• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut) (Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai Dengan Pemutaran Perdana Film “Omnibus Bohong”)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut) (Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai Dengan Pemutaran Perdana Film “Omnibus Bohong”)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

1

Universitas Sumatera Utara

DISTORSI KOMUNIKASI KOMUNITAS FILM SUMATERA

UTARA (KOFI SUMUT)

SKRIPSI

M. TAUFIK PRADANA PSB. 090904005

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

2

Universitas Sumatera Utara

DISTORSI KOMUNIKASI KOMUNITAS FILM SUMATERA

UTARA (KOFI SUMUT)

(Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi

Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai

Dengan Pemutaran Perdana Film “Omnibus Bohong”)

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Program Strata 1 (S-1) pada Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

M. TAUFIK PRADANA PSB. 090904005

Jurnalistik

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

3

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai hukum yang berlaku.

Nama : M. Taufik Pradana Psb. NIM : 090904005

(4)

4

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : M. Taufik Pradana Psb.

NIM : 090904005

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : DISTORSI KOMUNIKASI KOMUNITAS FILM SUMATERA UTARA (KOFI SUMUT)

(Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi

Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai

Dengan Pemutaran Perdana Film “Omnibus Bohong”)

Medan, 6 April 2015

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen

Ilmu Komunikasi,

Haris Wijaya, S.Sos M.Comm.

NIP. 197711062005011001 NIP. 196208281986012001 Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A.

Dekan FISIP USU,

(5)

5

Universitas Sumatera Utara LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : M. Taufik Pradana Psb.

NIM : 090904005

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi :DISTORSI KOMUNIKASI KOMUNITAS FILM SUMATERA UTARA (KOFI SUMUT).

(Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi

Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai

Dengan Pemutaran Perdana Film “Omnibus Bohong”)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di :

(6)

6

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan

di bawah ini :

Nama : M. Taufik Pradana Psb.

NIM : 090904005

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Soial dan Ilmu Politik

Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non

exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut). (Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai Dengan Pemutaran Perdana Film “Omnibus Bohong”)”.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/ format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Medan

Pada Tanggal 6 April 2015

Yang Menyatakan

(7)

7

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbal’alamin. Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. yang atas Berkat, Rahmat dan Karunia-Nya maka peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut)” yang merupakan salah satu persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik di Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terimakasih peneliti haturkan dari lubuk hati terdalam kepada

orang-orang terkasih terutama kepada orang tua tercinta Ayahanda Chandra

Kesuma dan Ibunda Khairina Ulfa yang tidak henti-hentinya memanjatkan doa

untuk kesuksesan peneliti, memberi kasih sayang, perhatian, semangat serta

dukungan baik dari segi materil maupun moril. Begitu juga kepada saudara

tersayang Alm. Lazuardi Fadli dan Vini Alvionita Ismi. Terimakasih atas segala

perhatian dan dukungannya selama ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

Pada kesempatan kali ini peneliti juga tidak lupa mengucapkan

terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan

penelitian ini. Terimakasih peneliti ucapkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. selaku Dekan FISIP USU.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A. selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi.

3. Bapak Drs. Amir Purba, M.A. selaku dosen wali peneliti yang telah

banyak memberi pengarahan dan juga bimbingan selama masa

perkuliahan.

4. Bapak Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm. selaku dosen pembimbing peneliti

yang telah banyak membantu, mengarahkan dan juga memotivasi peneliti

dalam proses pengerjaan skripsi ini sampai selesai.

5. Seluruh Dosen di Departemen ilmu Komunikasi yang telah memberi

motivasi peneliti selama masa perkuliahan.

6. Seluruh Staff di Departemen ilmu Komunikasi yang telah banyak

membantu.

7. Teman-teman dari Kofi Sumut yang telah bersedia menjadi informan,

(8)

8

Universitas Sumatera Utara 8. Opique Pictures, O Pictures, Opique Photograph, Bozhe Project yang

selalu menemani dan mendukung peneliti dalam proses penelitian dan

penulisan skripsi peneliti.

9. Pusat Kajian dan Perlindungan Anak, Komunitas Sukses Mulia dan

Lembaga Peduli Pendidikan Anak yang selalu mendo’akan peneliti selama

proses pengerjaan skripsi.

10.Kelompok belajar Sapulidi, Krikil Pictures, seluruh teman-teman angkatan

2009 Ilmu Komunikasi dan senior-junior Ilmu Komunikasi. Terimakasih

atas dukungan dan semangat yang kalian berikan.

11.M Fajar Khalil dan Kiki Agus Setiawan yang sangat banyak memberi

bimbingan, trik dan tips dalam pengerjaan skripsi.

12.Dan kepada seluruh teman, saudara dan sahabat yang namanya tak dapat

peneliti ucapkan satu persatu, terimasih banyak buat dukungan dan

semangat serta canda tawa kalian berikan.

Semoga Allah Swt. memberikan imbalan dan rahmat-Nya atas bantuan

dan dukungan yang telah diberikan. Peneliti menyadari bahwa tulisan ini jauh dari

kesempurnaan. Olehh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak.

Kiranya semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, April 2015

Peneliti

(9)

9

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai distorsi komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran komunikasi organisasi Kofi Sumut dalam membangun iklim komunikasi organisasi. Dan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara membangun iklim komunikasi organisasi dalam Kofi Sumut. Organisasi bertumbuh dan bertambah matang sebagian melalui suatu skema yang didesain dan sebagian lagi melalui keadaan yang tidak diatur. Elemen pertumbuhan yang didesain adalah suatu respons rasional terhadap tekanan dari dalam untuk memperluas atau untuk membentuk hubungan kembali karena diperlukan secara fungsional. Sebaliknya perubahan yang tidak terstruktur terjadi sebagai hasil ketidakteraturan, terjadi sebagai respons secara tidak rasional terhadap bermacam-macam kebudayaan, dan kekuatan yang bersifat psikologis pada orang-orang dalam organisasi. Adapun subjek penelitian ini ialah 5 orang anggota Kofi Sumut yang mengikuti proses awal pembentukan tim “Omnibus Bohong”, mengikuti pembentukan Komunitas Film Sumatera Utara hingga terselenggaranya pemutaran perdana “Omnibus Bohong”. Penelitian ini memfokuskan pada penelitian deskriptif kualitatif yang mana penelitian ini berusaha memahami situasi, menafsirkan serta menggambarkan suatu peristiwa atau fenomena keadaan objek yang terjadi di organisasi Kofi Sumut. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Sesuai konteks masalah yang diteliti, yaitu “Bagaimana peran komunikasi organisasi dalam meminimalisir distorsi komunikasi dan membangun iklim organisasi pada Kofi Sumut?”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi organisasi Kofi Sumut terbentuk atas kesamaan cita-cita. Dikarenakan berbedanya latar belakang dan belum baku anggaran dasar anggaran rumah tangga membuat hambatan dalam komunikasi. Namun untuk membangun iklim dalam Kofi Sumut, yaitu dengan mengembalikan ingatan tujuan awal terbentuknya tim “Omnibus Bohong” dan Kofi Sumut yang bermottokan berbagi untuk bersama.

Kata kunci:

(10)

10

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

This thesis contains research on communication distortion Movie Community North Sumatera (Kofi Sumut). Purpose of research was to determine how the role of organization communication of Kofi Sumut to develop the climate of organization communication. This research was conducted to determine how to develop a climate of organization communication in Kofi Sumut. Organization grow and can mature partly through a scheme in the design and partly through circumstances not regulated. Elements designed growth is a rational response to pressure from within to expand or to establish a relationship back as needed functionally. Instead unstructured changes occur as a result of disorder, occurs in response irrationally against various cultural, and psychological strength to the people in the organization. The subject of this study was 5 members Kofi Sumut to following the initial process of team building "Omnibus Bohong", following the formation of North Sumatera Movie Community to the implementation of the premiere of "Omnibus Bohong". This research focuses on a qualitative descriptive study in which this study seeks to understand the situation, interpret and describe an event or object state phenomena that occur in the organization Kofi Sumut. This research used the constructivist paradigm as an approach. In the context of the problem under study, namely "What is the role of organizational communication in minimizing the distortion of communication and build organizational climate in Kofi Sumut?". The results showed that communication Kofi Sumatera organization formed to equality ideals. Due to the different backgrounds and raw yet statutes by laws create barriers in communication. But to build a climate in Kofi Sumut, by restoring the original purpose memory formation team "Omnibus Bohong" and Kofi Sumut, which is based sharing together.

Keywords:

(11)

11

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.……….. ii

LEMBAR LEMBAR PERSETUJUAN.………. iii

LEMBAR PENGESAHAN……….. iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………. v

KATA PENGANTAR………... vi

ABSTRAK……….. viii

ABSTRACT………... ix

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR GAMBAR………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN………. xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Konteks Masalah……… 1

1.2Fokus Masalah………... 6

1.3Batasan Masalah……… 6

1.4Tujuan Penelitian………... 7

1.5Manfaat Penelitian………. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian………... 8

2.1.1 Konstruktivisme……….. 9

2.2 Kajian Pustaka……… 12

2.2.1 Komunikasi………. 12

2.2.2 Pengertian Organisasi……….. 13

2.2.3 Komunikasi Organisasi………... 15

2.2.4 Elemen Organisasi ……….. 17

2.2.5 Peranan Komunikasi dalam Organisasi………... 18

2.2.5.1 Keefektifan Komunikasi Organisasi………. 19

(12)

12

Universitas Sumatera Utara

2.3 Kegagalan Penggunaan Komunikasi……….. 22

2.4 Distorsi Komunikasi Organisasi………. 23

2.4.1 Faktor Personal yang Mempengaruhi Distorsi……… 25

2.4.2 Faktor Organisasi yang Mempengaruhi Distorsi………. 28

2.4.3 Usaha-Usaha Mengurangi Hambatan Komunikasi Organisasi 30 2.5 Iklim Komunikasi Organisasi………. 31

2.5.1 Iklim Organisasi……….. 33

2.5.2 Iklim Komunikasi……… 33

2.5.3 Persepsi dan Konsep Dasar Komunikasi Organisasi………... 35

2.5.4 Perbaikan Komunikasi Organisasi………... 35

2.6 Model Teoritis……… 36

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian………... 38

3.2 Objek Penelitian………. 38

3.3 Subjek Penelitian……… 39

3.4 Kerangka Analisis………... 39

3.5 Teknik Pengumpulan Data………. 41

3.6 Teknik Analisa Data………... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil………... 44

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……….. 45

4.1.2 Profil Komunitas Film Sumatera Utara……….. 46

4.1.2.1 Struktur Organisasi……….. 47

4.1.3 Karakteristik Informan………... 48

4.1.4 Penyajian Data Para Informan……… 49

4.2 Pembahasan………... 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan………... 75

(13)

13

Universitas Sumatera Utara

5.3Implikasi Teoritis……….. 78

5.4Praktis ……….. 78

DAFTAR REFERENSI

LAMPIRAN

- Hasil Wawancara

- Dokumentasi Foto Komunitas - Struktur Organisasi

- Biodata Peneliti

(14)

14

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Lingkungan……… 18

2.2 Model Teoritis ………... 37

3.1 Kerangka Analisis………. 40

(15)

15

Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN

- Hasil Wawancara

- Dokumentasi Foto Kofi Sumut - Struktur Organisasi

- Biodata Peneliti

(16)

9

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai distorsi komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran komunikasi organisasi Kofi Sumut dalam membangun iklim komunikasi organisasi. Dan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara membangun iklim komunikasi organisasi dalam Kofi Sumut. Organisasi bertumbuh dan bertambah matang sebagian melalui suatu skema yang didesain dan sebagian lagi melalui keadaan yang tidak diatur. Elemen pertumbuhan yang didesain adalah suatu respons rasional terhadap tekanan dari dalam untuk memperluas atau untuk membentuk hubungan kembali karena diperlukan secara fungsional. Sebaliknya perubahan yang tidak terstruktur terjadi sebagai hasil ketidakteraturan, terjadi sebagai respons secara tidak rasional terhadap bermacam-macam kebudayaan, dan kekuatan yang bersifat psikologis pada orang-orang dalam organisasi. Adapun subjek penelitian ini ialah 5 orang anggota Kofi Sumut yang mengikuti proses awal pembentukan tim “Omnibus Bohong”, mengikuti pembentukan Komunitas Film Sumatera Utara hingga terselenggaranya pemutaran perdana “Omnibus Bohong”. Penelitian ini memfokuskan pada penelitian deskriptif kualitatif yang mana penelitian ini berusaha memahami situasi, menafsirkan serta menggambarkan suatu peristiwa atau fenomena keadaan objek yang terjadi di organisasi Kofi Sumut. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Sesuai konteks masalah yang diteliti, yaitu “Bagaimana peran komunikasi organisasi dalam meminimalisir distorsi komunikasi dan membangun iklim organisasi pada Kofi Sumut?”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi organisasi Kofi Sumut terbentuk atas kesamaan cita-cita. Dikarenakan berbedanya latar belakang dan belum baku anggaran dasar anggaran rumah tangga membuat hambatan dalam komunikasi. Namun untuk membangun iklim dalam Kofi Sumut, yaitu dengan mengembalikan ingatan tujuan awal terbentuknya tim “Omnibus Bohong” dan Kofi Sumut yang bermottokan berbagi untuk bersama.

Kata kunci:

(17)

10

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

This thesis contains research on communication distortion Movie Community North Sumatera (Kofi Sumut). Purpose of research was to determine how the role of organization communication of Kofi Sumut to develop the climate of organization communication. This research was conducted to determine how to develop a climate of organization communication in Kofi Sumut. Organization grow and can mature partly through a scheme in the design and partly through circumstances not regulated. Elements designed growth is a rational response to pressure from within to expand or to establish a relationship back as needed functionally. Instead unstructured changes occur as a result of disorder, occurs in response irrationally against various cultural, and psychological strength to the people in the organization. The subject of this study was 5 members Kofi Sumut to following the initial process of team building "Omnibus Bohong", following the formation of North Sumatera Movie Community to the implementation of the premiere of "Omnibus Bohong". This research focuses on a qualitative descriptive study in which this study seeks to understand the situation, interpret and describe an event or object state phenomena that occur in the organization Kofi Sumut. This research used the constructivist paradigm as an approach. In the context of the problem under study, namely "What is the role of organizational communication in minimizing the distortion of communication and build organizational climate in Kofi Sumut?". The results showed that communication Kofi Sumatera organization formed to equality ideals. Due to the different backgrounds and raw yet statutes by laws create barriers in communication. But to build a climate in Kofi Sumut, by restoring the original purpose memory formation team "Omnibus Bohong" and Kofi Sumut, which is based sharing together.

Keywords:

(18)

16

Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1Konteks Masalah

Komunikasi merupakan suatu kebutuhan dan keperluan yang dapat

dikatakan primer dan sangat fundamental bagi setiap orang dalam menjalankan

kehidupan bermasyarakat. Sifat manusia yang cenderung ingin menyampaikan

segala keinginannya dan mengetahui setiap hasrat orang lain merupakan langkah

awal yang menjadi motivasi manusia terampil dalam berkomunikasi. Praktik

komunikasi tersebut dilakukan melalui lambang-lambang ataupun isyarat yang

kemudian akan dilanjutkan dengan pemahaman dan pemberian makna terhadap

setiap lambang-lambang tersebut dalam bentuk bahasa verbal.

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,

manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan

sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di

mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam

komunikasi (Muhammad, 2009: 1).

Komunikasi telah mendekatkan jarak, menghemat biaya, menembus ruang

dan waktu. Komunikasi berusaha untuk menjembatani antara pikiran, perasaan

dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya. Komunikasi mengkonstruksi

hubungan-hubungan manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan

berusaha memahami keinginan, sikap maupun perilaku orang lain. Melalui

komunikasi dimensi cakrawala seseorang akan bertambah luas.

Komunikasi bukan hanya sekedar alat yang menggambarkan pikiran,

namun komunikasi adalah pikiran dan merupakan pengetahuan. Suatu dunia

tertentu diciptakan dalam komunikasi, dan setiap penafsiran komunikasi tersebut

harus mempertimbangkan konteks yang memungkinkan terjadinya praktik-praktik

komunikasi (Sutrisno, 2010: 48).

Komunikasi organisasi merupakan salah satu objek kajian dari

(19)

17

Universitas Sumatera Utara dan teramat penting dalam mengintegrasikan dan mengkoordinasikan seluruh

aspek maupun bagian serta aktivitas di dalam organisasi, dalam konteks ini adalah

pekerjaan. Hubungan komunikasi dengan pekerjaan ditunjukkan dengan

banyaknya waktu yang dipergunakan untuk berkomunikasi dalam perkerjaan

tersebut.

Dalam pencapaian tujuan, suatu organisasi baik yang berorientasi untuk

mencari keuntungan (profit) maupun nirlaba (non profit) haruslah menjalankan

empat fungsi komunikasi dalam organisasi. Fungsi-fungsi komunikasi tersebut

berupa: fungsi informatif, regulatif, persuasif dan integratif (Bungin, 2006: 272).

Terdapat berbagai definisi maupun persepsi mengenai komunikasi

organisasi sebagai dasar untuk memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi

organisasi. Menurut pandangan Redding dan Sanborn komunikasi organisasi

adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.

Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi interpersonal, hubungan

manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi

dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan

kepada atasan, komunikasi horisontal atau komunikasi dari orang-orang yang

sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan

berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program

(Muhammad, 2009: 65).

Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi mengenai

peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons pegawai terhadap pegawai

lainnya, harapan-harapan, konflik antarpersona, dan kesempatan bagi

pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi pada intinya meliputi

persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan

yang terjadi dalam organisasi. Redding menyatakan bahwa iklim komunikasi

organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik

komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Iklim

komunikasi penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep,

perasaan-perasaan dan harapan-harapan anggota organisasi dan membantu

(20)

18

Universitas Sumatera Utara suatu hipotesis yang menyatakan bahwa iklim organisasi, yang meliputi iklim

komunikasi, penting karena menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber

daya manusia dengan produktivitas (Mulyana, 2005: 148 ).

Iklim komunikasi sebuah organisasi penting karena dapat mempengaruhi

bagaimana cara hidup kita, kepada siapa kita berbicara, siapa yang kita sukai,

bagaimana perasaan kita, bagaimana kegiatan kerja kita, bagaimana

perkembangan kita, apa yang telah kita capai dan bagaimana cara kita

menyesuaikan diri dengan organisasi (Mulyana, 2005: 148). Sehingga dapat

ditarik kesimpulan bahwa iklim komunikasi dalam organisasi mempunyai andil

yang sangat besar dalam suatu lingkup organisasi. Iklim komunikasi yang positif

akan dapat meningkatkan kinerja dan mendukung komitmen setiap individu pada

organisasinya yang pada akhirnya akan berujung kepada pencapaian tujuan yang

lebih baik. Sebaliknya jika iklim komunikasi dalam suatu organisasi tidak berjalan

dengan baik maka tingkat produktivitas maupun kinerja individu akan

berlangsung dengan tidak baik yang pada akhirnya tujuan organisasi tidak tercapai

dengan baik pula.

Setiap manusia pasti akan berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu

manusia disebut makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup tanpa orang

lain. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki tujuan dalam hidupnya. Lalu

dengan semakin kompleksnya keinginan dan tujuan, manusia berfikir mengenai

konsep untuk mengubah gagasan-gagasan mereka. Manusia juga diciptakan

sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan

berinteraksi secara personal maupun sosial (Bungin, 2006: 25).

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga

halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu

organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya. Kurang

atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat macet atau berantakan. Karena

pentingnya komunikasi dalam organisasi maka perlu menjadi perhatian pengelola

agar dapat membantu dalam pelaksanaan tugasnya (Muhammad, 2009: 1).

Menurut Kohler komunikasi yang efektif sangat penting bagi semua

(21)

19

Universitas Sumatera Utara dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi

mereka (Muhammad, 2009: 1).

Pada tanggal 1 Februari 2013 terbentuklah sebuah organisasi yang peduli

dengan dunia film, penikmat film dan pekerja film muatan kearifan lokal yang

dikenal dengan nama Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut). Komunitas

ini berguna sebagai wadah pemersatu insan film Sumatera Utara untuk berbagi

dan menggali potensi bersama.

Dalam rangka memperkenalkan organisasi ini ke masyarakat, Kofi Sumut

yang merupakan gabungan dari beberapa insan film melakukan sebuah kegiatan

produksi film. Film tersebut diproduksi oleh tiap komunitas dengan satu tema

yang sama sebagai benang merah. Film tersebut dikumpulkan hingga dikemas

dalam satu film besar berjudul “Omnibus Bohong”. Dalam proses produksi

hingga pemutaran perdana organisasi ini mengalami beberapa hambatan

komunikasi. Hambatan ini lebih dikenal dengan istilah ilmiah sebagai distorsi

komunikasi organisasi.

Kata omnibus berasal dari bahasa Latin, omnibus yang artinya untuk

semuanya. Mungkin ini sebabnya dalam suatu film omnibus, ada genre

berbeda-beda yang ditawarkan. Drama, komedi, horor, thriller dan romkom. Dalam suatu

omnibus boleh ada satu tema, atau satu sutradara, atau satu penulis, atau satu aktor

yang selalu muncul (http://www.ceritamu.com).

Sering kali dijumpai dalam suatu organisasi terjadi salah pengertian antara

satu anggota dengan anggota lainnya atau antara atasan dengan bawahannya

mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi. Hal ini

disebabkan oleh berbagai hal (Muhammad, 2009: 206).

Sejak awak terbentuknya tim produksi film “Omnibus Bohong”, kumpulan

komunitas penggiat film ini belum membentuk satu organisasi yang terstruktur

dengan baik. Hingga saat ada tawaran kerjasama dari Televisi Republik Indonesia

(TVRI) Sumut kepada komunitas ini dengan kebutuhan mencakup seluruh

Sumatera Utara sehingga diputuskan pembentukan komunitas dengan skala yang

lebih besar atas nama Kofi Sumut di tengah-tengah produksi film “Omnibus

(22)

20

Universitas Sumatera Utara Sejak awal hanya 6 komunitas yang tergabung sebagai tim produksi film

ini. Namun dikarenakan adanya rutinitas wajib dari masing-masing komunitas,

sehingga proses jadwal produksi sering terganggu. Hal ini disebabkan kurangnya

komunikasi yang dibangun antar internal tim produksi. Hingga akhir masa

pengumpulan film salah satu komunitas tidak dapat mengumpulkan filmnya.

Dengan pertimbangan matang maka komunitas yang tidak dapat mengumpulkan

film diputuskan sebagai penyelenggara dalam pemutaran film perdana tersebut.

Dalam proses menuju pemutaran perdana, salah satu komunitas ingin

keluar dari tim ini dikarenakan kehadiran ikatan Kofi Sumut. Dari pandangannya

komunitas ini melihat tidak adanya kontribusi besar dari Kofi Sumut. Sutradara

dari komunitas Manuprojectpro memotivasi untuk tetap berada di dalam karena

sejak awal komunitas X (nama disamarkan) ini berperan penting. Dengan

kelapangan hati komunitas X tetap bertahan hingga terselenggaranya temu pers

untuk promosi gebrakan baru perfilman di Sumut.

Setelah terselenggaranya temu pers, keesokan harinya Kofi Sumut

penyelenggarakan pemutaran perdana film “Omnibus Bohong” di Unimed.

Seminggu kemudian komunitas X seharusnya melakukan pemutaran di tempat

lain. Hanya saja komunitas X bukan melaksanakan tugasnya melainkan

menyatakan mengundurkan diri dengan menarik filmnya yang sudah melewati

temu pers dan pemutaran perdana. Dalam kajian ini dapat ditarik satu masalah

khususnya komunikasi organisasi yang dibangun kurang mampu mewujudkan

iklim komunikasi organisasi pada Kofi Sumut.

Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi mengenai

peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons anggota terhadap anggota

lainnya, harapan-harapan, konflik antarpersonal dan kesempatan bagi

pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi pada intinya meliputi

persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan

yang terjadi dalam organisasi. Redding menyatakan bahwa iklim komunikasi

organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik

komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Iklim

komunikasi penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep,

(23)

21

Universitas Sumatera Utara menjelaskan perilaku anggota organisasi. Kopelman, Brief, dan Guzzo membuat

suatu hipotesis yang menyatakan bahwa iklim organisasi, yang meliputi iklim

komunikasi, penting karena menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber

daya manusia dengan produktivitas (Mulyana, 2005: 148 ).

1.2 Fokus Masalah

Semakin berkembangnya teknologi digital di zaman modern ini, semakin

dimudahkan pula pekerja film dalam memproduksi sebuah film. Perkembangan

film pun kini merambah hampir ke semua kalangan hingga pelajar.

Mulai dari produksi film secara personal hingga menyatukan barisan

menjadi sebuah komunitas, dan dengan perkembangan yang semakin pesat, para

pelaku pekerja film di Sumatera Utara membentuk satu kelompok yang lebih

besar dengan membangun organisasi film dengan nama Kofi Sumut.

Dalam suatu organisasi pasti terjalin suatu komunikasi antar anggota yang

disebut komunikasi organisasi. Pada saat proses komunikasi berlangsung,

masing-masing individu yang terlibat akan menerima informasi dari komunikator yang

sering sekali terjadi hambatan. Kofi Sumut yang memiliki agenda produksi film

“Omnibus Bohong” sering sekali mengalami hambatan yang mempengaruhi

jadwal. Dikarenakan selain di organisasi, para anggota memiliki rutinitas di

masing-masing komunitasnya. Hambatan juga terjadi disebabkan oleh media

komunikasi yang kurang efisien.

Berdasarkan pemaparan konteks masalah yang telah diuraikan di atas,

maka peneliti mengidentifikasikan masalah yang dijadikan sarana penelitian yaitu

“Bagaimanakah gangguan komunikasi organisasi yang terjadi pada Komunitas

Film Sumatera Utara selama produksi sampai dengan pemutaran perdana film

“Omnibus Bohong”?”.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup dapat lebih jelas,

terarah serta tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang

(24)

22

Universitas Sumatera Utara 1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi

deskriptif.

2. Penelitian ini terbatas pada komunitas yang tergabung dalam proses

produksi hingga pemutaran perdana “Omnibus Bohong”.

3. Penelitian ini akan dimulai pada September 2014 hingga selesai.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana peran komunikasi organisasi Kofi Sumut

dalam membangun iklim komunikasi organisasi.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara membangun iklim komunikasi

organisasi dalam Komunitas Film Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif terhadap perkembangan keilmuan Ilmu Komunikasi, khususnya

bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan menambah

pengetahuan serta wawasan mahasiswa lain, khususnya mengenai

komunikasi organisasi.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

bagi mahasiswa yang membutuhkan informasi lebih mendalam berkaitan

(25)

23

Universitas Sumatera Utara BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Riset adalah sebuah kegiatan menggambarkan sebuah objek.

Menggambarkan sebuah objek terkadang menyulitkan. Becker mendefinisikan

perspektif sebagai seperangkat gagasan yang melukiskan karakter situasi yang

memungkinkan pengambilan tindakan, suatu spesifikasi jenis-jenis tindakan yang

secara layak dan masuk akal dilakukan orang, standar nilai yang memungkinkan

orang dapat dinilai (Mulyana, 2001: 5). Sedangkan Wimmer & Domininck dalam

(Kriyantono, 2006: 48) menyebut pendekatan dengan paradigma, yaitu

seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti

melihat dunia. Perspektif tercipta berdasarkan komunikasi antar anggota suatu

kelompok selama seseorang menjadi bagian kelompok tersebut.

Menurut Mulyana, jenis perspektif atau pendekatan yang disampaikan

oleh teoretisi bergantung pada bagaimana teoretisi itu memandang manusia yang

menjadi objek kajian mereka. Adapun metodologi yang digunakan peneliti dalam

pembahasannya adalah metode deskriptif kualitatif dengan paradigma

konstruktivisme. Asumsi ontologis pada paradigma konstruktivisme menganggap

realitas merupakan konstruksi sosial, kebenaran suatu realitas bersifat relatif,

berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Selain itu

realita juga dianggap sebagai hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial,

sehingga realitas dipahami secara beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman,

konteks dan waktu (Kriyantono, 2006: 51).

Secara epistemologis, pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu

penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti.

Didalam paradigma ini, peneliti dan objek atau realitas yang diteliti merupakan

kesatuan realitas yang tidak terpisahkan. Peneliti merupakan fasilitator yang

menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam rangka

merekonstruksi realitas sosial. Dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan

(26)

24

Universitas Sumatera Utara merekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelakusosial

yang diteliti.

2.1.1 Konstruktivisme

Menurut Matthews (1994) kontruktivisme adalah suatu filsafat

pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan menusia merupakan hasil

kontruksi dari manusia itu sendiri (Suparno, 1997: 18). Realitas bagi konstruktivis

tidak pernah terpisah dari pengamat. Kebenaran dalam pemikiran ini dipandang

dalam kerangka kemampuan beroprasinya suatu konsep atau pengetahuan.

Artinya sebuah pengetahuan dipandang benar apabila pengetahuan ini dapat

digunakan untuk menghadapi berbagai fenomena atau persoalan yang terkait

dengan pengetahuan tersebut.

Sebagai sebuah pemikiran, konstruktivis sudah dimulai sejak Giambatista

Vico, seorang epistemology Itali pada tahun 1710. Vico mengungkapkan bahwa

“mengetahui” berarti mengetahui bagaimana mengkontruksi sesuatu. Bagi Vico,

pengetahuan akan memacu pada struktur konsep yang dibentuk. Pengetahuan juga

tak dapat dipisahkan dari subjek yang memiliki pengetahuan itu (Suparno, 1997:

24). Suatu ilmu pengetahuan setelah mengalami proses yang cukup lama menjadi

sebuah ilmu pengetahuan yang lazim bagi manusia untuk dijadikan landasan

dalam menjalani dalam kehidupan keseharian. Sebelum dilazimkan oleh manusia,

sebuah pengetahuan mengalami penyempurnaan akibat bertambahnya

pengalaman baru manusia yang disebut proses reorganisasi ilmu pengetahuan

yang berupa pendefinisian kembali, pemantapan konsen dan ilmu pengetahuan

yang relatif baku.

Van Peursen membagi konstruktivisme dalam beberapa kelompok.

Kelompok pertama dinyatakannya sebagai kelompok yang paling dekat dengan

positivisme logis sebab sangat mementingkan logis ilmu. Kelompok ini disebut

juga sebagai tesis “Duhem-Quine” mengacu pada pendapat WVO Quine yang

disebut sebagai bentuk holisme atau bertolak pada keseluruhan. Sedangkan P.

Duhem mengajarkan bahwa suatu sistem ilmiah terdiri atas lambang-lambang

(simbol), atas konstruksi simbolik melalui kaidah logis seakan-akan menyajikan

(27)

25

Universitas Sumatera Utara mengadakan kontak dengan pengalaman. Apabila terjadi konflik antara ilmu

dengan pengalaman maka hal itu menyangkut sistem sebagai keseluruhan. Namun

demikian ini tidak berarti bahwa seluruh sistem harus dihapus, biasanya cukup

mempengaruhi terjemah dengan mengganti lambang-lambang tertentu. Quine

melawan pendapat yang dogmatis dalam empirisme.

Kelompok kedua diberi nama “filsafat ilmu baru”. Para tokoh dalam

kelompok ini diantaranya P.K Feyeabend, N.R Hansen, Thomas Kuhn, M.

Polanyi, S. Toulmin. Kelompok ini melangkah lebih jauh lagi di mana sistem dan

kenyataan empiris saling serap-menyerapi. Perkembangan ilmu terjadi melalui

aturan di luar ilmu lebih berperan, seperti misalnya anggapan susila dan sosial.

Kelompok ini menaruh perhatian besar terhadap upaya menyusun suatu teori

ilmiah, sehingga heuristic juga diperhatikan. Setiap analisis ilmiah bertolak dari

organisasi bahan yang mendahuluinya, bertitik tolak pada gambaran menyeluruh

menentukan terbentuknya sistem ilmu. Kuhn berpendapat bahwa pembenaran

suatu teori bergantung pada struktur menyeluruh yang baru (paradigma).

Verifikasi dan falsifikasi bukanlah hal yang menentukan. Heuristik mulai

memegang peranan penting bagi metode suatu ilmu, khususnya bagi

pembaharuannya.

Kelompok ketiga yang menganut paham konstruktivisme disebut aliran

“genetis”. Kelompok ini berpendapat bahwa terjadinya sistem, genesis sistem,

merupakan bagian dari sifat khas sistem semacam itu. Proses terjadinya (genesis)

dan hasilnya tidak dapat dipisahkan. Aliran ini dipengaruhi oleh pragmatisme dan

instrumentalisme dari Charles S. Pierce dan J. Dewey. Titik pangkalnya dari

anggapan Pierce dengan ajarannya tentang abduksi. Selain deduksi dan induksi,

Pierce menyampaikan metode abduksi (http://ilmubagi.blogspot.com).

Terdapat dua cabang konstruktivisme psikologis, yaitu konstruktivisme

psikologi personal yang dikembangkan Piaget dan konstruktivisme sosiokultural

dari Vigotsky. Sementara konstruktivisme sosiologi berdiri sendiri. Berdasarkan

pembedaan tersebut dapat dikelompokkan konstruktivisme psikologis personal,

konstruktivisme sosiokultural, dan konstruktivisme sosiologis.

Konstruktivisme psikologis personal menekankan aktivitas individual

(28)

26

Universitas Sumatera Utara hubungan dialektik individu dengan masyarakat dalam membentuk pengetahuan.

Sementara itu, konstruktivisme sosiologis merupakan konstruktivisme yang

tergolong personal sekaligus sosial. Dalam pandangan ini, realitas dikonstruksi

dan ditentukan secara sosial (Suparno, 1997: 43).

Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap

paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme realitas sosial yang

diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa

dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari

pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan

perilaku alam karena manusia bertindak sebagai agen yang mengontruksi dalam

realitas sosial mereka, baik melalui pemberian makna maupun pemahaman

perilaku di kalangan mereka sendiri.

Paradigma konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang

memisahkan subjek dengan objek komunikasi. Dalam pandangan

konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami

realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan.

Konstruktivisme justru menganggap subjek (komunikan/decoder) sebagai faktor

sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosial

(http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com).

Paradigma konstruktivisme adalah dapat ditelusuri dari pemikiran Weber

yang menjadi ciri khas bahwa prilaku manusia secara fundamental berbeda

dengan prilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam bertindak

mengkonstruksi realitas sosial. Cara konstruksi yang dilakukan kepada cara

memahami atau memberikan makna terhadap prilaku mereka sendiri. Weber

melihat bahwa individu yang memberikan pengaruh pada masyarakat dengan

beberapa catatan, bahwa tindakan sosial individu berhubungan dengan

rasionalitas. Tindakan sosial yang dimaksudkan oleh Weber berupa tindakan yang

nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat

membatin, atau bersifat subjektif yang mengklaim terjadi karena pengaruh positif

dari situasi tertentu (http://www.scribd.com).

Kajian paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara

(29)

27

Universitas Sumatera Utara mengontruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman subjek yang akan diteliti.

Dalam suatu kelompok setiap individu pasti berinteraksi dan menjalin komunikasi

dalam kelompok. Ada yang menjadi komunikator dan komunikan dalam

pertukaran informasi, namun masing-masing individu menerima informasi

tersebut dan mengkonstruksinya. Setiap individu mendapatkan pengetahuan

dengan konstruksi pikirannya dan konstruksi dari individu lain serta lingkungan

yang ada disekitarnya sehingga menciptakan suatu realitas sosial yang dibentuk

oleh manusia itu sendiri.

2.2Kajian Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memerlukan kejelasan berpikir

mengenai teori sebagai landasan atau dasar dari penelitian. Untuk itu perlu

disusun kerangka teori yang memuat pokok - pokok pikiran yang menggambarkan

dari sudut mana masalah penelitian yang akan diteliti. Berdasarkan alasan itu,

maka peneliti melaksanakan penelitian menggunakan teori–teori yang relevan

dengan topik permasalahan yaitu:

2.2.1 Komunikasi

Istilah komunikasi secara etimologis dalam bahasa latin yaitu communis

yang artinya sama, sama yang dimaksud yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan

untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Selain itu komunikasi secara

terminologis merujuk kepada adanya proses penyampaian suatu pernyataan antar

manusia yang bersifat umum melalui simbol-simbol yang berarti, simbol-simbol

yang dimaksud adalah verbal dan nonverbal.

Menurut Book, komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang

mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antarsesama manusia

melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain

serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikator tersebut (Cangara,

2006: 18-19). Komunikasi sebagai suatu transaksi maksudnya adalah komunikasi

sebagai proses yang dinamis dan kesinambungan mengubah pihak-pihak yang

(30)

28

Universitas Sumatera Utara berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirim dan

menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan nonverbal

(Mulyana, 2005: 61-69). Tujuan dari komunikasi itu sendiri adalah mengubah

sikap (to change the attitude), mengubah opini pendapat/ pandangan (to change

the opinion), mengubah perilaku (to change the behaviour) dan mengubah

masyarakat (to change the society) (Fajar, 2009: 39).

Hal yang paling penting dalam tujuan komunikasi ini adalah bagaimana

seorang komunikator dapat merubah sikap dari komunikan pada saat proses

komunikasi berlangsung. Berlangsungnya proses komunikasi ini ditentukan oleh

komunikator (who), komunikator memiliki fungsi utama sebagai pengirim pesan.

Informasi apa (says what) yang ingin disampaikan, kemudian pesan tersebut akan

dikonstruksikan sesuai yang diinginkan komunikator yang kemudian akan

diteruskan melalui suatu saluran (medium) kepada penerima pesan (to whom).

Setelah pesan diterima dan dipahami, penerima pesan akan memberikan efek

terhadap pesan yang diterimanya kepada pengirim pesan. Komunikasi dapat

dikatakan sukses apabila penerima informasi memperoleh pemahaman yang

cermat atas pesan yang disampaikan. Komunikasi yang baik dan benar perlu

dihayati dan digunakan agar ide, gagasan, keinginan, harapan serta perintah yang

dapat terealisasikan oleh satu individu dengan individu lain dapat dimengerti,

dipahami, dihayati serta dilaksanakan demi kepentingan baik itu individu,

kelompok atau organisasi.

2.2.2 Pengertian Organisasi

Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan

organisasi. Schein (dalam Muhammad, 2009: 23) mengatakan bahwa organisasi

adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai

beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki

otoritas dan tanggung jawab. Schein juga menyatakan bahwa organisasi

mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling

berhubungan satu bagian dengan bagian yang lain dan tergantung kepada

(31)

29

Universitas Sumatera Utara tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian yang lain menandakan

bahwa organisasi yang dimaksud oleh Schein ini adalah suatu sistem.

Selanjutnya Kochler (dalam Muhammad, 2009: 23-24) mengatakan bahwa

organisasi adalah sistem hubungan yang tersetruktur yang mengkoordinasi suaha

suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Lain lagi dengan pendapat

Wright (dalam Muhammad, 2009: 24) dia menyatakan bahwa organisasi adalah

suatu sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih

untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Walaupun ketiga pendapat mengenai organisasi tersebut kelihatan

berbeda-beda perumusannya tapi ada tiga hal yang sama-sama dikemukakan,

yaitu: organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi aktivitas dan mencapai

tujuan bersama atau tujuan umum. Dikatakan merupakan suatu sistem karena

organisasi itu terdiri dari berbagai bagian yang saling bergantung satu sama

lainnya. bila satu bagian terganggu maka akan ikut berpengaruh pada bagian yang

lainnya. setiap organisasi memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian

dari organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak mengganggu bagian lainnya.

tanpa koordinasi sulitlah organisasi itu berfungsi dengan baik. Selain itu

organisasi juga memiliki aktivitasnya masing-masing sesuai dengan jenis

organisasi (Muhammad, 2009: 24).

Organisasi merupakan suatu struktur hubungan manusia. Struktur ini

didesain oleh manusia dan karena itu tidak sempurna. Organisasi bertumbuh dan

bertambah matang sebagian melalui suatu skema yang didesain dan sebagian lagi

melalui keadaan yang tidak diatur. Elemen pertumbuhan yang didesain adalah

suatu respons rasional terhadap tekanan dari dalam untuk memperluas atau untuk

membentuk hubungan kembali karena diperlukan secara fungsional. Sebaliknya

perubahan yang tidak terstruktur terjadi sebagai hasil ketidakteraturan, terjadi

sebagai respons secara tidak rasional terhadap bermacam-macam kebudayaan, dan

kekuatan yang bersifat psikologis pada orang-orang dalam organisasi

(32)

30

Universitas Sumatera Utara 2.2.3 Komunikasi Organisasi

Kata komunikasi berasal dari perkataan communication, dan perkataan ini

berasal dari bahasa Latin Communis yang artinya sama, dalam arti kata sama

makna mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung antar orang-orang yang

terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan

secara jelas (Effendy, 1993: 30).

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan

di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto,

2005: 54). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi

itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Berupa cara kerja

organisasi, produktivitas dan berbagai kegiatan yang harus dilakukan dalam

organisasi.

Komunikasi organisasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan,

ide-ide atau sikap dalam suatu organisasi, seperti institusi pemerintahan, swasta

maupun pendidikan. Proses penyebaran atau penyampaian pesan, ide-ide atau

sikap ini terjadi antara pimpinan, pegawai dan teman sejawat yang juga dapat

menggunakan media informasi. Adapun pembagian atau pertukaran pesan-pesan

tersebut melalui proses dua arah agar makna pesan yang disampaikan dapat dan

diterima dengan baik, sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim pesan.

Menurut Redding dan Sanborn komunikasi organisasi adalah pengiriman

dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk di

dalamnya antara lain: komunikasi downward, komunikasi upward, komunikasi

horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama tingkatannya dalam

organisasi. Keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis

dan mengevaluasi program (Muhammad, 2009: 65).

Komunikasi organisasi menurut Wayne adalah suatu pertunjukan dan

penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu

organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam

hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dan lainnya dan berfungsi dalam

(33)

31

Universitas Sumatera Utara Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada

peninjauannya yang terfokus kepada orang-orang yang terlibat dalam mencapai

tujuan organisasi tersebut. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi

apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang

dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa

yang menjadi penghambat dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi

pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan

suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis

organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan

situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.

Arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan

komunikasi horizontal. Masing-masing dari arus komunikasi tersebut mempunyai

perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam

buku Understanding Human Communication mencoba menguraikan

masing-masing fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut. Pertama

adalah downward communication. Komunikasi ini berlangsung ketika

orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada

bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah (dalam

Sendjaja, 1994: 133-134):

1. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja (job instruction).

2. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk

dilaksanakan (job rationale).

3. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku

(procedures and practices).

4. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

Sedangkan upward communication terjadi ketika bawahan mengirim

pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:

1. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah

dilaksanakan.

2. Penyampaian informasi mengenai persoalan-persoalan pekerjaan ataupun

(34)

32

Universitas Sumatera Utara 3. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.

4. Penyampaian keluhan dari bawahan mengenai dirinya sendiri maupun

pekerjaannya.

Arus komunikasi berikutnya adalah horizontal communication. Tindakan

komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang

memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horizontal ini adalah:

1. Memperbaiki koordinasi tugas.

2. Upaya pemecahan masalah.

3. Saling berbagi informasi.

4. Upaya memecahkan konflik.

5. Membina hubungan melalui kegiatan bersama.

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri, begitu

juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu

organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil begitu pula sebaliknya,

kurangnya atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat macet atau berantakan.

Pengkajian mengenai peranan komunikasi dalam organisasi oleh para ahli

semakin berkembang, karena pengaruh dari komunikasi dalam organisasi

dipandang dapat meningkatkan sumber daya manusia dan produktivitas dalam

organisasi dengan terciptanya hubungan antar individu dalam organisasi tersebut

(Kholil, 2011: 86). Komunikasi yang efektif dalam organisasi dapat ditingkatkan

dengan suatu pengetahuan mengenai dasar-dasar yang paling mendasar mengenai

hubungan manusia.

2.2.4 Elemen Organisasi

Organisasi sangat bervariasi ada yang sangat sederhana dan ada pula yang

sangat kompleks. Maka untuk membantu kita memahami organisasi tersebut

perhatikan model berikut yang menggambarkan elemen dasar dari organisasi dan

(35)

33

Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1

Lingkungan (Environment)

Sumber: Model Elemen Organisasi Scott (dalam Muhammad, 2009: 25)

2.2.5 Peranan Komunikasi dalam Organisasi

Kalau orang-orang yang belum memiliki bahasa yang umum, mereka akan

kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dengan seseorang dan yang lainnya.

Mereka tidak dapat melakukan kerja secara bersama. Organisasi disusun untuk

melakukan tugas untuk mencapai tujuan. Dalam susunan ini para manajer, para

bawahan, rekan-rekan setaraf, serta lingkungan eksternal perlu dihubungkan oleh

proses-proses komunikasi yang teratur. Lebih lanjut untuk pencapai tujuan,

organisasi meminta agar kepemimpinan agar digunakan, orang-orang

mendorongnya, berbagai keputusan dibuat, usaha-usaha terkoordinasi serta

pelaksanaan terkendali. Masing-masing dari fungsi ini melibatkan interaksi di

antara setiap orang jadi dengan demikian mereka membutuhkan komunikasi.

Walaupun keunggulannya demikian besar, komunikasi mempunyai beberapa

pembatasan. Hal tersebut merupakan cara para manajer berfungsi dank arena itu

seharusnya tidak dipandang sebagai dasar manajemen yang baik. Jika seorang

manajer telah membuat rencana yang kurang baik, komunikasi yang baik tidak

akan mengimbangi kekeliruan perencanaan. Semua manajer, memerlukan

penempatan komunikasi dalam perspektif yang tepat sebagai proses yang penting,

yang tidak mengganti tujuan manajemen yang baik melainkan memungkinkannya

membawa tujuan-tujuan apa yang baik yang dapat mereka hasilkan (Hicks, 1975:

523-524).

Struktur Sosial

Partisipan

(36)

34

Universitas Sumatera Utara 2.2.5.1 Keektifan Komunikasi Organisasi

Sejumlah waktu yang besar yang disediakan dalam organisasi hanya untuk

melakukan komunikasi, maka para anggota organisasi sebenarnya telah menjadi

komunikator yang cakap. Sayangnya hal ini bukan keadaan yang perlu. Suatu

organisasi mungkin menekankan latihan dan mengembangkan

pengetahuan-pengetahuan pengelolaan yang lainnya, tetapi biasanya komunikasi akan selalu

dianggap benar. Bahwa kelihatannya jika seorang individu dapat berbicara,

membaca dan menulis organisasi menganggap bahwa ia dapat berkomunikasi.

Akan tetapi komunikasi bukanlah hanya sekedar membaca, menulis dan berbicara

melainkan pemindahan informasi dan pengertian dari seorang kepada yang

lainnya.

Pengaruh komunikasi terhadap produktivitas organisasi telah ditegaskan

oleh sejumlah penelitian. Misalnya, suatu penelitian terhadap 27 cabang dari suatu

organisasi pengepakan dan pengiriman diadakan untuk menentukan mengapa

cabang-cabang telah mengalami suatu variasi yang luas di bidang produktivitas.

Untuk maksud ini, data komunikasi dikumpulkan oleh suatu survey terhadap 975

karyawan pada berbagai cabang perusahaan tersebut. Tatkala data produktivitas

dan komunikasi dibandingkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi yang

tinggi pada berbagai cabang korelasinya cenderung positif dengan keterbukaan

jalur-jalur komunikasi diantara atasan dan bawahan (Hicks, 1975: 525-526).

2.2.5.2 Jaringan-Jaringan Komunikasi Dalam Organisasi

Suatu sudut penganalisaan suatu organisasi adalah untuk meninjaunya

sebagai suatu jaringan komunikasi. Dalam pengertian ini, suatu peta organisasi

merupakan suatu diagram arus komunikasi formal dalam organisasi. Arus

informasi yang menurun dari atasan sampai bawahan dengan melalui tingkatan

yang bermacam-macam dalam organisasi dan arus-arusnya yang baik dengan

melalui jaringan yang sama. Informasi akan mengalir dari manager yang

memimpin pada sebuah perusahaan kepada kepala bagian, dari kepala bagian

kepada para mendor, dan dari mandor kepada para pekerja. Tambahan pula

komunikasi yang menurun akan memanfaatkan rangkaian yang sama dalam

(37)

35

Universitas Sumatera Utara 2.2.6 Tujuan dan Fungsi Komunikasi Organisasi

Menurut Liliweri ada 3 tujuan utama dari komunikasi organisasi yang

terdiri atas tindakan koordinasi, membagi informasi (information sharing) dan

komunikasi bertujuan untuk menampilkan perasaan dan emosi. Secara garis besar

ketiga tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, sebagai tindakan koordinasi komunikasi dalam organisasi

bertujuan untuk mengkoordinasi sebagian atau keseluruhan tugas yang telah

ditetapkan perunit dalam organisasi itu dan fungsi masing-masing yang

melaksanakan aktivitas mereka tanpa keterkaitan satu sama lainnya (tanpa

sinkronisasi dan harmonisasi). Organisasi tanpa koordinasi, organisasi tanpa

komunikasi artinya organisasi itu menampilkan suatu aspek individual dan bukan

menggambarkan aspek administrasi yang didalamnya terdapat kerjasama.

Kedua, membagi informasi (information sharing) salah satu tujuan

komunikasi yang penting adalah menghubungkan seluruh aparatur organisasi

dengan tujuan organisasi. Komunikasi mengarahkan manusia dan aktivitas

mereka dalam organisasi. Sebuah informasi yang dipertukarkan mempunyai

fungsi untuk membagi kemudian mengartikan informasi itu sendiri tentang tujuan

organisasi, arah dari suatu tugas yang diberikan, bagaimana usaha untuk mencapai

hasil dan pengambilan keputusan.

Ketiga, komunikasi bertujuan untuk menampilkan perasaan dan emosi, di

dalam organisasi terdapat beberapa manusia yang bekerja sendiri maupun bekerja

dengan orang lain. Mereka mempunyai kebutuhan, keinginan, perasaan, emosi

dan kepuasan yang harus diungkapkan kepada individu lainnya. Mereka

mempunyai keinginan bahkan kebutuhan untuk menyatakan kepuasan atas

pekerjaan dan prestasi yang mereka telah mereka lakukan. Begitu juga sebaliknya

mereka akan mengungkapkan hasrat marah ketika mereka telah gagal dalam

menyelesaikan pekerjaannya, mereka juga dapat mengungkapkan kekhawatiran

dan kecemasan yang akan dihadapi baik dari diri sendiri, kelompok maupun di

unit kerja. Selain itu mereka juga akan mengungkapkan bagaimana rasa

(38)

36

Universitas Sumatera Utara Menurut Sendjaja (1994: 136-137) dalam suatu organisasi yang

berorientasi komersial maupun sosial terdapat beberapa fungsi komunikasi dalam

organisasi diantaranya adalah fungsi informatif, fungsi regulatif, fungsi persuasif

dan fungsi integratif. Berikut akan dipaparkan masing-masing fungsi sebagai

berikut:

1. Fungsi informatif

Organisasi dipandang sebagai fungsi untuk menceritakan informasi yang terjadi terhadap orang yang terlibat didalam Organisasi. Dan dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi, yang artinya seluruh anggota dalam organisasi itu mampu mempertukarkan informasi mengenai pekerjaan, diantaranya informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial, asuransi kesehatan, izin cuti dan sebagainya.

2. Fungsi regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Orang-orang didalamnya mempunyai gagasan, ide, pendapat, fakta serta menjual sikap organisasi yang mana sikap tentang sesuatu itu merupakan subjek layanan. Misalnya sikap bawahan untuk menjalankan ketetapan dari organisasi itu sendiri.

3. Fungsi persuasif

Fungsi persuasif ini berkaitan dengan kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai yang diharapkan. Pimpinan biasanya lebih suka mempersuasikan bawahannya dari pada memberi perintah, gunanya agar lebih meningkatkan kemampuan karyawan untuk mencapai tujuan bersama lebih besar dibandingkan jika pimpinan sering memperlihatkan kekuasan dan kewenangan. 4. Fungsi integratif

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik (Sendjaja, 1994: 136-137).

Condrad (1985) menyatakan bahwa terdapat fungsi khusus dalam

komunikasi organisasi yaitu :

1. Membuat para karyawan melibatkan dirinya ke dalam isu-isu organisasi

lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di bawah sebuah

“komando”. Ada dua tipe fungsi komando yang dimaksud yaitu

pengarahan dan feedback.

2. Membuat para karyawan menciptakan dan menangani relasi antara sesama

bagi peningkatan produk organisasi. Tujuan menciptakan relasi di dalam

komunikasi organisasi itu adalah untuk meningkatkan produksi organisasi.

3. Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani atau

(39)

37

Universitas Sumatera Utara Komunikasi organisasi memilih keputusan yang komplikatif dalam

organisasi (Liliweri, 2004: 68).

2.3Kegagalan Penggunaan Komunikasi

Dalam hal ini ada beberapa yang cenderung menyebabkan kegagalan

dalam penggunaan komunikasi (Hicks, 1975: 541-542), yaitu:

1. Dogmatis

Kita telah memperhatikan bahwa pengertian seseorang untuk melekatkan

persepsinya adalah ditentukan oleh apa yang diketahuinya. Meskipun seseorang

itu selalu berusaha menambah pengetahuannya, memiliki berbagai pendapat,

sikap dan kepercayaannya. Dengan kata lain seseorang menarik kesimpulan dan

menentukan posisinya mengenai pokok masalah tertentu dalam lingkungannya.

Ironisnya pada saat pendapat, sikap dan kepercayaan ini diwujudkan, hal-hal

tersebut dapat menghambat seseorang dari penerimaan komunikasi yang akurat.

Hal ini dikarenakan kita cenderung untuk tidak memperdulikan atau menolak

dalam hal penerimaan informasi tambahan yang bertentangan dengan posisi kita

yang pertama. Sebagai contoh, seorang manager yang telah membentuk dan

mempromosikan dengan kuat secara seksama kedudukan pabriknya yang baru

mungkin menolak untuk mempertimbangkan sekalipun saran-saran untuk

mengadakan perubahan.

2. Stereotip

Factor lain yang menyebabkan kegagalan komunikasi adalah stereotip,

dalam ekspektasi menentukan isi komunikasi. Dalam hal ini pertimbangan dibuat

secara kategori dan dengan demikian maka jasa-jasa yang tidak memadai dapat

diadakan di antara proyek-proyek atau kejadian-kejadian mengenai hal apa yang

telah dikomunikasikan. Sebagai contoh, seorang warga kota senior dapat

pengetahui adanya sekelompok mahasiswa yang dilibatkan dalam suatu masalah

yang menyulitkan, dari kejadian ini disimpulkannya bahwa kaum muda masa

sekarang adalah kurang disiplin dan suka menentang. Atau kita dapat menjadi

dewasa dengan meniru ketaatan sekitar kelompok kebudayaan tertentu yang

(40)

38

Universitas Sumatera Utara kebudayaan tersebut dengan cara apapun. Dalam salah satu peristiwa, peniruan ini

benar-benar mencampuri atau mengganggu komunikasi yang baik.

3. Pengaruh Lingkaran

Pengaruh lingkaran adalah akibat dari dua pemikiran yang bernilai. Dalam

situasi ini, kita melihat sesuatu hanya sebagai bagian dari dua belahan yang baik

dan yang buruk, salah atau benar, putih atau hitam dan selanjutknya. Jadi kalau

kita mendengarkan seseorang yang kita kagumi dan kita percaya kita akan

dipengaruhi atau cenderung menyetujui apa saja yang dikatakannya. Sebaliknya,

kita secara langsung akan cenderung menolak atau tidak menyetujui dengan apa

yang kita tidak sukai dari orang-orang tersebut. Bahayanya di sini yaitu pada

umumnya situasi tidak sama terbagi dua dan karenannya, pemikiran yang

demikian pada umumnya dapat menyederhanakan secara berlebih-lebihan

situasi-situasi yang riil.

2.4 Distorsi Komunikasi Organisasi

Sering kali kita jumpai dalam suatu organisasi terjadi salah pengertian

antara satu anggota dengan anggota yang lainnya atau antara atasan dengan

bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi. Hal

ini disebabkan oleh berbagai hal diantaranya berasal dari cara orang memproses

pesan yang mereka kirimkan atau terima, dan dari fungsi sistem organisasi itu

sendiri (Muhammad, 2009: 206).

Ada sejumlah prinsip yang merefleksikan faktor-faktor personal yang ikut

memberikan kontribusi pada distorsi pesan. Faktor-faktor ini biasanya berasal dari

konsep kita mengenai komunikasi sebagai tingkah laku dan proses untuk

memperlihatkan arti yang ditentukan. Suatu tingkah laku komunikasi

mengaktifkan alat-alat indera kita seperti penglihatan, pendengaran, penciuman,

pengecap dan perasa. Pada saat kita dibombardir oleh bermacam-macam

keterbatasan kita dalam proses berkomunikasi baik yang datang dari luar maupun

yang datang dari dalam diri kita sendiri. Faktor yang utama yang memberikan

kontribusi pada distorsi pesan dalam proses komunikasi, adalah persepsi kita

mengenai pemberian komunikasi tersebut (Muhammad, 2009: 207). Menurut Katz

(41)

39

Universitas Sumatera Utara dari lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk atau jasa dari sistem

dan dan mengeluarkan produk atau jasa ini kepada lingkungan. (Muhammad,

2009: 65).

Komunikasi dalam organisasi tidak selamanya berjalan dengan mulus

seperti yang diharapkan. Seringkali dijumpai dalam suatu organisasi terjadi salah

pengertian antara satu anggota dengan anggota lainnya atau antara atasan dengan

bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi.

Robbins (dalam Masmuh, 2010: 80-82) meringkaskan beberapa hambatan

komunikasi sebagai berikut:

1) Penyaringan (filtering).

Hambatan ini merupakan komunikasi yang dimanipulasikan oleh si

pengirim sehingga nampak lebih bersifat menyenangkan si penerima. Komunikasi

semacam ini dapat berakibat buruk bagi organisasi, karena jika informasinya

dijadikan dasar pengambilan keputusan, maka keputusan yang kelak akan

dihasilkan berkualitas rendah.

2) Perspektif selektif.

Hambatan ini merupakan keadaan di mana penerima pesan di dalam

proses komunikasi melihat dan mendengar atas dasar keperluan, motivasi, latar

belakang pengalaman, dan ciri-ciri pribadi lainnya. Jadi, boleh jadi tidak sama

dengan apa yang dilihat dan didengar oleh orang lain. Hal ini disebut juga adanya

perbedaan persepsi sehingga dapat menjadi penghambat bagi komunikasi yang

efektif.

3) Perasaan

Hambatan ini merupakan bagaimana perasaan penerima pada saat dia

menerima pesan komunikasi akan mempengaruhi cara dia menginterpretasikan

pesan. Pesan yang sama yang diterima oleh seseorang di saat sedang marah akan

berbeda penafsirannya jika ia menerima pesan itu dalam keadaan normal.

4) Bahasa

Kata-kata memiliki makna yang berbeda antara seseorang dengan orang

lain. Kadang-kadang, arti dari sebuah kata tidak berada pada kata itu sendiri tetapi

Gambar

Gambar 2.1 Lingkungan (Environment)
Gambar 2.2 Model Teoritis
Gambar 3.1 Kerangka Analisis
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kofi Sumut sampai Pemutaran Perdana

Referensi

Dokumen terkait

AKIBAT YA HO 7ITJBTTL BARI PKHBBATAB PEUYA- LAHGi/8AAff ffAnrOTIKA

Rangkaian untuk monitoring daerah rawan pencurian tenaga listrik menggunakan Mikrokontroler Arduino Uno sebagai pusat Kontrol, sensor arus ACS712-20A untuk mendeteksi besarnya

Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa nyeri punggung setelah dilakukan tindakan senam yoga pada ibu hamil trimester III Di Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupatten Jombang

Hal ini menunjukkan bahwa usahatani padi ladang merupakan usaha untuk memaksimalkan alokasi tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga karena memang lahan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Mengetahui seberapa besar kebutuhan beban listrik di wilayah jakarta utara untuk 5 tahun yang akan datang

Tahap Akhir: dengan langkah yang dilakukan antara lain: a) menganalisis data hasil post-test menggunakanuji prasyarat yaitu uji normalitas dan hasil uji tersebut menyatakan

Sistem informasi adalah cara-cara yang diorganisasi untuk mengumpulkan,.. memasukkan, mengolah dan menyimpan data, dan cara-cara yang

Hasil dari analisa organoleptik dari 15 panelis untuk parameter tekstur, rata-rata nilai kesukaan pada konsentrasi sukrosa 10% dan sari kulit pisang 4:1 menunjukkan hasil