• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

E. Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun C.cujete

Setelah melakukan orientasi terhadap konsentrasi karagenin, maka dilakukan pengujian efek antiinflamasi ekstrak etanol daun C.cujete terhadap edema kulit punggung mencit. Ekstrak kental daun C.cujete yang diperoleh dari hasil ekstraksi dibuat dalam bentuk krim. Efek antiinflamasi ekstrak etanol daun C.cujete dapat diamati dari penurunan ketebalan lipat kulit punggung mencit

setelah pemberian krim ekstrak etanol daun C.cujete secara topikal dengan menggunakan tiga konsentrasi berturut-turut, yaitu konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75%. Ekstrak daun C.cujete dibuat dalam bentuk krim agar dapat mempermudah penentuan konsentrasi karena adanya perbedaan tingkat konsentrasi serta pembuatan krim bertujuan agar lebih mudah ketika mengaplikasikannya pada kulit punggung mencit. Tujuan pembuatan tiga konsentrasi yang berbeda adalah untuk melihat pada konsentrasi berapa ekstrak etanol daun C.cujete menunjukkan adanya efek antiinflamasi topikal yang paling signifikan dalam penurunan tebal lipat kulit punggung mencit serta mengetahui bagaimana perbandingan dari berbagai tingkat konsentrasi ekstrak etanol daun C.cujete bila dibandingkan terhadap kontrol dalam penelitian ini. Apabila terdapat efek antiinflamasi dari senyawa uji, maka akan terjadi penurunan tebal lipat kulit yang signifikan hingga jam ke-6 dimana penurunan yang terjadi diharapkan mendekati tebal lipat kulit normal.

Pada penelitian ini, mencit dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok I adalah kelompok kontrol negatif karagenin 3% sebagai zat penginduksi edema. Kelompok II adalah kelompok Biocream® sebagai basis dalam pembuatan krim ekstrak etanol daun C.cujete. Kelompok III adalah kelompok kontrol positif Hidrokortison Asetat. Kelompok IV, V, dan VI merupakan kelompok perlakuan ekstrak etanol daun C.cujete dengan masing-masing konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75%. Masing-masing konsentrasi ekstrak etanol daun C.cujete dengan dosis masing-masing 0,0835; 0,125; dan 0,1875 g dalam 5 g basis Biocream® kemudian dioleskan pada bagian kulit punggung mencit yang sebelumnya telah

diinjeksikan karagenin 3%. Setelah dioleskan ekstrak etanol daun C.cujete dengan berbagai tingkat konsentrasi, maka dibandingkan dengan kelompok kontrol pada kelompok I, II, dan III. Pengukuran ketebalan lipat kulit punggung mencit dilakukan setiap 1 jam selama 6 jam, dimana pengukuran dimulai dari jam ke-0 yaitu pengukuran kulit normal dari kulit punggung mencit sebelum diinjeksikan karagenin. Hasil data yang ditampilkan berupa grafik rata-rata selisih tebal lipat kulit punggung mencit terinduksi karagenin 3% dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Kurva rata-rata selisih tebal lipat kulit punggung mencit dari waktu pengukuran 1 jam hingga 6 jam

Keterangan:

KN : Kontrol Negatif (karagenin 3%)

KP : Kontrol Positif (hidrokortison asetat 2,5%) KB : Kontrol Biocream®

EEDCC1 : Ekstrak Etanol Daun C.cujete 1,67% EEDCC2 : Ekstrak Etanol Daun C.cujete 2,5% EEDCC3 : Ekstrak Etanol Daun C.cujete 3,75%

Pada tiap kelompok kontrol dan perlakuan, diinjeksikan karagenin 3% secara subkutan setelah pengukuran tebal lipatan kulit normal kemudian dibiarkan

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 0 1 2 3 4 5 6 ra ta -r a ta s e li si h t e b a l li p a t ku li t (m m )

waktu pengamatan (jam)

KN KB KP EEDCC1 EEDCC2 EEDAM3

selama 1 jam kemudian dilakukan pengukuran kembali 1 jam setelah pemberian karagenin untuk memberi waktu agar karagenin dapat meresap dengan maksimal pada bagian punggung mencit sehingga cairan pembentukan edema dapat terakumulasi dengan optimal.

Gambar 6 memperlihatkan bahwa pada semua kelompok perlakuan terjadi penebalan lipat kulit pada jam ke-1 setelah injeksi karagenin 3% secara subkutan. Menurut Suralkar (2008) mekanisme pembentukan edema oleh karagenin terbagi atas dua tahap. Tahap pertama yaitu disebabkan oleh pelepasan histamin dan serotonin yang dimulai segera setelah diinduksi dan berkurang setelah dua jam. Tahap kedua adalah karena pelepasan bradikinin dan prostaglandin yang dimulai pada akhir tahap pertama dan bertahan pada jam ketiga sampai jam kelima. Menurut Vinegar, dkk., (1976) dalam pembentukan edema yang berperan adalah intermediet prostaglandin yang terbentuk melalui biosintesa prostaglandin yang bereaksi dengan jaringan di sekitarnya dan menyebabkan perubahan-perubahan pada pembuluh darah yang merupakan awal mula terjadinya edema. Pada kurva terlihat bahwa pada kelompok kontrol negatif terjadi peningkatan edema yang besar, dimana terjadi peningkatan tebal lipat kulit sebesar tiga kali lipat dari tebal lipat kulit normal. Hal yang sama ditunjukkan pada kelompok Biocream® yang menunjukkan peningkatan edema terbesar, dimana terjadi peningkatan tebal lipat kulit sebesar empat kalinya dari tebal lipat kulit normal. Pada kelompok kontrol positif yang mengandung Hidrokortison Asetat 2,5% dan tiga seri konsentrasi ekstrak C.cujete menunjukkan kebalikan

bila dibandingkan kelompok Biocream® dan kelompok kontrol negatif, dimana terlihat adanya penurunan tebal lipat kulit pada punggung mencit.

Setelah 6 jam pengukuran, tebal lipatan kulit punggung mencit pada kelompok Biocream® belum kembali ke tebal lipat kulit normalnya. Kontrol Biocream® sebagai basis krim ekstrak etanol daun C.cujete dilakukan untuk mengetahui apakah Biocream® memiliki pengaruh terhadap efek antiinflamasi atau tidak. Hal tersebut terlihat dari garis kurva kontrol Biocream® yang menunjukkan adanya peningkatan tebal lipat kulit yang hampir mirip dengan garis kurva untuk kontrol negatif. Pada penelitian ini, hidrokortison asetat 2,5% dipilih sebagai kontrol positif karena hidrokortison asetat yang merupakan golongan kortikosteroid memiliki mekanisme yang sama sebagai antiinflamasi bila dibandingkan dengan flavonoid, yaitu senyawa aktif yang diduga bertanggung jawab sebagai antiinflamasi dari ekstrak etanol daun C.cujete. Menurut Neal (2005) kortikosteroid menghambat pembentukan mediator proinflamasi, seperti prostaglandin, leukotrien, dan platelet activating faktor (PAF). Golongan obat ini menghambat fosfolipase A2, enzim yang bertanggung jawab atas pembebasan asam arakhidonat dari fosfolipid sehingga dapat mengurangi peradangan yang terjadi. Sedangkan, menurut Parvin (2015) flavonoid bertindak sebagai antiinflamasi dengan menghambat enzim fosfolipase A2 sehingga bisa menghambat pelepasan mediator inflamasi. Oleh karena itu, hingga jam ke-6 dapat dilihat bahwa kelompok kontrol positif menunjukkan penurunan selisih tebal lipat kulit yang mendekati kulit normal. Kelompok perlakuan ekstrak etanol daun C.cujete konsentrasi 1,67% menunjukkan selisih tebal lipat kulit yang paling

kecil dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Pada kelompok konsentrasi 2,5% cenderung lebih besar dari konsentrasi 1,67% dan 3,75% walaupun tidak jauh berbeda dengan kontrol positif, akan tetapi kelompok konsentrasi 3,75% memiliki selisih tebal lipat kulit yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kontrol positif.

Dokumen terkait