• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN PERAWAT TENTANG EARLY WARNING SCORE (EWS) DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN PERAWAT TENTANG EARLY WARNING SCORE (EWS) DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh : Nurul Aini Jamal

161101136

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)
(3)
(4)

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan“.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan syarat untuk mencapai gelar sarjana Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Ucapan terimakasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang tua, Ayahanda Almarhum Jamaluddin dan Ibunda Misrah Panjaitan. serta kepada Adinda Muhammad Rizky yang telah memberikan kasih sayang, dukungan material dan moral serta doa demi kemudahan dalam menyelesaikan pendidikan.

Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, saran, bantuan serta doa. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB selaku Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(5)

dalam memberikan arahan dan masukan serta dukungan selama proses penyusunan proposal sampai saat penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Roymond H. Simamora, S. Kep, Ns., M. Kep dan Ibu Reni Asmara Ariga, S. Kp., MARS selaku dosen penguji telah banyak memberikan saran dan masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik selama proses perkuliahan.

5. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan beserta jajarannya, dan seluruh perawat yang terlibat dalam penelitian ini.

6. Seluruh teman-teman seperjuangan Stambuk 2016 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Akhir kata penulis mohon maaf apabila ada kesalahan baik melalui perkataan maupun perbuatan. Semoga kiranya apa yang telah penulis tuliskan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.

Medan, Agustus 2020 Penulis

Nurul Aini Jamal

(6)

Lembar Pengesahan ... i

Lembar Orisinalitas ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel... viii

Daftar Skema ... ix

Abstrak ... x

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar belakang ... 1

2. Rumusan masalah ... 3

3. Tujuan penelitian ... 4

4. Manfaat penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

1. Pengetahuan ... 6

1.1 Pengertian Pengetahuan ... 6

1.2 Tingkat Pengetahuan ... 6

1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 8

2. Sikap ... 10

2.1 Pengertian Sikap ... 10

2.2 Komponen Sikap ... 11

2.3 Tingkatan Sikap ... 12

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 13

3. Keterampilan ... 14

3.1 Pengertian Keterampilan ... 14

3.2 Tingkatan Keterampilan ... 15

3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan ... 15

4. Early Warning Score (EWS) ... 16

4.1 Pengertian EWS ... 16

4.2 Ruang Lingkup EWS ... 17

4.3 Tata Laksana EWS ... 18

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 22

1. Kerangka Penelitian ... 22

2. Definisi Operasional ... 23

(7)

2. Populasi dan sampel penelitian...24

4.1 Populasi...24

4.2 Sampel...25

3. Lokasi dan Waktu Penelitian...26

4. Pertimbangan Etik... 26

5. Instrumen Penelitian... 27

5.1 Kuesioner Data Demografi... 27

5.2 Kuesioner Pengetahuan Perawat tentang EWS...28

5.3 Kuesioner Sikap Perawat tentang EWS...28

5.4 Kuesioner Keterampilan Perawat tentang EWS... 29

6. Uji Validitas dan Reliabilitas...29

7. Pengumpulan Data...31

8. Pengolahan dan Analisis Data... 32

9. Keterbatasan Penelitian... 33

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN...34

1. Hasil Penelitian...34

1.1 Karakteristik Demografi Responden... 34

1.2 Pengetahuan Perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan... 35

1.3 Sikap Perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan... 36

1.4 Keterampilan Perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan... 36

2. Pembahasan Penelitian... 37

2.1 Pengetahuan Perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan...37

2.2 Sikap Perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan... 40

2.3 Keterampilan Perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan...42

BAB 6 PENUTUP... 44

1. Kesimpulan...44

2. Saran... 44

2.1 Praktek Keperawatan...44

2.2 Pendidikan Keperawatan...44

2.3 Perawat... 45

2.4 Penelitian selanjutnya...45

DAFTAR PUSTAKA... 46

(8)

Lampiran 2. Jadwal Tentative Penelitian Lampiran 3. Anggaran Dana Penelitian Lampiran 4. Instrumen Penelitian

Lampiran 5. Lembar Persetujuan Validitas Lampiran 6. Hasil Uji Validitas

Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 8. Data Penelitian

Lampiran 9. Hasil Pengolahan Data Lampiran 10. Surat Etik Penelitian

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Lampiran 12. Surat Izin Penelitian dari Rumah Sakit Lampiran 13. Riwayat Hidup

(9)

Tabel 1.2 Standar Operasional Prosedur Early Warning Score (EWS)...21 Tabel 1.3 Definisi Operasional Pengetahuan, Sikap dan keterampilan perawat

tentang Early Warning Score (EWS)...23 Tabel 1.4 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan Karakteristik

Demografi Responden...35 Tabel 1.5 Distribusi frekuensi dan persentase Pengetahuan Perawat tentang Early

Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan... 35 Tabel 1.6 Distribusi frekuensi dan persentase Sikap Perawat tentang Early

Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan...36 Tabel 1.7 Distribusi frekuensi dan persentase Keterampilan Perawat tentang Early

Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan...36

(10)

tentang EWS... 22

(11)

NIM 161101136 Jurusan : S1 Keperawatan Tahun : 2019/2020

ABSTRAK

Early Warning Score (EWS) merupakan suatu sistem penilaian yang digunakan untuk deteksi perburukan parameter fisiologis pasien sehingga memungkinkan untuk dilakukannya pemberian intervensi dini dan perawatan tepat waktu. Perawat yang bekerja di unit rawat inap harus mempunyai pengetahuan dan pelatihan yang cukup dalam melakukan identifikasi dan penilaian keadaan pasien yang mengalami perubahan hingga perburukan parameter fisiologis. Dampak dari kurangnya pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat dalam melakukan deteksi perburukan parameter fisiologis dapat mengakibatkan pasien mengalami penurunan kondisi klinis yang meluas sehingga mengalami kejadian buruk yang tidak diharapkan seperti henti nafas/henti jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H.

Adam Malik Medan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana responden dalam penelitian ini adalah perawat di ruang rawat inap terpadu A dan B sebanyak 136 orang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Mei 2020. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu Simple Random Sampling dengan membagikan kuesioner kepada responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 136 orang, responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 112 responden (82,4%), memiliki pengetahuan cukup sebanyak 24 responden (17,6%) dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan kurang.

Responden yang memiliki sikap positif sebanyak 124 responden (91,2%) dan sikap negatif sebanyak 12 responden (8,8%). Seluruh responden memiliki keterampilan yang baik yaitu sebanyak 136 responden (100%). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit H. Adam Malik Medan dalam melakukan evaluasi pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang EWS sehingga implementasi EWS menjadi lebih maksimal.

Kata kunci : Early Warning Score, Keterampilan, Pengetahuan, Sikap

(12)
(13)

1. Latar Belakang

Early Warning Score (EWS) diperkenalkan pada tahun 1997 di European Emergency Department dan dikembangkan sebagai suatu sistem penilaian deteksi perburukan parameter fisiologis pasien (Alam, et al. 2015). EWS umumnya digunakan di unit medical bedah sebelum pasien mengalami kondisi kegawatan (Duncan & McMullan, 2012). Hal ini dikembangkan untuk mendeteksian dini pasien yang mengalami perburukan kondisi dengan menilai dan menganalisis tanda-tanda vital dalam parameter fisiologis sesuai hasil skoring (Kyriacos, et al. 2011). Sehingga memungkinkan untuk dilakukannya pemberian intervensi dini dan perawatan tepat waktu (Kolic, et al. 2014).

Seiring dengan perkembangannya, Royal College of Physicians membentuk standar EWS yang disebut National Early Warning Score (NEWS) pada tahun 2012. Tujuannya untuk menyetarakan implementasi EWS di National Health Service (Royal College of Physicians, 2017). Berdasarkan hal ini, Joint Commission International (JCI) menetapkan EWS sebagai salah satu syarat kelulusan akreditasi rumah sakit pada poin Care of Patients (COP).

EWS mulai diaplikasikan di Indonesia yaitu pada tahun 2014 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Hal ini diterapkan karena rumah sakit tersebut adalah rumah sakit pertama yang mengikuti akreditasi JCI. Kemudian EWS mulai diaplikasikan ke seluruh rumah sakit vertikal di

(14)

Indonesia termasuk RSUP H. Adam Malik Medan. EWS diperkenalkan di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2017 dan dikembangkan melalui seminar maupun pelatihan EWS. Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) mempersyaratkan agar seluruh staf klinis di rumah sakit dilatih EWS agar mampu mendeteksi dan mengenali perubahan kondisi klinis pasien yang mengalami perburukan. Hal ini diharapkan agar staf klinis dapat melakukan tindakan dan asuhan dengan baik (KARS, 2017).

Staf klinis yang tidak bekerja di unit pelayanan kritis mungkin tidak mempunyai pengetahuan dan pelatihan yang cukup dalam melakukan penilaian serta mengetahui pasien ketika akan masuk kedalam kondisi kritis (Ariga, 2018). Padahal, banyak pasien diluar unit pelayanan kritis yang mengalami keadaan kritis di ruang rawat inap. Maka dari itu, penerapan EWS ini sangat membantu dalam mengidentifikasi keadaan pasien yang mengalami perburukan sedini mungkin. Pasien yang akan masuk ke keadaan kritis sering kali memperlihatkan tanda bahaya dini, seperti tanda-tanda vital yang memburuk dan perubahan kecil pada status neurologinya (Ariga et al., 2018).

Sebelum mengalami penurunan kondisi klinis yang meluas sehingga mengalami kejadian buruk yang tidak diharapkan seperti henti nafas/henti jantung (KARS, 2017).

Apabila kejadian buruk yang tidak diharapkan terjadi maka harus segera ditindaklanjuti dengan mengaktifasi code blue. Kejadian buruk yang tidak diharapkan pada pasien dapat dicegah dan dikurangi dengan mengenali dan merespon tanda awal perburukan klinis dan fisiologis (Kyriacos, et al. 2011).

(15)

EWS mampu menurunkan angka kejadian henti jantung di Rumah Sakit secara signifikan (Drower, et al. 2013).

Keberhasilan EWS dalam menurunkan angka kejadian henti jantung dipengaruhi oleh implementasi yang baik dari staf klinis dan instrumen EWS sesuai dengan pedoman yang ditetapkan (Ariga and Amelia, 2018). Hal ini disampaikan dalam studi penelitian Implementasi EWS pada Kejadian Henti Jantung di Ruang Perawatan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang Ditangani Tim Code Blue Selama Tahun 2017 (Subhan, dkk. 2019). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa implementasi EWS di ruang rawat inap RSUP Dr. Hasan Sadikin belum cukup memuaskan. Implementasi EWS yang tidak baik terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan keterampilan staf klinis, termasuk perawat, terhadap EWS itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengetahui gambaran Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di latar belakang, peneliti merumuskan masalah penelitian yang akan dilakukan yaitu tentang bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan?

(16)

3. Tujuan Penelitian

a. Mengidentifikasi gambaran pengetahuan perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Mengidentifikasi gambaran sikap perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan.

c. Mengidentifikasi gambaran keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

a. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam mengevaluasi pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat rawat inap tentang deteksi dini perburukan pasien dengan menggunakan sistem Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan pendidikan keperawatan gawat darurat sehingga mahasiswa yang akan memasuki praktek keperawatan memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang optimal tentang deteksi dini perburukan pasien dengan menggunakan sistem Early Warning Score (EWS).

(17)

c. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pertimbangan dan pengembangan penelitian lanjutan tentang Early Warning Score (EWS).

d. Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi perawat tentang pentingnya memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang Early Warning Score (EWS) sehingga perawat dapat mengimplementasi EWS di ruang perawatan dengan baik.

e. Pasien dan Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pasien dan keluarga dalam menurunkan angka kejadian henti jantung, henti nafas dan mortalitas.

(18)

Bab ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai konsep pengetahuan, sikap, keterampilan dan Early Warning Score (EWS) yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini.

1. Pengetahuan

1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Ariga, Astuti, et al., 2020). Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2012).

1.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overtbehaviour). Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2012), yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

(19)

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atas materi dapat mnejelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

(20)

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang dibagi menjadi faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar (Ariga, Astuti, et al., 2020). Faktor internal (dari dalam diri), seperti inteligensia, minat, kondisi fisik. Faktor eksternal (dari luar diri), seperti keluarga, masyarakat, sarana dan prasarana. Sedangkan faktor pendekatan belajar (upaya belajar), seperti strategi dan metode dalam pembelajaran (Achmadi, 2014).

Menurut Mubarak (2011) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan berarti membimbing yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal (Ariga et al., 2020).

Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula merekan menerima informasi, dan pada

(21)

memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut dalam penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan untuk menunjang kehidupan. Dalam lingkungan pekerjaan seseorang akan mendapatkan pengalaman serta pengetahuan baru baik secara langsung maupun tidak langsung.

c. Usia

Tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir akan lebih besar dengan bertambahnya usia seseorang, sehingga pengetahuan yang didapatkan akan lebih baik (Ariga, 2020).

d. Minat

Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu hal. Minat dijadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni hal tersebut, sehingga ia akan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Ariga, 2020). Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik.

Sebaliknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam

(22)

emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

f. Lingkungan

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan pengetahuan dan sikap seseorang. Maka lingkungan yang baik akan membentuk pengetahuan dan sikap yang baik. Sebaliknya, lingkungan yang buruk akan berdampak pada pengetahuan dan sikap yang buruk.

g. Informasi

Pada jaman modern saat ini, sangat mudah untuk mengakses informasi-informasi terbaru. Hal itu dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan seseorang.

2. Sikap

2.1 Pengertian Sikap

Sikap juga merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmojo. 2012). Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya (Ariga, 2019). Sikap dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap bukan suatu tindakan atau aktivitas, melainkan predisposisi tindakan dan perilaku (Mubarak. 2011).

Ini berarti sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidaksetujuan, suka atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu.

(23)

Sikap dapat bersifat positif dan negatif yang dikemukakan oleh Purwanto (1998 dalam Wawan dan Dewi 2011) :

a. Sikap Positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek penelitian.

b. Sikap Negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek penelitian.

2.2 Komponen Sikap

Menurut Azwar (2013), struktur sikap terdiri atas 3 (tiga) komponen yang saling berkaitan, yaitu:

a. Komponen Kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai suatu penanganan terutama apabila menyangkut masalah isu atau yang kontroversial.

b. Komponen Afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

c. Komponen Konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Komponen konatif berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi

(24)

terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Komponen konatif berkaitan dengan objek yang dihadapinya secara logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah cerminan dalam tendensi perilaku.

2.3 Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari empat tingkatan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2012):

a. Menerima (Receiving): Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding): Memberikan jawaban apabila ditanya, bertanya, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah orang yang telah menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing): Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adaah indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung Jawab (Responsible): Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap tingkat paling tinggi.

(25)

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek antara lain:

a. Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap.

Pengalaman pribadi yang meninggalkan kesan yang kuat akan membuat sikap lebih mudah terbentuk apalagi pengalaman tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memilih sikap yang komformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

d. Media Massa

Dalam pemberian surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual disampaikan secara objektif

(26)

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga Pendidikan dan Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Sehingga tidak mengherankan jika konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f. Emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang disadari emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

3. Keterampilan

3.1 Pengertian Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan (Ariga, 2019). Keterampilan seseorang dipengaruhi oleh pelatihan dan pengembangan (Larasati, 2018).

Notoadmodjo (2012) mengemukakan bahwa tindakan/keterampilan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun dari luar tubuh suatu lingkungan.

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat di amati oleh orang lain.

(27)

3.2 Tingkatan Keterampilan

Menurut Notoatmodjo (2012), keterampilan/tindakan dibagi menjadi tiga karakteristik yang terdiri dari: (1) Respon terpimpin yaitu mampu melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan tepat. (2) Mekanisme merupakan kondisi apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau dikarenakan suatu kebiasaan.

(3) Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik atau sudah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan

Menurut Bertnus (2009) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan seseorang dalam melakukan sebuah tindakan sebagai berikut:

a. Pengetahuan mencakup semua yang diketahui tentang obyek tertentu dan disimpan didalam ingatan. Pengetahuan dipengaruhi berbagai faktor yaitu latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, usia dan jenis kelamin.

b. Pengalaman akan memperkuat kemampuan dalam melakukan sebuah tindakan (keterampilan). Pengalaman ini dapat membangun seorang perawat dalam melakukan tindakan yang telah diketahui. Pengalaman kerja seseorang yang banyak, selain berhubungan dengan masa kerja

(28)

seseorang, juga dilatar belakangi oleh pengembangan diri melalui pendidikan baik formal maupun nonformal.

c. Motivasi merupakan sesuatu keinginan yang membangkitkan motivasi dalam diri seorang perawat dalam mewujudkan suatu tindakan.

Motivasi inilah yang mendukung perawat sehingga dapat melakukan tindakan sesuai prosedur yang sudah diajarkan.

4. Early Warning Score (EWS)

4.1 Pengertian Early Warning Score (EWS)

EWS adalah sebuah sistem skoring fisiologis yang digunakan di unit medikal bedah sebelum pasien mengalami kondisi kegawatan (Duncan &

McMullan, 2012). Pendeteksian dini dilakukan untuk melacak atau menemukan pasien yang mengalami perburukan kondisi dengan menilai dan menganalisis tanda-tanda vital dalam parameter fisiologis sesuai dengan hasil scoring (Kyriacos. et. al, 2011). Sistem ini menggunakan konsep pendekatan proaktif untuk meningkatkan keselamatan pasien dan hasil klinis pasien yang lebih baik dengan standarisasi pendekatan asesmen dan mengadopsi pendekatan ini dari Royal College of Physicians-National Health Service (2012).

Royal College of Physicians mengungkapkan kegunaan EWS untuk menstandarisasikan penilaian terhadap keparahan penyakit akut di rumah sakit maupun pra-rumah sakit. EWS digunakan juga sebagai instrumen untuk mengetahui kondisi klinis pasien dan memantau perburukan

(29)

fisiologis sehingga dapat dilakukan respon klinis tepat waktu dan kompeten (Ariga et al., 2020). Perawat harus memperhatikan respon klinis yang diberikan dalam penilaian perubahan fisiologis yang terdiri dari kecepatan pemberian respon, kompetensi pemberi respon, frekuensi monitoring klinis serta fasilitas yang mendukung sehingga respon yang diberikan sesuai dan terjamin (Ariga et al., 2020).

4.2 Ruang Lingkup Early Warning Score (EWS)

EWS disusun berdasarkan kumpulan dari penilaian dan pengukuran sistem fisiologis (Ariga et al., 2018). Hal ini rutin dilakukan ketika pasien baru atau pasien yang sedang dalam masa pengawasan di rumah sakit.

EWS terdiri dari 7 parameter yang terdiri dari pernafasan, saturasi oksigen, tekanan darah sistolik, nadi, tingkat kesadaran, suhu dan tambahan skor 2 jika pasien menggunakan alat bantu nafas. Alat bantu nafas yang diberikan bertujuan untuk mempertahankan saturasi oksigen pasien.

Formulir EWS dikutip dari sumber National Early Warning System (NEWS).

Penilaian EWS juga dilakukan pada anak. Penggunaan dan penerapan EWS pada anak bertujuan untuk memantau perubahan kompleks sejak dini yang terjadi pada pasien anak di rumah sakit. Menurut The Irish Pediatric Early Warning System (PEW) (The Irish Pediatric. 2019). Pada ibu hamil digunakan pengkajian EWS dengan Maternal Early Warning Score (MEWS) yang terdiri dari 7 parameter fisiologis yaitu tekanan darah sistolik, tekanan darah diastol, pernafasan, denyut jantung, saturasi

(30)

oksigen, suhu dan tingkat kesadaran. Sistem pengkajian ini diadopsi dari The Irish Maternal Early Warning System (IMEWS) yang bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu serta meningkatkan kriteria hasil klinis yang baik (Nair, et. al. 2018).

Masing-masing parameter akan dikonversikan dalam bentuk angka, dimana makin tinggi nilainya maka makin abnormal keadaan pasien sehingga menjadi indikasi untuk dilakukan tindakan pertolongan sesegera mungkin. Format penilaian EWS dilakukan berdasarkan pengamatan status fisiologi pasien. Pengamatan ini dilakukan oleh perawat dan dokter.

Pengkajian EWS dilakukan pada pasien baru di IGD dan Ruang Rawat Inap.

4.3 Tatalaksana Early Warning Score (EWS)

EWS dapat digunakan untuk mengasesmen penyakit akut, mendeteksi penurunan klinis, dan menginisiasi respon klinis yang tepat waktu dan sesuai (Kolic, et al. 2014). EWS dapat diimplementasikan untuk pengkajian prehospital pada kondisi akut oleh first responder seperti pelayanan ambulans, pelayanan kesehatan primer, puskesmas untuk mengoptimalkan komunikasi kondisi pasien sebelum diterima rumah sakit tujuan (Royal Collage of Physicians, 2017). Parameter fisiologis yang dinilai pada EWS terdiri dari:

(31)

Parameter Fisiologis

Skor

3 2 1 0 1 2 3

Pernafasan <8 9-11 12-20 21-24 >25

Saturasi

Oksigen ≤ 91 92-93 94-95 ≥ 96

Alat Bantu

Nafas Ya Tidak

Suhu ≤ 35,0 35,1-

36,0 36,1-38,0 38,1-39,0 ≥39,1 Tekanan

Darah

Sistolik ≤ 90 91-100 101-110 111-219 ≥220

Nadi ≤ 40 41-50 51-90 91-110 111-130 ≥131

Tingkat

Kesadaran A V,P,U

Table 1.1 Parameter Fisiologis National Early Warning Score (NEWS)

Keterangan :

0 - 1 : Normal (Hijau) 4 - 6 : Sedang (Orange) 2 - 3 : Rendah (Kuning) ≥ 7 : Tinggi (Merah)

Dalam melakukan pengukuran parameter fisiologis dipelukan prosedur pengkajian EWS. Prosedur pengkajian EWS dibentuk oleh PIC EWS kemudian ditetapkan oleh Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dengan mengacu pada standar NEWS-Royal College of Physicians.

Adapun prosedur pengkajian EWS sebagai berikut:

a. Perawat melakukan pengkajian EWS pada semua pasien IGD dan Rawat inap didokumentasikan pada form EWS.

b. Perawat menulis tanggal dan jam pengkajian EWS.

c. Hasil yang telah didapat di nilai sesuai dengan skor yang telah ditetapkan.

(32)

d. Tuliskan hasil yang didapat untuk parameter frekuensi nafas, saturasi oksigen, suhu, tekanan darah sistolik dan denyut jantung.

e. Untuk parameter alat bantu nafas, jika pasien menggunakan alat bantu nafas ditulis “ya” dan diberi skor 2, jika tidak memiliki alat bantu ditulis “tidak” dan diberi skor 0.

f. Untuk parameter kesadaran digunakan metode AVPU, pasien sadar (Awakeness) diberi skor 0. Jika pasien mengalami penurunan kesadaran dan harus menggunakan rangsangan suara (Verbal) atau nyeri (Pain). Jika pasien sama sekali tidak sadar (Unresponsive) diberi skor 3.

g. Jika total skor 0-1 artinya kondisi pasien stabil, maka pengkajian ulang dan pengisian form EWS hanya dilakukan setiap 8 Jam.

h. Jika kondisi pasien memburuk (total skor 2-3), pengkajian ulang dilakukan per 4 Jam, Observasi dilakukan oleh perawat.

i. Jika Kondisi pasien semakin memburuk (total skor 4-6), pengkajian ulang dilakukan per jam, Observasi dilakukan oleh perawat dan melapor ke dokter jaga/DPJP. Perawat mempersiapkan ruangan untuk dipindah ke HCU.

j. Jika total Skor ≥ 7 Observasi dilakukan oleh perawat dan melapor ke dokter jaga/DPJP/intensivis. Pemantauan pasien secara terus-menerus dan didokumentasikan per jam. Aktivasi code blue system bila pasien henti jantung/henti nafas. Rencanakan transfer pasien ke ruang ICU/CVCU dengan menggunakan alat bantu nafas.

(33)

TOTAL

SKOR KATEGORI

SKORING FREKUENSI

OBSERVASI INTERVENSI

0-1 Normal

(Hijau) Setiap 8 jam  Observasi dan Dokumentasi

2-3 Rendah

(Kuning) Setiap 4 jam  Observasi dan Dokumentasi

4-6 Sedang

(Orange) Setiap jam  Perawat melapor ke dokter

 Perawat mengobservasi pasienjaga bersama dengan dokter jaga setiap jam

 Perawat mendokumentasi setiap jam

 Perawat/dokter jaga melapor ke DPJP

 Perawat/dokter jaga

mempersiapkan jika pasien mengalami perburukan kondisi untuk perawatan

≥7 Tinggi HCU

(Merah) Bedside

Monitoring  Observasi dilakukan oleh perawat bersama dengan dokter jaga/DPJP/Intensivis

 Pemantauan pasien secara terus-menerus dan

didokumentasikan per jam

Aktivasi code blue system bila pasien henti jantung/henti nafas

Rencanakan transfer pasien ke ruang ICU/CVCU dengan menggunakan alat bantu nafas

Table 1.2 Standar Operasional Prosedur Early Warning Score (EWS)

(34)

Negatif Positif

Sikap perawat tentang Early Warning Score

(EWS)

Kurang Cukup

Ketarampilan perawat tentang Early Warning Score

(EWS)

Baik

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian adalah visualisasi hubungan antara berbagai variabel, yang dirumuskan oleh peneliti sesudah membaca berbagai teori yang ada dan kemudian menyusun teorinya sendiri yang akan digunakan sebagai landasan untuk penelitian (Wibowo, 2014). Kerangka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang pendeteksian dini perburukan pasien dengan menggunakan sistem Early Warning Score (EWS).

Skema 1.1 Kerangka Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Perawat tentang EWS

Pengetahuan perawat tentang Early Warning Score

(EWS)

Kurang Cukup

Baik

(35)

2. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Pengetahuan Ordinal

perawat tentang yang diketahui yang berisi 20 perawat tentang Early Warning perawat tentang pertanyaan EWS

Score (EWS) pendeteksian dini pilihan ganda dikategorikan perburukan pasien dengan 5 sebagai berikut:

dengan alternatif Baik: 13-20

menggunakan pilihan Cukup: 7-12 sistem Early jawaban. Kurang: 0-6 Warning Score Benar: 1

(EWS) di RSUP H. Salah: 0 Adam Malik

Medan

2. Sikap perawat Reaksi atau respon Kuesioner Sikap perawat Ordinal tentang Early perawat tentang yang berisi 15 tentang EWS

Warning Score pendeteksian dini pernyataan dikategorikan (EWS) perburukan pasien dengan sebagai berikut:

dengan pilihan Positif: 38-60

menggunakan jawaban: Negatif: 15-37 sistem Early Sangat Setuju

Warning Score (SS) : 4 (EWS) di RSUP H. Setuju (S) : 3 Adam Malik Tidak Setuju

Medan (TS) : 2

Sangat Tidak Setuju (STS):

3. Keterampilan Serangkaian akal, 1Kuesioner Keterampilan Ordinal perawat tentang fikiran, ide dan yang berisi 17 perawat tentang

Early Warning kreatifitas perawat pernyataan EWS

Score (EWS) dalam melakukan dengan dikategorikan pendeteksian dini pilihan sebagai berikut:

perburukan pasien jawaban: Baik: 12-17

dengan Ya: 1 Cukup: 6-11

menggunakan Tidak: 0 Kurang: 0-5 sistem Early

Warning Score (EWS) di RSUP H.

Adam Malik Medan

Table 1.3 Definisi Operasional Pengetahuan, Sikap dan keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS)

(36)

1. Desain Penelitian

Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Penelitian kuantitatif adalah sebuah metode penelitian yang memberlakukan kuantifikasi pada variabel-variabelnya, menguraikan distribusi variabel secara numerik (memakai angka absolut berupa frekuensi dan nilai relatif berupa persentase) (Wibowo, 2014). Desain penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan yang terjadi dilapangan (Sugiyono, 2010). Desain penelitian ini digunakan untuk menggambarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri dari objek dan subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu untuk dipelajari dan dilakukannya penelitian (Sugiyono, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat di Instalasi Rawat Inap Rindu A dan Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan yang berjumlah 207 orang perawat.

(37)

2.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili atau representative populasi (Riyanto, 2015). Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya sehingga dapat mengeneralisasikan hal tersebut dalam elemen populasi (Noor, 2011).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Simple Random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi (Sugiyono, 2010). Penentuan besaran sampel penelitian dapat menggunakan beberapa rumus, salah satunya dengan menggunakan Rumus Slovin.

Perhitungan sampel minimal pada penelitian ini dengan menggunakan taraf kesalahan (Error Level): 5%

Dimana:

N: Jumlah Populasi: 207 Orang n: Jumlah Sampel

e: Taraf Kesalahan (error level): 5%

(38)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan tepatnya di Instalasi Rindu A dan Rindu B. Peneliti memilih rumah sakit ini sebagai lokasi penelitian mengingat bahwa RSUP H. Adam Malik telah menerapkan EWS sesuai dengan Standar Akreditasi Joint Commision International (JCI) dan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) selama kurang lebih 2 tahun terakhir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2020.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan USU dan Direktur RSUP H. Adam Malik Medan. Adapun pertimbangan etik yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan serta meyakinkan responden bahwa informasi yang telah diberikan akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan dipergunakan dalam hal yang merugikan responden dan hanya akan dipergunakan selama penelitian. Responden yang bersedia dipersilahkan menandatangani Informed Consent (lembar persetujuan).

Responden yang tidak bersedia berhak untuk menolak dan mengundurkan diri.

(39)

b. Anonymity (Tanpa Nama)

Peneliti akan menjaga kerahasiaan responden dengan tidak mencantumkan nama lengkapnya pada lembar pengumpulan data, melainkan cukup dengan memberikan inisial responden pada masing-masing lembar pengumpulan data tersebut.

c. Confidentionality (Kerahasiaan)

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Suatu informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner pengetahuan perawat, kuesioner sikap perawat, dan kuesioner keterampilan perawat tentang EWS.

5.1 Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi responden terdiri dari 5 pertanyaan dengan cara pengisian yang ditetapkan peneliti. Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan identitas responden (nama, usia, dan jenis kelamin) dilanjutkan dengan pendidikan terakhir, dan lama kerja.

(40)

5.2 Kuesioner pengetahuan perawat tentang Early Warning Score (EWS)

Kuesioner pengetahuan perawat tetang EWS dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari 20 pernyataan pilihan ganda dan cara pengisian dengan memilih salah satu jawaban dari lima alternatif pilihan yang dianggap benar. Perhitungan data hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus statistik:

Panjang Kelas =

Dengan demikian maka pengetahuan perawat tentang EWS dikategorikan sebagai berikut:

Baik : 13-20 Cukup : 7-12 Kurang : 0-6

5.3 Kuesioner sikap perawat tentang Early Warning Score (EWS) Kuesioner sikap perawat tetang EWS terdiri dari 15 pernyataan dan cara pengisian dengan memberi tanda centang (√) pada salah satu dari pilihan SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). Perhitungan data hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus statistik:

Panjang Kelas =

Dengan demikian maka sikap perawat tentang EWS dikategorikan

(41)

Sikap Positif : 38 - 60 Sikap Negatif: 15 – 38

5.4 Kuesioner keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS) Kuesioner keterampilan perawat tetang EWS terdiri dari 17 pernyataan dan cara pengisian dengan memberi tanda centang (√) pada salah satu dari pilihan Ya (1) dan Tidak (0). Perhitungan data hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus statistik:

Panjang Kelas =

Dengan demikian maka pengetahuan perawat tentang EWS dikategorikan sebagai berikut:

Baik : 13-17 Cukup : 7-12 Kurang : 0-6

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner penelitian dibuat langsung oleh peneliti berdasarkan teori yang ada di tinjauan pustaka. Oleh karena itu sebelum digunakan sebagai alat ukur pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan pengujian oleh Person In Charge (PIC) EWS untuk menentukan validas dan reliabilitas instrumen penelitian.

(42)

6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu pengukuran yang menunjukkan kevalidan atau ketepatan suatu instrumen yang digunakan (Riyanto, 2015). Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang diukur (Sugiyono, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini di uji validitas oleh PIC EWS di RSUP H. Adam Malik. Kemudian penguji menggunakan teknik analisis content validity (validitas isi) melalui koefisien validitas isi Aiken’s V dalam menentukan hasilnya.

Aiken (1985) merumuskan formula Aiken’s V untuk menghitung content- validity coefficient yang didasarkan pada hasil penelitian dari panel ahli sebanyak (n) orang terhadap suatu item dari segi sejauh mana item tersebut mewakili variabel yang diukur. Nilai koefisien Aiken’s V yaitu 0,857-1 dinyatakan memiliki validitas isi yang memadai (Hendryadi, 2017). Instrumen penelitian ini telah dinyatakan valid dengan nilai Content Validity untuk kuesioner pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS) yaitu 0.92, 0.96, dan 1.

6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas artinya kestabilan pengukuran, alat dikatakan reliabel jika digunakan berulang-ulang nilai sama. Kuesioner yang telah dilakukan validasi selanjutnya akan di uji reliabilitas sesuai dengan prinsip (Riyanto, 2015). Uji reliabilitas akan dilakukan kepada 30 orang perawat Rindu A dan Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan.

(43)

Uji reliabilitas pada kuesioner pengetahuan dan keterampilan menggunakan uji K-R 20 (Kuder Richaderson 20). Uji ini digunakan pada kuesioner yang berbentuk pertanyaan atau pernyataan dengan satu jawaban yang benar. Hasil uji yang didapatkan yaitu “r” sebesar 0.60 dan 0,76. Pada instrumen sikap dilakukan uji reliabilitas menggunakan uji Cronbach Alpha sebab dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen skala likert (Riyanto, 2015). Hasil uji yang didapatkan yaitu “r”

sebesar 0.952. Nilai ini lebih tinggi dari nilai standar minimal Cronbach Alpha yaitu ≥0.70. Maka dari itu, instrumen penelitian ini dapat dikatakan reliabel.

7. Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada bagian penelitian di bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin dari fakultas, peneliti mengirimkan surat izin dari Fakultas ke RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah rumah sakit memberikan persetujuan, peneliti melakukan pengumpulan data di ruangan rindu A dan B.

Rencana pengumpulan data awalnya akan dilakukan setelah peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Responden yang bersedia mengikuti penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Kemudian peneliti menjelaskan prosedur,

(44)

manfaat penelitian dan cara mengisi kuesioner kepada responden. Namun, pandemi COVID-19 mengakibatkan peneliti tidak dapat bertemu langsung dengan responden disebabkan adanya pembatasan interaksi untuk menghindari penularan penyakit. Oleh karena itu, peneliti meminta bantuan kepala ruangan untuk membagikan kuesioner tersebut kepada responden, Penelitian terkait keterampilan perawat tidak dapat diobservasi secara langsung kepada perawat. Peneliti melakukan observasi melalui form EWS pada rekam medis pasien.

8. Pengolahan Data dan Analisa Data

Tahap pengolahan data adalah sebagai berikut (Riyanto, 2015). Editing:

Tahap editing berfungsi untuk pengecekan data apakah isian dalam lembar kuesioner sudah lengkap. Editing dilakukan langsung di tempat pengumpulan data, sehingga dapat segera dilengkapi jika ada kekurangan; Coding: Tahap coding/pengkodean adalah klarifikasi bentuk jawaban-jawaban yang ada didasarkan pada jenis-jenisnya. Kemudian diberikan kode sesuai dengan karakter masing-masing yang berupa angka untuk memudahkan dalam pengolahan data; Entry: Tahap Entry atau juga disebut Tubulating adalah tahap memasukkan data-data hasil penelitian yang telah melalui tahap editing dan coding ke dalam tabel-tabel sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan;

Cleaning Data: Tahap Cleaning Data adalah proses pengecekan data untuk konsistensi data. Pengecekan konsistensi meliputi pemeriksaan akan data yang out of range, tidak konsisten secara logika, ada nilai-nilai ekstrim dan

(45)

data dengan nilai yang tidak terdefenisi; Saving Data: Tahap terakhir yaitu Saving Data bertujuan untuk menyimpan data mentah hasil penelitian yang akan diproses lebih lanjut. Hal ini dapat memudahkan peneliti dalam menganalisis data selanjutnya.

Data yang sudah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan analisa univariat. Analisa univariat dilakukan dengan menggunakan komputerisasi untuk menganalisis distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang EWS

9. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:

a. Peneliti tidak dapat bertemu langsung dengan responden disebabkan adanya pembatasan interaksi untuk menghindari penularan penyakit COVID-19.

b. Penelitian terkait keterampilan perawat tidak dapat diobservasi secara langsung kepada perawat. Peneliti melakukan observasi melalui form EWS pada rekam medis pasien.

(46)

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Perawat tentang Early Warning Score di RSUP H. Adam Malik Medan. Proses pengumpulan data dilaksanakan mulai Maret 2020 sampai dengan Mei 2020 di RSUP Haji Adam Malik Medan. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 136 orang yaitu perawat yang bekerja di ruang Rindu A dan Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan. Penyajian hasil data penelitian meliputi deskripsi karakteristik reponden, pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang Early Warning Score di RSUP H. Adam Malik Medan.

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mencakup karakteristik responden, pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang Early Warning Score.

1.1 Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik responden mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan lama bekerja. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas usia responden adalah berusia 56-55 tahun yaitu 53 responden (39,0%), responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 127 orang (93,4%), responden yang memiliki jenjang pendidikan DIII keperawatan sebanyak 87 orang (64,0%), serta responden yang memiliki masa kerja 21-30

(47)

tahun sebanyak 62 orang (45,6%). Hasil penelitian mengenai karakteristik demografi dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 1.4 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=136) Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

Usia- 24-35 Tahun 51 37,5

- 36-45 Tahun 32 23,5

- 46-55 Tahun

Jenis Kelamin 53 39,0

- Laki-Laki 9 6,6

- Perempuan 127 93,4

Jenjang Pendidikan

- DIII 87 64,0

Lama bekerja- S1 49 36,0

- 1-6 Tahun 38 28,0

- >6 Tahun 98 72,0

1.2 Pengetahuan Perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 136 responden yang diteliti, terdapat mayoritas perawat memiliki pengetahuan baik tentang EWS yaitu sebanyak 112 orang (82,4%), berpengetahuan cukup sebanyak 24 orang (17,6%), dan tidak ada perawat yang memiliki pengetahuan kurang tentang EWS.

Tabel 1.5 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan (n=136) Pengetahuan Perawat Frekuensi Persentase (%)

Baik 112 82,4

Cukup 24 17,6

Kurang 0 0

(48)

1.3 Sikap Perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H.

Adam Malik Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 136 responden yang diteliti, terdapat mayoritas perawat memiliki sikap positif tentang EWS yaitu sebanyak 124 orang (91,2%) dan perawat yang memiliki sikap negatif sebanyak 12 orang (8,8%).

Tabel 1.6 Distribusi frekuensi dan persentase sikap perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan (n=136)

Sikap Perawat Frekuensi Persentase (%)

Positif

Negatif 124

12 91,2

8,8

1.4 Keterampilan Perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 136 responden yang diteliti, seluruh responden memiliki keterampilan yang baik tentang EWS yaitu 136 orang (100%) dan tidak ada perawat yang memiliki keterampilan cukup maupun kurang tentang EWS.

Tabel 1.7 Distribusi frekuensi dan persentase keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan (n=136) Keterampilan Perawat Frekuensi Persentase (%)

Baik 136 100

Cukup 0 0

Kurang 0 0

(49)

2. Pembahasan

2.1 Pengetahuan perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 136 responden yang diteliti, terdapat mayoritas perawat memiliki pengetahuan baik tentang Early Warning Score (EWS) yaitu sebanyak 112 orang (82,4%). Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden telah memahami konsep Early Warning Score (EWS), dengan berdasarkan jawaban responden yang mayoritas menjawab dengan benar pertanyaan tentang parameter fisiologis yang dinilai dengan menggunakan sistem EWS.

Selain itu, kemungkinan juga dikarenakan mayoritas responden memiliki pengalaman kerja > 6 tahun yaitu 98 perawat (72,05%) sehingga berdasarkan pengalaman kerja yang sudah lama mengakibatkan peningkatan pengetahuan perawat tentang EWS. Sesuai dengan pernyataan Mubarak (2011) bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya pendidikan dan pengalaman.

(50)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2018) tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat dalam penerapan Early Warning Score (EWS) di Ruang Perawatan Lantai 2,5 dan 6 Rumah Sakit Siloam Dhirga Surya. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa hampir separuh perawat yang menjadi responden (43,2%) memiliki pengetahuan yang baik, sebagian besar perawat berpengatahuan cukup (54,1%) dan hanya 1 perawat (2,7%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang EWS.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh olang, dkk (2018) tentang Nurses’

Knowledge of Early Warning Score at a Private Hospital in Eastern Indonesia. Studi ini mengungkapkan bahwa sebagian besar perawat (81,25%) berada pada tingkat yang memadai dalam hal pengetahuan mereka tentang EWS. Hal ini mungkin dikarenakan hasil partisipasi perawat dalam pelatihan yang dilakukan dilapangan dalam sebulan sekali.

Penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari, dkk (2020) tentang Relationship between Nurses’ Knowledge of Initial Assesment and Application of Early Warning System at Emergency Department of Type A Hospital in Jakarta menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat maka perilaku semakin meningkat. Hal ini juga harus diikuti oleh pelatihan secara berkala sehingga dapat mempertahankan penggunaan EWS yang sudah baik.

Berdasarkan hasil data demografi menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 45-55 tahun yaitu 53 orang (39,0%). Berdasarkan data

(51)

tersebut dapat dikatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Mubarak (2011) yaitu tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir akan lebih besar dengan bertambahnya usia seseorang, sehingga pengetahuan yang didapatkan akan lebih baik.

Hasil data demografi lainnya yaitu berkaitan dengan jenis kelamin responden. Mayoritas responden pada penelitian ini adalah perempuan yaitu sebanyak 127 orang (93,4%). Hal ini dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Halpern (1997) yang menyatakan bahwa perempuan lebih baik dalam kemampuan verbal, perhitungan matematika, serta tugas-tugas yang memerlukan koordinasi motorik halus dan persepsi, sedangkan laki-laki cenderung lebih baik dalam kemampuan keruangan, matematika abstrak dan penalaran sains sehingga memungkinkan hasil penelitian pengetahuan perawat tersebut mayoritas dalam kategori baik.

Hasil data demografi menunjukkan bahwa pendidikan mayoritas responden adalah DIII Keperawatan yaitu 87 responden (64,0%).

Berdasarkan hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menambah pengetahuan seseorang, sehingga memungkinkan adanya tingkat pengetahuan yang baik pada penelitian ini.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2012) bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang didapat dari pendidikan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Mubarak (2011) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan

(52)

pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak.

Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan keperawatan merupakan suatu proses penting yang harus didapatkan perawat dalam mencapai profesionalitas (Nurhidayah, 2011).

2.2 Sikap perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H.

Adam Malik Medan

Sikap juga merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmojo. 2012). Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Sikap dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap bukan suatu tindakan atau aktivitas, melainkan predisposisi tindakan dan perilaku (Mubarak. 2011).

Hasil penelitian sikap perawat tentang Early Warning Score (EWS) menunjukkan bahwa dari 136 responden yang diteliti, terdapat mayoritas perawat memiliki sikap positif tentang Early Warning Score (EWS) yaitu sebanyak 124 orang (91,2%). Hal ini dikarenakan mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik sesuai dengan pernyataan (Notoatmodjo, 2012) bahwa yang memegang peranan penting dalam penentuan sikap salah satunya adalah pengetahuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

(53)

yang dilakukan oleh (Hehalatu, 2018) tentang gambaran perilaku perawat dalam pengkajian Early Warning Score (EWS) di ruang rawat inap lantai 2,5, dan 6 di rumah sakit swasta di Indonesia barat dapat disimpulkan bahwa perilaku pengkajian EWS oleh perawat yaitu 37 (90,2%) perawat berperilaku baik, 4 (9,8%) berperilaku cukup, dan tidak ada perawat berperilaku kurang.

Meskipun mayoritas perawat memiliki sikap yang positif, namun ada 12 orang (8,8%) yang memiliki sikap negatif. Hasil penelitian menemukan bahwa 12 orang tersebut berada pada rentang usia 24-35 tahun dengan lama bekerja 1-6 tahun. Hal ini mungkin terjadi akibat kurangnya pengalaman perawat dalam melakukan pendeteksian, sejalan dengan pernyataan Azwar (2013) yang mengatakan bahwa pengalaman merupakan faktor penting dalam pembentukan sikap.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh (Situmorang, 2018) tentang hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap kepatuhan skoring Early Warning Score (EWS) di ruang bethesda rumah sakit umum siloam kupang dengan hasil analisa data diperoleh 32 responden (50%) berpengetahuan baik, 13 responden (40,63%) berpengetahuan cukup dan 3 responden (9,37%) berpengetahuan kurang. Responden dengan sikap positif dan negatif memiliki proporsi yang sama yakni 16 responden (50%). Sebagian Responden tidak patuh melakukan skoring EWS, Patuh : 21 responden (34,37%), tidak patuh : 11 Responden (56,63%).

(54)

2.3 Keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS) di RSUP H. Adam Malik Medan

Keterampilan atau tindakan yang dikemukakan oleh Notoadmodjo (2012) adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun dari luar tubuh suatu lingkungan.

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat di amati oleh orang lain.

Hasil penelitian keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS) menunjukkan bahwa dari 136 responden yang diteliti, seluruh perawat memiliki keterampilan yang baik dalam mendeteksi dini perburukan pasien dengan menggunakan Early Warning Score (EWS) yaitu sebanyak 136 orang (100%). Hal ini dikarenakan mayoritas responden memiliki pengetahuan dan sikap yang baik. Hal ini sejalan dengan (Notoatmodjo, 2012) yang pendapat bahwa pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Lami, 2018) mengenai gambaran pelaksanaan observasi pasien dengan Early Warning Score (EWS) kategori rendah dan medium di ruangan rawat inap Bethesda 2 Rumah Sakit Siloam Kupang mengungkapkan bahwa observasi EWS kategori rendah dengan ketepatan waktu mencakup 7,4% dan EWS katagori medium tidak dilakukan kategori perjam. Penelitian selanjutnya yaitu gambaran pelaksanaan monitoring perawat berdasarkan early warning score (EWS) di satu rumah sakit swasta diIndonesia bagian

(55)

tengah juga dilakukan oleh (La’a, 2018) dan ditemukan pelaksanaan monitoring perawat berdasarkan EWS tidak dilaksanakan 100% sesuai algoritma.

Keterampilan perawat dalam mengimplementasikan EWS serta instrumen yang sesuai dengan pedoman yang ditetapkan, berpengaruh dalam menurunkan angka kejadian henti jantung-henti nafas hingga kematian pasien. Hal ini disampaikan dalam studi penelitian Implementasi EWS pada Kejadian Henti Jantung di Ruang Perawatan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang Ditangani Tim Code Blue Selama Tahun 2017 (Subhan, dkk.

2019). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa implementasi EWS di ruang rawat inap RSUP Dr. Hasan Sadikin belum cukup memuaskan.

Implementasi EWS yang tidak baik terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan keterampilan perawat terhadap EWS.

Simulasi tutorial EWS dapat digunakan sebagai salah satu metode pelatihan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan juga keterampilan perawat. Hal ini sejalan dengan penelitian Damayanti, dkk (2019) tentang Efektivitas Simulasi Tutorial Early Warning Score (EWS) terhadap pengetahuan perawat dan kinerja klinis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada pre-test dan post-test pengetahuan dan kinerja klinis terhadap simulasi tutorial. Simulasi tutorial EWS berpengaruh pada peningkatan kinerja klinis perawat.

(56)

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas perawat di RSUP H. Adam Malik Medan memiliki pengetahuan yang baik tentang Early Warning Score (EWS) yaitu sebanyak 112 orang (82,4%), mayoritas perawat memiliki sikap yang positif terhadap Early Warning Score (EWS) yaitu sebanyak 124 orang (91,2%) dan seluruh responden sebanyak 136 perawat (100%) memiliki keterampilan yang baik dalam mendeteksi dini perburukan pasien dengan menggunakan Early Warning Score (EWS).

2. Saran

2.1 Praktek Keperawatan

Peneliti menyarankan kepada praktek keperawatan agar dapat melakukan evaluasi terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang deteksi dini perburukan pasien dengan menggunakan sistem Early Warning Score (EWS), sehingga angka kejadian henti jantung, henti nafas serta mortalitas di rumah sakit dapat menurun.

2.2 Pendidikan Keperawatan

Peneliti menyarankan kepada institusi pendidikan keperawatan agar dapat memberikan pembelajaran tambahan khususnya tentang Early Warning Score (EWS) sehingga mahasiswa yang akan memasuki praktek keperawatan

(57)

memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang optimal tentang deteksi dini perburukan pasien dengan menggunakan sistem Early Warning Score (EWS).

2.3 Perawat

Perawat diharapkan agar dapat mempertahankan serta meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat tentang Early Warning Score (EWS). Peneliti juga menyarankan sebaiknya perawat mengikuti seminar atau pelatihan tentang Early Warning Score (EWS) guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang optimal dalam mendeteksi dini perburukan pasien dengan menggunakan sistem Early Warning Score (EWS).

2.4 Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan penelitian selanjutnya khususnya tentang Early Warning Score (EWS). Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya membahas tentang hubungan implementasi Early Warning Score (EWS) terhadap angka kejadian code blue di RSUP H. Adam Malik Medan.

(58)

Rajawali Pers

Alam, Nadia. Irene, L. Eline, Houben. Et. al. (2015). Exploring The Performance of The National Early Warning Score (NEWS) in s European Emergency Department. Resuscitation. 90:111-5

Ariga, R. A. (2018) ‘Pengaruh Karakteristik Dan Persepsi Pasien Rawat Jalan Terhadap Bauran Pemasaran Dengan Keputusan Membeli Obat Di Apotek’, Talenta Conference Series: Tropical Medicine (TM), 1(2), pp.

336–341. doi: 10.32734/tm.v1i2.196.

Ariga, R. A. (2019) ‘Decrease anxiety among students who will do the objective structured clinical examination with deep breathing relaxation technique’, Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 7(16), pp. 2619–

2622. doi: 10.3889/oamjms.2019.409.

Ariga, R. A. (2020a) BUKU AJAR IMPLEMENTASI MANAJEMEN. Edited by C.

T. Siregar.

Ariga, R. A., Astuti, S. B., et al. (2020) ‘Improved knowledge and attitude about healthy snack at school through peer education’, International Journal on Advanced Science, Engineering and Information Technology, 10(4), pp.

1662–1668. doi: 10.18517/ijaseit.10.4.6373.

Ariga, R. A., Nasution, S. Z., Amelia, R. and Nasution, S. S. (2020) ‘Increase Medicine Adherecence TB Patient with Ners-Short Message Service Intervenstion (N-SMSI)’, (Icosteerr 2018), pp. 519–524. doi:

10.5220/0010076905190524.

Ariga, R. A. (2020b) Soft Skills, Soft Skills Keperawatan di Era Milenial 4.0.

Yogyakarta: deepublish. doi: 10.15358/9783800644582.

Ariga, R. A., Nasution, S. Z., Amelia, R., Dardanila, ., et al. (2020) ‘Stakeholder Perception about Soft Skill Graduated Faculty of Nursing Universitas Sumatera Utara’, (Icosteerr 2018), pp. 514–518. doi:

(59)

Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 11(Special Issue 1), pp. 239–242. doi: 10.22159/ajpcr.2018.v11s1.26617.

Ariga, R. A., Amelia, R. and Sari, S. (2018) ‘Relationship of extrovert and introvert personality types against student achievement faculty of nursing USU’, Journal of Physics: Conference Series, 1116(5), pp. 0–8. doi:

10.1088/1742-6596/1116/5/052007.

Ariga, R. A., Nasution, S. S. and Ariadni, D. K. (2018) ‘Community service activities counseling in making who mp-asi based on local food for posyandu cadres and baduta’ mothers 1’, Jurnal USU, 3(2), pp. 171–175.

Ariga, R. A, Siti Zahara Nasution, Ely Hayati Nasution, Muhammad Taufik, Rossy Nurhasanah, Muhammad Khaliqi, M. hadya. Y. P. (2020) Penyusunan Kurikulum RPS,SAP dan Kampus Merdeka, USUpress. doi:

10.1017/CBO9781107415324.004.

Azwar, Saifuddin. (2013). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bertnus. (2009). Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan. Dikutip 2019

Desember 09. Tersedia dalam URL

http://digilib.unimus.ac,id/files/disk1/115/

Damayanti, Roshy., dkk. (2019). Effects of Early Warning Score (EWS) Tutorial Simulation on Nurses’ Knowledge and Clinical Performance. Nurse Media Journal of Nursing, 9(2), 2019, 231-241

Drower, D., McKeany, R., Jogia, P., Jull, A. (2013). Evaluating the Impact of Implementing an Early Warning Score System on Incidence of in-hospital Cardiac Arrest. N Z Med J;126:26-34

Duncan, K. & McMullan, C. (2012). Early Warning System. Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins publisher of Nursing2012 Journal

Hehalatu, Lidya M. (2018). Gambaran Perilaku Perawat dalam Pengkajian Early Warning Score di Ruang Rawat Inap Lantai 2, 5 dan 6 di Rumah Sakit Swasta di Indonesia Barat. Skripsi. Fakultas Keperawatan dan Ilmu

(60)

178

Komite Akreditasi Rumah Sakit. (2017). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1. Jakarta: KARS

Kolic, I. Crane, S. McCartney, S. Perkins, Z. Taylor, A. (2014). Factors Affecting Response to National Early Warning Score (NEWS). United Kingdom:

Elsevier Ireland Ltd.

Kyriacos, U. Jelsma, J. Jordan, S. (2011). Monitoring Vital Signs Using Early Warning Scoring Systems: A Review of The Literature. Journal of Nursing Management 19, 311-330

La’a, Destryna. (2018). Gambaran Pelaksanaan Monitoring Perawat Berdasarkan Early Warning Score (EWS) di Satu Rumah Sakit Swasta di Indonesia Bagian Tengah. Skripsi. Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, UPH. Tangerang

Lami, Dian Mentari P. S. (2018). Gambaran Pelaksanaan Observasi Pasien dengan Early Warning Score (EWS) Kategori Rendah dan Medium di Ruangan Rawat Inap Bethesda 2 Rumah Sakit Umum Siloam Kupang.

Skripsi. Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, UPH. Tangerang Larasati, Sri. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: CV Budi

Utomo

Manurung, Desi Ratnasari. (2018). Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat dalam Penerapan Early Warning Score di Ruang Perawatan Lantai 2, 5 dan 6 Rumah Sakit Siloam Dhirga Surya. Skripsi. Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, UPH. Tangerang

Mubarak, W. I. (2011). Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Nair, S., Dockrell, L., MacColgain, S. (2018). Maternal Early Warning Scores (MEWS). Ireland: Anaesthesia Tutorial of The Week: 383

Noor, Juliansyah (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Prenada Media Group Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi; bersihan jalan

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi

Dari hasil penelitian pada tabel 5.9 diketahui bahwa responden yang memiliki jenjang pendidikan SMA memiliki pengetahuan lebih baik daripada mereka yang memiliki jenjang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat di Ruang Rawat RB2A dan RB2B memiliki pengetahuan yang cukup (62,5%) dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dan memiliki

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan perawat anak dapat meningkatkan keterampilan dalam menerapkan atraumatic care pada anak dan bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi; bersihan jalan

Skripsi ini disusun sebagai syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Sarjana Keperawatan di Program Studi NersFakultasKeperawatan &amp; Kebidanan Universitas Sari

Sikap, Dan Tindakan Donor Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjungpura