• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Teknik Ikonik Dapat Meningkatkan Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

3. Efektifitas Teknik Ikonik Dapat Meningkatkan Hasil Belajar

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “Efektifitas” berasal dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh, selanjutnya

62

berkembang menjadi “efektif” yang berarti pengaruh, ada pengaruhnya, akibatnya, manjur atau mujarab.63

Menurut etimologi “efektivitas” merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu “effective”. Kata serapan ini menjadi “efektif” lalu berubah menjadi “efektivitas”. Sedangkan menurut terminology “efektivitas” berarti dapat membawa hasil.

Pengertian efektivitas yang terdapat dalam Ensiklopedia Indonesia berarti “menunjukkan tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal, efektivitas dapat dinyatakan dengan aturan yang agak pasti. Misalnya, suatu usaha X mencapai 60% efektif dalam mencapai suatu tujuan.”64 Dalam penelitian ini, teknik ikonik dikatakan efektif jika hasil yang diperoleh siswa setelah diajarkan dengan teknik ini mencapai 60% dari kompetensi dasar (KD) yang direncanakan.

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, efektifitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Hasil yang makin mendekati sasaran berarti makin tinggi efektifitasnya.65 Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi jika tujuan atau sasaran itu tidak selesai dalam waktu yang telah ditentukan, maka pekerjaan itu tidak efektif.

Sedangkan menurut Purwadarminta (1994:32) “di dalam pengajaran efektivitas berkenaan dengan pencapaian tujuan, dengan demikian analisis tujuan merupakan kegiatan pertama dalam perencanaan pengajaran.”66

63

Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke tiga (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), h. 284

64

Hasan Sadily, ed., Ensiklopedi Indonesia, vol. II, (Jakarta : Ichtisar Baru – Van Hoeve, 1980), h. 883

65

Efektifitas, “dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, ( Jakarta : PT. Delta Pamungkas, 2004), cet. Ke-4, h. 12

66

Agung Wicaksono, Efektifitas Pembelajaran, artikel diakses pada Januari 2010 dari

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum efektivitas berarti ketercapaian suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

Dalam bidang pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu segi efektivitas mengajar guru dan segi belajar murid. Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar murid terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah tercapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh.67

Ketercapaian atau tingkat keberhasilan tujuan-tujuan pembelajaran itu yaitu ; Istimewa/maksimal, Baik sekali/optimal, Baik/minimal dan Kurang68. Kriterianya adalah sebagai berikut :

1. Istimewa/maksimal : Apabila seluruh (100%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

2. Baik sekali/optimal: Apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

3. Baik/minimal : Apabila hanya (60%-75%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

4. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan itu kurang dari 60% dapat dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektifitas pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan ketercapaian tujuan pembelajaran ini maka suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang baik bila dapat mencapai minimal 60% dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

67

Madyo Eko Susilo dan R.B. Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Effhar Offset, 1990), Cet. Ke-1, h. 63

68

Pada dasarnya secara individual manusia itu berbeda-beda. Demikian pula dalam memahami konsep-konsep matematika yang abstrak. Pada usia sekolah dasar, anak belajar melalui dunia nyata ke dunia abstrak. Hal ini senada dengan pendapat Piaget seperti yang dikutip oleh Syah, bahwa :”Anak-anak dalam rentang usia 7 sampai dengan 11 tahun baru mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkrit.” Oleh sebab itu, setiap konsep abstrak dalam matematika yang baru dipahami anak perlu segera diberikan penguatan supaya mengendap, melekat, dan tahan lama tertanam.

Salah satu caranya adalah dengan menggunakan teknik pembelajaran yang sesuai dengan rentang usia siswa sekolah dasar. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah teknik ikonik. Teknik ikonik merupakan teknik pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.

Pengajaran yang dilakukan oleh guru pada hakikatnya mempelajari lambang-lambang verbal dan visual agar diperoleh makna yang terkandung di dalamnya. Lambang-lambang tersebut disimak dan dicerna oleh siswa sebagai pesan yang disampaikan guru. Oleh karena itupengajaran dikatakan efektif apabila siswa dapat memeahami makna pesan yang disampaikan oleh guru.

Gambar adalah salah satu pesan visual yang paling sederhana dan banyak diminati siswa pada jenjang pendidikan dasar. Daya tarik gambar sebagai media pengajaranpun sesuai dengan tahap perkembangan anak dimana siswa sekolah dasar berada. Bagaimana siswa belajar melalui gambar menurut Sudjana adalah sebagai berikut :69

a. Ilustrasi gambar dapat menarik minat belajar siswa secara efektif.

b. Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat ditafsirkan berdasarkan pengalaman di masa lalu melalui penafsiran kata-kata.

69

c. Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi teks yang menyertainya. d. Pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau satu halaman

penuh bergambar, disertai beberapa petunjuk yang jelas.

e. Isi ilustrasi gambar harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar minat para siswa menjadi efektif.

f. Isi ilustrasi gambar hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan gerakan mata pengamat, dan bagian-bagian yang paling penting dari ilustrasi itu harus dipusatkan dibagian sebelah kiri atas medan gambar.

Adapun beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan agar menghasilkan gambar yang komunikatif dalam pembelajaran menurut Rahadi diantaranya:70

a. Visible, berarti mudah dilihat oleh seluruh sasaran didik yang akan memanfaatkan media yang kita buat.

b. Interesting, artinya menarik, tidak monoton dan tidak membosankan. c. Simple, artinya sederhana, singkat, tidak berlebihan.

d. Useful, maksudnya adalah gambar yang ditampilkan harus dipilih yang benarbenar bermanfaat bagi sasaran didik. Jangan menayangkan tulisan terlalu banyak yang sebenarnya kurang penting.

e. Accurate, isinya harus benar dan tepat sasaran.

f. Legitimate, maksudnya adalah bahwa visual yang ditampilkan harus sesuatu yang sah dan masuk akal. Gambar yang tidak lazim atau tidak logis akan dianggap janggal oleh anak.

g. Structured, maksudnya gambar harus terstruktur atau tersusun dengan baik, sistematis, dan runtut sehingga mudah dipahami pesannya.

70

h. Gunakan grafik untuk menggambarkan ikhtisar keseluruhan materi sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan oleh siswa mengorganisasikan materi.

i. Warna harus digunakan secara realistik.

Penggunaan teknik ikonik dalam proses belajar mengajar dapat digukan untuk merangsang daya ingat siswa terhadap materi pelajaran yang telah dikuasai. Hal ini mudah dipahami karena dengan menggunakan teknik ikonik siswa dapat dengan mudah mengingatkembali akan pelajaran yang pernah dikuasai, sehingga penguasaan terhadap materi pelajaran selanjutnya akan lebih mudah. Dengan demikian teknik ikonik yang menggunakan media gambar merupakan salah satu teknik pembelajaran yang efektif karena mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu melalui pengungkapan kata-kata dan gambar. Sebagai contoh, dalam mempelajari penjumlahan dua bilangan cacah, misalnya 3 + 2, dapat diberikan gambar 3 ekor ayam dengan 2 ekor ayam yang digabungkan, kemudian dihitung banyaknya semua kelerang. Selanjutnya siswa melakukan penjumlahan kedua bilangan itu dengan menggunakan lambang-lambang bilangan. Seperti :

+ =

3 + 2 = 5

Contoh lain guru akan mengajarkan pengurangan dua bilangan cacah, misalnya 9 – 2, dapat diberikan soal cerita yang dilengkapi dengan gambar. Kemudian siswa melakukan pengurangan kedua bilangan itu dengan menggunakan lambang-lambang bilangan. Seperti : dikandang ada 9 butir telur, setelah dierami menetas 2 butir. Berapa telur yang belum menetas ?

- =

9 - 2 = 7

Dokumen terkait