• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

4. Early Warning Score (EWS)

4.1 Pengertian Early Warning Score (EWS)

EWS adalah sebuah sistem skoring fisiologis yang digunakan di unit medikal bedah sebelum pasien mengalami kondisi kegawatan (Duncan &

McMullan, 2012). Pendeteksian dini dilakukan untuk melacak atau menemukan pasien yang mengalami perburukan kondisi dengan menilai dan menganalisis tanda-tanda vital dalam parameter fisiologis sesuai dengan hasil scoring (Kyriacos. et. al, 2011). Sistem ini menggunakan konsep pendekatan proaktif untuk meningkatkan keselamatan pasien dan hasil klinis pasien yang lebih baik dengan standarisasi pendekatan asesmen dan mengadopsi pendekatan ini dari Royal College of Physicians-National Health Service (2012).

Royal College of Physicians mengungkapkan kegunaan EWS untuk menstandarisasikan penilaian terhadap keparahan penyakit akut di rumah sakit maupun pra-rumah sakit. EWS digunakan juga sebagai instrumen untuk mengetahui kondisi klinis pasien dan memantau perburukan

fisiologis sehingga dapat dilakukan respon klinis tepat waktu dan kompeten (Ariga et al., 2020). Perawat harus memperhatikan respon klinis yang diberikan dalam penilaian perubahan fisiologis yang terdiri dari kecepatan pemberian respon, kompetensi pemberi respon, frekuensi monitoring klinis serta fasilitas yang mendukung sehingga respon yang diberikan sesuai dan terjamin (Ariga et al., 2020).

4.2 Ruang Lingkup Early Warning Score (EWS)

EWS disusun berdasarkan kumpulan dari penilaian dan pengukuran sistem fisiologis (Ariga et al., 2018). Hal ini rutin dilakukan ketika pasien baru atau pasien yang sedang dalam masa pengawasan di rumah sakit.

EWS terdiri dari 7 parameter yang terdiri dari pernafasan, saturasi oksigen, tekanan darah sistolik, nadi, tingkat kesadaran, suhu dan tambahan skor 2 jika pasien menggunakan alat bantu nafas. Alat bantu nafas yang diberikan bertujuan untuk mempertahankan saturasi oksigen pasien.

Formulir EWS dikutip dari sumber National Early Warning System (NEWS).

Penilaian EWS juga dilakukan pada anak. Penggunaan dan penerapan EWS pada anak bertujuan untuk memantau perubahan kompleks sejak dini yang terjadi pada pasien anak di rumah sakit. Menurut The Irish Pediatric Early Warning System (PEW) (The Irish Pediatric. 2019). Pada ibu hamil digunakan pengkajian EWS dengan Maternal Early Warning Score (MEWS) yang terdiri dari 7 parameter fisiologis yaitu tekanan darah sistolik, tekanan darah diastol, pernafasan, denyut jantung, saturasi

oksigen, suhu dan tingkat kesadaran. Sistem pengkajian ini diadopsi dari The Irish Maternal Early Warning System (IMEWS) yang bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu serta meningkatkan kriteria hasil klinis yang baik (Nair, et. al. 2018).

Masing-masing parameter akan dikonversikan dalam bentuk angka, dimana makin tinggi nilainya maka makin abnormal keadaan pasien sehingga menjadi indikasi untuk dilakukan tindakan pertolongan sesegera mungkin. Format penilaian EWS dilakukan berdasarkan pengamatan status fisiologi pasien. Pengamatan ini dilakukan oleh perawat dan dokter.

Pengkajian EWS dilakukan pada pasien baru di IGD dan Ruang Rawat Inap.

4.3 Tatalaksana Early Warning Score (EWS)

EWS dapat digunakan untuk mengasesmen penyakit akut, mendeteksi penurunan klinis, dan menginisiasi respon klinis yang tepat waktu dan sesuai (Kolic, et al. 2014). EWS dapat diimplementasikan untuk pengkajian prehospital pada kondisi akut oleh first responder seperti pelayanan ambulans, pelayanan kesehatan primer, puskesmas untuk mengoptimalkan komunikasi kondisi pasien sebelum diterima rumah sakit tujuan (Royal Collage of Physicians, 2017). Parameter fisiologis yang dinilai pada EWS terdiri dari:

Parameter Fisiologis

Skor

3 2 1 0 1 2 3

Pernafasan <8 9-11 12-20 21-24 >25

Saturasi

Oksigen ≤ 91 92-93 94-95 ≥ 96

Alat Bantu

Nafas Ya Tidak

Suhu ≤ 35,0

35,1-36,0 36,1-38,0 38,1-39,0 ≥39,1 Tekanan

Darah

Sistolik ≤ 90 91-100 101-110 111-219 ≥220

Nadi ≤ 40 41-50 51-90 91-110 111-130 ≥131

Tingkat

Kesadaran A V,P,U

Table 1.1 Parameter Fisiologis National Early Warning Score (NEWS)

Keterangan :

0 - 1 : Normal (Hijau) 4 - 6 : Sedang (Orange) 2 - 3 : Rendah (Kuning) ≥ 7 : Tinggi (Merah)

Dalam melakukan pengukuran parameter fisiologis dipelukan prosedur pengkajian EWS. Prosedur pengkajian EWS dibentuk oleh PIC EWS kemudian ditetapkan oleh Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dengan mengacu pada standar NEWS-Royal College of Physicians.

Adapun prosedur pengkajian EWS sebagai berikut:

a. Perawat melakukan pengkajian EWS pada semua pasien IGD dan Rawat inap didokumentasikan pada form EWS.

b. Perawat menulis tanggal dan jam pengkajian EWS.

c. Hasil yang telah didapat di nilai sesuai dengan skor yang telah ditetapkan.

d. Tuliskan hasil yang didapat untuk parameter frekuensi nafas, saturasi oksigen, suhu, tekanan darah sistolik dan denyut jantung.

e. Untuk parameter alat bantu nafas, jika pasien menggunakan alat bantu nafas ditulis “ya” dan diberi skor 2, jika tidak memiliki alat bantu ditulis “tidak” dan diberi skor 0.

f. Untuk parameter kesadaran digunakan metode AVPU, pasien sadar (Awakeness) diberi skor 0. Jika pasien mengalami penurunan kesadaran dan harus menggunakan rangsangan suara (Verbal) atau nyeri (Pain). Jika pasien sama sekali tidak sadar (Unresponsive) diberi skor 3.

g. Jika total skor 0-1 artinya kondisi pasien stabil, maka pengkajian ulang dan pengisian form EWS hanya dilakukan setiap 8 Jam.

h. Jika kondisi pasien memburuk (total skor 2-3), pengkajian ulang dilakukan per 4 Jam, Observasi dilakukan oleh perawat.

i. Jika Kondisi pasien semakin memburuk (total skor 4-6), pengkajian ulang dilakukan per jam, Observasi dilakukan oleh perawat dan melapor ke dokter jaga/DPJP. Perawat mempersiapkan ruangan untuk dipindah ke HCU.

j. Jika total Skor ≥ 7 Observasi dilakukan oleh perawat dan melapor ke dokter jaga/DPJP/intensivis. Pemantauan pasien secara terus-menerus dan didokumentasikan per jam. Aktivasi code blue system bila pasien henti jantung/henti nafas. Rencanakan transfer pasien ke ruang ICU/CVCU dengan menggunakan alat bantu nafas.

TOTAL

SKOR KATEGORI

SKORING FREKUENSI

OBSERVASI INTERVENSI

0-1 Normal

(Hijau) Setiap 8 jam  Observasi dan Dokumentasi

2-3 Rendah

(Kuning) Setiap 4 jam  Observasi dan Dokumentasi

4-6 Sedang

(Orange) Setiap jam  Perawat melapor ke dokter

 Perawat mengobservasi pasienjaga bersama dengan dokter jaga setiap jam

 Perawat mendokumentasi setiap jam

 Perawat/dokter jaga melapor ke DPJP

Monitoring  Observasi dilakukan oleh perawat bersama dengan dokter jaga/DPJP/Intensivis

 Pemantauan pasien secara terus-menerus dan

didokumentasikan per jam

Aktivasi code blue system bila pasien henti jantung/henti nafas

Rencanakan transfer pasien ke ruang ICU/CVCU dengan menggunakan alat bantu nafas

Table 1.2 Standar Operasional Prosedur Early Warning Score (EWS)

Negatif

Kerangka penelitian adalah visualisasi hubungan antara berbagai variabel, yang dirumuskan oleh peneliti sesudah membaca berbagai teori yang ada dan kemudian menyusun teorinya sendiri yang akan digunakan sebagai landasan untuk penelitian (Wibowo, 2014). Kerangka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang pendeteksian dini perburukan pasien dengan menggunakan sistem Early Warning Score (EWS).

Skema 1.1 Kerangka Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Perawat tentang EWS

Pengetahuan perawat

2. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Pengetahuan Ordinal

perawat tentang yang diketahui yang berisi 20 perawat tentang Early Warning perawat tentang pertanyaan EWS

Score (EWS) pendeteksian dini pilihan ganda dikategorikan perburukan pasien dengan 5 sebagai berikut:

dengan alternatif Baik: 13-20

menggunakan pilihan Cukup: 7-12 sistem Early jawaban. Kurang: 0-6 Warning Score Benar: 1

(EWS) di RSUP H. Salah: 0 Adam Malik

Medan

2. Sikap perawat Reaksi atau respon Kuesioner Sikap perawat Ordinal tentang Early perawat tentang yang berisi 15 tentang EWS

Warning Score pendeteksian dini pernyataan dikategorikan (EWS) perburukan pasien dengan sebagai berikut:

dengan pilihan Positif: 38-60

menggunakan jawaban: Negatif: 15-37 sistem Early Sangat Setuju

Warning Score (SS) : 4 (EWS) di RSUP H. Setuju (S) : 3 Adam Malik Tidak Setuju

Medan (TS) : 2

Sangat Tidak Setuju (STS):

3. Keterampilan Serangkaian akal, 1Kuesioner Keterampilan Ordinal perawat tentang fikiran, ide dan yang berisi 17 perawat tentang

Early Warning kreatifitas perawat pernyataan EWS

Score (EWS) dalam melakukan dengan dikategorikan pendeteksian dini pilihan sebagai berikut:

perburukan pasien jawaban: Baik: 12-17

dengan Ya: 1 Cukup: 6-11

menggunakan Tidak: 0 Kurang: 0-5 sistem Early

Warning Score (EWS) di RSUP H.

Adam Malik Medan

Table 1.3 Definisi Operasional Pengetahuan, Sikap dan keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS)

1. Desain Penelitian

Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Penelitian kuantitatif adalah sebuah metode penelitian yang memberlakukan kuantifikasi pada variabel-variabelnya, menguraikan distribusi variabel secara numerik (memakai angka absolut berupa frekuensi dan nilai relatif berupa persentase) (Wibowo, 2014). Desain penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan yang terjadi dilapangan (Sugiyono, 2010). Desain penelitian ini digunakan untuk menggambarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri dari objek dan subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu untuk dipelajari dan dilakukannya penelitian (Sugiyono, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat di Instalasi Rawat Inap Rindu A dan Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan yang berjumlah 207 orang perawat.

2.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili atau representative populasi (Riyanto, 2015). Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya sehingga dapat mengeneralisasikan hal tersebut dalam elemen populasi (Noor, 2011).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Simple Random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi (Sugiyono, 2010). Penentuan besaran sampel penelitian dapat menggunakan beberapa rumus, salah satunya dengan menggunakan Rumus Slovin.

Perhitungan sampel minimal pada penelitian ini dengan menggunakan taraf kesalahan (Error Level): 5%

Dimana:

N: Jumlah Populasi: 207 Orang n: Jumlah Sampel

e: Taraf Kesalahan (error level): 5%

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan tepatnya di Instalasi Rindu A dan Rindu B. Peneliti memilih rumah sakit ini sebagai lokasi penelitian mengingat bahwa RSUP H. Adam Malik telah menerapkan EWS sesuai dengan Standar Akreditasi Joint Commision International (JCI) dan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) selama kurang lebih 2 tahun terakhir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2020.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan USU dan Direktur RSUP H. Adam Malik Medan. Adapun pertimbangan etik yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan serta meyakinkan responden bahwa informasi yang telah diberikan akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan dipergunakan dalam hal yang merugikan responden dan hanya akan dipergunakan selama penelitian. Responden yang bersedia dipersilahkan menandatangani Informed Consent (lembar persetujuan).

Responden yang tidak bersedia berhak untuk menolak dan mengundurkan diri.

b. Anonymity (Tanpa Nama)

Peneliti akan menjaga kerahasiaan responden dengan tidak mencantumkan nama lengkapnya pada lembar pengumpulan data, melainkan cukup dengan memberikan inisial responden pada masing-masing lembar pengumpulan data tersebut.

c. Confidentionality (Kerahasiaan)

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Suatu informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner pengetahuan perawat, kuesioner sikap perawat, dan kuesioner keterampilan perawat tentang EWS.

5.1 Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi responden terdiri dari 5 pertanyaan dengan cara pengisian yang ditetapkan peneliti. Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan identitas responden (nama, usia, dan jenis kelamin) dilanjutkan dengan pendidikan terakhir, dan lama kerja.

5.2 Kuesioner pengetahuan perawat tentang Early Warning Score (EWS)

Kuesioner pengetahuan perawat tetang EWS dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari 20 pernyataan pilihan ganda dan cara pengisian dengan memilih salah satu jawaban dari lima alternatif pilihan yang dianggap benar. Perhitungan data hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus statistik:

Panjang Kelas =

Dengan demikian maka pengetahuan perawat tentang EWS dikategorikan sebagai berikut:

Baik : 13-20 Cukup : 7-12 Kurang : 0-6

5.3 Kuesioner sikap perawat tentang Early Warning Score (EWS) Kuesioner sikap perawat tetang EWS terdiri dari 15 pernyataan dan cara pengisian dengan memberi tanda centang (√) pada salah satu dari pilihan SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). Perhitungan data hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus statistik:

Panjang Kelas =

Dengan demikian maka sikap perawat tentang EWS dikategorikan

Sikap Positif : 38 - 60 Sikap Negatif: 15 – 38

5.4 Kuesioner keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS) Kuesioner keterampilan perawat tetang EWS terdiri dari 17 pernyataan dan cara pengisian dengan memberi tanda centang (√) pada salah satu dari pilihan Ya (1) dan Tidak (0). Perhitungan data hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus statistik:

Panjang Kelas =

Dengan demikian maka pengetahuan perawat tentang EWS dikategorikan sebagai berikut:

Baik : 13-17 Cukup : 7-12 Kurang : 0-6

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner penelitian dibuat langsung oleh peneliti berdasarkan teori yang ada di tinjauan pustaka. Oleh karena itu sebelum digunakan sebagai alat ukur pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan pengujian oleh Person In Charge (PIC) EWS untuk menentukan validas dan reliabilitas instrumen penelitian.

6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu pengukuran yang menunjukkan kevalidan atau ketepatan suatu instrumen yang digunakan (Riyanto, 2015). Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang diukur (Sugiyono, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini di uji validitas oleh PIC EWS di RSUP H. Adam Malik. Kemudian penguji menggunakan teknik analisis content validity (validitas isi) melalui koefisien validitas isi Aiken’s V dalam menentukan hasilnya.

Aiken (1985) merumuskan formula Aiken’s V untuk menghitung content-validity coefficient yang didasarkan pada hasil penelitian dari panel ahli sebanyak (n) orang terhadap suatu item dari segi sejauh mana item tersebut mewakili variabel yang diukur. Nilai koefisien Aiken’s V yaitu 0,857-1 dinyatakan memiliki validitas isi yang memadai (Hendryadi, 2017). Instrumen penelitian ini telah dinyatakan valid dengan nilai Content Validity untuk kuesioner pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS) yaitu 0.92, 0.96, dan 1.

6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas artinya kestabilan pengukuran, alat dikatakan reliabel jika digunakan berulang-ulang nilai sama. Kuesioner yang telah dilakukan validasi selanjutnya akan di uji reliabilitas sesuai dengan prinsip (Riyanto, 2015). Uji reliabilitas akan dilakukan kepada 30 orang perawat Rindu A dan Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan.

Uji reliabilitas pada kuesioner pengetahuan dan keterampilan menggunakan uji K-R 20 (Kuder Richaderson 20). Uji ini digunakan pada kuesioner yang berbentuk pertanyaan atau pernyataan dengan satu jawaban yang benar. Hasil uji yang didapatkan yaitu “r” sebesar 0.60 dan 0,76. Pada instrumen sikap dilakukan uji reliabilitas menggunakan uji Cronbach Alpha sebab dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen skala likert (Riyanto, 2015). Hasil uji yang didapatkan yaitu “r”

sebesar 0.952. Nilai ini lebih tinggi dari nilai standar minimal Cronbach Alpha yaitu ≥0.70. Maka dari itu, instrumen penelitian ini dapat dikatakan reliabel.

7. Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada bagian penelitian di bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin dari fakultas, peneliti mengirimkan surat izin dari Fakultas ke RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah rumah sakit memberikan persetujuan, peneliti melakukan pengumpulan data di ruangan rindu A dan B.

Rencana pengumpulan data awalnya akan dilakukan setelah peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Responden yang bersedia mengikuti penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Kemudian peneliti menjelaskan prosedur,

manfaat penelitian dan cara mengisi kuesioner kepada responden. Namun, pandemi COVID-19 mengakibatkan peneliti tidak dapat bertemu langsung dengan responden disebabkan adanya pembatasan interaksi untuk menghindari penularan penyakit. Oleh karena itu, peneliti meminta bantuan kepala ruangan untuk membagikan kuesioner tersebut kepada responden, Penelitian terkait keterampilan perawat tidak dapat diobservasi secara langsung kepada perawat. Peneliti melakukan observasi melalui form EWS pada rekam medis pasien.

8. Pengolahan Data dan Analisa Data

Tahap pengolahan data adalah sebagai berikut (Riyanto, 2015). Editing:

Tahap editing berfungsi untuk pengecekan data apakah isian dalam lembar kuesioner sudah lengkap. Editing dilakukan langsung di tempat pengumpulan data, sehingga dapat segera dilengkapi jika ada kekurangan; Coding: Tahap coding/pengkodean adalah klarifikasi bentuk jawaban-jawaban yang ada didasarkan pada jenis-jenisnya. Kemudian diberikan kode sesuai dengan karakter masing-masing yang berupa angka untuk memudahkan dalam pengolahan data; Entry: Tahap Entry atau juga disebut Tubulating adalah tahap memasukkan data-data hasil penelitian yang telah melalui tahap editing dan coding ke dalam tabel-tabel sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan;

Cleaning Data: Tahap Cleaning Data adalah proses pengecekan data untuk konsistensi data. Pengecekan konsistensi meliputi pemeriksaan akan data yang out of range, tidak konsisten secara logika, ada nilai-nilai ekstrim dan

data dengan nilai yang tidak terdefenisi; Saving Data: Tahap terakhir yaitu Saving Data bertujuan untuk menyimpan data mentah hasil penelitian yang akan diproses lebih lanjut. Hal ini dapat memudahkan peneliti dalam menganalisis data selanjutnya.

Data yang sudah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan analisa univariat. Analisa univariat dilakukan dengan menggunakan komputerisasi untuk menganalisis distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang EWS

9. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:

a. Peneliti tidak dapat bertemu langsung dengan responden disebabkan adanya pembatasan interaksi untuk menghindari penularan penyakit COVID-19.

b. Penelitian terkait keterampilan perawat tidak dapat diobservasi secara langsung kepada perawat. Peneliti melakukan observasi melalui form EWS pada rekam medis pasien.

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Perawat tentang Early Warning Score di RSUP H. Adam Malik Medan. Proses pengumpulan data dilaksanakan mulai Maret 2020 sampai dengan Mei 2020 di RSUP Haji Adam Malik Medan. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 136 orang yaitu perawat yang bekerja di ruang Rindu A dan Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan. Penyajian hasil data penelitian meliputi deskripsi karakteristik reponden, pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang Early Warning Score di RSUP H. Adam Malik Medan.

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mencakup karakteristik responden, pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang Early Warning Score.

1.1 Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik responden mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan lama bekerja. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas usia responden adalah berusia 56-55 tahun yaitu 53 responden (39,0%), responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 127 orang (93,4%), responden yang memiliki jenjang pendidikan DIII keperawatan sebanyak 87 orang (64,0%), serta responden yang memiliki masa kerja 21-30

tahun sebanyak 62 orang (45,6%). Hasil penelitian mengenai karakteristik demografi dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 1.4 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=136) Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

Usia- 24-35 Tahun 51 37,5

- 36-45 Tahun 32 23,5

- 46-55 Tahun

Jenis Kelamin 53 39,0

- Laki-Laki 9 6,6

- Perempuan 127 93,4

Jenjang Pendidikan

- DIII 87 64,0

Lama bekerja- S1 49 36,0

- 1-6 Tahun 38 28,0

- >6 Tahun 98 72,0

1.2 Pengetahuan Perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 136 responden yang diteliti, terdapat mayoritas perawat memiliki pengetahuan baik tentang EWS yaitu sebanyak 112 orang (82,4%), berpengetahuan cukup sebanyak 24 orang (17,6%), dan tidak ada perawat yang memiliki pengetahuan kurang tentang EWS.

Tabel 1.5 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan (n=136) Pengetahuan Perawat Frekuensi Persentase (%)

Baik 112 82,4

Cukup 24 17,6

Kurang 0 0

1.3 Sikap Perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H.

Adam Malik Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 136 responden yang diteliti, terdapat mayoritas perawat memiliki sikap positif tentang EWS yaitu sebanyak 124 orang (91,2%) dan perawat yang memiliki sikap negatif sebanyak 12 orang (8,8%).

Tabel 1.6 Distribusi frekuensi dan persentase sikap perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan (n=136)

Sikap Perawat Frekuensi Persentase (%)

Positif

Negatif 124

12 91,2

8,8

1.4 Keterampilan Perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 136 responden yang diteliti, seluruh responden memiliki keterampilan yang baik tentang EWS yaitu 136 orang (100%) dan tidak ada perawat yang memiliki keterampilan cukup maupun kurang tentang EWS.

Tabel 1.7 Distribusi frekuensi dan persentase keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan (n=136) Keterampilan Perawat Frekuensi Persentase (%)

Baik 136 100

Cukup 0 0

Kurang 0 0

2. Pembahasan

2.1 Pengetahuan perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 136 responden yang diteliti, terdapat mayoritas perawat memiliki pengetahuan baik tentang Early Warning Score (EWS) yaitu sebanyak 112 orang (82,4%). Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden telah memahami konsep Early Warning Score (EWS), dengan berdasarkan jawaban responden yang mayoritas menjawab dengan benar pertanyaan tentang parameter fisiologis yang dinilai dengan menggunakan sistem EWS.

Selain itu, kemungkinan juga dikarenakan mayoritas responden memiliki pengalaman kerja > 6 tahun yaitu 98 perawat (72,05%) sehingga berdasarkan pengalaman kerja yang sudah lama mengakibatkan peningkatan pengetahuan perawat tentang EWS. Sesuai dengan pernyataan Mubarak (2011) bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya pendidikan dan pengalaman.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2018) tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat dalam penerapan Early Warning Score (EWS) di Ruang Perawatan Lantai 2,5 dan 6 Rumah Sakit Siloam Dhirga Surya. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa hampir separuh perawat yang menjadi responden (43,2%) memiliki pengetahuan yang baik, sebagian besar perawat berpengatahuan cukup (54,1%) dan hanya 1 perawat (2,7%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang EWS.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh olang, dkk (2018) tentang Nurses’

Knowledge of Early Warning Score at a Private Hospital in Eastern Indonesia. Studi ini mengungkapkan bahwa sebagian besar perawat (81,25%) berada pada tingkat yang memadai dalam hal pengetahuan mereka tentang EWS. Hal ini mungkin dikarenakan hasil partisipasi perawat dalam pelatihan yang dilakukan dilapangan dalam sebulan sekali.

Knowledge of Early Warning Score at a Private Hospital in Eastern Indonesia. Studi ini mengungkapkan bahwa sebagian besar perawat (81,25%) berada pada tingkat yang memadai dalam hal pengetahuan mereka tentang EWS. Hal ini mungkin dikarenakan hasil partisipasi perawat dalam pelatihan yang dilakukan dilapangan dalam sebulan sekali.

Dokumen terkait