan multisistem. Keparahan penyakit dapat bervariasi, mulai dari kekeringan kulit misalnya pada iktiosis vulgaris sampai yang bersifat fatal misalnya iktiosis harlequin.

Iktiosis vulgaris (OMIM 146700)

Iktiosis vulgaris dominan autosomal adalah penyakit yang cukup sering dijumpai dan relatif ringan. Kelainan ini tidak dijumpai saat lahir tetapi biasanya timbul dalam tahun pertama kehidupan.

Gambaran klinis

Khas skuama putih keabuan yang menutupi terutama permukaan ekstensor ektremitas dan badan.Skuama lebih prominen pada permukaan ekstensor ekstremitas, tidak dijumpai pada sisi fleksor dan daerah diaper. Skuama halus, putih sering dijumpai pada daerah yang luas. Ekstremitas bawah sering merupakan daerah yang paling berat terkena, skuama melekat di tengah, dengan “cracking” (fisura superfisial pada stratum korneum) pada tepinya.

Beberapa kelainan yang sering ditemukan pada iktiosis vulgaris adalah:

 Keratosis folikularis, ditemukan terutama pada anak-anak dan remaja.

Aksentuasi palmoplantar marking yang merupakan gambaran khas dan terdapat pada 80-90% pasien.

Penatalaksanaan

 Iktiosis vulgaris berespons baik terhadap salap topikal yang mengandung urea atau asam laktat.  Hati-hati penggunaan urea pada daerah tubuh

yang luas sebelum usia 1 tahun (boleh diberikan, tetapi harus dalam pengawasan dokter bila daerah luas)

124 Genodermatosis

G e n o d e r m a t o s i s | 124   

 Iktiosis vulgaris tidak boleh diterapi dengan salap yang mengandung salisilat karena dapat menyebabkan keracunan yang membahayakan jiwa disebabkan oleh absorpsi perkutan.

 Diagnosis pasti: riwayat keluarga dan pemeriksaan tambahan, misalnya pemeriksaan histopatologi atau biokimia untuk menyingkirkan iktiosis resesif terkait-X (terkait-X-linked recessive ichthyosis), misalnya tes steroid sulfatase atau elektroforesis lipoprotein. Iktiosis resesif terkait X (X-linked XRI)  XRI merupakan iktiosis tipe ke 2 terbanyak  Diagnosis prenatal defisiensi sulfatase plasenta

memungkinkan diketahuinya diagnosis sejak awal, tetapi pemeriksaan ini belum pernah dilakukan di Indonesia.

 Saat lahir skuama halus tidak terlihat nyata; mulai usia 2-6 bulan hiperkeratosis tebal berwarna coklat gelap sampai kuning kecoklatan menutupi badan, ekstremitas, dan leher. Skuama tidak didapatkan pada wajah namun didapatkan pada preaurikular.

 Palmar dan plantar normal yang dapat membedakan dengan iktiosis vulgaris.

 Abnormalitas pada mata jarang didapatkan, tetapi 10-50% laki-laki yang terkena dan pada beberapa wanita karier ditemukan opasitas kornea asimtomatik.

Dari beberapa laporan kasus tidak didapatkan ektropion, eklabium, kelainan kuku maupun rambut.

Epidermolitik hiperkeratosis

(sin: Bullous congenital ichthyosiform erythro-derma of Brocq, Bullous ichthyosis; OMIM 113800)  Merupakan kelainan dominan autosomal dengan

penetrans lengkap tetapi mempunyai variabilitas klinis yang luas.

 Sangat jarang, insidens sekitar 1:200000 sampai 1:300000;

 Disebabkan oleh mutasi heterozgot pada gen yang mengkode keratin 1 dan keratin 10 (KRT1, KRT10) yang diekspresikan pada lapisan epidermis yang berdiferensiasi.

 Hampir separuh kasus terjadi secara sporadik dan menunjukkan mutasi baru.

125

Genodermatosis

G e n o d e r m a t o s i s | 125   

Gambaran klinis

 Biasanya diketahui sejak lahir dengan adanya erosi dan daerah luas kulit yang denuded serta eritroderma, yang disebabkan oleh peningkatan fragilitas epidermis dan dipicu oleh trauma friksional selama proses persalinan.

 Pada masa selanjutnya komponen bulosa menjadi kurang prominen dan mulai tampak hiperkeratosis berat

 Kulit kepala sering terkena dan parah sehingga menyebabkan gangguan batang rambut dan kerontokan rambut.

 Bibir, mata, membran mukosa, dan gigi normal.  Pada masa bayi morbiditas perinatal tinggi serta

potensial mortalitas karena sepsis dan ketidak-seimbangan cairan dan elektrolit.

Diagnosis banding

 Staphylococcal scalded skin syndrome dan nekrolisis epidermal toksik

Penatalaksanaan

 Bayi dengan eritema, bula, erosi luas, dan kulit yang denuded memerlukan perawatan di neonatal intensive care unit. Harus dihindari trauma terhadap kulit dan timbulnya bula, monitor terhadap terjadinya sepsis

 Pada beberapa pasien diperlukan terapi dengan antibiotik spektrum luas

Terapi topikal:

 Seperti iktiosis kongenital lain, terapi hiperkeratosis epidermolitik adalah simtomatik  Hiperkeratosis yang luas, tebal, keras

memerlukan hidrasi, lubrikasi, dan terapi keratolitik (krim dan lotion yang mengandung urea, asam salisilat, asam alfa hidroksi, atau propilen glikol). Namun demikian sering tidak dapat ditoleransi dengan baik terutama pada anak-anak, karena adanya rasa terbakar dan stinging jika terdapat fisura atau kulit denuded. Aplikasi topikal asam salisilat dan asam laktat harus hati-hati karena risiko absorbsi sistemik  Tretinoin topikal dan preparat Vit D efektif tetapi

dapat menyebabkan iritasi kulit.

 Berendam untuk melembabkan kulit dan abrasi mekanis pada stratum korneum yang menebal (gosok hati-hati dengan sikat lembut, spons, dsb)  Pemakaian antiseptik, misalnya sabun

anti-bakterial, klorheksidin, atau iodin dapat membantu mengontrol kolonisasi bakterial.

126 Genodermatosis

G e n o d e r m a t o s i s | 126   

 Dianjurkan penggunakan lubrikans dan emolien setidaknya 2 kali sehari, dilakukan segera setelah mandi

 Infeksi kulit bakterial biasa dijumpai pada hiper-keratosis epidermolitik dan sering memicu bula sehingga memerlukan terapi topikal dengan salap antibiotik atau bahkan antibiotik oral.

Terapi sistemik

 Retinoid oral sangat efektif untuk mengurangi hiperkeratosis dan frekuensi infeksi pada pasien dengan EH generalisata, namun demikian obat ini dapat meningkatkan fragilitas epidermis dan dapat menyebabkan eksaserbasi bula. Dianjurkan memulai terapi dengan dosis yang sangat rendah dengan tujuan mencapai dosis pemeliharaan serendah mungkin.

 Meskipun antibiotik oral sangat membantu selama episode bula dan superinfeksi bakterial, terapi preventif yang terus-menerus (antibiotik oral atau topikal) harus dihindari karena risiko ber-kembangnya resistensi bakterial.

Iktiosis lamelar (IL)

(sin: Nonbullous congenital ichthyosiform erythro-derma, Non-erythrodermic autosomal recessive lamellar ichthyosis)

 Kelainan genetik heterogen dan pada sebagian besar keluarga diturunkan secara resesif autosomal

 Sangat jarang, prevalensi sekitar 1:200000 sampai 1:300000 kelahiran hidup

Gambaran klinis

 IL merupakan kelainan kornifikasi berat yang tampak sejak lahir.

 Sebagian besar bayi yang terkena saat lahir ter-bungkus oleh membran kolodion disertai eritroderma.  Dalam beberapa minggu pertama kehidupan,

membran kolodion secara bertahap menjadi skuama lebar generalisata

 Secara khas IL ditandai oleh skuama lebar, coklat gelap, pipih yang membentuk pola mosaik dengan eritroderma minimal atau tidak ada. Skuama melekat di tengah dan meninggi pada tepinya, sering menimbulkan fisura superfisial. Skuama lebar ini selain terdapat pada hampir seluruh tubuh juga terdapat pada wajah, fleksura, telapak tangan dan telapak kaki.

127

Genodermatosis

G e n o d e r m a t o s i s | 127   

 Ketegangan kulit wajah sering menyebabkan ektropion, eklabium, serta hipoplasia kartilago nasal dan aurikular.

 Ektropion yang parah dapat menimbulkan madarosis, konjungtivitis, dan penutupan kelopak mata yang tidak sempurna yang dapat menyebabkan keratitis.

Pada kepala terdapat alopesia skar (scarring alopecia) terutama pada bagian perifer skalp, yang merupakan gambaran umum pada IL.  Peradangan pada lipatan kuku (nail folds) dapat

menyebabkan distrofi kuku dengan penebalan lempeng kuku dan rigi kuku.

Diagnosis banding

Eritroderma iktiosiformis kongenital (congenital ichthyosiform erythroderma), sindrom Netherton, sindrom Sjögren-Larsson, dan trikotiodistrofi. Penatalaksanaan

 Sama dengan epidermolitik hiperkeratosis (bullous congenital ichthyosiform erythroderma) Terapi topikal:

 Sama dengan epidermolitik hiperkeratosis (bullous congenital ichthyosiform erythroderma) Terapi sistemik

 Sama dengan epidermolitik hiperkeratosis (bullous congenital ichthyosiform erythroderma)

II. Kriteria diagnostik :

Klinis :  Awitan dan riwayat perjalanan penyakit

 Penurunan genetik

 Tempat predileksi: lokal, generalisata atau universalis

 Skuama yang spesifik mirip sisik ikan, variasi ukuran, warna dan tebal bergantung jenis. - Gambaran klinis: kelainan pada kulit, kuku,

rambut, SSP, dan mata - Gejala sistemik yang menyertai

Diagnosis banding

- Pemeriksaan

penunjang

:

: Pemeriksaan PA

 Iktiosis vulgaris: hiperkeratosis dan stratum granulosum menipis

Resesif terkait-X (X-linked): hiperkeratosis, stratum granulosum menebal

 Iktiosis lamelar klasik: hiperkeratosis, stratum granulosum menebal

128 Genodermatosis

G e n o d e r m a t o s i s | 128   

 Iktiosiform eritroderma nonbulosa: akantosis, para- keratosis, hipergranulosis.

 Epidermolitik hiperkeratosis: hiperkeratosis, vakuolisasi (mikro-vesikel)

III. Kepustakaan : 1. Richard G, Moss C, Traupe H, et al. Ichthyosis and

disorders of cornification. Dalam: Pediatric Dermatology. Schachner LA, Hansen RC, editor. London:Mosby 2003. p. 385-445.

2. Oji V, Traupe H., Ichthyoses: Differential diagnosis and molecular genetics. Eur J Dermatol 2006; 16: 349-59. 3. Fleckman P, DiGiovanna JJ. The Ichthyosis. Dalam:

Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. Editor: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, et al. Editor. 2012, Mc Graw Hill: New York. p. 507-37

4. Richard G, Ringpfeil F. Ichthyoses,

erythrokeratodermas and related disorders. Dalam Dermatology. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, editor. Mosby, London 2013. P837-862.

5. 5. Judge MR, Mclean WHI, Munro Cs. Disorders of Keratinization. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s Textbook of Dermatology. 8th ed. United Kingdom: Willey Blackwell;2010. 19.4-19.64                            

PERDOSKI

129

Genodermatosis

G e n o d e r m a t o s i s | 129   

Tabel 1. Klasifikasi iktiosis 

Tipe Diagnosis OMIM

Iktiosis

non-sindromik Iktiosis vulgaris 146700

Iktiosis terkait-X 308100

Epidermolitik hiperkeratosis Brocq (EHK) 113800 146600

Iktiosis bullosa Siemens 146800

Iktiosis histriks Curth-Macklin 146590

Nonbullous congenital ichtyosiform erythroderma (NBCIE) 242100 604780

Iktiosis lamellar 242300

601277 604777 CIE/ iktiosis lamellar tipe intermediate 604781 Iktiosis lamellar autosomal dominan kongenital iktiosiformis eritroderma 146750

Iktiosis in confetti

Harlequin fetus 242500

Sindrom peeling skin tipe A

Iktiosis disertai

sindrom Sindrom Netherton/ iktiosis linearis sirkumfleksa 256500

Sindrom Sjögren-Larsson 270200

Neutral lipid storage disease 275630

Penyakit Refsum 266500

Trikotiodistrofi 601675

Infantile Gaucher disease

Sindrom Neu-Laxova

Sindrom Zunich-Kaye (Sindrom CHIME: ocular colobomas, congenital hearth disease, early onset ichthyosiform dermatosis, mental retardation and ear anomalies (conductive hearing loss), epilepsy),

X-linked dominant chondrodysplasia punctata (sindromConradi-Hünermann-Happle)

Rhyzomelic chondrodysplasia punctata Cardiofasciocutaneous syndrome Restrictive dermopathy Multiple sulfatase deficiency

Kelainan yang

berkaitan Sindrom KID (keratitis-ichthyosis-like-deafness)

Sindrom CHILD (Congenital hemydysplasia ichthyosiform nevus and limb

defect)

Mutilating keratoderma dengan iktiosis

Sindrom KLICK (keratosis linearis with ichthyosis congenita and sclerosing

keratoderma)

Keratosis spinulosa decalvans.

Sindrom IFAP (Ichthyosis follicularis, atrichia, and photophobia)

Ichthyosis, follicular atrophoderma, hypotrichosis, and hypohidrosis Migratory ichthyosis with diabetes mellitus

Ichthyosis, hepatosplenomegaly, and cerebellar degeneration

Ichthyosis-mental retardation syndrome with large keratohyalin granules in the skin

Sindrom eritroderma iktiosiformis, keterlibatan kornea, ketulian; autosomal resesif

Iktiosis didapat

130 Genodermatosis

G e n o d e r m a t o s i s | 130 C.7. NEUROFIBROMATOSIS TIPE 1 (Q85.01)

I. Definisi : Kondisi autosomal dominan dengan insiden 1:3000

kelahiran hidup

II. Kriteria diagnostik :

Klinis : 1. Enam atau lebih makula cafe-au-lait lebih

besar dari 5 mm pada individu prepubertal, dan lebih dari 15 mm pada individu postpubertal

2. Dua atau lebih neurofibroma tipe apapun atau satu neurofibroma pleksiform

3. Freckling pada regio aksila atau inguinal 4. Glioma optikum

5. Dua atau lebih nodul Lisch iris

6. Lesi tulang yang dapat dibedakan seperti sphenoid displasia atau penipisan korteks tulang panjang dengan atau tanpa pseudarthrosis

7. Saudara tingkat pertama (orang tua, saudara) dengan NF-1 dengan kriteria di atas

Diagnosis banding :  Neurofibromatosis tipe 1

 Neurofibromatosis tipe 2

Familial cafe-au-lait spots  Sindrom LEOPARD

III. Pemeriksaan penunjang : 1. Pemeriksaan histopatologi

2. Evaluasi radiologik

IV. Penatalaksanaan : 1. Konseling genetik

2. Pemeriksaan ophtalmologik 3. Pemeriksaan tekanan darah

4. Bedah LASER untuk café-au-lait spots 5. Bedah eksisi untuk Neurofibroma kutaneus

V. Kepustakaan : 1. Robert Listernick dan Joel Charrow. The

Neurofibromatoses. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: Mc Graw-Hill; 2012.p.1680-8 2. Disorders of Pigmentation. In: Paller A dan Mancini

A, eds. Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology. 4th ed. London: Elsevier; 2011.p. 234-67

131

Dalam dokumen E-book Plk Perdoski 2014 (Halaman 134-145)

Dokumen terkait