• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Earning Per Share (EPS)

4.2.2. Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added (EVA) merupakan suatu metode pengukuran kinerja perusahaan yang menghitung laba ekonomis sebenarnya yang telah berhasil diciptakan oleh suatu perusahaan.

Dengan mengetahui nilai EVA, perusahaan dapat melihat suatu gambaran mengenai peningkatan atau penurunan nilai laba ekonomis yang sebenarnya tercipta dari kinerjanya, sehingga dapat diketahui posisi perusahaan menurut sudut pandang investor, apakah perusahaan telah menjadi wealth creator atau wealth destroyer. Nilai EVA yang berhasil dicapai perusahaan dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Nilai Economic Value Added (EVA) Bank Danamon

Economic Value Added (EVA) dalam jutaan rupiah Periode 2003 2004 2005 2006 Maret -1.194.634 149.640 1.080.740 -153.387 Juni 27.755 1.397.188 2.389.637 1.437.379 September 1.383.952 2.647.461 3.871.798 3.258.247 Desember 2.028.550 3.841.440 5.516.279 4.908.250 Sumber : Laporan Keuangan dan Data Saham Bank Danamon (diolah)

Pada triwulan I tahun 2003, nilai EVA yang dicapai Bank Danamon berada dalam posisi negative, yaitu Rp – 1.194.634 (dalam jutaan). Hal ini menandakan bahwa perusahaan belum berhasil menciptakan nilai tambah kekayaan atas modal yang diinvestasikan investor. Hal ini dikarenakan Net Operating After Tax (NOPAT) yang berhasil dicapai periode itu sebesar Rp 1.250.606 dengan jumlah biaya modal yang lebih tinggi yaitu Rp 2.445.140. Biaya modal yang tinggi ini diakibatkan oleh tingginya biaya atas modal saham biasa (Ke) yang mencapai 121,65 persen, hal ini dikarenakan nilai β bernilai negative yaitu -0,04 yang berarti return perusahaan bergerak lebih lambat daripada pergerakan return pasar, sehingga kurang responsive dan bereaksi berlawanan dari return pasar, sehingga menyebabkan

Weighted Average Cost of Capital (WACC) ikut meningkat hingga mencapai 21,73 persen. Dengan WACC yang tinggi, maka nilai Biaya modal (Cost Of Capital/COC) pun ikut meningkat. Jadi, nilai negative dipicu oleh biaya modal yang lebih besar dari NOPAT-nya. Ini merupakan hal biasa karena pada awal triwulan pertama, perkembangan perusahaan masih terus dijalankan sehingga nilai NOPAT belum menunjukkan kinerja akhirnya, dan nilai EVA berpeluang besar bernilai negative.

59

Seiring dengan perkembangan aktivitas operasional perusahaan, terjadi peningkatan nilai EVA dari triwulan I sampai dengan IV. Setelah berada pada triwulan II, nilai EVA berubah menjadi positif yaitu Rp 27.755 (dalam jutaan). Hal ini karena terjadi peningkatan nilai NOPAT yang lebih besar dari biaya modalnya. NOPAT meningkat karena laba bersih perusahaan meningkat, tetapi hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan COC-nya, karena komponen IC periode tersebut hanya meningkat sebesar 4,6 persen dari periode lalu, lebih kecil dibandingkan peningkatan NOPATnya yang sebesar 106,75 persen sehingga menghasilkan EVA yang positif. Di tahun 2003 nilai EVA meningkat dari triwulan I sampai triwulan IV sebesar 269,81 persen, hal ini menandakan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan tambahan kekayaan bagi investornya.

Memasuki triwulan I tahun 2004 nilai EVA yang tercipta berada pada posisi yang positif yaitu sebesar Rp 149.640 (dalam jutaan), lebih bagus jika dibandingkan triwulan I tahun 2003 yang bernilai negatif . Pada triwulan II terjadi peningkatan nilai EVA yang signifikan sebesar 4934 persen dibandingkan tahun 2003. Begitu pula pada triwulan selanjutnya yang masing-masing mengalami peningkatan sebesar 91,29 persen dan 89,37 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Secara umum, pada tahun 2004 nilai EVA Bank Danamon terus mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan nilai laba bersih dan biaya bunga perusahaan terus mengalami peningkatan, tetapi tidak diikuti oleh WACC sebagai komponen biaya modal yang justru mengalami penurunan dibandingkan tahun 2003, penurunan yang terjadi adalah sebesar 67,42 persen dan mengakibatkan penurunan COC yang pada akhirnya menghasilkan nilai EVA yang positif dan lebih besar dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 2005, nilai EVA yang diciptakan Bank Danamon pun terus mengalami perkembangan dibandingkan tahun 2004 Peningkatan signifikan terjadi pada triwulan I yaitu sebesar 622,23 persen dibandingkan tahun 2004. Rata-rata peningkatan yang terjadi

adalah sebesar 195,78 persen di tiap periodenya dibandingkan tahun sebelumnya. Pada akhir 2005, nilai EVA mencapai Rp 5.516.279 (dalam jutaan). Nilai positif ini dikarenakan COC perusahaan yang rendah, dan dapat disimpulkan bahwa nilai COC untuk tahun 2005 adalah biaya modal terrendah dibandingkan nilai COC pada tahun lain pada periode penelitian ini. Biaya modal ini rendah karena nilai struktur modal rata-rata (WACC) yang rendah. Nilai biaya modal atas saham biasa (Ke) pada tahun 2005 mencapai angka negative yaitu mencapai -11,45 persen, hal ini dipengaruhi oleh tingkat sensitivitas return saham perusahaan yang bergerak lebih tinggi terhadap pergerakan return pasar dengan β = 1,245 dan tingkat market risk premium yang mencapai angka negative tertinggi pada periode penelitian yaitu -97,7 persen. Dan hal ini menjadikan struktur ekuitas sebagai pengurang dari struktur biaya hutang, sehingga nilai WACC menjadi kecil yaitu sebesar 2,23 persen yang mempengaruhi nilai COC sehingga mengalami penurunan dan meningkatkan nilai EVA.

Memasuki triwulan I 2006, terjadi penurunan nilai EVA dibandingkan tahun 2005, EVA yang terbentuk menghasilkan nilai negative, terjadi penurunan sebesar 804,58 persen jika dibandingkan triwulan I 2005. Hal ini disebabkan laba bersih yang berhasil dicapai perusahaan hanya sebesar Rp 250.611 (dalam jutaan rupiah) yang merupakan laba terkecil yang dicapai perusahaan dibandingkan tahun-tahun lalu dalam periode penelitian ini, selain itu nilai NOPAT-nya lebih kecil dari biaya modalnya, peningkatan NOPAT-nya lebih kecil dibandingkan peningkatan biaya modalnya, sehingga EVA yang terbentuk pun negative. Biaya modal yang tinggi ini diakibatkan oleh biaya modal atas saham yang cukup tinggi yaitu mencapai 50,23 persen dan mengakibatkan nilai WACC yang lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 yaitu meningkat sebesar 360 persen. Tetapi memasuki triwulan II 2006 nilai EVA pun berubah positif yaitu sebesar Rp 1.437.379, tetapi jika dibandingkan tahun 2005 nilai EVA yang terbentuk mengalami penurunan sebesar 39,85 persen, penurunan

61

ini disebabkan peningkatan biaya modal (424,77 persen) yang lebih besar daripada peningkatan NOPAT-nya (20,05 persen). Peningkatan nilai EVA terus terjadi hingga akhir triwulan 2006, dikarenakan nilai NOPAT yang terus meningkat seiring dengan perkembangan kinerja Bank Danamon sehingga laba bersih yang dicapai terus meningkat begitu pula dengan biaya bunganya.

Dari periode pengamatan (2003 sampai 2006), secara umum nilai EVA terbesar terjadi pada periode tahun 2005, dengan rata-rata nilai EVA sebesar Rp 3.214.614 (dalam jutaan). Sementara untuk nilai EVA terkecil terjadi pada periode 2003, pada Maret 2003 nilai EVA yang terbentuk adalah sebesar Rp -1.194.634. Untuk nilai NOPAT, yang terbesar terjadi pada tahun 2006 dengan rata-rata sebesar Rp 4.292.502 (dalam jutaan ) di tiap triwulannya. Nilai NOPAT yang besar ini lebih karena biaya bunga yang dimiliki perusahaan juga besar dengan rata-rata di tahun 2006 sebesar Rp 3.530.465 (dalam jutaan) yaitu jumlah terbesar diantara periode lain (2003,2004,2005) yang masing-masing sebesar Rp 2.215371, Rp 1.511.848, Rp 2.112.906 (dalam jutaan). Namun untuk tingkat keuntungan atau laba bersih yang diperoleh, paling tinggi dicapai pada periode tahun 2005 yaitu rata-rata sebesar Rp 1.454.258 (dalam jutaan), sementara untuk periode lain (2003,2004,2006) masing-masing adalah sebesar Rp 864.350, Rp 1.441.398, Rp 762.037 (dalam jutaan).

Untuk biaya modal sebagai komponen pengurang EVA, yang terbesar terjadi pada periode tahun 2003, dengan rata-rata sebesar Rp 2.518.315 (dalam jutaan), dengan rata-rata sebesar itu dan nilai NOPAT yang tidak jauh berbeda dengan periode lain, maka nilai EVA yang terbentuk pun semakin kecil. Sementara itu, nilai COC terkecil adalah periode tahun 2005 yaitu rata-rata sebesar Rp. 352.550 (dalam jutaan), sehingga nilai EVA pun meningkat. Komponen yang

mempengaruhi COC adalah WACC dan IC. Invested Capital (IC) yang

dimiliki oleh perusahaan setiap periodenya cenderung mengalami kenaikan, hal ini seiring dengan perkembangan kinerja Bank Danamon

dalam rangka pembiayaan kegiatan operasionalnya yang semakin meluas guna mencapai tujuannya. Dengan nilai IC yang terus meningkat akan berpeluang menurunkan nilai EVA karena perusahaan yang terus mengembangkan usahanya membutuhkan struktur pemodalan yang tinggi sehingga COC sebagai komponen pengurang EVA pun meningkat. Sementara itu, WACC tertinggi yang merupakan komponen COC adalah tahun 2003, hal ini dikarenakan nilai β yang

negative, menggambarkan kurang sensitifnya return asset saham

perusahaan terhadap pergerakan dari return pasar (Indeks Harga Saham Gabungan/IHSG) dan cenderung bergerak berlawanan terhadap

return pasar. Dan setelah nilai β dikalikan dengan market risk premium

yang negative akan meningkatkan Ke-nya. Ke tertinggi berada pada posisi 121,65 persen sehingga biaya modalnya pun meningkat, bahkan paling tinggi. Sementara itu WACC terrendah terjadi pada tahun 2005, hal ini disebabkan nilai β yang bernilai lebih dari 1, menggambarkan pergerakan harga sekuritas perusahaan yang lebih tinggi dari pada pergerakan harga pasar. Dengan sedikit pergerakan dari return portfolio pasar akan berpengaruh lebih besar terhadap return sekuritas

perusahaan. Dengan β yang tinggi dan market risk premium yang

negatif, berarti risiko pasar dalam suatu aset perusahaan tidak lebih besar dari risk free-nya, sehingga Ke yang terbentuk pun menurun. Dalam WACC, selain faktor ekuitas, melibatkan pula struktur hutang, biaya hutang terbesar terdapat pada tahun 2003, jadi hal ini memang membuktikan bahwa COC terbesar terjadi pada tahun tersebut dengan komposisi Ke dan Kd terbesar pada periode penelitian, sehingga WACC yang terbentuk pun meningkat yang mengakibatkan peningkatan biaya modal perusahaan.

4.2.3. Market Value Added (MVA)

Market Value Added (MVA) menunjukkan kinerja pasar dari suatu perusahaan, metode pengukuran ini dapat menggambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan atas modal yang dimiliki investor karena melibatkan harga saham sebagai komponen utamanya.

63

Harga saham mencerminkan kekuatan interaksi antara banyak pembeli dan penjual, selain itu munculnya informasi baru mengenai perusahaan akan membuat permintaan dan penawaran berubah dan akan menghasilkan nilai pasar juga berubah. Informasi tersebut salah satunya adalah mengenai kinerja yang berkaitan dengan perusahaan. Pengaruh kinerja ini terkait dengan kegiatan atau aktivitas perusahaan dalam menghasikan keuntungan atau laba. Semakin tinggi laba, harga saham pun akan bereaksi positif. Semakin positif nilai MVA, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik, karena telah berhasil melakukan penambahan niali atas modal yang dipercayakan investor kepada perusahaan (wealth creator).

Tabel 12. Nilai Market Value Added (MVA) Bank Danamon

Market Value Added (MVA) dalam jutaan rupiah Periode 2003 2004 2005 2006 Maret 1.635.479 6.525.020 14.928.484 14.530.417 Juni 2.498.094 6.370.647 16.370.189 11.349.636 September 2.885.633 9.951.867 11.380.414 17.063.866 Desember 3.014.953 13.449.163 14.552.006 23.589.595

Sumber : Laporan Keuangan dan Data Saham Bank Danamon (diolah)

Secara umum, selama periode penelitian (2003 sampai 2006), MVA Bank Danamon terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 32,98 persen. Pada tahun 2003, nilai MVA yang terbentuk positif, hal ini menandakan perusahaan telah berhasil dalam memelihara kepercayaan investor atas modal yang diberikan dengan menciptakan nilai tambah bagi investornya. Harga saham yang terus mengalami peningkatan membuat nilai MVA terus meningkat, walaupun nilai ekuitas terus meningkat, namun nilai pasarnya masih lebih besar dari ekuitasnya, sehingga nilai MVA positif.

Memasuki tahun 2004, nilai MVA yang dicapai perusahaan pun meningkat signifikan, pada triwulan I terjadi peningkatan sebesar 298,97 persen dibandingkan triwulan I tahun 2003. Namun terjadi penurunan nilai MVA pada triwulan II 2004 hal ini dikarenakan peningkatan ekuitas yang lebih besar dari peningkatan harga

sahamnya, sehingga mempengaruhi nilai MVA menjadi menurun. Tetapi, nilai ini masih lebih besar dibandingkan triwulan II tahun 2003, dan secara keseluruhan kinerja MVA perusahaan pada tahun 2004 adalah baik.

Pada tahun 2005, terjadi penambahan jumlah saham yang beredar sebanyak 13.928.000 lembar, dan nilai MVA terus mengalami kenaikan, namun terjadi penurunan MVA pada triwulan III-nya, hal ini disebabkan penurunan harga saham perusahaan dari Rp 5.050 per lembar (Juni 2005) menjadi Rp 4.025 per lembar (September 2005), penurunan ini mengakibatkan nilai pasar perusahaan turun sehingga memicu penurunan nilai MVA.

Memasuki tahun 2006 perusahaan melakukan penambahan jumlah saham yang beredar sebanyak 21.778.000 lembar dari tahun 2005, hal ini mengindikasikan perusahaan menghimpun permodalan melalui saham baru yang beredar, dan nilai MVA yang terbentuk pun cenderung mengalami kenaikan hanya terjadi penurunan pada triwulan II yang disebabkan menurunnya harga saham sehingga nilai pasar perusahaan turun dari Rp 4.800 menjadi Rp 3.975 dan ini menyebabkan menurunnya nilai MVA perusahaan.

Jumlah saham Bank Danamon yang beredar pada tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan, hal ini menandakan terjadinya penambahan modal sendiri untuk membantu pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan dan perluasan kegiatan usaha yang akan dijalankan. Harga saham terus mengalami peningkatan di tiap periode, namun terjadi penurunan di tahun 2005 dan 2006 pada masing-masing triwulan III dan II. Penurunan terbesar terjadi pada triwulan II 2006 sebesar 30,66 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya, melemahnya harga saham dikarenakan berkurangnya aktivitas interaksi antara penawaran dan permintaan saham Bank Danamon sehingga memicu penurunan harga sahamnya. Sementara itu, peningkatan terbesar terjadi pada Desember 2006, sebesar 62,10 persen dari tahun sebelumnya, hal ini mengindikasikan bahwa terjadi

65

peningkatan aktivitas interkasi antara permintaan dan penawaran saham Bank Danamon sehingga membentuk harga ekuilibrium baru yang lebih tinggi.

4.3. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA)

Dokumen terkait