• Tidak ada hasil yang ditemukan

Edukasi dan Pelatihan Pembuatan Toga

Hasil Program Kerja

2. Edukasi dan Pelatihan Pembuatan Toga

Keesokan harinya membuat Toga Persiapan pembuatan toga di mulai dari tanggal 2 Februari 2021 – 3 Februari 2021 Proses

pembuatan TOGA dilakukan di salah satu rumah warga yang berada di Desa Telaga Bidadari, RT 02, RW 01, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Proses pembuatan toga ini diawali dengan persiapan tanaman obat keluarga, pembuatan pupuk alami, pembuatan tempat toga dan penanaman TOGA.

Lalu mempersiapkan Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Awalnya dilakukan observasi dibeberapa tempat di Desa Telaga Bidadari untuk mendapatkan sumber TOGA terbaik. Kami menemukan salah satu warga desa yang berprofersi sebagai petani kebun di daerah Loksado.

Beliau sudah lama menanam jenis rimpang-rimpangan yang dibudidayakan secara khusus untuk diperjual belikan ke luar daerah.

Kualitas rimpang-rimpangan tersebut juga cukup bagus, terlihat dari ukuranya yang lumayan besar dengan bau khas tiap tanaman yang kuat. Tidak hanya itu, tanaman xerofit seperti lidah buaya juga tumbuh subur diperkebunan tersebut. Dari beliaulah kami mendapatkan tanaman rimpang berupa kunyit (Curcuma domestica Val), jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum), kencur (Kaempferia galanga L.) dan tanaman lidah buaya (Aloe vera L.). Kami juga mendapatkan donasi tanaman dari beberapa warga seperti tanaman sirih (Piper betle L.) dan Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) (Sewta, Mambo dan Wuisan, 2015; Carolia dan Noventi, 2016; Sadikim, Sandhika dan Saputro, 2018; Azis, 2019;

Silalahi, 2019).

Gambar 30. Pembagian Sabun Cuci Tangan Di Langgar atau Mushola Desa Telaga Bidadari

Diperjalanan menelusuri desa kami menemukan tanaman yang morfologis dan bau khas mirip seperti sirih yaitu cambia karuk (Piper sarmentosum), tanaman ini tampak tumbuh subur dilingkungan liar (Munawaroh dan Yuzammi, 2017). Setelah dikumpulkan semua TOGA yang ada, kemudian didiamkan selama satu hari agar tanaman bisa menyesuaikan dengan lingkungan barunya. Setelah itu melakukan Sosialisasi terkait pembuatan kompos untuk TOGA pada beberapa warga desa.

Gambar 31. Pencarian Tanaman Obat Keluarga

Beberapa warga diantaranya masih ada yang menggunakan pupuk kimia/anorganik untuk meningkatkan hasil panen kebun mereka. Minimnya informasi dan pengetahuan secara teoritis maupun praktek membuat warga lebih memilih menggunakan pupuk anorganik dikarenakan penggunaanya mudah dan tidak ribet untuk membuatnya. Namun penggunaan pupuk an-organik dapat mengikis unsur hara dan mineral dalam tanah yang diperlukan oleh tanaman, disisi lain bukan hanya membuat tanah menjadi kurang subur bahkan bisa gagal panen.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.2/pert/HK.060/2/2006 pupuk organik adalah pupuk yang sebahagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa dengan bentuk padat atau cair dan digunakan untuk mensuplai bahan organic,

memperbaiki sifat fisika, kimia serta biologi tanah (Rakhmawati dkk., 2013).

Sementara kompos merupakan proses peapukan bahan organik segar dengan bantuan mikroorganisme, kompos biasanya terdiri dari bahan kotoran hewan, limbah sayuran dan buah-buahan, daun-daunan serta limbah dari kayu. Pengomposan terdiri dari dua jenis yaitu pengomposan aerob dan anaerob. Pengomposan aerob tidak menimbulkan bau busuk karena terjadi pelepasan energi yang menimbulkan panas oleh mikroorganisme.

Sebaliknya pengomposan anaerob yang minim oksigen sehingga menimbulkan bau busuk dan energi dilepaskan cukup kecil sehingga penguapan gas cukup kecil dikeluarkan (Firmansyah, 2011).

Selanjutnya membuat tempat TOGA Kegiatan pembuatan wadah TOGA horizontal menggunakan pipa paralon. Penggunaan pipa paralon sebagai wadah digunakan karena lebih mudah dipindahkan kemana saja, saat proses panen atau pengambilan TOGA lebih mudah dan tidak ribet karena hasil tanaman yang dipanen lebih bersih, praktis serta mudah dalam upaya mengontrol pertumbuhan rumput dan gulma.

Gambar 33. Proses Pembuatan Tempat TOGA

Proses pembuatan tempat toga ini menggunakan pipa dan gergaji besi dan tanah dari pupuk kompos yang telah dibuat untuk menanam toganya adapun cara pembuatannya yang pertama pipa yang panjang dipotong menjadi 3 bagian sama panjang lalu buat 6 lubang tanam pada pipa paralon dengan jarak 4-5 cm menggunakan spidol, gergaji 6 lubang tersebut pada pipa dengan membentuk lengkungan, buat lubang pada tutup/dop untuk tempat jalan keluarnya air menggunakan bor dan pasang dop dibagian bawah paralon,

Gambar 34. Proses Pembuatan Tempat TOGA

Kemudian siapkan campuran dari pecahan arang dan bata merah untuk ditaruh setiap lubang dasar agar menahan air ketika keluar, siapkan media tanam (tanah dari pupuk kompos) dan taruh diatas media campuran, isi pipa paralon dengan media tanam sampai penuh, kemudian tanam beberapa TOGA didalam pipa yang telah dilobangi.

Gambar 35. Proses Penanaman TOGA

Lalu pada tanggal 4 Februari 2021 melakukan sosialisasi pembuatan dan pemanfaatan tanaman TOGA di depan kantor kepala desa Proses pembuatan tempat TOGA menggunakan pipa paralon juga dilakukan pelatihan didepan kantor Desa Telaga Bidadari dan dihadiri oleh 10 orang ibu-ibu dan bapak PKK, beberapa karyawa kantor desa serta ibu dan bapak kepala desa. Edukasi cara pemeliharaan dan pemanenan TOGA.

Gambar 36. Edukasi, Pelatian dan Proses Penanaman TOGA di Kantor Desa Telaga Bidadari

a. Pemeliharaan Tanaman Jenis Rimpang Dijelaskan Dengan Rincian:

Waktu penanaman terbaik untuk tanaman rimpang yaitu pada awal musim hujan dan panen pada awal musim kemarau. Cara merawat kunyi agar cepat panen, yaitu dengan melakukan penyiraman 2-3 hari sekali untuk menjaga kelembapannya, namun jangan terlalu banyak menggunakan air bahkan hindari sampai tergenang karena dapar menyebabkan rimpang rusak dan busuk.

Waktu terbaik untuk menyiram yaitu sore hari. Untuk pemeliharaan, berikan pupuk organic seperti yang telah dibuat sebulan sekali.

Tanaman rimpang harus terhindar dari tanaman pengganggu, oleh sebab itu cabut naman liar dan kontrol tiap minggu. Tanaman rimpangan dapat dipanen jika telah berusia 8-18 bulan dengan ada perubahan ciri-ciri bagian tertentu seperti daunnya dari awal yang berwarna hijau menjadi kuning dan layu.

b. Pemeliharaan Tanaman Xerofit Cara Pemeliharaanya Berupa:

Letakan lidah buaya pada tempat yang banyak terpapar sinar matahari. Siram lidah buaya dengan banyak air namun tidak juga berlebihan sampai tergenang, karena dapat mengakibatkan tanaman segera membusuk dan mati. Jika baru memindahkan lidah buaya ke tempat yang baru, tunggu 2-3 hari baru disiram. Lakukan pemupukan organik 1 bulan sekali. Jika timbul anakan, pisahkan dan tanam ke tempat lain agar anakan lidah buaya mendapatkan nutrisi yang cukup.

c. Pemeliharaan Tanaman Melayap Seperti Sirih:

Tanaman sirih yang sudah muncul akar kemudian ditanam di tempat yang tidak terkena banyak sinar matahari dan redup.

Disarankan menyiram tanaman sirih secara teratur 1 kali sehari. Tapi jika media tanah masih basah maka tidak perlu disiram lagi agar menghindari kerusakan serta busuknya tanaman. Memupuk tanaman sirih bisa 2 atau 3 bulan sekali. Daun sirih dapat dipanen jika tanaman berumur lebih dari 6 bulan. Pilih daun yang cukup tua, bersih serta mengkilap yang menandakan kandungan zat aktif dari tanaman tersebut sudah tinggi.

Dokumen terkait