• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL

2.2. Kajian Teori

2.2.7. Economic Value Added (EVA)

Menurut Arifin (2005: 235), EVA merupakan salah satu metode yang relatif baru untuk mengukur efektivitas program pengukuran pengeluaran modal.

EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan dan sangat jauh berbeda-beda dari laba akuntansi (Brigham dan Houston, 2006: 69).

EVA (Economic Value Added) menurut Utomo (1999: 29) adalah ukuran nilai tambah ekonomis (value creation) yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa EVA merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan bagi kemakmuran pemegang saham.

2.2.7.2. Keunggulan dan Kelemahan EVA

Keunggulan EVA sebagai alat pengukuran kinerja keuangan perusahaan menurut Govindarajan (2002) dalam Hakim (2006: 17-18), meliputi:

1. Dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk perbandingan investasi.

2. Dengan meningkatnya EVA maka investasi-investasi akan menghasilkan laba diatas biaya modal sehingga akan lebih menarik para manajer untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut.

3. Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis asset yang berbeda pula.

4. EVA memiliki korelasi positif yang lebih kuat tehadap perubahan-perubahan nilai pasar perusahaan.

Keunggulan EVA menurut Mirza (1997) dalam Hakim (2006: 18), yaitu EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhatikan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi. Dengan diperhitungkannya biaya modal maka dapat diketahui apakah perusahaan dapat menciptakan nilai tambah atau tidak. EVA membantu manajemen dalam hal menetapkan tujuan internal (internal goal setting)

perusahaan supaya tujuan berpedoman pada implikasi jangka panjang dan bukan jangka pendek saja. Dalam hal investasi EVA memberikan pedoman untuk keputusan penerimaan suatu project (capital budgeting decision), dan dalam hal mengevaluasi kinerja rutin (performance

assessment) manajemen, serta membantu adanya sistem penggajian/

pemberian insentif (incentive compensation) yang benar dimana manajemen didorong untuk bertindak sebagai owner (Utomo, 1999: 30).

EVA disamping memiliki beberapa keunggulan, juga terdapat beberapa kelemahan. Menurut Mirza (1997) dalam Hakim (2006: 19), yaitu dalam perhitungan biaya modalnya EVA relatif sulit karena memerlukan data yang lebih banyak dan dianalisa secara lebih mendalam. Dengan demikian secara tidak langsung mendorong para eksekutif untuk berfikir dan bertindak seperti para pemegang saham, yaitu memilih tingkat investasi yang meningkatkan tingkat return dan meminimumkan tingkat biaya modal (cost of capital) sehingga nilai perusahaan dapat maksimum.

Kelemahan EVA menurut Utama (1997) dalam Yulinda (2006: 24), adalah sebagai berikut:

1. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini terutama untuk perusahaan yang go publik, sulit dilakukan dengan cepat.

2. Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Sementara nilai perusahaan adalah akumulasi EVA selama umur

perusahaan, sehingga kemungkinan suatu perusahaan mempunyai EVA tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan rendah, karena EVA dimasa mendatang negatif (prospek masa depan perusahaan suram). Sebaliknya perusahaan dengan kegiatan yang memerlukan pengembalian yang cukup lama, EVA pada awal tahun negatif sedangkan EVA akhir proyek adalah positif, karena penjualan aktiva pada akhir masa sewa. Oleh karena itu, penggunaan EVA tahun tertentu untuk menilai kinerja kurang tepat.

2.2.7.3. Perhitungan dalam EVA

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menentukan EVA adalah sebagai berikut:

a. Menghitung Biaya Hutang (Cost of Debt)

Menurut Utomo (1999: 37), biaya hutang (Cost of Debt) adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki karena adanya resiko kredit (credit risk), yaitu resiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok hutang. Biaya hutang dihitung atas dasar setelah pajak karena pembayaran bunga hutang dikurangkan dari pajak. Oleh karena itu, biaya modal yang berasal dari hutang dihitung sebagai berikut (Weston dan Copeland, 1992: 58):

Keterangan:

Kb = Biaya hutang sebelum pajak T = Tarif pajak perseroan

Biaya hutang yang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah required of return yang diharapkan investor yang digunakan sebagai tingkat diskonto dalam mencari nilai obligasi. Mengingat biaya hutang dibayar sebelum perusahaan memperhitungkan pajak penghasilan, maka biaya riil yang ditanggung perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak (Iramani, 2005: 5).

b. Menghitung Biaya Modal Saham (Cost of Capital)

Menurut Utomo (1999: 37), biaya modal atau cost of capital adalah tingkat pengembalian minimum yang diharapkan oleh pemegang saham (pemilik) perusahaan dalam investasinya. Cost of capital sangat dipengaruhi oleh hubungan antara resiko (risk) dan tingkat pengembalian (return). Untuk praktisi, istilah cost of capital ini digunakan (Utomo, 1999:37):

a. Sebagai tarif diskonto (discount rate) untuk membawa arus kas masa mendatang suatu project ke nilai sekarang (persent value).

b. Sebagai tarif minimum yang diinginkan untuk menerima project baru.

c. Sebagai biaya modal (capital charge) dalam perhitungan EVA.

d. Sebagai bandingan (benchmark) untuk menaksir tarif biaya pada modal yang digunakan.

Biaya ekuitas (cost of equity) merupakan salah satu komponen cost of capital. Biaya ekuitas adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba (Utomo, 1999: 37).

Menurut Weston dan Copeland (1992) dalam Iramani (2005: 5), salah satu metode yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya modal laba ditahan, yaitu pendekatan capital asset pricing model (CAPM), dimana biaya modal laba ditahan adalah tingkat pengembalian atas modal sendiri yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas resiko dengan premi resiko pasar dikalikan dengan β (resiko saham perusahaan). Secara singkat, perhitungan biaya modal saham biasa dapat dirumuskan sebagai berikut (Weston dan Copeland, 1992: 496):

Keterangan:

Ks = Tingkat pengembalian yang diinginkan investor

Rm = Tingkat bunga investasi rata-rata dari pasar

β = Ukuran resiko saham perusahaan

c. Menghitung Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital = WACC)

Menurut Utomo (1999: 38), biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing-masing dikalikan dengan persentase ekuitas dan hutang dalam struktur modal perusahaan.

Dalam praktek, pembiayaan/ pendanaan yang digunakan perusahaan diperoleh dari berbagai sumber. Biaya riil yang ditanggung oleh perusahaan merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan, perhitungannya dapat menggunakan rumus berikut (Weston Copeland, 1992 dalam Iramani, 2005: 6).

Keterangan:

WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang Wd = Proporsi hutang dalam struktur modal

Kd = Cost of debt

Ws = Proporsi saham dalam struktur modal

d. Menghitung EVA

Secara umum EVA dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Iramani, 2005: 3):

EVA = Net Operating Profit After Tax - Cost of Capital

2.2.8. Return On Asset (ROA) 2.2.8.1. Pengertian ROA

ROA (Return On Asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Hanafi dan Halim (2003: 165), analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut.

Menurut Riyanto (1997: 336), pengertian ROA adalah rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto.

2.2.8.2. Keunggulan dan Kelemahan ROA

ROA memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan sebagai alat untuk menilai kinerja perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2000: 522), keunggulan ROA yaitu:

1. Konsep ROA membantu manajer untuk memusatkan perhatian pada hubungan antara penjualan, biaya, dan investasi.

2. ROA dapat digunakan untuk keperluan perencanaan artinya, analisis ROA dapat digunakan untuk mengambil keputusan jika akan mengadakan investasi.

ROA disamping memiliki beberapa keunggulan, juga terdapat beberapa kelemahan, antara lain (Hansen dan Mowen, 2000: 522):

1. Sulit untuk membandingkan ROA suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, karena kadang-kadang praktek akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan.

2. ROA hanya mengukur salah satu keberhasilan pencapaian tujuan yang bersifat keuangan, padahal perusahaan masih mempunyai tujuan yang juga penting, seperti tingkat kepuasan karyawan, moral, tanggung jawab sosial dan sebagainya.

2.2.9. Earning Per Share (EPS)

Dokumen terkait