• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

B. Stelsel Sanksi Dalam Hukum Pidana di Indonesia

D. 2. Sejarah Perkembangan Pidana Badan

Menurut sejarah pidana badan diberikan kebanyakan dengan keputusan pengadilan, yang merupakan kebijakan negara. Pidana badan juga banyak diberlakukan dalam kebijakan di sekolah sebagai sarana pidana pendisiplinan.

Tidak jelas kapan mulainya pidana badan ini diterapkan. Namun pidana ini hadir pada peradaban klasik yang sering digunakan di Yunani, Roma, Mesir dan Israel baik digunakan dalam putusan pengadilan ataupun sebagai pendisiplinan di dalam pendidikan.168

Praktek pidana ini sangatlah bervariasi, namun pidana cambuk atau pemukulan dengan tongkat lebih lazim digunakan. Seperti Sparta, pidana ini merupakan bagian dari kebijakan negara, yang digunakan untuk

167

Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Op.cit, 2005. hal: 134.

168

membangun semangat dan kekuatan fisik, walaupun pidana-pidana di Sparta luar biasa keras namun pidana badan merupakan pidana yang umum digunakan.169

Di Eropa, pada zaman pertengahan. Hukuman badan digunakan sebagai sarana pendisiplinan dipendidikan gereja, namun demikian hukuman ini sudah ditentang oleh beberapa kalangan khususnya dari keuskupan gereja sendiri seperti Saint Anselm, Archbishop of Canterbury

yang pada abad ke-XI sudah menentang pemberian hukuman ini pada anak-anak karena dianggap kejam.170

Sejak abad ke-XVI penggunaan pidana badan juga ditujukan terhadap penjahat yang diberikan melalui putusan pengadilan. Pidana ini diberikan agar menjadi pelajaran bagi pelaku lainnya agar tidak berbuat hal yang sama. Sementara itu seorang penulis di bidang pendidikan Roger

Ascham, mengkritik pemakaian hukuman badan sebagai sarana

pendisiplinan pada anak-anak karena dianggapan kejam. Begitu juga dengan seorang ahli filsafat Inggris yang mengkritik penggunaan hukuman badan dalam bidang pendidikan, pemikirannya sangat berpengaruh pada para pembuat kebijakan untuk melarang penggunaan hukuman badan di sekolah Polandia pada tahun 1783.

Pada abad ke-XVIII penggunaan pidana badan ini menuai banyak kritikan baik itu dari para ahli filsafat maupun dari para pembaharu undang-undang, karena penggunaan pidana badan dengan pemberian rasa

169

sakit pada si pelanggar dianggap tidak begitu efisien, karena materi hukuman yang diberikan dalam jangka waktu yang singkat/pendek mengakibatkan tidak bisa mengubah perilaku seseorang secara permanen. Para kritikus percaya bahwa bahwa pidana haruslah untuk tujuan merubah (perbaikan) bukan suatu balasan. Pernyataan senada diungkapkan oleh Jeremy Bentham bahwa penjara lebih efektif dalam mengubah perilaku seseorang selain seseorang dapat dikendalikan orang tersebut juga dapat di pantau setiap saat. Sistem ini dapat mengurangi penggunaan pidana badan sebagai pidana.171

Konsekwensi dari pemikiran di atas adalah menurunnya penggunaan pidana badan di abad ke-XIX terutama di Negara-negara Eropa dan Amerika Utara. Hal ini dikarenakan oleh adanya insiden memalukan melibatkan individu dan mengakibatkan penderitaan yang serius serta berujung pada kematian karena penggunaan pidana badan di Negara-negara Eropa, seperti di Inggris terdapat dua kasus yang terkenal yaitu kematian seorang prajurit yang bernama Frederick John White yang meninggal setelah militer mencambuknya pada tahun 1847, serta kematian Reginald Cancellor yang terbunuh di Schoolmaster ditahun1860. Dua kejadian ini mendapat respon yang sangat keras dan tajam dari publik, dan banyak negara yang memperkenalkan penggunaan pidana ini dalam institusi resmi sebagai suatu penderitaan.172

171

Ibid.

172

Penggunaan pidana badan sebagai sanksi banyak berkurang di beberapa negara pada abad ke-XX, namun demikian penggunaan hukuman badan tetap dipraktekkan sebagai hukuman pendisiplinan di dalam penjara, kemiliteran dan sekolah-sekolah umum.

Di dalam dunia modern penggunaan hukuman badan merupakan suatu cara untuk mendisiplinkan anak-anak, dan pidana jenis ini menurun drastis di tahun 1950. Di beberapa Negara pidana ini sudah tidak terdapat dalam hukum mereka. Walaupun di beberapa negara pidana ini di perbolehkan digunakan oleh orang tua untuk mendidik anak mereka, akan tetapi kebanyakan orang tua enggan menggunakan hukuman ini sebagai sarana pendisplinan, walaupun boleh digunakan secara lunak.

Bukti menyatakan bahwa diskriminasi seksual ataupun rasial sangat berperan besar dalam penggunaan hukuman badan di sekolah, para siswa yang berkulit hitam lebih sering dipukul dari pada siswa yang berkulit putih dan siswa laki-laki lebih banyak dipukul dari pada siswa perempuan, karena melanggar. Ironisnya, menurut penelitian penggunaan hukuman badan lebih banyak digunakan kepada anak-anak dan bandinganya lebih banyak diberikan kepada anak laki-laki dari pada anak perempuan. 173

Dalam kaitannya penggunaan hukuman badan di dalam bidang pendidikan, banyak negara di seluruh dunia mengutuk keras penggunaannya. Di negara-negara barat atau negara-negara industri seperti

173

Eropa Barat, Eropa Timur, Selandia Baru, Jepang, Afrika Selatan, sudah melarang penggunaan hukuman badan sebagai sanksi di sekolah seperti halnya di negara lain. Di beberapa negara bagian di Canada hukuman badan masih boleh diberlakukan sebagai sarana hukuman pendisiplinan di sekolah. Sedangkan di Australia penggunaan hukuman badan ini dilarang sepenuhnya diberlakukan di sekolah umum, kecuali di sekolah swasta di dua Negara bagian.

Di Amerika Serikat, 23 negara bagian mengizinkan penggunaan hukuman badan sebagai sanksi di sekolah. (Paddling :memukul/mencemeti/tongkat). Ada beberapa ketidaksetujuan mengenai penggunaan hukuman badan, banyaknya pemukulan yang terjadi di beberapa sekolah di Amerika Serikat. National Association of School

Psychologists memperkirakan ada sekitar 350.000 pemukulan dalam satu

tahun dan Psikolog menempatkan 1.5 juta kasus dalam satu tahun.

Hukuman badan yang diberikan pada para siswa juga cenderung membuat mereka berprilaku lebih nakal dan lebih agresif. Di beberapa tempat diskriminasi gender sangat terlihat dalam perundang-undangannya, seperti di Queensland.

Australia penggunaan hukuman badan terhadap para siswi di sekolah telah dilarang pada tahun 1934 akan tetapi pidana badan terhadap siswa laki-laki tetap diperbolehkan (dilegalkan) sampai dengan tahun 2007 di sekolah-sekolah swasta.

Di beberapa negara seperti Malaysia dan Singapore pidana badan tetap dipertahankan penggunaanya melalui putusan pengadilan sebagai sanksi pidana. Di Singapore pidana ini hanya digunakan pada laki-laki sebagai suatu pidana tambahan yang di berikan di dalam penjara. Seperti kasus yang terkenal pada tahun 1994 di Singapore, yang banyak dibahas oleh publik Amerika Serikat di mana remaja Amerika, Michael P. Fay yang dipidana karena melakukan perusakan terhadap mobil.

Penggunaan hukuman badan terhadap anak-anak dengan memukul pantatnya dengan tangan (menampar) adalah hukuman yang lazim digunakan walaupun bentuk pidana ini dilarang penggunaannya oleh banyak negara.

Di beberapa Negara Timur (Asia), pidana badan masih banyak digunakan sebagai pidana pada anak-anak. Namun di sejumlah negara pidana ini dilarang penggunaannya seperti di Austria, Bulgaria, Kroasia, Cyprus, Denmark, Negara Finlandia, Negara Jerman, Yunani, Hungaria, Islandia, Israel, Italia, Latvia, Norwegia Portugal, Romania, Swedia, Belanda , Ukraina, Uruguay dan New Zealand. Di Perancis pada tahun 2000, secara teknis pidana badan masih dibolehkan penggunaannya sebagai sarana perbaikan perilaku di sekolah, walaupun pada dasarnya melarang penggunaanya.174

Cambuk adalah salah satu jenis pidana badan di samping pidana lainnya. Pidana ini terdapat dalam undang-undang beberapa negara. Pidana

174

badan berdasarkan putusan pengadilan adalah pidana badan yang digunakan untuk menghukum penjahat. Bahkan umumnya pidana badan ini merupakan budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu. Namun sejak abad ke-IXX sampai abad ke-XX pidana badan ini lambat laun mulai ditiadakan dalam hal putusan pengadilan karena dipengaruhi oleh perkembangan industri. Saat ini pidana badan masih umum di gunakan di beberapa negara-negara Islam yang meliputi beberapa negara di Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan dan beberapa negara-negara di bagian Asia tenggara. Di Negara-negara Islam perngaturan pidana ini diatur berdasarkan ketentuan syari’ah.175

Pidana badan berdasarkan putusan pengadilan terdiri/berisi hukuman berupa cambukan, jenis pemukul atau kayu yang digunakan sampai pada bagian mana yang dikenakan pidana badan tersebut.

Biasanya pidana ini dikenakan dibagian tubuh belakang yaitu bagian pantat si pelanggar, namun dalam beberapa budaya pidana ini juga dikenakan pada kaki si pelanggar. Walaupunm demikian seiring perkembangan zaman, pidana badan juga disertai dengan kehadiran paramedis atau dokter untuk mengawasi proses berjalannya eksekusi. Dokter berhak atau mempunyai wewenang untuk menghentikan eksekusi, jika pidana tersebut berpengaruh atau membahayakan kesehatan si pelanggar.

175

Di Indonesia penggunaan pidana badan pernah dipraktekkan pada zaman kolonialis Belanda, selain penggunaan pidana badan pada zaman kerajaan-kerajaan di Nusantara.

Dalam buku seorang kebangsaan Belanda Henri Hubert van Kol yang berjudul Uit onze Kolonien: Uitvoerig reisverhaal (Leiden, 1903), dalam buku tersebut dia mengatakan bahwa pidana cambuk yang diterapkan di Indonesia oleh Pemerintahan Belanda diabadikan gambarnya dalam bentuk kartu pos. Gambar pada kartu tersebut memperlihatkan terpidana dicambuk dengan keadaan bagian pantat yang terbuka. Tangan terpidana diikat pada sebuah tiang yang dipersiapkan khusus. Pada saat proses eksekusi dihadiri oleh petugas Kepolisian dan beberapa staf dari orang pribumi yang berpakaian adat Jawa. Gambar dari kartu pos tersebut diperkirakan berseting pada masa Hindia Belanda, sebelum pemerintahan Belanda mengambil alih sepenuhnya kekuasaan atas Indonesia.176 Pada saat ini penggunaan pidana badan di Indonesia hanya terdapat di Nanggroe Aceh Darussalam yang pengaturannya diformalisasikan dalam Peraturan Daerahnya.

Kebanyakan orang di negara-negara yang sudah menghapuskan pidana badan di dalam perundang-undangan mereka, menolak segala macam konsep pidana badan karena dianggap melanggar hak asasi manusia. Namun, sebagian orang menganggap pengenalan kembali hukuman badan ini suatu hal yang menguntungkan bagi masyarakat

176

Collin Farrel, www.corpun.com, Judicial Corporal Punishment Picture: Judicial And Prison

dibandingkan format sanksi pidana yang lain sebagi contoh adalah denda. Pidana badan di samping pidana tersebut merupakan pembalasan atas diri si pelanggar, ia juga tidak harus membayarkan biaya karena kesalahannya dan pada hakekatnya pidana ini dirasa lebih adil bagi masyarakat karena pidana ini sama efeknya baik bagi masyarakat yang kurang mampu ataupun masyarakat yang lebih kaya.177

177

BAB III