• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan Terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan Terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

EKSKLUSIF DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Oleh :

MIRZAL FUADI

070100059

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EKSKLUSIF DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh : MIRZAL FUADI NIM : 070100073

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan Terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010

Nama : Mirzal Fuadi

NIM : 070100059

Pembimbing Penguji I

dr. Dudy Aldiansyah, Sp.OG

NIP. 197712142008121001 NIP. 197407302001122003 dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, M.P.H

Penguji II

NIP. 1970008191999032001 dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes

Medan,11 Desember 2010 Dekan FK USU

NIP.19540220198011100

(4)

ABSTRAK

Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi, penelitian–penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian ASI berhubungan dengan pengurangan resiko terhadap otitis media, diare, infeksi saluran pernafasan bawah, dan enterokolitis nekrotikan, atas dasar itulah WHO menganjurkan pemberian ASI eksklusif, yakni bayi diberi ASI selama 6 bulan pertama tanpa mendapat tambahan apapun. Namun pada kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif masih sangat kurang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu pasca melahirkan terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dan didesain dengan desain

cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah ibu – ibu pasca melahirkan, dan

penelitian ini dilaksanakan dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2010 di lingkungan Ruang Rindu B Obgyin RSUP H. Adam Malik Medan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dan besarnya sampel ditentukan dengan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan wawancara. Analisis data dilakukan dengan progam SPSS (Statistic Package for Social Science).

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu – ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan terhadap ASI eksklusif sebagian besar termasuk dalam kategori kurang dengan persentase sebesar 59,5%, dalam kategori sedang sebesar 35,7% dan hanya 4,8% responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik.

(5)

ABSTRACK

Breast feeding is essential to obtain the optimal growth and development of a baby for both, physically and mentally, and contributes to the intelligence of a bay as well. Researches show that breastfeeding is associated with reduced risk of otitis media, diarrhea, lower respiratory tract infections and necrotizing enterocolitis. Hence, WHO recommends mothers to give exclusive breast feeding on which infants are merely breastfed only for the first 6 months, without taking anything else. In fact, knowledge about exclusive breastfeeding is still limited.

The aim of this study is to obtain the knowledge level of post-partum mothers on the importance of exclusive breastfeeding in H. Adam Malik General Hospital in 2010.

This method of this study is cross-sectional which took post-partum mothers as participants in this study. This study was conducted from August to October 2010, in Rindu B Room, Department of Obstetrics and Gynecology, H. Adam Malik General Hospital. The sampling technique carried out is consecutive sampling in which the number of sample-size is determined by total sampling method. Data analysis was performed using SPSS program.

This study shows that the mean level of post-partum mother’s knowledge on the importance of breastfeeding is mostly (59,5%) still low, while those with intermediate knowledge level is 35,7% and approximately only 4,8% of all respondents have a good knowledge level

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul ”Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca

Melahirkan Terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini,

penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Dudy Aldiansyah,Sp.OG, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak dr. Mustafa Mahmud Amin,Sp.KJ selaku Dosen Penasehat Akademis yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran USU.

4. Seluruh jajaran RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(7)

7. Adinda tercinta, Nita Ridhani,Riski Mulyadi, Sri Mauliza Sari, Muhammad Haitami atas dukungan dan keceriaan yang diberikan selama penulis menyelesaikan karya tulis ini.

8. Seluruh responden yaitu ibu – ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan, atas partisipasinya dalam proses pengumpulan data penelitian ini.

9. Saudari Indah Puspita Sari Pane, yang telah banyak memberikan dukungan luar biasa selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

10. Saudara Zul Bahri selaku sahabat dan senior yang telah memberikan bimbingan dan tempat bertanya selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

11. Sahabat-sahabat luar biasa, Andika Pradana,Ayuca Zarry, Ira Nola Lingga, Annette Regina Brahmana, Nisa Lailan Sirait, Dini Feduyasih dan Pernanda Selpia Suaidi, atas kebersamaannya sebagai kelompok belajar dan kawan karib selama masa perkuliahan.

12. Seluruh anggota Tim Bantuan Bantuan Medis Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, atas semangat, pengalaman dan kebersamaannya selama menjalani masa pendidikan .

Untuk seluruh bantuan baik moril ataupun materil yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, November 2010 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN …..………i

ABSTRAK………ii

ABSTRACK………iii

KATA PENGANTAR ………...iv

DAFTAR ISI………vi

DAFTAR TABEL ……….viii

DAFTAR GAMBAR……….. ……….ix

DAFTAR LAMPIRAN ………x

BAB 1 PENDAHULUAN ………1

1.1.Latar Belakang …..………..1

1.2.Rumusan Masalah …….……….2

1.3.Tujuan Penelitian …..………..2

1.4.Manfaat Penelitian …..………3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………….………4

2.1. Air Susu Ibu (ASI) ……….………..4

2.1.1. Definisi ASI ……….………..4

2.1.2. Produksi ASI ……….……….5

2.1.3. Komposisi ASI ……….………..8

2.1.4. Keunggulan dan Manfaat Menyusu ……….…………11

2.1.5. Manajemen Laktasi ……….………….14

2.1.6. Inisiasi Menyusu Dini ……….………….16

2.1.6. Cara Memberikan ASI ……….…………18

2.1.7. ASI Perah ……….…………19

2.1.8. Masalah – Masalah yang Dihadapi Ibu Menyusu ……….………...21

2.2. Pengetahuan ……….………...23

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ……….………25

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ………...……..25

(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN ……….…27

4.1. Rancangan Penelitian ……….………27

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian …….……….27

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ….……….27

4.4. Metode Pengumpulan Data ……….………...…28

4.5. Uji Validitas dan Reabilitas………29

4.6. Metode Analisis Data ……….………30

BAB 5 HASIL PENELITIAN………31

5.1. Hasil Penelitian ………..……….31

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian …….………..………...31

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden .……….………...31

5.2. Pembahasan……….………...34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………43

6.1. Kesimpulan……….……….43

6.2. Saran……….………...43

DAFTAR PUSTAKA ………...45

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Tabel 2.1 Komposisi kolostrum ASI

dan susu sapi untuk setiap 100ml………..9

2. Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner ...………..30

3. Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ………..33

4. Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ………..33

5. Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ………...34

6. Tabel 5.4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak …………...34

7. Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Konseling ………..35

8. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap ASI Eksklusif ...35

9. Tabel 5.7 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Eksklusif ………...37

10.Tabel 5.8 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Kelompok Umur ...38

11.Tabel 5.9 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Jenjang Pendidikan....38

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Lembar Pernyatan Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Kesediaan Mengikuti Penelitian

Lampiran 5. Out Put SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Lampiran 6. Ethical Clearance

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan Lampiran 8. Data Induk Penelitian

(13)

ABSTRAK

Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi, penelitian–penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian ASI berhubungan dengan pengurangan resiko terhadap otitis media, diare, infeksi saluran pernafasan bawah, dan enterokolitis nekrotikan, atas dasar itulah WHO menganjurkan pemberian ASI eksklusif, yakni bayi diberi ASI selama 6 bulan pertama tanpa mendapat tambahan apapun. Namun pada kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif masih sangat kurang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu pasca melahirkan terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dan didesain dengan desain

cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah ibu – ibu pasca melahirkan, dan

penelitian ini dilaksanakan dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2010 di lingkungan Ruang Rindu B Obgyin RSUP H. Adam Malik Medan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dan besarnya sampel ditentukan dengan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan wawancara. Analisis data dilakukan dengan progam SPSS (Statistic Package for Social Science).

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu – ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan terhadap ASI eksklusif sebagian besar termasuk dalam kategori kurang dengan persentase sebesar 59,5%, dalam kategori sedang sebesar 35,7% dan hanya 4,8% responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik.

(14)

ABSTRACK

Breast feeding is essential to obtain the optimal growth and development of a baby for both, physically and mentally, and contributes to the intelligence of a bay as well. Researches show that breastfeeding is associated with reduced risk of otitis media, diarrhea, lower respiratory tract infections and necrotizing enterocolitis. Hence, WHO recommends mothers to give exclusive breast feeding on which infants are merely breastfed only for the first 6 months, without taking anything else. In fact, knowledge about exclusive breastfeeding is still limited.

The aim of this study is to obtain the knowledge level of post-partum mothers on the importance of exclusive breastfeeding in H. Adam Malik General Hospital in 2010.

This method of this study is cross-sectional which took post-partum mothers as participants in this study. This study was conducted from August to October 2010, in Rindu B Room, Department of Obstetrics and Gynecology, H. Adam Malik General Hospital. The sampling technique carried out is consecutive sampling in which the number of sample-size is determined by total sampling method. Data analysis was performed using SPSS program.

This study shows that the mean level of post-partum mother’s knowledge on the importance of breastfeeding is mostly (59,5%) still low, while those with intermediate knowledge level is 35,7% and approximately only 4,8% of all respondents have a good knowledge level

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu, pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar (Afifah, 2007). Selain itu, pemberian ASI dapat menurunkan risiko kematian bayi (Nurmiati, 2008).

Pemberian ASI eksklusif adalah langkah awal bagi bayi untuk tumbuh sehat dan terciptanya sumber daya manusia yang tangguh, karena bayi tidak saja akan lebih sehat & cerdas, tetapi juga akan memiliki emotional quotion

(EQ) dan social quotion (SQ) yang lebih baik (Sentra Laktasi Indonesia,

2007). Berdasarkan laporan 500 penelitian, The Agency for Healthcare

Research and Quality menyatakan bahwa pemberian ASI berhubungan

dengan pengurangan resiko terhadap otitis media, diare, infeksi saluran pernafasan bawah, dan enterokolitis nekrotikans (Massachusetts Department

of Public Health Bureau of Family Health and Nutrition, 2008).

Namun pada kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif masih sangat kurang, misalnya ibu sering kali memberikan makanan padat kepada bayi yang baru berumur beberapa hari atau beberapa minggu seperti memberikan nasi yang dihaluskan atau pisang. Kadang- kadang ibu mengatakan air susunya tidak keluar atau keluarnya hanya sedikit pada hari-hari pertama kelahiran bayinya, kemudian membuang ASI-nya tersebut dan menggantikannya dengan madu, gula, mentega, air atau makanan lain.

(16)

Pemberian makanan pendamping ASI yang benar dapat menurunkan angka kematian balita sebesar 6%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perilaku memberikan ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan dapat menurunkan angka kematian 30.000 bayi di Indonesia tiap tahunnya (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).

Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003, hanya 3, 7 % bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, sedangkan pemberian ASI pada usia 2 bulan pertama 64%, yang kemudian menurun pada periode berikutnya umur 3 bulan 45,5 %, pada usia 4-5 bulan 13,9% dan umur 6-7 bulan 7,8 %. Sementara itu ada peningkatan penggunaan pengganti air susu ibu (PASI) yang biasa disebut formula atau susu formula tiga kali lipat dalam kurun waktu 1997 dari 10,8% menjadi 32,4 % pada tahun 2002, hali ini mungkin diakibatkan kurangnya pemahaman, dukungan keluarga dan lingkungan akan pemberian ASI secara eksklusif (Tjipta, 2009).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ” Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan Terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010”, sehingga nantinya dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan penyuluhan kepada ibu – ibu hamil mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.

1.2. Rumusan Masalah

(17)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu pasca melahirkan terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan – tujuan penelitian ini antara lain:

1 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan terhadap pentingnya ASI eksklusif berdasarkan karakteristik umur ibu-ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

2 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan terhadap pentingnya ASI eksklusif berdasarkan karakteristik jenjang pendidikan ibu-ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

3 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan terhadap pentingnya ASI eksklusif berdasarkan karakteristik jumlah anak ibu-ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.

(18)

pengetahuan ibu terhadap pentingya pemberian ASI eksklusif pada bayi.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Susu Ibu ( ASI) 2.1.1. Definisi ASI

Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam–garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar air susu ibu. Penelitian telah membukt ikan bahwa ASI merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai usia 6 bulan. WHO menganjurkan pemberian ASI eksklusif, yakni bayi diberi ASI selama 6 bulan pertama tanpa mendapat tambahan apapun. Selama ASI eksklusif pemantauan tumbu kembang bayi harus dilakukan rutin tiap bulan baik posyandu atau di rumah sakit (Tjipta, 2009). ASI adalah standar utama banyak susu formula bayi (Friedman, 2005).

ASI eksklusif adalah Pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan makanan lainnya ataupun cairan lainnya seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat apapun seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim sampai usia enam bulan (Roesli, 2000).

(20)

2.1.2. Produksi ASI

Makanan utama dan pertama bagi bayi adalah ASI, khususnya ASI eksklusif tidak dapat digantikan oleh susu manapun mengingat komposisi ASI yang sangat ideal dan sesuai kebutuhan bayi disetiap saat serta mengandung zat kekebalan yang penting mencegah timbulnya penyakit (Juliani, 2009). Air susu ibu unik, spesifik, dan merupakan cairan nutrisi yang kompleks yang terdiri dari kandungan imunologis dan faktor pertumbuhan. Keunikan kandungan ASI sesuai perubahan kebutuhan bayi selama pertumbuhan dan perkembangan(Wagner, 2009).

Selama masa gestasi kelenjar mamaria dan payudara, dipersiapkan untuk laktasi (pembentukan susu). Selama kehamilan, konsentrasi estrogen yang tinggi menyebabkan perkembangan duktus yang ekstensif sementara kadar progesteron yang tinggi merangsang pembentukan lobulus alveolus. Peningkatan kosentrasi prolaktin (suatu hormon hipofisis anterior yang dirangsang oleh peningkatan kadar ekstrogen) dan human chorionic

somatomammotropin (suatu hormon peptida yang dikeluarkan oleh plasenta)

juga ikut berperan alam perkembangan kelenjar mamaria dengan

menginduksi pembentukan enzim–enzim yang diperlukan untuk

menghasilkan susu (Sherwood, 2001).

Setelah persalinan, laktasi dipertahankan oleh dua hormon penting: (1) prolaktin, yang bekerja pada epitel alveolus untuk meningkatkan sekresi susu, dan (2) oksitosin, yang menyebabkan penyemprotan susu, hal in mengacu pada ekspulsi paksa susu dari lumen alveolus melalui duktus–duktus. Pengeluaran kedua hormon tersebut dirangsang oleh refleks neuroendokrin yang dipicu oleh rangsangan mengisap puting payudara (Sherwood, 2001).

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu: (Soetjiningsih, 1997)

a. Kolostrum

(21)

sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Kolostrum disekresi oleh kelenjar mamaria dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi. Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah dan merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI matur. Kolostrum juga merupakan suatu laxatif yang ideal untuk membersihkan mekoneum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.

Kandungan protein kolostrum lebih tinggi dibandingkan ASI matur, tetapi berbeda dengan ASI matur dimana protein yang utama adalah kasein, pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi. Kolostrum juga lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI matur yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama. Kadar karbohidrat dan lemaknya jika dibandingkan lebih rendah dibandingkan dengan ASI matur. Total energi lebih rendah dibandingkan ASI matur yaitu 58 kalori/100 ml kolostrum. Dan mengandung vitamin larut lemak lebih tinggi, namun vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari pada ASI matur .

Berikut ini merupakan ciri – ciri kolostrum :

1. Berwarna kekuning – kuningan, lebih kuning dari pada ASI matur.

2. Bila dipanaskan menggumpal, ASI matur tidak. 3. PH lebih alkalis dibandingkan ASI matur.

4. Lemaknya lebih banyak mengandung kolestrol dan lesitin di bandingkan ASI matur.

5. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi kurang sempurna, yang akan menambah kadar antibodi pada bayi.

(22)

b. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

ASI ini merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. Disekresi dari hari ke-4 hingga hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI matur baru akan terjadi pada minggu ke-3 hingga ke-5. ASI transisi ini memiliki kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi, dan volumenya semakin meningkat.

c. Air Susu Matur

ASI matur adalah ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, yang memiliki komposisi relatif konstan, tetapi sebagian peneliti berpendapat bahwa baru pada minggu ke-3 sampai ke-5 ASI komposisinya baru konstan. ASI matur merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.

Berikut karakteristik ASI matur :

1. Merupakan cairan putih kekuning - kuningan, karena mengandung kasienat, riboflaum dan karotin.

2. Tidak menggumpal bila dipanaskan. 3. Volume: 300 – 850 ml/24 jam.

4. Terdapat faktor – faktor anti mikrobakteria, yaitu: a. Antibodi terhadap bakteri dan virus.

b. Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)

c. Enzim (lysozime, lactoperoxidese)

(23)

2.1.3. Komposisi ASI

Kandungan kolostrum berbeda dengan air susu yang matur, karena kandungannya yang berbeda dengan air susu yang matur dan jumlah kolostrum hanya sekitar 1% dalam air susu matur. Kolostrum lebih banyak mengandung imunoglobin A (Ig A), laktoterin dan sel-sel darah putih, yang semuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (infeksi), lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn) ( Siregar, 2004)

Berdasarkan sumber dari Food and Nutrition Board National research

Council diperoleh perkiraan komposisi kolostrum, ASI, dan susu sapi untuk

setiap 100 ml seperti tertera pada table berikut (Siregar, 2004):

Tabel 2.1Komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100ml

Zat – zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi Energi (K Cal)

Protein (g)

- Kasein /whey - Kasein (mg)

- Laktamil bumil (mg) - Laktoferin (mg) - Ig A (mg)

(24)

- Vit K

Sumber : Food and Nutrition Board National research Council, dalam Siregar, 2004.

Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada tabel 2.1., dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Bila bayi diberi susu sapi, sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserap oleh usus bayi(Siregar, 2004).

(25)

Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi. Disamping fungsinya sebagai sumber energi, didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain.

ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi.

Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak (Siregar, 2004)

(26)

2.1.4. Keunggulan Asi dan Manfaat Menyusui

Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan (Depkes RI, 2001).

1. Aspek Gizi.

Manfaat kolostrum antara lain:

a. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. b. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari

hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan pada bayi.

c. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. d. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang

pertama berwarna hitam kehijauan.

Manfaat ASI berdasarkan komposisinya antara lain:

a. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.

b. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak. c. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki

(27)

mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.

Selain itu, ASI kaya akan komposisi Taurin, DHA dan AA. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.

Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)

adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty

acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang

optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).

2. Aspek Imunologik

a. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. b. Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya

cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.

c. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

d. Lisosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lisosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.

(28)

Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated

Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan

payudara ibu.

f. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

3. Aspek Psikologik

a. Meningkatkan rasa percaya diri ibu untuk menyusui, bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi.

b. Interaksi ibu dan bayi, pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.

c. Pengaruh kontak langsung ibu - bayi, ikatan kasih sayang ibu - bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin

to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi

merasakan kehangatan tubuh ibu.

4. Aspek Kecerdasan

a. Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

(29)

5. Aspek Neurologis

Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

6. Aspek Ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.

7. Aspek Penundaan Kehamilan

Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).

2.1.5. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Arifin Siregar, 2004).

Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut(Arifin Siregar, 2004):

a. Pada masa Kehamilan (antenatal):

1. Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.

2. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.

(30)

4. Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trimester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.

5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.

b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal):

1. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang baik dan benar, yakni mengenai posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara ibu. 2. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama

24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal. 3. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1)

dalam waktu dua minggu setelah melahirkan.

c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal).

1. Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.

2. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari. 3. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan

pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

4. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui.

(31)

6. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.

7. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 6 bulan, berikan MP ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.

2.1.6 Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Inisiasi menyusu dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi.

Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan ‘penyelamatan kehidupan’, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22 persen dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Menyusui satu jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indikator global. Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan baik swasta, maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan tercapai sumber daya Indonesia yang berkualitas (Seksi Gizi Departemen Kesehatan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta, 2009).

Berikut ini adalah proses inisiasi menyusu dini:

(32)

2. Para petugas kesehatan yang membantu ibu menjalani proses melahirkan, akan melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya. Begitu pula jika ibu harus menjalani operasi

caesar.

3. Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan vernix (kulit putih). Vernix (kulit putih) menyamankan kulit bayi.

4. Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat dipakaikan topi. Kemudian, jika perlu, bayi dan ibu diselimuti.

5. Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya.

6. Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, Ibu perlu didukung dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas apa yang dilakukan oleh bayi.

7. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai.

8. Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.

(33)

2.1.7. Cara Memberikan ASI

Langkah – langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut (Sarwono, 2008):

1. Cuci tangan dengan air yang bersih.

2. Ibu duduk dengan santai, kaki tidak boleh mengantung.

3. Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya. Manfaatnya adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

4. Posisikan bayi yang benar

a. Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.

b. Perut bayi menempel ke tubuh ibu c. Mulut bayi berada di depan puting ibu

d. Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di antara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas berada dalam satu garis lurus.

5. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi diletakkan ke payudara ibu dan puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.

6. Cek apakah perlekatan sudah benar a. Dagu menempel ke payudara ibu b. Mulut terbuka lebar

c. Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke dalam mulut bayi

d. Bibir bayi terlipat ke luar

e. Pipi bayi tidak boleh kempot ( karena bayi tidak menghisap, tetapi memerah ASI)

(34)

g. Ibu tidak kesakitan h. Bayi tenang

7. Pemberian ASI ad libitium jangan dijadwal. Pada hari – hari pertama ASI belum banyak sehingga bayi akan sering meminta menyusu. Apabila ASI sudah banyak bayi akan mengatur sendiri kapan ia ingin menyusu. Pada hari – hari pertama menyusu dari satu payudara antara 5 -10 menit dan boleh dari kedua payudara karena ASI belum banyak. Setelah ASI banyak bayi perlu menggosokkan salah satu payudara baru menyusu pada payudara lainnya. Untuk penyusuan berikut mulai dari payudara yang belum kosong.

Penggosongan payudara setiap kali menyusui mempunyai tiga keuntungan:

a. Merupakan umpan balik untuk merangsang pembentukan ASI kembali

b. Mencegah terjadi bendungan ASI dan komplikasinya c. Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap ( susu awal

dan susu akhir)

8. Tidak memberikan minuman lain sebelum ASI keluar. Bayi sehat cukup bulan mempunyai cadangan cairan dan energi yang dapat mempertahankan metabolismenya selama 72 jam, dengan hisapan bayi yang terus – menerus maka kolostrum akan cepat keluar. Pemberian minuman lain sebelum ASI keluar akan mengurangi keinginan bayi untuk menghisap, dengan akibat pengeluaran ASI tertunda.

2.1.8 ASI Perah

Untuk bayi – bayi yang belum bisa menghisap ( bayi prematur/ bayi sakit), ibu dapat diajarkan cara memerah ASI. Memerah ASI dapat dimulai 6 jam setelah melahirkan dan dilakukan paling kurang 5 kali dalam 24 jam ( Sarwono, 2008).

(35)

1. Cuci tangan yang bersih

2. Siapkan wadah yang bermulut lebar yang mempunyai tutup dan telah direbus.

3. Bentuk jari telunjuk dan ibu jari seperti membentuk hauruf C dan diletakkan di batas areola mama. Tekan jari telunjuk dan ibu jari ke arah dada ibu kemudian perah dan dilepas. Gerakan perah dan lepas dilakukan berulang.

b. Cara menyimpan ASI perah :

1. ASI perah dapat disimpan pada suhu ruangan selama 6 – 8 jam. 2. Di dalam lemari es pendingin ( 40 C) tahan 2 x 24 jam.

3. Di dalam lemari es pembeku (- 40 C ) tahan sampai beberapa bulan.

c. Cara memberikan ASI perah :

1. ASI yang sudah disimpan di dalam lemari pendingin,sebelum diberikan kepada bayi perlu dihangatkan dengan merendam dalam air panas.

2. ASI yang sudah dihangatkan bila bersisa tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. Oleh karena itu, hangatkanlah ASI secukupnya sebanyak yang kira – kira bisa dihabiskan oleh bayi dalam sekali minum.

3. ASI yang disimpan di lemari pembeku perlu dipindahkan ke lemari pendingin untuk mencairkannya sebelum dihangatkan. 4. ASI perah sebaiknya tidak diberikan dengan botol karena akan

(36)

2.1.9 Masalah – Masalah yang Dihadapi Ibu Menyusui

Masalah – masalah yang sering dihadapi ibu yang menyusui adalah :

1. Hisapan yang sangat kuat

Hisapan yang sangat kuat dapat menyebabkan rasa yang sangat tidak nyaman bagi ibu. Penting sekali untuk kembali menyakinkan ibu bahwa isapan yang kuat ini biasanya hanya berlangsung dalam 24 – 36 jam. Penanganannya adalah (Schwartz, 2005):

a. Tetap menyusui dengan sering.

b. Kompres hangat atau mandi sebelum menyusui dapat

mengurangi rasa tidak nyaman ini

c. Payudara dikompres dengan es setelah menyusui.

d. Pemberian Parasetamol dengan atau tanpa kodein dosis rendah untuk menghilangkan rasa tidak nyaman.

e. Jika menggunakan pompa payudara, sebaiknya hanya sedikit ASI saja yang boleh dipompa untuk menghindari meningkatnya produksi ASI.

2. Puting Susu yang Nyeri/ Retak/ Berdarah

Penanganannya adalah (William, 2005):

a. Mengevalusi kembali posisi bayi pada puting susu. Puting susu yang tidak masuk secara tepat dalam mulut bayi merupakan penyebab paling umum rasa nyeri pada puting susu.

b. Puting terpajan udara.

c. Pertama – tama berikanlah ASI dari payudara yang paling sedikit terasa nyeri / retak / berdarah.

(37)

e. Pada puting yang retak, oleskan ASI yang sudah ditampung dan dibiarkan mengering. Tindakan ini akan menghasilkan penyembuhan yang dramatis

f. Berikan ASI yang sudah ditampung secara manual terlebih dahulu (untuk menenangkan ibu yang terlalu bersemangat dalam memberi ASI).

g. Pada kasus yang berat, hentikan dahulu pemberian ASI dan pemompaan ASI pada putting yang nyeri / retak / berdarah untuk sementara waktu.

3. Duktus Alveolaris (Milk Duct) yang Tersumbat / Mastitis

Duktus alveolaris yang tersumbat (galaktokel) menunjukkan adanya suatu pembengkakan yang keras, bulat atau linier yang persisten, biasanya terdapat pada kuadran lateral dan inferior payudara. Penanganannya adalah (William, 2005):

a. Gunakanlah tekanan yang hangat, lembab pada payudara selama 20 menit sebelum menyusui.

b. Sewaktu melakukan tekanan, pijatlah payudara dari proksimal ke distal (kearah puting), dengan memusatkan pada daerah yang terkena.

c. Seringlah menyusui (setiap 1,5 – 2 jam) selama paling sedikit 10 menit pada setiap payudara. Menyusu pada sisi yang terkena terlebih dahulu sampai sumbatannya hilang. Posisikan bayi dengan dagu menghadap ke daerah yang terkena ( kauadran ini akan kosong dengan baik). Diperlukan beberapa kali menyusui untuk mengosongkan duktus yang tersumbat.

4. Penambahan Berat Badan Awal yang Buruk

(38)

2 minggu. Menelepon atau melakukan kunjungan pada pasien dalam 42 jam setelah pulang dari rumah sakit merupakan hal yang penting untuk mendeteksi masalah secara dini. Ibu harus ditanyai tentang (Schwartz, 2005):

a. Frekuensi dan lamanya menyusui.

b. Tanda – tanda laktasi yang berhasil (misalnya, berkurangnya kepenuhan payudara setelah menyusui, keluarnya ASI dan hilangnya rasa tidak nyaman pada putting setelah mulut bayi melekat erat pada puting).

c. Bayi yang normal berkemih 6 – 8 kali sehari.

d. Seringnya buang air besar dalam sehari (3- 4 kali per hari pada hari ke-3 sampai ke-4, 4-6 kali per hari pada hari ke- 4 sampai ke-6, 8-10 per hari dari usia1 minggu hingga 1 bulan.

e. Apakah bayi terlihat pulas atau mengantuk setelah disusui.

2.2. Konsep Pengetahuan

Perilaku dalam bentuk pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai hal sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

Hasil penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut menjadi proses yang berurutan yakni:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest, dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objek

(39)

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni: (Notoatmodjo, 2003)

1. Tahu (Know)

2. Memahami (Comprehension) 3. Aplikasi (Application)

(40)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu pasca melahirkan terhadap pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi.

Pengetahuan terhadap ASI eksklusif adalah pengetahuan yang meliputi pengertian ASI Eksklusif, manfaat ASI eksklusif dan keunggulan menyusui, komposisi ASI, cara memeras, menyimpan dan cara memberikan ASI perahan, dan masalah – masalah yang dihadapi ibu dalam menyusui. Pengukuran dilakukan dengan metode wawancara. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Hasil pengukuran dinyatakan dalam tingkat pengetahuan, dan tingkat pengetahuan dinyatakan dalam skala ordinal (rangking), yaitu kurang, sedang, dan baik.

Pengetahuan Ibu Pasca Melahirkan

(41)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemuka n(Sastroasmoro, 2010). Dan penelitian ini didesain dengan desain

cross-sectional (potong lintang), dimana tiap subjek hanya diobservasi satu

kali dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2010 di lingkungan ruang Rindu B Obgyin RSUP H. Adam Malik Medan.

.

4.3. Populasi dan sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah ibu-ibu pasca melahirkan yang dirawat inap di ruang Rindu B Obgyin RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu pasca melahirkan yang dirawat inap di ruang Rindu B Obgyin RSUP H. Adam Malik Medan dan memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam peneltian ini adalah sebagai berikut.

a. Kriteria Inklusi

Ibu pasca melahirkan yang berumur lebih 18 tahun. b. Kriteria Eksklusi

(42)

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive

sampling dimana semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria

pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Adapun besar sampel yang diperlukan adalah dengan teknik total sampling.

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari responden. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan kuesioner kepada sampel penelitian.

4.4.2. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005).

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan semi terbuka dan tertutup untuk mengumpulkan data tingkat pengetahuan responden terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif.

4.4.3. Teknik Skoring dan Skala

Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah kuesioner mengetahui tingkat pengetahuan ibu- ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.

Setelah seluruh kuesioner dinilai, maka tingkat pengetahuan dikelompokkan berdasarkan kategori berikut (Pratomo, 1990) :

1. Baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi 2. Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75% dari nilai

(43)

3. Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari nilai tertinggi.

Berdasarkan skala pengukuran di atas, maka kategori pengetahuan, sikap dan tindakan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Kategori dari Kuesioner Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Nilai

Baik Bila nilai yang diperoleh 12-16

Sedang Bila nilai yang diperoleh 7-11

Kurang Kurang, bila nilai yang diperoleh 0-6

4.5. Uji Validitas dan Reabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditasan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Berdasarkan hasil uji validitas angket dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS), pengambilan keputusan jika r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid, sebaliknya jika r hasil < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid. Dari hasil perhitungan menggunakan 40 sampel menunjukkan bahwa dari 16 pertanyaan kuesioner yang diuji cobakan semuanya valid.

(44)

pertanyaan valid dan reliabel dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena r hasil > r tabel(0,312) dan nilai alpha > dari r tabel.

Uji validitas dan reabilitas ini dilakukan dengan melibatkan 40 sampel dan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian. Hasil uji validitas dan reabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Variabel Nomor

(45)

4.6. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian diolah yang meliputi:

1. Editing dilakukan untuk meneliti kembali setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi. Editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dankonsistensi dari setiap jawaban.

2. Coding, setiap data diteliti, selanjutnya adalah memberikan kode pada jawaban ditepi kanan lembar pertanyaan. Pengisian berdasarkan jawaban responden.

3. Skoring, setelah dilakukan pengkodean kemudian pemberian nilai sesuai dengan skor yang ditentukan. Bila jawaban benar diberi skor 1, salah dan tidak tahu diberi skor 0.

4. Tabulasi data adalah kelanjutan dari pengkodean pada proses pengolahan data. Hal ini dilakukan agar lebih mudah penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi.

5. Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan deskriptif.

(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

RSUP H. Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP H. Adam Malik ini agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak +- 1 Km dari jalan Djamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Brastagi. Letak daerah yang di pedalaman ini sangat mendukung bagi para pasien karena suasana tenang di daerah tersebut akan semakin mempercepat proses penyembuhan dari pasien. Selain itu, RSUP H. Adam Malik yang berada jauh dari pusat kota Medan, masih memiliki udara yang sangat sejuk dan belum terpolusi oleh udara kendaraan bermotor.

RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VIII/1990. Di samping itu, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September

1991 dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari

1993.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

(47)

5.1.2.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur Frekuensi Persentase

<20 1 2,4

20-24 7 16,7

25-29 13 31,0

30-34 13 31,0

35-39 4 9,5

>39 4 9,5

Total 42 100.0

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden paling banyak berumur antara 25-29 dan 30-34 dengan masing – masing 31,0%. Dan paling sedikit berumur dibawah 20 tahun yaitu 2,4%.

5.1.2.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase

Tidak Sekolah 1 2,4

SD/Sederajat 8 19.0

SMP/Sederajat 9 21.4

SMA/Sederajat 19 45,2

D3 2 4,8

S1 3 7,1

Total 42 100.0

(48)

5.1.2.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Ibu Rumah Tangga 34 81,0

Petani Pegawai Swasta

Wiraswasta

1 1 6

2,4 2,4 14,3

Total 42 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden paling banyak adalah ibu rumah tangga yaitu 81%, sebagai wiraswasta 14,3% dan paling sedikit adalah petani dan pegawai swasta, yaitu masing – masing 2,4%.

5.1.2.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak Tabel 5.4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Jumlah Anak Frekuensi Persentasi (%)

1 13 31,0

2 11 26,2

3 14 33,3

4 2 4,8

6 1 2.4

7 1 7,4

Total 42 100.0

(49)

5.1.2.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Konseling Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Konseling

Status Konseling Frekuensi Persentase (%)

Belum Pernah 42 100.0

Sudah Pernah 0 100.0

Total 100 100.0

Status konseling sangat mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap ASI eksklusif, berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 100% responden belum pernah mendapat konseling menyusui.

5.1.3 Deskripsi Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan responden terhadap ASI eksklusif dinilai dari jawaban – jawaban yang diberi oleh responden terhadap 16 pertanyaan tentang pengetahuan mengenai ASI eksklusif yang terdapat dalam keusioner. Pertanyaan – pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap ASI Eksklusif

No Pertanyaan Benar Salah/

Tidak Tahu

Jumlah

n % n % N %

1 Apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif?

22 52,4 20 47,6 42 100

2 Kapan sebaiknya bayi diberikan ASI pertama kali?

28 66,7 14 33,3 42 100

3 Apakah warna ASI yang pertama kali keluar(Kolostrum)?

32 76,2 10 23,8 42 100

4 Pada hari pertama sampai hari ke berapa kolostrum keluar?

17 40,5 25 59,5 42 100

(50)

ketahanan bayi?

6 Apa manfaatnya diberikannya

ASI bagi kecerdasan bayi?

14 33,3 28 66,7 42 100

7 Apa manfaat diberikannya ASI bagi ibu?

15 35,7 27 64,3 42 100

8 Apa yang dimaksud dengan

manajemen laktasi?

17 40,5 25 59,5 42 100

9 Berikut salah satu langkah

pemberian ASI yang benar?

5 11,5 37 88,1 42 100

10 Pada puting yang retak sebaiknya ibu?

8 19 34 81 42 100

11 Proses pengeluaran ASI dimulai dan dirangsang oleh kesembuhan ibu pasca melahirkan. Apakah pernyataan tersebut benar?

3 7,1 39 92,9 42 100

12 Pada proses inisiasi menyusui bayi dibiarkan mencari sendiri puting susu ibu. Apakah pernyataan tersebur benar?

34 81 8 19 42 100

13 Taurin , AA, dan DHA hanya

terkandung pada susu formula. Apakah pernyataan tersebut benar?

17 40,5 25 59,5 42 100

14 Apakah pemberian ASI perlu

dijadwal?

16 38,1 26 61,9 42 100

15 Apakah ASI mungkin disimpan? 15 35,7 27 64,3 42 100

16 Apakah perah sebaiknya

diberikan dengan sendok. Apakah pernyataan tersebut benar?

5 11,9 37 88,1 42 100

(51)

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah responden yang benar dalam menjawab kuesioner dan paling banyak adalah pertanyaan mengenai inisiasi menyusui dini (pertanyaan nomor 12) ada 34 responden (81%), dan dapat diketahui pula bahwa jumlah responden yang benar dalam menjawab keusioner dan paling sedikit adalah pertanyaan “Proses pengeluaran ASI dimulai dan dirangsang oleh kesembuhan ibu pasca melahirkan. Apakah pernyataan tersebut benar?” (pertanyaan nomor 11) dimana hanya 3 responden (7,1%) yang menjawab dengan benar.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, maka tingkat pengetahuan responden digolongkan kurang, sedang dan baik. Sebaran distribusi tingkat pengetahuan tersebut dapat dilihat berupa frekuensi dan persentase dalam tabel berikut :

Tabel 5.7 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap ASI Eksklusif Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Kurang Sedang

25 15

59,5 35,7

Baik 2 4,8

Total 42 100.0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden yang baik terhadap ASI Eksklusif sangat rendah yaitu sebesar 4,8%, sedangkan pengetahuan yang sedang sebesar 35,7%. Dan 59,5% responden memiliki pengetahuan yang kurang terhadap ASI Eksklusif.

(52)

5.1.3.1 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Kelompok Umur Tabel 5.8 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur (Dalam Tahun)

Tingkat Pengetahuan Total

Kurang Sedang Baik

Dari tabel diatas, tampak bahwa dari kelompok umur yang dominan yaitu antara 25 – 29 tahun terdapat 7 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik, 5 responden yang berpengetahuan sedang dan hanya 1 responden yang berpengetahuan baik. Sedangkan dari kelompok umur minoritas yaitu usia kurang dari 19 tahun dengan hanya 1 responden dan memiliki tingkat pengetahuan sedang.

5.1.3.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Jenjang Pendidikan Tabel 5.9 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Jenjang Pendidikan

Jenjang Pendidikan Responden

Tingkat Pengetahuan Total

(53)

D3

Dari tabel diatas tampak bahwa dari tingkat pendidikan mayoritas responden yaitu SMA/Sederajat sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu 10 responden. Sedangkan tingkat pendidikan minoritas responden yaitu tidak sekolah dengan hanya 1 responden yang memiliki pengetahuan kurang.

5.1.3.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Jumlah Anak Tabel 5.10 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Jumlah Anak

Jumlah Anak Responden

Tingkat Pengetahuan Total

Kurang Sedang Baik

Dari tabel diatas tampak bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah responden yang memiliki 3 orang anak, yang memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu 9 responden, sedang yaitu 5 responden. Dan responden yang paling sedikit adalah responden yang memiliki 6 orang anak dan memiliki 7 orang anak, dengan masing – masing 1 responden, dengan tingkat pengetahuan kurang.

(54)

5.2Pembahasan

Dari hasil analisa tingkat pengetahuan responden penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu – ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan terhadap ASI eksklusif sebagian besar termasuk dalam kategori kurang dengan persentase sebesar 59,5%, dalam kategori sedang sebesar 35,7% dan hanya 4,8% responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik. Hal ini mirip dengan penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus oleh Wahyuningrum dengan responden ibu – ibu, yang diketahui bahwa 55% ibu – ibu memiliki tingkat pengetahuan terhadap ASI eksklusif masih kurang, 27.5% memiliki tingkat pengetahuan terhadap ASI eksklusif sedang, dan 17.5% memiliki tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif baik.

Dari tabel 5.6 terlihat bahwa mayoritas responden salah/ tidak tahu dalam menjawab pertanyaan “Apakah proses pengeluaran ASI dimulai dan dirangsang oleh kesembuhan ibu pasca melahirkan?, pertanyaan tentang bagaimana langkah pemberian ASI yang benar, dan pertanyaan ” Apakah pemberian ASI perah sebaiknya diberikan dengan sendok?”. Hal ini menunjukkan bahwa responden belum mendapat informasi yang baik tentang hal tersebut, meskipun sumber informasi responden dapat diperoleh atau berasal dari keluarga/ tetangga, media cetak (surat kabar, majalah, selebaran), media elektronik (televisi, radio, internet), dan media formal (kuliah, seminar, dll). Namun perlu dilakukan upaya proaktif, seperti penyuluhan – penyuluhan, agar pengetahuan responden mengenai hal tersebut menjadi lebih baik.

(55)

Umur merupakan hal yang sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, semakin dewasa dan berumur seseorang semakin banyak pengalaman dan informasi yang diperoleh orang tersebut. Hal ini sesuai penelitian pada tabel 5.8, dimana responden yang tergolong diatas 39 tahun lebih banyak memiliki tingkat pengetahuan sedang dan baik dari pada tingkat pengetahuan kurang, dimana 1 responden memiliki pengetahuan baik, 2 responden memiliki pengetahuan sedang, dan 1 responden memiliki pengetahuan kurang. Hal ini mirip dengan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan oleh Tri Rahayuningsih dengan responden ibu – ibu yang mempunyai bayi 4-6 bulan, dimana satu – satunya responden yang berumur ≥ 36 tahun memiliki tingkat pengetahuan baik, sedangkan 5 responden yang memiliki umur ≤20 tahun, 3 responden memiliki pengetahuan kurang, sedangkan 2 responden lagi memiliki pengetahuan sedang terhadap ASI eksklusif.

(56)

faktor tingkat pendidikan salah satu turut menentukan mudah tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan yang ibu peroleh( Suradi, 2008).

Sesuai tabel 5.10 diketahui bahwa kedua responden yang memiliki pengetahuan baik memiliki 1 orang anak, dan responden yang memiliki 6 anak dan 7 anak seluruhnya berpengetahuan kurang. Jumlah anak merupakan hal yang sangat mempengaruhi pengetahuan responden, dimana semakin banyak jumlah anak semakin sering ibu – ibu terpapar dengan pemberian ASI,namun ini tidak lah bersifat mutlak, karena pengetahuan responden juga sangat dipengaruhi oleh ketertarikan ibu – ibu dalam mencari informasi terhadap ASI dan juga sangat dipengaruhi oleh benar atau tidaknya informasi – informasi ASI yang diperoleh disekitarnya, misalnya dari keluarga dan tetangganya.

(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

4.4 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan uraian dari pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan ibu – ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan terhadap ASI eksklusif sebagian besar termasuk dalam kategori kurang yaitu 59,5%, kategori sedang sebanyak 35,7% dan hanya 4,8 % yang termaksud dalam kategori baik.

2. Berdasarkan distribusi umur ibu- ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan terhadap ASI eksklusif, tampak bahwa dari kelompok umur yang paling banyak yaitu antara 25 – 29 tahun, dimana terdapat 7 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik, 5 responden yang berpengetahuan sedang dan hanya 1 responden yang berpengetahuan baik 3. Berdasarkan distribusi jenjang pendidikan ibu- ibu pasca melahirkan di

RSUP H. Adam Malik Medan terhadap ASI eksklusif, tampak bahwa tingkat pendidikan mayoritas responden yaitu SMA/Sederajat, dimana termaksud dalam kategori kurang 7 responden, tingkat pengetahuan sedang 10 responden dan 2 responden dalam kategori baik.

4. Berdasarkan distribusi umur ibu- ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan terhadap ASI eksklusif, tampak bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah responden yang memiliki 3 orang anak,dimana memiliki tingkat pengetahuan kurang 9 responden, dan tingkat pengetahuan sedang 5 responden.

4.5 Saran

(58)

1. Perlu dilaksanakan penelitian yang lebih dalam tentang pemberian ASI eksklusif dengan cakupan jumlah responden dan lokasi penelitian yang lebih besar lagi.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut berupa analisis hubungan antara pengetahuan ibu – ibu pasca melahirkan sebagai responden dengan menggunakan karakteristik – karakteristiknya, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan status konseling. Sehingga dapat diketahui fakor – faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengetahuan terhadap ASI eksklusif.

3. Kepada direktur RSUP H. Adam Malik Medan dapat menjadikan program konseling dan sosialisasi menyusui sebagai program tetap dibagian Obgyn RSUP H. Adam Malik Medan sehingga diharapkan program konseling dan sosialiasasi menyusui dilakukan pada ibu – ibu hamil, ibu pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan, agar nantinya terjadi peningkatan pengetahuan masnyarakat, khususnya bagi ibu – ibu hamil dan pasca melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan, dan dari hal ini diharapkan terjadi peningkatan pemberian ASI Eklusif dalam masnyarakat.

4. Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik bersalin, posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI eksklusif dan menyusui.

5. Bagi dinas kesehatan untuk dapat menyebarluaskan informasi mengenai ASI

eksklusif baik melalui media massa (TV, radio, majalah, koran, internet) maupun

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, D.N., 2007. Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Pemberian ASI Eklusif. Diperoleh dari :

[Diakses

tanggal 2 April 2010]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001. Manajemen Laktasi. Direktorat Gizi Masnyarakat.

Friedman, S.A., 2005. Pemberian Makanan pada bayi. In: Schwartz, M.W.,

Pedoman klinis Pediatri. Jakarta : EGC, 65-68

Massachusetts Department of Public Health Bureau of Family Health and Nutrition, 2008. Breastfeeding Initiation and Support. Massachusetts Department of Public Health Bureau of Family Health and Nutrition. Available from:

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rieneka Cipta, 87, 91.

Nurmiati dan Besral, 2008. Pengaruh ASI Terhadap Ketahanan Hidup Bayi Di Indonesia, Universitas Indonesia. Diperoleh dari:

2010].

Pratomo, H., Sudarti, 1990. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan

(60)

Puslitbang Gizi dan Makanan, 2009. Bayi Berhak ASI Eklusif. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Diperoleh dari :

Roesli, Oetami, 2000, Mengenal ASI Eksklusif, Jakarta: Tubulus Agriwidya, 3.

Sastroasmoro, S., 2010, Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta: CV Sagung Seto, 95.

Seksi Gizi Departemen Kesehatan Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta, 2009.

Inisiasi Menyusu Dini. Departemen Kesehatan Kabupaten Kulon Progo

Yogyakarta. Diperoleh dari:

Sentra Laktasi Indonesia, 2007. Pelatihan Konseling Menyusui. WHO dan UNICEF.

Diperoleh dari :

2010]

Sherwood, L., 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC, 732.

Siregar, M.A., 2004. Pemberian ASI Eklusif dan Faktor – Faktor yang

Mempengaruhinya, Universitas Sumatera Utara. Diperoleh dari :

Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta: EGC, 21-23.

(61)

maret 2010]

Tjipta, G.D., Ali, M., Lubis, B.M., 2009. Ragam pediatrik Praktis. Medan : USU Press, 136,137.

Wahyuningrum, Novi, 2007. Survey Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif

Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Jekulo Kabupaten

Kudus. Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Negeri Semarang.

Wagner, C.L., Human Milk and Lactation. Medical University of South Carolina. Available from:

[Accessed 1

April 2010].

Gambar

Tabel 2.1Komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100ml
Tabel 4.1.  Kategori dari Kuesioner Pengetahuan
Tabel  4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
+6

Referensi

Dokumen terkait

Research questions dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh dari makro ekonomi (yang diwakili oleh perubahan kurs dan tingkat suku bunga SBI) terhadap

bahwa Rancangan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru tentang anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2005 telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota

Bahwa benar, pada akhir Januari 2011 sekitar jam 16.30 Wit di rumah asrama Yonif 752/VYS, pada saat Saksi I bersama kedua orang tua Saksi I sedang membicarakan masalah

Otomatisasi pengelompokkan buah berdasarkan jenis warnanya ini menggunakan sensor warna (sensor TCS3200) sebagai pembaca, dimana pada saat buah mengenai sensor

Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung membiayai perusahaanya dengan menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan menggunakan utang karena tingkat

Pengujian yang dilakukan pada rotary encoder bertujuan untuk menguji keakuratan nilai yang dihasilkan berdasarkan putaran motor yang telah diberi kondisi oleh operator melalui

intervencije bile takve, ali u tome je prednja č io lucidnim 'pokusima' – Ivan Ladislav Galeta. neki filmovi Ive Lukasa, Gotovca, Š voba). Hajdlerovo paljenje filmske vrpce

Alasan memilih judul proposal ini dikarenakan rasa ingin tahu untuk mendapatkan data yang riil dan informasi yang sebenarnya apakah sudah efektif pengawasan dan