• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengaturan Dan Pelaksanaan Pidana Badan (Corporal Punishment) Di Nanggroe Aceh Darussalam, Dilihat Dari Perspektif Kajian

A. 3. e. Tindak Pidana di Bidang Pengelolaan Zakat

Zakat merupakan kewajiban bagi orang Islam yang berfungsi untuk membersihkan harta dan jiwa. Zakat juga merupakan sumber dana yang potensial dalam mewujudkan kesejahteraan, keadilan sosial guna meningkatkan hidup kaum dhuafa serta sebagai salah satu sumber daya pembangunan umat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.224

Adapun beberapa hikmah dan manfaat apabila seseorang telah menunaikan kewajiban berzakat, yang dapat kita peroleh dari menunaikan kewajiban zakat, antala lain;225

1. Sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-nya, menumbuhkan akhlaq yang mulia dengan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan harta yang dimiliki.

2. Menolong, membantu dan membina kaum dhuafa (orang yang lemah secara ekonomi), maupun mustahiq lainnya kearah kehidupannya yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT terhindar dari bahaya kekhufuran, sekaligus memberantas sifat iri, dengki yang timbul seketika mereka (orang-orang kaum miskin), melihat orang kaya yang berkecukupan hidupnya tidak memperdulikan mereka.

223

Pasal 14 ayat (4) Qanun Nomor 11 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan Syari’at Islam Bidang Aqidah, Ibadah, dan Syiar Islam.

224

Penjelasan Qanun Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat.

225

3. Sebagai sumber dana bagi pembangunan sarana/ prasarana yang dibutuhkan oleh umat Islam seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kualitas sumber daya manusia muslim

4. Untuk mewujudkan keseimbangan dalam kepemilikan dan distribusi harat, sehingga diharapkan akan lahir masyarakat

marhammah di atas prinsip ukuwah Islammiyah dan takaful ijtima’.

5. Menyebarkan dan memasyarakatkan etika bisnis yang baik dan benar.

Adapum kepentingan memunaikan ibadah zakat adalah, bahwa zakat memiliki berbagai aspek yang penting dan berguna baik bagi muzzaki (orang yang harus berzakat) maupun masyarakat umum secara keseluruhan. Bagi muzzaki, zakat dapat menjadikan benteng yang kokoh untuk menyelamatkan harta kekayaan dari pencurian, zakat dapat juga menghilangkan kejahatan yang ada pada harta itu dari diri-sendiri (seperti serakah) serta memberikan perasaan iman yang lebih kokoh. Bagi mustahi, zakat dapat membantu memecahkan permasalahan ekonomi yang mereka hadapi, zakatpun dapat mencegah mustahik dari kekafiran, karena kekafiran dan kemiskinan yang mereka hadapi. Sedang zakat bagi mayarakat umum dapat membantu terjadinya distribusi kekayaan dan menjadikan kekayaan tidak hanya terpusat pada seseorang saja, namun mengalir.

Pengaturan tentang pidana cambuk terhadap tindak pidana di bidang pengelolaan zakat ini terdapat dalam Bab XIII mengenai ketentuan ’uqubat Qanun Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat, yaitu:

1) Pasal 38: Setiap orang yang beragama Islam atau badan, yang serelah jatuh tempo (haul), tidak membayar zakat atau membayar tetapi tidak menurut yang sebenarnya, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), dihukum karena melakukan jarimah ta’zir dan ’uqubat berupa denda paling banyak 2 kali nilai zakat yang wajib dibayarkan, paling sedikit 1 kali nilai zakat yang wajib dibayarkan dan juga membayar seluruh biaya sehubungan dengan dilakukan audit khusus.

2) Pasal 39 ayat:

(1) Barang siapa yang membuat surat palsu atau memalsukan surat badan Badan Baitul Mal yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesutu kewajiban atau pembebasan hutang, atau yang dapat dipergunakan sebagai keterangan sesuatu perbauatan, dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakannya seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, dihukum karena pemalsuan surat dengan ’uqubat ta’zir berupa cambuk di depan umum paling banyak 3 (tiga) kali paling sedikit 1 (satu) kali denda paling banyak Rp. 1.500.000.-, paling sedikit Rp. 500.000,-, atau kurungan paling banyak 6 (enam) bulan paling sedikit 2 (dua) bulan.

(2) Barang siapa dengan sengaja menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, yang dapat menimbulkan kerugian bagi badan Baitul Mal atau Muzakki, Mustahiq atau kepentingan lain, dihukum karena menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan dengan ’uqubat

ta’zir berupa cambuk di depan umum paling banyak 3 (tiga) kali

paling sedikit 1 (satu) kali atau hukuman denda paling banyak paling banyak Rp. 1.500.000.-, paling sedikit Rp. 500.000,-, atau hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan paling sedikit 2 (dua) bulan atau mengganti kerugian yang timbul akibat perbuatan tersebut.

3) Pasal 40 Barang siapa yang melakukan, turut melakukan atau membantu melakukan penggelapan zakat atau harta agama lainnya yang seharusnya diserahkan kepada badan Baitul Mal, dihukum karena penggelapan dengan hukuman ta’zir berupa cambuk di depan umum paling banyak 3 (tiga) kali pang sedikit 1 (satu) kali dan denda paling banyak 2 (dua) kali paling sedikit 1 (satu) kali dari nilai zakat atau nilai harta agama lainnya yang digelapkan. 4) Pasal 41 Petugas Baitul Mal yang menyalurkan zakat secara tidak

sah dihukum karena melakukan jarimah menyelewengkan zakat dengan ’uqubat ta’zir berupa cambuk di depan umum paling banyak 4 (empat) kali paling sedikit 2 (dua) kali atau denda paling

banyak Rp. 2.000.000,- paling sedikit Rp. 1.000.000,- atau pidana kurungan paling banyak 8 (delapan) bulan paling sedikit 4 (empat) bulan.

5) Pasal 42 dalam hal jarimah sebagaimana diatur dalam Pasal 38, Pasal 39, dan Pasal 40 dilakukan oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), ’uqubatnya dijatuhkan kepada pimpinan atau pengurus badan tersebut sesuai dengan tanggung jawabnya. Pelaksanaan syari’at Islam di Nanggroe Aceh Darussalam dalam bentuk legalisasi pidana cambuk ke dalam Peraturan Daerah (qanun) pada saat ini mendapatkan sorotan yang begitu luas, bukan saja karena dianggap kejam dan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM), akan tetapi juga dianggap sangat menjatuhkan martabat si pelanggar yang pada umumnya perbuatan yang dianggap pelanggaran syari’at Islam dalam qanun, dapat dilakukan oleh siapa saja yang notabenya seringkali masyarakat kecil yang kedapatan melakukan perbuatan pidana dalam qanun syari’at (qanun

khamar, maisir dan khalwat).

Akan tetapi jika dikaji lebih mendalam, pelaksanaan syari’at Islam dengan pidana cambuk sebagai salah satu sarana sanksi terhadap pelanggar, merupakan terobosan/bentuk pidana yang baru dalam sejarah hukum di Indonesia. Apalagi pidana cambuk ini diterapkan sebagai sanksi terhadap pelanggaran pidana dalam Peraturan Daerah yang menurut tata urutannya lebih rendah dari Undang –Undang Dasar, Undang-undang R.I yang berlaku secara nasional dan di dalamnya pidana cambuk tidak disebut-sebut.

A. 4. Lembaga-lembaga Pelaksana Syari’at Islam Di Nanggroe Aceh Darussalam.