1
Universitas Sumatera Utara
DISTORSI KOMUNIKASI KOMUNITAS FILM SUMATERA
UTARA (KOFI SUMUT)
SKRIPSI
M. TAUFIK PRADANA PSB. 090904005
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Universitas Sumatera Utara
DISTORSI KOMUNIKASI KOMUNITAS FILM SUMATERA
UTARA (KOFI SUMUT)
(Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi
Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai
Dengan Pemutaran Perdana Film “Omnibus Bohong”)
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Program Strata 1 (S-1) pada Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
M. TAUFIK PRADANA PSB. 090904005
Jurnalistik
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya
bersedia diproses sesuai hukum yang berlaku.
Nama : M. Taufik Pradana Psb. NIM : 090904005
4
Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : M. Taufik Pradana Psb.
NIM : 090904005
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : DISTORSI KOMUNIKASI KOMUNITAS FILM SUMATERA UTARA (KOFI SUMUT)
(Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi
Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai
Dengan Pemutaran Perdana Film “Omnibus Bohong”)
Medan, 6 April 2015
Dosen Pembimbing, Ketua Departemen
Ilmu Komunikasi,
Haris Wijaya, S.Sos M.Comm.
NIP. 197711062005011001 NIP. 196208281986012001 Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A.
Dekan FISIP USU,
5
Universitas Sumatera Utara LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh:
Nama : M. Taufik Pradana Psb.
NIM : 090904005
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi :DISTORSI KOMUNIKASI KOMUNITAS FILM SUMATERA UTARA (KOFI SUMUT).
(Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi
Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai
Dengan Pemutaran Perdana Film “Omnibus Bohong”)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Majelis Penguji
Ketua Penguji : ( )
Penguji : ( )
Penguji Utama : ( )
Ditetapkan di :
6
Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : M. Taufik Pradana Psb.
NIM : 090904005
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Soial dan Ilmu Politik
Universitas : Sumatera Utara
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non
exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut). (Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai Dengan Pemutaran Perdana Film “Omnibus Bohong”)”.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/ format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Medan
Pada Tanggal 6 April 2015
Yang Menyatakan
7
Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbal’alamin. Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. yang atas Berkat, Rahmat dan Karunia-Nya maka peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut)” yang merupakan salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik di Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terimakasih peneliti haturkan dari lubuk hati terdalam kepada
orang-orang terkasih terutama kepada orang tua tercinta Ayahanda Chandra
Kesuma dan Ibunda Khairina Ulfa yang tidak henti-hentinya memanjatkan doa
untuk kesuksesan peneliti, memberi kasih sayang, perhatian, semangat serta
dukungan baik dari segi materil maupun moril. Begitu juga kepada saudara
tersayang Alm. Lazuardi Fadli dan Vini Alvionita Ismi. Terimakasih atas segala
perhatian dan dukungannya selama ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
Pada kesempatan kali ini peneliti juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan
penelitian ini. Terimakasih peneliti ucapkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. selaku Dekan FISIP USU.
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A. selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi.
3. Bapak Drs. Amir Purba, M.A. selaku dosen wali peneliti yang telah
banyak memberi pengarahan dan juga bimbingan selama masa
perkuliahan.
4. Bapak Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm. selaku dosen pembimbing peneliti
yang telah banyak membantu, mengarahkan dan juga memotivasi peneliti
dalam proses pengerjaan skripsi ini sampai selesai.
5. Seluruh Dosen di Departemen ilmu Komunikasi yang telah memberi
motivasi peneliti selama masa perkuliahan.
6. Seluruh Staff di Departemen ilmu Komunikasi yang telah banyak
membantu.
7. Teman-teman dari Kofi Sumut yang telah bersedia menjadi informan,
8
Universitas Sumatera Utara 8. Opique Pictures, O Pictures, Opique Photograph, Bozhe Project yang
selalu menemani dan mendukung peneliti dalam proses penelitian dan
penulisan skripsi peneliti.
9. Pusat Kajian dan Perlindungan Anak, Komunitas Sukses Mulia dan
Lembaga Peduli Pendidikan Anak yang selalu mendo’akan peneliti selama
proses pengerjaan skripsi.
10.Kelompok belajar Sapulidi, Krikil Pictures, seluruh teman-teman angkatan
2009 Ilmu Komunikasi dan senior-junior Ilmu Komunikasi. Terimakasih
atas dukungan dan semangat yang kalian berikan.
11.M Fajar Khalil dan Kiki Agus Setiawan yang sangat banyak memberi
bimbingan, trik dan tips dalam pengerjaan skripsi.
12.Dan kepada seluruh teman, saudara dan sahabat yang namanya tak dapat
peneliti ucapkan satu persatu, terimasih banyak buat dukungan dan
semangat serta canda tawa kalian berikan.
Semoga Allah Swt. memberikan imbalan dan rahmat-Nya atas bantuan
dan dukungan yang telah diberikan. Peneliti menyadari bahwa tulisan ini jauh dari
kesempurnaan. Olehh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak.
Kiranya semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Medan, April 2015
Peneliti
9
Universitas Sumatera Utara ABSTRAK
Skripsi ini berisi penelitian mengenai distorsi komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran komunikasi organisasi Kofi Sumut dalam membangun iklim komunikasi organisasi. Dan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara membangun iklim komunikasi organisasi dalam Kofi Sumut. Organisasi bertumbuh dan bertambah matang sebagian melalui suatu skema yang didesain dan sebagian lagi melalui keadaan yang tidak diatur. Elemen pertumbuhan yang didesain adalah suatu respons rasional terhadap tekanan dari dalam untuk memperluas atau untuk membentuk hubungan kembali karena diperlukan secara fungsional. Sebaliknya perubahan yang tidak terstruktur terjadi sebagai hasil ketidakteraturan, terjadi sebagai respons secara tidak rasional terhadap bermacam-macam kebudayaan, dan kekuatan yang bersifat psikologis pada orang-orang dalam organisasi. Adapun subjek penelitian ini ialah 5 orang anggota Kofi Sumut yang mengikuti proses awal pembentukan tim “Omnibus Bohong”, mengikuti pembentukan Komunitas Film Sumatera Utara hingga terselenggaranya pemutaran perdana “Omnibus Bohong”. Penelitian ini memfokuskan pada penelitian deskriptif kualitatif yang mana penelitian ini berusaha memahami situasi, menafsirkan serta menggambarkan suatu peristiwa atau fenomena keadaan objek yang terjadi di organisasi Kofi Sumut. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Sesuai konteks masalah yang diteliti, yaitu “Bagaimana peran komunikasi organisasi dalam meminimalisir distorsi komunikasi dan membangun iklim organisasi pada Kofi Sumut?”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi organisasi Kofi Sumut terbentuk atas kesamaan cita-cita. Dikarenakan berbedanya latar belakang dan belum baku anggaran dasar anggaran rumah tangga membuat hambatan dalam komunikasi. Namun untuk membangun iklim dalam Kofi Sumut, yaitu dengan mengembalikan ingatan tujuan awal terbentuknya tim “Omnibus Bohong” dan Kofi Sumut yang bermottokan berbagi untuk bersama.
Kata kunci:
10
Universitas Sumatera Utara ABSTRACT
This thesis contains research on communication distortion Movie Community North Sumatera (Kofi Sumut). Purpose of research was to determine how the role of organization communication of Kofi Sumut to develop the climate of organization communication. This research was conducted to determine how to develop a climate of organization communication in Kofi Sumut. Organization grow and can mature partly through a scheme in the design and partly through circumstances not regulated. Elements designed growth is a rational response to pressure from within to expand or to establish a relationship back as needed functionally. Instead unstructured changes occur as a result of disorder, occurs in response irrationally against various cultural, and psychological strength to the people in the organization. The subject of this study was 5 members Kofi Sumut to following the initial process of team building "Omnibus Bohong", following the formation of North Sumatera Movie Community to the implementation of the premiere of "Omnibus Bohong". This research focuses on a qualitative descriptive study in which this study seeks to understand the situation, interpret and describe an event or object state phenomena that occur in the organization Kofi Sumut. This research used the constructivist paradigm as an approach. In the context of the problem under study, namely "What is the role of organizational communication in minimizing the distortion of communication and build organizational climate in Kofi Sumut?". The results showed that communication Kofi Sumatera organization formed to equality ideals. Due to the different backgrounds and raw yet statutes by laws create barriers in communication. But to build a climate in Kofi Sumut, by restoring the original purpose memory formation team "Omnibus Bohong" and Kofi Sumut, which is based sharing together.
Keywords:
11
Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.……….. ii
LEMBAR LEMBAR PERSETUJUAN.………. iii
LEMBAR PENGESAHAN……….. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………. v
KATA PENGANTAR………... vi
ABSTRAK……….. viii
ABSTRACT………... ix
DAFTAR ISI……….. x
DAFTAR GAMBAR………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN………. xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Konteks Masalah……… 1
1.2Fokus Masalah………... 6
1.3Batasan Masalah……… 6
1.4Tujuan Penelitian………... 7
1.5Manfaat Penelitian………. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian………... 8
2.1.1 Konstruktivisme……….. 9
2.2 Kajian Pustaka……… 12
2.2.1 Komunikasi………. 12
2.2.2 Pengertian Organisasi……….. 13
2.2.3 Komunikasi Organisasi………... 15
2.2.4 Elemen Organisasi ……….. 17
2.2.5 Peranan Komunikasi dalam Organisasi………... 18
2.2.5.1 Keefektifan Komunikasi Organisasi………. 19
12
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kegagalan Penggunaan Komunikasi……….. 22
2.4 Distorsi Komunikasi Organisasi………. 23
2.4.1 Faktor Personal yang Mempengaruhi Distorsi……… 25
2.4.2 Faktor Organisasi yang Mempengaruhi Distorsi………. 28
2.4.3 Usaha-Usaha Mengurangi Hambatan Komunikasi Organisasi 30 2.5 Iklim Komunikasi Organisasi………. 31
2.5.1 Iklim Organisasi……….. 33
2.5.2 Iklim Komunikasi……… 33
2.5.3 Persepsi dan Konsep Dasar Komunikasi Organisasi………... 35
2.5.4 Perbaikan Komunikasi Organisasi………... 35
2.6 Model Teoritis……… 36
BAB II METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian………... 38
3.2 Objek Penelitian………. 38
3.3 Subjek Penelitian……… 39
3.4 Kerangka Analisis………... 39
3.5 Teknik Pengumpulan Data………. 41
3.6 Teknik Analisa Data………... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil………... 44
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……….. 45
4.1.2 Profil Komunitas Film Sumatera Utara……….. 46
4.1.2.1 Struktur Organisasi……….. 47
4.1.3 Karakteristik Informan………... 48
4.1.4 Penyajian Data Para Informan……… 49
4.2 Pembahasan………... 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan………... 75
13
Universitas Sumatera Utara
5.3Implikasi Teoritis……….. 78
5.4Praktis ……….. 78
DAFTAR REFERENSI
LAMPIRAN
- Hasil Wawancara
- Dokumentasi Foto Komunitas - Struktur Organisasi
- Biodata Peneliti
14
Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Lingkungan……… 18
2.2 Model Teoritis ………... 37
3.1 Kerangka Analisis………. 40
15
Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN
- Hasil Wawancara
- Dokumentasi Foto Kofi Sumut - Struktur Organisasi
- Biodata Peneliti
9
Universitas Sumatera Utara ABSTRAK
Skripsi ini berisi penelitian mengenai distorsi komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran komunikasi organisasi Kofi Sumut dalam membangun iklim komunikasi organisasi. Dan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara membangun iklim komunikasi organisasi dalam Kofi Sumut. Organisasi bertumbuh dan bertambah matang sebagian melalui suatu skema yang didesain dan sebagian lagi melalui keadaan yang tidak diatur. Elemen pertumbuhan yang didesain adalah suatu respons rasional terhadap tekanan dari dalam untuk memperluas atau untuk membentuk hubungan kembali karena diperlukan secara fungsional. Sebaliknya perubahan yang tidak terstruktur terjadi sebagai hasil ketidakteraturan, terjadi sebagai respons secara tidak rasional terhadap bermacam-macam kebudayaan, dan kekuatan yang bersifat psikologis pada orang-orang dalam organisasi. Adapun subjek penelitian ini ialah 5 orang anggota Kofi Sumut yang mengikuti proses awal pembentukan tim “Omnibus Bohong”, mengikuti pembentukan Komunitas Film Sumatera Utara hingga terselenggaranya pemutaran perdana “Omnibus Bohong”. Penelitian ini memfokuskan pada penelitian deskriptif kualitatif yang mana penelitian ini berusaha memahami situasi, menafsirkan serta menggambarkan suatu peristiwa atau fenomena keadaan objek yang terjadi di organisasi Kofi Sumut. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Sesuai konteks masalah yang diteliti, yaitu “Bagaimana peran komunikasi organisasi dalam meminimalisir distorsi komunikasi dan membangun iklim organisasi pada Kofi Sumut?”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi organisasi Kofi Sumut terbentuk atas kesamaan cita-cita. Dikarenakan berbedanya latar belakang dan belum baku anggaran dasar anggaran rumah tangga membuat hambatan dalam komunikasi. Namun untuk membangun iklim dalam Kofi Sumut, yaitu dengan mengembalikan ingatan tujuan awal terbentuknya tim “Omnibus Bohong” dan Kofi Sumut yang bermottokan berbagi untuk bersama.
Kata kunci:
10
Universitas Sumatera Utara ABSTRACT
This thesis contains research on communication distortion Movie Community North Sumatera (Kofi Sumut). Purpose of research was to determine how the role of organization communication of Kofi Sumut to develop the climate of organization communication. This research was conducted to determine how to develop a climate of organization communication in Kofi Sumut. Organization grow and can mature partly through a scheme in the design and partly through circumstances not regulated. Elements designed growth is a rational response to pressure from within to expand or to establish a relationship back as needed functionally. Instead unstructured changes occur as a result of disorder, occurs in response irrationally against various cultural, and psychological strength to the people in the organization. The subject of this study was 5 members Kofi Sumut to following the initial process of team building "Omnibus Bohong", following the formation of North Sumatera Movie Community to the implementation of the premiere of "Omnibus Bohong". This research focuses on a qualitative descriptive study in which this study seeks to understand the situation, interpret and describe an event or object state phenomena that occur in the organization Kofi Sumut. This research used the constructivist paradigm as an approach. In the context of the problem under study, namely "What is the role of organizational communication in minimizing the distortion of communication and build organizational climate in Kofi Sumut?". The results showed that communication Kofi Sumatera organization formed to equality ideals. Due to the different backgrounds and raw yet statutes by laws create barriers in communication. But to build a climate in Kofi Sumut, by restoring the original purpose memory formation team "Omnibus Bohong" and Kofi Sumut, which is based sharing together.
Keywords:
16
Universitas Sumatera Utara BAB I
PENDAHULUAN
1.1Konteks Masalah
Komunikasi merupakan suatu kebutuhan dan keperluan yang dapat
dikatakan primer dan sangat fundamental bagi setiap orang dalam menjalankan
kehidupan bermasyarakat. Sifat manusia yang cenderung ingin menyampaikan
segala keinginannya dan mengetahui setiap hasrat orang lain merupakan langkah
awal yang menjadi motivasi manusia terampil dalam berkomunikasi. Praktik
komunikasi tersebut dilakukan melalui lambang-lambang ataupun isyarat yang
kemudian akan dilanjutkan dengan pemahaman dan pemberian makna terhadap
setiap lambang-lambang tersebut dalam bentuk bahasa verbal.
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,
manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan
sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di
mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam
komunikasi (Muhammad, 2009: 1).
Komunikasi telah mendekatkan jarak, menghemat biaya, menembus ruang
dan waktu. Komunikasi berusaha untuk menjembatani antara pikiran, perasaan
dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya. Komunikasi mengkonstruksi
hubungan-hubungan manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan
berusaha memahami keinginan, sikap maupun perilaku orang lain. Melalui
komunikasi dimensi cakrawala seseorang akan bertambah luas.
Komunikasi bukan hanya sekedar alat yang menggambarkan pikiran,
namun komunikasi adalah pikiran dan merupakan pengetahuan. Suatu dunia
tertentu diciptakan dalam komunikasi, dan setiap penafsiran komunikasi tersebut
harus mempertimbangkan konteks yang memungkinkan terjadinya praktik-praktik
komunikasi (Sutrisno, 2010: 48).
Komunikasi organisasi merupakan salah satu objek kajian dari
17
Universitas Sumatera Utara dan teramat penting dalam mengintegrasikan dan mengkoordinasikan seluruh
aspek maupun bagian serta aktivitas di dalam organisasi, dalam konteks ini adalah
pekerjaan. Hubungan komunikasi dengan pekerjaan ditunjukkan dengan
banyaknya waktu yang dipergunakan untuk berkomunikasi dalam perkerjaan
tersebut.
Dalam pencapaian tujuan, suatu organisasi baik yang berorientasi untuk
mencari keuntungan (profit) maupun nirlaba (non profit) haruslah menjalankan
empat fungsi komunikasi dalam organisasi. Fungsi-fungsi komunikasi tersebut
berupa: fungsi informatif, regulatif, persuasif dan integratif (Bungin, 2006: 272).
Terdapat berbagai definisi maupun persepsi mengenai komunikasi
organisasi sebagai dasar untuk memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi
organisasi. Menurut pandangan Redding dan Sanborn komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.
Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi interpersonal, hubungan
manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi
dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan
kepada atasan, komunikasi horisontal atau komunikasi dari orang-orang yang
sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan
berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program
(Muhammad, 2009: 65).
Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi mengenai
peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons pegawai terhadap pegawai
lainnya, harapan-harapan, konflik antarpersona, dan kesempatan bagi
pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi pada intinya meliputi
persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan
yang terjadi dalam organisasi. Redding menyatakan bahwa iklim komunikasi
organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik
komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Iklim
komunikasi penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep,
perasaan-perasaan dan harapan-harapan anggota organisasi dan membantu
18
Universitas Sumatera Utara suatu hipotesis yang menyatakan bahwa iklim organisasi, yang meliputi iklim
komunikasi, penting karena menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber
daya manusia dengan produktivitas (Mulyana, 2005: 148 ).
Iklim komunikasi sebuah organisasi penting karena dapat mempengaruhi
bagaimana cara hidup kita, kepada siapa kita berbicara, siapa yang kita sukai,
bagaimana perasaan kita, bagaimana kegiatan kerja kita, bagaimana
perkembangan kita, apa yang telah kita capai dan bagaimana cara kita
menyesuaikan diri dengan organisasi (Mulyana, 2005: 148). Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa iklim komunikasi dalam organisasi mempunyai andil
yang sangat besar dalam suatu lingkup organisasi. Iklim komunikasi yang positif
akan dapat meningkatkan kinerja dan mendukung komitmen setiap individu pada
organisasinya yang pada akhirnya akan berujung kepada pencapaian tujuan yang
lebih baik. Sebaliknya jika iklim komunikasi dalam suatu organisasi tidak berjalan
dengan baik maka tingkat produktivitas maupun kinerja individu akan
berlangsung dengan tidak baik yang pada akhirnya tujuan organisasi tidak tercapai
dengan baik pula.
Setiap manusia pasti akan berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu
manusia disebut makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup tanpa orang
lain. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki tujuan dalam hidupnya. Lalu
dengan semakin kompleksnya keinginan dan tujuan, manusia berfikir mengenai
konsep untuk mengubah gagasan-gagasan mereka. Manusia juga diciptakan
sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan
berinteraksi secara personal maupun sosial (Bungin, 2006: 25).
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga
halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu
organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya. Kurang
atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat macet atau berantakan. Karena
pentingnya komunikasi dalam organisasi maka perlu menjadi perhatian pengelola
agar dapat membantu dalam pelaksanaan tugasnya (Muhammad, 2009: 1).
Menurut Kohler komunikasi yang efektif sangat penting bagi semua
19
Universitas Sumatera Utara dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi
mereka (Muhammad, 2009: 1).
Pada tanggal 1 Februari 2013 terbentuklah sebuah organisasi yang peduli
dengan dunia film, penikmat film dan pekerja film muatan kearifan lokal yang
dikenal dengan nama Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut). Komunitas
ini berguna sebagai wadah pemersatu insan film Sumatera Utara untuk berbagi
dan menggali potensi bersama.
Dalam rangka memperkenalkan organisasi ini ke masyarakat, Kofi Sumut
yang merupakan gabungan dari beberapa insan film melakukan sebuah kegiatan
produksi film. Film tersebut diproduksi oleh tiap komunitas dengan satu tema
yang sama sebagai benang merah. Film tersebut dikumpulkan hingga dikemas
dalam satu film besar berjudul “Omnibus Bohong”. Dalam proses produksi
hingga pemutaran perdana organisasi ini mengalami beberapa hambatan
komunikasi. Hambatan ini lebih dikenal dengan istilah ilmiah sebagai distorsi
komunikasi organisasi.
Kata omnibus berasal dari bahasa Latin, omnibus yang artinya untuk
semuanya. Mungkin ini sebabnya dalam suatu film omnibus, ada genre
berbeda-beda yang ditawarkan. Drama, komedi, horor, thriller dan romkom. Dalam suatu
omnibus boleh ada satu tema, atau satu sutradara, atau satu penulis, atau satu aktor
yang selalu muncul (http://www.ceritamu.com).
Sering kali dijumpai dalam suatu organisasi terjadi salah pengertian antara
satu anggota dengan anggota lainnya atau antara atasan dengan bawahannya
mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi. Hal ini
disebabkan oleh berbagai hal (Muhammad, 2009: 206).
Sejak awak terbentuknya tim produksi film “Omnibus Bohong”, kumpulan
komunitas penggiat film ini belum membentuk satu organisasi yang terstruktur
dengan baik. Hingga saat ada tawaran kerjasama dari Televisi Republik Indonesia
(TVRI) Sumut kepada komunitas ini dengan kebutuhan mencakup seluruh
Sumatera Utara sehingga diputuskan pembentukan komunitas dengan skala yang
lebih besar atas nama Kofi Sumut di tengah-tengah produksi film “Omnibus
20
Universitas Sumatera Utara Sejak awal hanya 6 komunitas yang tergabung sebagai tim produksi film
ini. Namun dikarenakan adanya rutinitas wajib dari masing-masing komunitas,
sehingga proses jadwal produksi sering terganggu. Hal ini disebabkan kurangnya
komunikasi yang dibangun antar internal tim produksi. Hingga akhir masa
pengumpulan film salah satu komunitas tidak dapat mengumpulkan filmnya.
Dengan pertimbangan matang maka komunitas yang tidak dapat mengumpulkan
film diputuskan sebagai penyelenggara dalam pemutaran film perdana tersebut.
Dalam proses menuju pemutaran perdana, salah satu komunitas ingin
keluar dari tim ini dikarenakan kehadiran ikatan Kofi Sumut. Dari pandangannya
komunitas ini melihat tidak adanya kontribusi besar dari Kofi Sumut. Sutradara
dari komunitas Manuprojectpro memotivasi untuk tetap berada di dalam karena
sejak awal komunitas X (nama disamarkan) ini berperan penting. Dengan
kelapangan hati komunitas X tetap bertahan hingga terselenggaranya temu pers
untuk promosi gebrakan baru perfilman di Sumut.
Setelah terselenggaranya temu pers, keesokan harinya Kofi Sumut
penyelenggarakan pemutaran perdana film “Omnibus Bohong” di Unimed.
Seminggu kemudian komunitas X seharusnya melakukan pemutaran di tempat
lain. Hanya saja komunitas X bukan melaksanakan tugasnya melainkan
menyatakan mengundurkan diri dengan menarik filmnya yang sudah melewati
temu pers dan pemutaran perdana. Dalam kajian ini dapat ditarik satu masalah
khususnya komunikasi organisasi yang dibangun kurang mampu mewujudkan
iklim komunikasi organisasi pada Kofi Sumut.
Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi mengenai
peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons anggota terhadap anggota
lainnya, harapan-harapan, konflik antarpersonal dan kesempatan bagi
pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi pada intinya meliputi
persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan
yang terjadi dalam organisasi. Redding menyatakan bahwa iklim komunikasi
organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik
komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Iklim
komunikasi penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep,
21
Universitas Sumatera Utara menjelaskan perilaku anggota organisasi. Kopelman, Brief, dan Guzzo membuat
suatu hipotesis yang menyatakan bahwa iklim organisasi, yang meliputi iklim
komunikasi, penting karena menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber
daya manusia dengan produktivitas (Mulyana, 2005: 148 ).
1.2 Fokus Masalah
Semakin berkembangnya teknologi digital di zaman modern ini, semakin
dimudahkan pula pekerja film dalam memproduksi sebuah film. Perkembangan
film pun kini merambah hampir ke semua kalangan hingga pelajar.
Mulai dari produksi film secara personal hingga menyatukan barisan
menjadi sebuah komunitas, dan dengan perkembangan yang semakin pesat, para
pelaku pekerja film di Sumatera Utara membentuk satu kelompok yang lebih
besar dengan membangun organisasi film dengan nama Kofi Sumut.
Dalam suatu organisasi pasti terjalin suatu komunikasi antar anggota yang
disebut komunikasi organisasi. Pada saat proses komunikasi berlangsung,
masing-masing individu yang terlibat akan menerima informasi dari komunikator yang
sering sekali terjadi hambatan. Kofi Sumut yang memiliki agenda produksi film
“Omnibus Bohong” sering sekali mengalami hambatan yang mempengaruhi
jadwal. Dikarenakan selain di organisasi, para anggota memiliki rutinitas di
masing-masing komunitasnya. Hambatan juga terjadi disebabkan oleh media
komunikasi yang kurang efisien.
Berdasarkan pemaparan konteks masalah yang telah diuraikan di atas,
maka peneliti mengidentifikasikan masalah yang dijadikan sarana penelitian yaitu
“Bagaimanakah gangguan komunikasi organisasi yang terjadi pada Komunitas
Film Sumatera Utara selama produksi sampai dengan pemutaran perdana film
“Omnibus Bohong”?”.
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup dapat lebih jelas,
terarah serta tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang
22
Universitas Sumatera Utara 1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi
deskriptif.
2. Penelitian ini terbatas pada komunitas yang tergabung dalam proses
produksi hingga pemutaran perdana “Omnibus Bohong”.
3. Penelitian ini akan dimulai pada September 2014 hingga selesai.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana peran komunikasi organisasi Kofi Sumut
dalam membangun iklim komunikasi organisasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara membangun iklim komunikasi
organisasi dalam Komunitas Film Sumatera Utara.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif terhadap perkembangan keilmuan Ilmu Komunikasi, khususnya
bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan menambah
pengetahuan serta wawasan mahasiswa lain, khususnya mengenai
komunikasi organisasi.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
bagi mahasiswa yang membutuhkan informasi lebih mendalam berkaitan
23
Universitas Sumatera Utara BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Paradigma Kajian
Riset adalah sebuah kegiatan menggambarkan sebuah objek.
Menggambarkan sebuah objek terkadang menyulitkan. Becker mendefinisikan
perspektif sebagai seperangkat gagasan yang melukiskan karakter situasi yang
memungkinkan pengambilan tindakan, suatu spesifikasi jenis-jenis tindakan yang
secara layak dan masuk akal dilakukan orang, standar nilai yang memungkinkan
orang dapat dinilai (Mulyana, 2001: 5). Sedangkan Wimmer & Domininck dalam
(Kriyantono, 2006: 48) menyebut pendekatan dengan paradigma, yaitu
seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti
melihat dunia. Perspektif tercipta berdasarkan komunikasi antar anggota suatu
kelompok selama seseorang menjadi bagian kelompok tersebut.
Menurut Mulyana, jenis perspektif atau pendekatan yang disampaikan
oleh teoretisi bergantung pada bagaimana teoretisi itu memandang manusia yang
menjadi objek kajian mereka. Adapun metodologi yang digunakan peneliti dalam
pembahasannya adalah metode deskriptif kualitatif dengan paradigma
konstruktivisme. Asumsi ontologis pada paradigma konstruktivisme menganggap
realitas merupakan konstruksi sosial, kebenaran suatu realitas bersifat relatif,
berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Selain itu
realita juga dianggap sebagai hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial,
sehingga realitas dipahami secara beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman,
konteks dan waktu (Kriyantono, 2006: 51).
Secara epistemologis, pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu
penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti.
Didalam paradigma ini, peneliti dan objek atau realitas yang diteliti merupakan
kesatuan realitas yang tidak terpisahkan. Peneliti merupakan fasilitator yang
menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam rangka
merekonstruksi realitas sosial. Dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan
24
Universitas Sumatera Utara merekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelakusosial
yang diteliti.
2.1.1 Konstruktivisme
Menurut Matthews (1994) kontruktivisme adalah suatu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan menusia merupakan hasil
kontruksi dari manusia itu sendiri (Suparno, 1997: 18). Realitas bagi konstruktivis
tidak pernah terpisah dari pengamat. Kebenaran dalam pemikiran ini dipandang
dalam kerangka kemampuan beroprasinya suatu konsep atau pengetahuan.
Artinya sebuah pengetahuan dipandang benar apabila pengetahuan ini dapat
digunakan untuk menghadapi berbagai fenomena atau persoalan yang terkait
dengan pengetahuan tersebut.
Sebagai sebuah pemikiran, konstruktivis sudah dimulai sejak Giambatista
Vico, seorang epistemology Itali pada tahun 1710. Vico mengungkapkan bahwa
“mengetahui” berarti mengetahui bagaimana mengkontruksi sesuatu. Bagi Vico,
pengetahuan akan memacu pada struktur konsep yang dibentuk. Pengetahuan juga
tak dapat dipisahkan dari subjek yang memiliki pengetahuan itu (Suparno, 1997:
24). Suatu ilmu pengetahuan setelah mengalami proses yang cukup lama menjadi
sebuah ilmu pengetahuan yang lazim bagi manusia untuk dijadikan landasan
dalam menjalani dalam kehidupan keseharian. Sebelum dilazimkan oleh manusia,
sebuah pengetahuan mengalami penyempurnaan akibat bertambahnya
pengalaman baru manusia yang disebut proses reorganisasi ilmu pengetahuan
yang berupa pendefinisian kembali, pemantapan konsen dan ilmu pengetahuan
yang relatif baku.
Van Peursen membagi konstruktivisme dalam beberapa kelompok.
Kelompok pertama dinyatakannya sebagai kelompok yang paling dekat dengan
positivisme logis sebab sangat mementingkan logis ilmu. Kelompok ini disebut
juga sebagai tesis “Duhem-Quine” mengacu pada pendapat WVO Quine yang
disebut sebagai bentuk holisme atau bertolak pada keseluruhan. Sedangkan P.
Duhem mengajarkan bahwa suatu sistem ilmiah terdiri atas lambang-lambang
(simbol), atas konstruksi simbolik melalui kaidah logis seakan-akan menyajikan
25
Universitas Sumatera Utara mengadakan kontak dengan pengalaman. Apabila terjadi konflik antara ilmu
dengan pengalaman maka hal itu menyangkut sistem sebagai keseluruhan. Namun
demikian ini tidak berarti bahwa seluruh sistem harus dihapus, biasanya cukup
mempengaruhi terjemah dengan mengganti lambang-lambang tertentu. Quine
melawan pendapat yang dogmatis dalam empirisme.
Kelompok kedua diberi nama “filsafat ilmu baru”. Para tokoh dalam
kelompok ini diantaranya P.K Feyeabend, N.R Hansen, Thomas Kuhn, M.
Polanyi, S. Toulmin. Kelompok ini melangkah lebih jauh lagi di mana sistem dan
kenyataan empiris saling serap-menyerapi. Perkembangan ilmu terjadi melalui
aturan di luar ilmu lebih berperan, seperti misalnya anggapan susila dan sosial.
Kelompok ini menaruh perhatian besar terhadap upaya menyusun suatu teori
ilmiah, sehingga heuristic juga diperhatikan. Setiap analisis ilmiah bertolak dari
organisasi bahan yang mendahuluinya, bertitik tolak pada gambaran menyeluruh
menentukan terbentuknya sistem ilmu. Kuhn berpendapat bahwa pembenaran
suatu teori bergantung pada struktur menyeluruh yang baru (paradigma).
Verifikasi dan falsifikasi bukanlah hal yang menentukan. Heuristik mulai
memegang peranan penting bagi metode suatu ilmu, khususnya bagi
pembaharuannya.
Kelompok ketiga yang menganut paham konstruktivisme disebut aliran
“genetis”. Kelompok ini berpendapat bahwa terjadinya sistem, genesis sistem,
merupakan bagian dari sifat khas sistem semacam itu. Proses terjadinya (genesis)
dan hasilnya tidak dapat dipisahkan. Aliran ini dipengaruhi oleh pragmatisme dan
instrumentalisme dari Charles S. Pierce dan J. Dewey. Titik pangkalnya dari
anggapan Pierce dengan ajarannya tentang abduksi. Selain deduksi dan induksi,
Pierce menyampaikan metode abduksi (http://ilmubagi.blogspot.com).
Terdapat dua cabang konstruktivisme psikologis, yaitu konstruktivisme
psikologi personal yang dikembangkan Piaget dan konstruktivisme sosiokultural
dari Vigotsky. Sementara konstruktivisme sosiologi berdiri sendiri. Berdasarkan
pembedaan tersebut dapat dikelompokkan konstruktivisme psikologis personal,
konstruktivisme sosiokultural, dan konstruktivisme sosiologis.
Konstruktivisme psikologis personal menekankan aktivitas individual
26
Universitas Sumatera Utara hubungan dialektik individu dengan masyarakat dalam membentuk pengetahuan.
Sementara itu, konstruktivisme sosiologis merupakan konstruktivisme yang
tergolong personal sekaligus sosial. Dalam pandangan ini, realitas dikonstruksi
dan ditentukan secara sosial (Suparno, 1997: 43).
Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap
paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme realitas sosial yang
diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa
dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari
pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan
perilaku alam karena manusia bertindak sebagai agen yang mengontruksi dalam
realitas sosial mereka, baik melalui pemberian makna maupun pemahaman
perilaku di kalangan mereka sendiri.
Paradigma konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang
memisahkan subjek dengan objek komunikasi. Dalam pandangan
konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami
realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan.
Konstruktivisme justru menganggap subjek (komunikan/decoder) sebagai faktor
sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosial
(http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com).
Paradigma konstruktivisme adalah dapat ditelusuri dari pemikiran Weber
yang menjadi ciri khas bahwa prilaku manusia secara fundamental berbeda
dengan prilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam bertindak
mengkonstruksi realitas sosial. Cara konstruksi yang dilakukan kepada cara
memahami atau memberikan makna terhadap prilaku mereka sendiri. Weber
melihat bahwa individu yang memberikan pengaruh pada masyarakat dengan
beberapa catatan, bahwa tindakan sosial individu berhubungan dengan
rasionalitas. Tindakan sosial yang dimaksudkan oleh Weber berupa tindakan yang
nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat
membatin, atau bersifat subjektif yang mengklaim terjadi karena pengaruh positif
dari situasi tertentu (http://www.scribd.com).
Kajian paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara
27
Universitas Sumatera Utara mengontruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman subjek yang akan diteliti.
Dalam suatu kelompok setiap individu pasti berinteraksi dan menjalin komunikasi
dalam kelompok. Ada yang menjadi komunikator dan komunikan dalam
pertukaran informasi, namun masing-masing individu menerima informasi
tersebut dan mengkonstruksinya. Setiap individu mendapatkan pengetahuan
dengan konstruksi pikirannya dan konstruksi dari individu lain serta lingkungan
yang ada disekitarnya sehingga menciptakan suatu realitas sosial yang dibentuk
oleh manusia itu sendiri.
2.2Kajian Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, peneliti memerlukan kejelasan berpikir
mengenai teori sebagai landasan atau dasar dari penelitian. Untuk itu perlu
disusun kerangka teori yang memuat pokok - pokok pikiran yang menggambarkan
dari sudut mana masalah penelitian yang akan diteliti. Berdasarkan alasan itu,
maka peneliti melaksanakan penelitian menggunakan teori–teori yang relevan
dengan topik permasalahan yaitu:
2.2.1 Komunikasi
Istilah komunikasi secara etimologis dalam bahasa latin yaitu communis
yang artinya sama, sama yang dimaksud yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan
untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Selain itu komunikasi secara
terminologis merujuk kepada adanya proses penyampaian suatu pernyataan antar
manusia yang bersifat umum melalui simbol-simbol yang berarti, simbol-simbol
yang dimaksud adalah verbal dan nonverbal.
Menurut Book, komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang
mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antarsesama manusia
melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain
serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikator tersebut (Cangara,
2006: 18-19). Komunikasi sebagai suatu transaksi maksudnya adalah komunikasi
sebagai proses yang dinamis dan kesinambungan mengubah pihak-pihak yang
28
Universitas Sumatera Utara berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirim dan
menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan nonverbal
(Mulyana, 2005: 61-69). Tujuan dari komunikasi itu sendiri adalah mengubah
sikap (to change the attitude), mengubah opini pendapat/ pandangan (to change
the opinion), mengubah perilaku (to change the behaviour) dan mengubah
masyarakat (to change the society) (Fajar, 2009: 39).
Hal yang paling penting dalam tujuan komunikasi ini adalah bagaimana
seorang komunikator dapat merubah sikap dari komunikan pada saat proses
komunikasi berlangsung. Berlangsungnya proses komunikasi ini ditentukan oleh
komunikator (who), komunikator memiliki fungsi utama sebagai pengirim pesan.
Informasi apa (says what) yang ingin disampaikan, kemudian pesan tersebut akan
dikonstruksikan sesuai yang diinginkan komunikator yang kemudian akan
diteruskan melalui suatu saluran (medium) kepada penerima pesan (to whom).
Setelah pesan diterima dan dipahami, penerima pesan akan memberikan efek
terhadap pesan yang diterimanya kepada pengirim pesan. Komunikasi dapat
dikatakan sukses apabila penerima informasi memperoleh pemahaman yang
cermat atas pesan yang disampaikan. Komunikasi yang baik dan benar perlu
dihayati dan digunakan agar ide, gagasan, keinginan, harapan serta perintah yang
dapat terealisasikan oleh satu individu dengan individu lain dapat dimengerti,
dipahami, dihayati serta dilaksanakan demi kepentingan baik itu individu,
kelompok atau organisasi.
2.2.2 Pengertian Organisasi
Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan
organisasi. Schein (dalam Muhammad, 2009: 23) mengatakan bahwa organisasi
adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki
otoritas dan tanggung jawab. Schein juga menyatakan bahwa organisasi
mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling
berhubungan satu bagian dengan bagian yang lain dan tergantung kepada
29
Universitas Sumatera Utara tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian yang lain menandakan
bahwa organisasi yang dimaksud oleh Schein ini adalah suatu sistem.
Selanjutnya Kochler (dalam Muhammad, 2009: 23-24) mengatakan bahwa
organisasi adalah sistem hubungan yang tersetruktur yang mengkoordinasi suaha
suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Lain lagi dengan pendapat
Wright (dalam Muhammad, 2009: 24) dia menyatakan bahwa organisasi adalah
suatu sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih
untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Walaupun ketiga pendapat mengenai organisasi tersebut kelihatan
berbeda-beda perumusannya tapi ada tiga hal yang sama-sama dikemukakan,
yaitu: organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi aktivitas dan mencapai
tujuan bersama atau tujuan umum. Dikatakan merupakan suatu sistem karena
organisasi itu terdiri dari berbagai bagian yang saling bergantung satu sama
lainnya. bila satu bagian terganggu maka akan ikut berpengaruh pada bagian yang
lainnya. setiap organisasi memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian
dari organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak mengganggu bagian lainnya.
tanpa koordinasi sulitlah organisasi itu berfungsi dengan baik. Selain itu
organisasi juga memiliki aktivitasnya masing-masing sesuai dengan jenis
organisasi (Muhammad, 2009: 24).
Organisasi merupakan suatu struktur hubungan manusia. Struktur ini
didesain oleh manusia dan karena itu tidak sempurna. Organisasi bertumbuh dan
bertambah matang sebagian melalui suatu skema yang didesain dan sebagian lagi
melalui keadaan yang tidak diatur. Elemen pertumbuhan yang didesain adalah
suatu respons rasional terhadap tekanan dari dalam untuk memperluas atau untuk
membentuk hubungan kembali karena diperlukan secara fungsional. Sebaliknya
perubahan yang tidak terstruktur terjadi sebagai hasil ketidakteraturan, terjadi
sebagai respons secara tidak rasional terhadap bermacam-macam kebudayaan, dan
kekuatan yang bersifat psikologis pada orang-orang dalam organisasi
30
Universitas Sumatera Utara 2.2.3 Komunikasi Organisasi
Kata komunikasi berasal dari perkataan communication, dan perkataan ini
berasal dari bahasa Latin Communis yang artinya sama, dalam arti kata sama
makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung antar orang-orang yang
terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan
secara jelas (Effendy, 1993: 30).
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto,
2005: 54). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi
itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Berupa cara kerja
organisasi, produktivitas dan berbagai kegiatan yang harus dilakukan dalam
organisasi.
Komunikasi organisasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan,
ide-ide atau sikap dalam suatu organisasi, seperti institusi pemerintahan, swasta
maupun pendidikan. Proses penyebaran atau penyampaian pesan, ide-ide atau
sikap ini terjadi antara pimpinan, pegawai dan teman sejawat yang juga dapat
menggunakan media informasi. Adapun pembagian atau pertukaran pesan-pesan
tersebut melalui proses dua arah agar makna pesan yang disampaikan dapat dan
diterima dengan baik, sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim pesan.
Menurut Redding dan Sanborn komunikasi organisasi adalah pengiriman
dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk di
dalamnya antara lain: komunikasi downward, komunikasi upward, komunikasi
horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama tingkatannya dalam
organisasi. Keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis
dan mengevaluasi program (Muhammad, 2009: 65).
Komunikasi organisasi menurut Wayne adalah suatu pertunjukan dan
penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam
hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dan lainnya dan berfungsi dalam
31
Universitas Sumatera Utara Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada
peninjauannya yang terfokus kepada orang-orang yang terlibat dalam mencapai
tujuan organisasi tersebut. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi
apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang
dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa
yang menjadi penghambat dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi
pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan
suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis
organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan
situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
Arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan
komunikasi horizontal. Masing-masing dari arus komunikasi tersebut mempunyai
perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam
buku Understanding Human Communication mencoba menguraikan
masing-masing fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut. Pertama
adalah downward communication. Komunikasi ini berlangsung ketika
orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada
bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah (dalam
Sendjaja, 1994: 133-134):
1. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja (job instruction).
2. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk
dilaksanakan (job rationale).
3. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku
(procedures and practices).
4. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Sedangkan upward communication terjadi ketika bawahan mengirim
pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
1. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah
dilaksanakan.
2. Penyampaian informasi mengenai persoalan-persoalan pekerjaan ataupun
32
Universitas Sumatera Utara 3. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.
4. Penyampaian keluhan dari bawahan mengenai dirinya sendiri maupun
pekerjaannya.
Arus komunikasi berikutnya adalah horizontal communication. Tindakan
komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang
memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horizontal ini adalah:
1. Memperbaiki koordinasi tugas.
2. Upaya pemecahan masalah.
3. Saling berbagi informasi.
4. Upaya memecahkan konflik.
5. Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri, begitu
juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu
organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil begitu pula sebaliknya,
kurangnya atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat macet atau berantakan.
Pengkajian mengenai peranan komunikasi dalam organisasi oleh para ahli
semakin berkembang, karena pengaruh dari komunikasi dalam organisasi
dipandang dapat meningkatkan sumber daya manusia dan produktivitas dalam
organisasi dengan terciptanya hubungan antar individu dalam organisasi tersebut
(Kholil, 2011: 86). Komunikasi yang efektif dalam organisasi dapat ditingkatkan
dengan suatu pengetahuan mengenai dasar-dasar yang paling mendasar mengenai
hubungan manusia.
2.2.4 Elemen Organisasi
Organisasi sangat bervariasi ada yang sangat sederhana dan ada pula yang
sangat kompleks. Maka untuk membantu kita memahami organisasi tersebut
perhatikan model berikut yang menggambarkan elemen dasar dari organisasi dan
33
Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1
Lingkungan (Environment)
Sumber: Model Elemen Organisasi Scott (dalam Muhammad, 2009: 25)
2.2.5 Peranan Komunikasi dalam Organisasi
Kalau orang-orang yang belum memiliki bahasa yang umum, mereka akan
kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dengan seseorang dan yang lainnya.
Mereka tidak dapat melakukan kerja secara bersama. Organisasi disusun untuk
melakukan tugas untuk mencapai tujuan. Dalam susunan ini para manajer, para
bawahan, rekan-rekan setaraf, serta lingkungan eksternal perlu dihubungkan oleh
proses-proses komunikasi yang teratur. Lebih lanjut untuk pencapai tujuan,
organisasi meminta agar kepemimpinan agar digunakan, orang-orang
mendorongnya, berbagai keputusan dibuat, usaha-usaha terkoordinasi serta
pelaksanaan terkendali. Masing-masing dari fungsi ini melibatkan interaksi di
antara setiap orang jadi dengan demikian mereka membutuhkan komunikasi.
Walaupun keunggulannya demikian besar, komunikasi mempunyai beberapa
pembatasan. Hal tersebut merupakan cara para manajer berfungsi dank arena itu
seharusnya tidak dipandang sebagai dasar manajemen yang baik. Jika seorang
manajer telah membuat rencana yang kurang baik, komunikasi yang baik tidak
akan mengimbangi kekeliruan perencanaan. Semua manajer, memerlukan
penempatan komunikasi dalam perspektif yang tepat sebagai proses yang penting,
yang tidak mengganti tujuan manajemen yang baik melainkan memungkinkannya
membawa tujuan-tujuan apa yang baik yang dapat mereka hasilkan (Hicks, 1975:
523-524).
Struktur Sosial
Partisipan
34
Universitas Sumatera Utara 2.2.5.1 Keektifan Komunikasi Organisasi
Sejumlah waktu yang besar yang disediakan dalam organisasi hanya untuk
melakukan komunikasi, maka para anggota organisasi sebenarnya telah menjadi
komunikator yang cakap. Sayangnya hal ini bukan keadaan yang perlu. Suatu
organisasi mungkin menekankan latihan dan mengembangkan
pengetahuan-pengetahuan pengelolaan yang lainnya, tetapi biasanya komunikasi akan selalu
dianggap benar. Bahwa kelihatannya jika seorang individu dapat berbicara,
membaca dan menulis organisasi menganggap bahwa ia dapat berkomunikasi.
Akan tetapi komunikasi bukanlah hanya sekedar membaca, menulis dan berbicara
melainkan pemindahan informasi dan pengertian dari seorang kepada yang
lainnya.
Pengaruh komunikasi terhadap produktivitas organisasi telah ditegaskan
oleh sejumlah penelitian. Misalnya, suatu penelitian terhadap 27 cabang dari suatu
organisasi pengepakan dan pengiriman diadakan untuk menentukan mengapa
cabang-cabang telah mengalami suatu variasi yang luas di bidang produktivitas.
Untuk maksud ini, data komunikasi dikumpulkan oleh suatu survey terhadap 975
karyawan pada berbagai cabang perusahaan tersebut. Tatkala data produktivitas
dan komunikasi dibandingkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi yang
tinggi pada berbagai cabang korelasinya cenderung positif dengan keterbukaan
jalur-jalur komunikasi diantara atasan dan bawahan (Hicks, 1975: 525-526).
2.2.5.2 Jaringan-Jaringan Komunikasi Dalam Organisasi
Suatu sudut penganalisaan suatu organisasi adalah untuk meninjaunya
sebagai suatu jaringan komunikasi. Dalam pengertian ini, suatu peta organisasi
merupakan suatu diagram arus komunikasi formal dalam organisasi. Arus
informasi yang menurun dari atasan sampai bawahan dengan melalui tingkatan
yang bermacam-macam dalam organisasi dan arus-arusnya yang baik dengan
melalui jaringan yang sama. Informasi akan mengalir dari manager yang
memimpin pada sebuah perusahaan kepada kepala bagian, dari kepala bagian
kepada para mendor, dan dari mandor kepada para pekerja. Tambahan pula
komunikasi yang menurun akan memanfaatkan rangkaian yang sama dalam
35
Universitas Sumatera Utara 2.2.6 Tujuan dan Fungsi Komunikasi Organisasi
Menurut Liliweri ada 3 tujuan utama dari komunikasi organisasi yang
terdiri atas tindakan koordinasi, membagi informasi (information sharing) dan
komunikasi bertujuan untuk menampilkan perasaan dan emosi. Secara garis besar
ketiga tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, sebagai tindakan koordinasi komunikasi dalam organisasi
bertujuan untuk mengkoordinasi sebagian atau keseluruhan tugas yang telah
ditetapkan perunit dalam organisasi itu dan fungsi masing-masing yang
melaksanakan aktivitas mereka tanpa keterkaitan satu sama lainnya (tanpa
sinkronisasi dan harmonisasi). Organisasi tanpa koordinasi, organisasi tanpa
komunikasi artinya organisasi itu menampilkan suatu aspek individual dan bukan
menggambarkan aspek administrasi yang didalamnya terdapat kerjasama.
Kedua, membagi informasi (information sharing) salah satu tujuan
komunikasi yang penting adalah menghubungkan seluruh aparatur organisasi
dengan tujuan organisasi. Komunikasi mengarahkan manusia dan aktivitas
mereka dalam organisasi. Sebuah informasi yang dipertukarkan mempunyai
fungsi untuk membagi kemudian mengartikan informasi itu sendiri tentang tujuan
organisasi, arah dari suatu tugas yang diberikan, bagaimana usaha untuk mencapai
hasil dan pengambilan keputusan.
Ketiga, komunikasi bertujuan untuk menampilkan perasaan dan emosi, di
dalam organisasi terdapat beberapa manusia yang bekerja sendiri maupun bekerja
dengan orang lain. Mereka mempunyai kebutuhan, keinginan, perasaan, emosi
dan kepuasan yang harus diungkapkan kepada individu lainnya. Mereka
mempunyai keinginan bahkan kebutuhan untuk menyatakan kepuasan atas
pekerjaan dan prestasi yang mereka telah mereka lakukan. Begitu juga sebaliknya
mereka akan mengungkapkan hasrat marah ketika mereka telah gagal dalam
menyelesaikan pekerjaannya, mereka juga dapat mengungkapkan kekhawatiran
dan kecemasan yang akan dihadapi baik dari diri sendiri, kelompok maupun di
unit kerja. Selain itu mereka juga akan mengungkapkan bagaimana rasa
36
Universitas Sumatera Utara Menurut Sendjaja (1994: 136-137) dalam suatu organisasi yang
berorientasi komersial maupun sosial terdapat beberapa fungsi komunikasi dalam
organisasi diantaranya adalah fungsi informatif, fungsi regulatif, fungsi persuasif
dan fungsi integratif. Berikut akan dipaparkan masing-masing fungsi sebagai
berikut:
1. Fungsi informatif
Organisasi dipandang sebagai fungsi untuk menceritakan informasi yang terjadi terhadap orang yang terlibat didalam Organisasi. Dan dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi, yang artinya seluruh anggota dalam organisasi itu mampu mempertukarkan informasi mengenai pekerjaan, diantaranya informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial, asuransi kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Orang-orang didalamnya mempunyai gagasan, ide, pendapat, fakta serta menjual sikap organisasi yang mana sikap tentang sesuatu itu merupakan subjek layanan. Misalnya sikap bawahan untuk menjalankan ketetapan dari organisasi itu sendiri.
3. Fungsi persuasif
Fungsi persuasif ini berkaitan dengan kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai yang diharapkan. Pimpinan biasanya lebih suka mempersuasikan bawahannya dari pada memberi perintah, gunanya agar lebih meningkatkan kemampuan karyawan untuk mencapai tujuan bersama lebih besar dibandingkan jika pimpinan sering memperlihatkan kekuasan dan kewenangan. 4. Fungsi integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik (Sendjaja, 1994: 136-137).
Condrad (1985) menyatakan bahwa terdapat fungsi khusus dalam
komunikasi organisasi yaitu :
1. Membuat para karyawan melibatkan dirinya ke dalam isu-isu organisasi
lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di bawah sebuah
“komando”. Ada dua tipe fungsi komando yang dimaksud yaitu
pengarahan dan feedback.
2. Membuat para karyawan menciptakan dan menangani relasi antara sesama
bagi peningkatan produk organisasi. Tujuan menciptakan relasi di dalam
komunikasi organisasi itu adalah untuk meningkatkan produksi organisasi.
3. Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani atau
37
Universitas Sumatera Utara Komunikasi organisasi memilih keputusan yang komplikatif dalam
organisasi (Liliweri, 2004: 68).
2.3Kegagalan Penggunaan Komunikasi
Dalam hal ini ada beberapa yang cenderung menyebabkan kegagalan
dalam penggunaan komunikasi (Hicks, 1975: 541-542), yaitu:
1. Dogmatis
Kita telah memperhatikan bahwa pengertian seseorang untuk melekatkan
persepsinya adalah ditentukan oleh apa yang diketahuinya. Meskipun seseorang
itu selalu berusaha menambah pengetahuannya, memiliki berbagai pendapat,
sikap dan kepercayaannya. Dengan kata lain seseorang menarik kesimpulan dan
menentukan posisinya mengenai pokok masalah tertentu dalam lingkungannya.
Ironisnya pada saat pendapat, sikap dan kepercayaan ini diwujudkan, hal-hal
tersebut dapat menghambat seseorang dari penerimaan komunikasi yang akurat.
Hal ini dikarenakan kita cenderung untuk tidak memperdulikan atau menolak
dalam hal penerimaan informasi tambahan yang bertentangan dengan posisi kita
yang pertama. Sebagai contoh, seorang manager yang telah membentuk dan
mempromosikan dengan kuat secara seksama kedudukan pabriknya yang baru
mungkin menolak untuk mempertimbangkan sekalipun saran-saran untuk
mengadakan perubahan.
2. Stereotip
Factor lain yang menyebabkan kegagalan komunikasi adalah stereotip,
dalam ekspektasi menentukan isi komunikasi. Dalam hal ini pertimbangan dibuat
secara kategori dan dengan demikian maka jasa-jasa yang tidak memadai dapat
diadakan di antara proyek-proyek atau kejadian-kejadian mengenai hal apa yang
telah dikomunikasikan. Sebagai contoh, seorang warga kota senior dapat
pengetahui adanya sekelompok mahasiswa yang dilibatkan dalam suatu masalah
yang menyulitkan, dari kejadian ini disimpulkannya bahwa kaum muda masa
sekarang adalah kurang disiplin dan suka menentang. Atau kita dapat menjadi
dewasa dengan meniru ketaatan sekitar kelompok kebudayaan tertentu yang
38
Universitas Sumatera Utara kebudayaan tersebut dengan cara apapun. Dalam salah satu peristiwa, peniruan ini
benar-benar mencampuri atau mengganggu komunikasi yang baik.
3. Pengaruh Lingkaran
Pengaruh lingkaran adalah akibat dari dua pemikiran yang bernilai. Dalam
situasi ini, kita melihat sesuatu hanya sebagai bagian dari dua belahan yang baik
dan yang buruk, salah atau benar, putih atau hitam dan selanjutknya. Jadi kalau
kita mendengarkan seseorang yang kita kagumi dan kita percaya kita akan
dipengaruhi atau cenderung menyetujui apa saja yang dikatakannya. Sebaliknya,
kita secara langsung akan cenderung menolak atau tidak menyetujui dengan apa
yang kita tidak sukai dari orang-orang tersebut. Bahayanya di sini yaitu pada
umumnya situasi tidak sama terbagi dua dan karenannya, pemikiran yang
demikian pada umumnya dapat menyederhanakan secara berlebih-lebihan
situasi-situasi yang riil.
2.4 Distorsi Komunikasi Organisasi
Sering kali kita jumpai dalam suatu organisasi terjadi salah pengertian
antara satu anggota dengan anggota yang lainnya atau antara atasan dengan
bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi. Hal
ini disebabkan oleh berbagai hal diantaranya berasal dari cara orang memproses
pesan yang mereka kirimkan atau terima, dan dari fungsi sistem organisasi itu
sendiri (Muhammad, 2009: 206).
Ada sejumlah prinsip yang merefleksikan faktor-faktor personal yang ikut
memberikan kontribusi pada distorsi pesan. Faktor-faktor ini biasanya berasal dari
konsep kita mengenai komunikasi sebagai tingkah laku dan proses untuk
memperlihatkan arti yang ditentukan. Suatu tingkah laku komunikasi
mengaktifkan alat-alat indera kita seperti penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecap dan perasa. Pada saat kita dibombardir oleh bermacam-macam
keterbatasan kita dalam proses berkomunikasi baik yang datang dari luar maupun
yang datang dari dalam diri kita sendiri. Faktor yang utama yang memberikan
kontribusi pada distorsi pesan dalam proses komunikasi, adalah persepsi kita
mengenai pemberian komunikasi tersebut (Muhammad, 2009: 207). Menurut Katz
39
Universitas Sumatera Utara dari lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk atau jasa dari sistem
dan dan mengeluarkan produk atau jasa ini kepada lingkungan. (Muhammad,
2009: 65).
Komunikasi dalam organisasi tidak selamanya berjalan dengan mulus
seperti yang diharapkan. Seringkali dijumpai dalam suatu organisasi terjadi salah
pengertian antara satu anggota dengan anggota lainnya atau antara atasan dengan
bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi.
Robbins (dalam Masmuh, 2010: 80-82) meringkaskan beberapa hambatan
komunikasi sebagai berikut:
1) Penyaringan (filtering).
Hambatan ini merupakan komunikasi yang dimanipulasikan oleh si
pengirim sehingga nampak lebih bersifat menyenangkan si penerima. Komunikasi
semacam ini dapat berakibat buruk bagi organisasi, karena jika informasinya
dijadikan dasar pengambilan keputusan, maka keputusan yang kelak akan
dihasilkan berkualitas rendah.
2) Perspektif selektif.
Hambatan ini merupakan keadaan di mana penerima pesan di dalam
proses komunikasi melihat dan mendengar atas dasar keperluan, motivasi, latar
belakang pengalaman, dan ciri-ciri pribadi lainnya. Jadi, boleh jadi tidak sama
dengan apa yang dilihat dan didengar oleh orang lain. Hal ini disebut juga adanya
perbedaan persepsi sehingga dapat menjadi penghambat bagi komunikasi yang
efektif.
3) Perasaan
Hambatan ini merupakan bagaimana perasaan penerima pada saat dia
menerima pesan komunikasi akan mempengaruhi cara dia menginterpretasikan
pesan. Pesan yang sama yang diterima oleh seseorang di saat sedang marah akan
berbeda penafsirannya jika ia menerima pesan itu dalam keadaan normal.
4) Bahasa
Kata-kata memiliki makna yang berbeda antara seseorang dengan orang
lain. Kadang-kadang, arti dari sebuah kata tidak berada pada kata itu sendiri tetapi