penghubung kawasan strategis dari bandara ke lokasi kawasan industri pun dilebarkan dan ditingkatkan kapasitasnya.
Pengembangan juga akan dilakukan pada Pelabuhan Bitung. Sebelum dibangun pelabuhan baru di wilayah KEK, Pelabuhan Bitung eksisting akan dikembangkan terlebih dahulu secara maksimal hingga mencapai kapasitas maksimalnya, yaitu 1,7 juta Teus/ tahun. Saat ini, kapasitas Pelabuhan Bitung baru menyentuh angka 200 ribu Teus/tahun. Begitu pula halnya dengan Bandara Internasional Sam Ratulangi, yang direncanakan untuk dikembangkan dari sisi runway-nya. Saat ini, Bandara Sam Ratulangi memiliki runway sepanjang 2.650 m dan akan dikembangkan menjadi 3.000 m, yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu Tahap I sepanjang 150 m dan Tahap II sepanjang 200 m. Akses menuju KEK Bitung pun akan semakin terbuka dengan adanya jalur KA Manado—Bitung yang merupakan bagian dari jalur kereta Trans Sulawesi. “Dalam masterplan pengembangan KEK Bitung, kami pun telah menyiapkan infrastruktur dasar lainnya, seperti pembangunan instalasi air bersih; pembangunan power plant; jaringan telekomunikasi, listrik, gas, dan drainase; pengolahan air limbah dan infrastruktur persampahan; hingga jalan dan jalur hijau (RTH). Sedangkan untuk industrinya, kami membutuhkan investor,” papar Jenny.
Menurut Jenny, sudah tercatat lebih dari 20% investor yang tertarik untuk berinvestasi di KEK Bitung. Tahun 2017 mendatang, diharapkan sudah ada investor yang mulai membangun
industrinya di KEK Bitung. Sedangkan untuk tahun 2016 ini, pembangunan KEK Bitung masih dalam tahap persiapan infrastruktur dasar dan kesiapan kelembagaan/institusi untuk mengelola KEK Bitung.
Manfaat KEK Bagi Masyarakat Pengembangan KEK merupakan sebuah langkah strategis untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan ekspor, peningkatan penanaman modal asing, serta pertumbuhan industri. Namun, kehadiran KEK ini dapat memberikan dampak positif yang lebih luas lagi, yang menyentuh berbagai aspek. Konsep pembangunan KEK ini bukan sekedar mengedepankan pengusaha- pengusaha besar. Melainkan, juga membuka peluang bagi industri kecil dan menengah untuk dapat masuk dalam kegiatan ekspor impor. Pertumbuhan industri di KEK Bitung juga akan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. KEK Bitung diproyeksikan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 34.710 orang.
Tak hanya menyerap tenaga kerja, kehadiran KEK juga turut berkontribusi dalam pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan secara kualitatif karena KEK memungkinkan terjadinya transfer teknologi. Transfer teknologi yang diiringi oleh peningkatan kemampuan dan keahlian akan meningkatkan kualitas SDM lokal. Untuk mewujudkan hal tersebut, Jenny menegaskan bahwa diperlukan sinergi dan kerja sama dari seluruh pihak. Pemerintah Daerah sangat membutuhkan dukungan dari Pusat melalui seluruh kementerian terkait untuk mempercepat realisasi KEK Bitung. berada di dalam KEK, penangguhan
bea masuk untuk barang impor ke KEK, pembebasan cukai untuk barang mentah dan barang penolong untuk tujuan produksi, pembebasan dari pungutan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI), serta pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Disamping insentif, adapula fasilitas fiskal yang ditawarkan KEK, seperti fasilitas bea masuk atas impor mesin, bea masuk atas impor barang dan bahan, serta usulan untuk mendapat fasilitas PPh Badan. Untuk mendukung KEK, Pemerintah juga telah membentuk kelembagaan yang terintegrasi dari tingkat nasional hingga kabupaten/ kota sehingga pengambilan kebijakan dalam KEK dapat berlangsung efektif dan efisien. Bentuk dukungan lainnya dari Pemerintah terhadap KEK adalah sejumlah program pembangunan dan pengembangan infrastruktur, seperti jalan tol, pelabuhan, bandara, dan jalur kereta api yang tertuang dalam RPJMN 2015—2019.
Dengan mengusung berbagai keunggulan tersebut, pembentukan KEK di Indonesia diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat positif. Selain peningkatan investasi, diharapkan pula dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja; penerimaan devisa; keunggulan kompetitif produk ekspor; pemanfaatan sumber daya lokal, pelayanan, dan kapital bagi peningkatan ekspor; serta mendorong terjadinya peningkatan kualitas SDM melalui transfer of technology. Pengembangan Infrastruktur Keberadaan KEK Bitung kelak tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan infrastruktur yang memadai. Inilah salah satu bentuk dukungan Pemerintah Daerah terhadap KEK Bitung yang diwujudkan melalui pengembangan sejumlah infrastruktur utama, seperti jalan, pelabuhan, bandara, serta jalur kereta api.
Akses menuju Bitung, nantinya, akan semakin lancar dengan adanya Jalan Tol Manado—Bitung sepanjang 39 km. Saat ini, pembangunan jalan tol telah dimulai dari Kota Manado. Selain pembangunan jalan tol, jalan
3
POTRET
POTRET
Keunggulan Geoekonomi & Geostrategis
Penetapan suatu kawasan untuk menjadi KEK didasarkan pada kriteria tertentu yang harus dimiliki kawasan tersebut. Kriterianya meliputi adanya komitmen dari Pemerintah Daerah, lokasi yang sesuai dengan pengembangan wilayah dalam RTRW dan layak menurut kajian Amdal, memiliki lokasi yang strategis, memiliki infrastruktur awal dan memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut, memiliki ketersedian lahan, serta memiliki batas kawasan yang jelas. Lokasi yang strategis ini pun menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki Kota Bitung sehingga kota pelabuhan ini diusulkan sebagai KEK oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Berdasarkan usulan tersebut, Bitung pun telah ditetapkan oleh Dewan Nasional KEK sebagai salah satu Kawasan Ekonomi Khusus yang berada di ujung utara wilayah Indonesia. Sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Bitung.
Bitung merupakan kota dengan potensi dan keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Keunggulan geoekonomi berupa lokasi yang strategis sebagai pusat pertumbuhan dan pusat distribusi barang dan penunjang logistik di kawasan timur Indonesia. Selain itu, Bitung berhadapan langsung dengan kawasan Asia Timur dan Pasifik sehingga memiliki akses internasional ke sana. Tak ayal, Bitung pun digadang-
gadang akan menjadi titik pusat pertumbuhan kawasan timur Indonesia. KEK Bitung
KEK Bitung akan dikembangkan di kawasan seluas 534 area yang berada di Kecamatan Matuari, Kota Bitung. Kawasan tersebut akan meliputi tiga wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Tanjung Merah, Kelurahan Manembo- membo, dan Kelurahan Sagerat. Dari luasan tersebut, lahan yang tersedia sebesar 95,76 hektar yang terdiri dari Tanah Negara yang disediakan Pemerintah seluas 92,96 hektar dan pembebasan lahan masyarakat seluas 2,8 hektar.
“Persoalan lahan ini memang menjadi salah satu tantangan terbesar kami dalam mewujudkan KEK. Saat Bitung dipublikasikan sebagai KEK, harga tanah langsung melonjak. Sementara, kami (Pemerintah Daerah) dananya terbatas sehingga akan sulit untuk membeli lahan dalam jumlah yang cukup besar untuk menutupi kekurangan lahan yang diperlukan,” ungkap Jenny yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dewan KEK Bitung.
Kendati demikian, Jenny menambahkan, bahwa Pemerintah akan membangun infrastruktur pada lahan yang telah tersedia dan telah dibebaskan. Selebihnya, Pemerintah memang berharap investor yang akan melakukan pembebasan lahan. Solusi lainnya adalah dengan melakukan reklamasi lahan seluas 500 hektar.
“Meskipun masih memerlukan kajian yang lebih matang lagi, keberadaan lahan reklamasi bisa menjadi solusi saat kami terkendala dengan bagian daratan. Disamping itu, reklamasi ini juga akan mengembalikan kondisi daerah pesisir seperti semula karena sudah banyak terkikis oleh abrasi,” imbuh Jenny.
KEK Bitung ini dikembangkan sesuai dengan kekhasan dan karakteristik lokal daerahnya. Dari tujuh zona pengembangan KEK (pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan/atau ekonomi lain), KEK Bitung dikembangkan sebagai Zona Pengolahan Ekspor, Zona Industri, dan Zona Logistik. Dengan kegiatan utamanya berupa pengolahan perikanan, pengolahan kelapa dan turunannya, industri farmasi, serta aneka industri berbasis agro. (*)
Kepala Dinas Perindustrian & Perdagangan SUlawesi Utara
Jenny Karouw