• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Ikonik Sebagai Media Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Teknik Ikonik Sebagai Media Pembelajaran

Teknik ikonik artinya bahan ajar disajikan dalam bentuk gambar yang merangsang siswa melakukan kegiatan penalaran seperti menguraikan, melihat hubungan, melihat perbedaan, menggolongkan. Pembelajaran dengan teknik ikonik dalam penelitian ini adalah bentuk pengajaran dengan menampilkan gambar-gambar.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif siswa yang meliputi aspek ingatan, pemahaman, dan aplikasi.

4. Materi Pelajaran

Materi pelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah operasi hitung bilangan pada kelas II sekolah dasar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan teknik ikonik dengan siswa yang diajarkan dengan cara konvensional?

2. Apakah penggunaan teknik ikonik lebih efektif dibandingkan dengan cara konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan teknik ikonik dengan siswa yang diajarkan dengan cara konvensional.

2. Mengetahui efektivitas penggunaan teknik ikonik terhadap hasil belajar matematika siswa.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : 1. Guru

a. Memberikan masukan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika

b. Memberikan informasi tentang penggunaan media pembelajaran yang tepat di dalam proses belajar mengajar sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar secara optimal

2. Siswa

a. Memberikan motivasi untuk senantiasa meningkatkan hasil belajar matematika

b. Membantu siswa mengembangkan daya berpikir yang kreatif dalam belajar matematika

3. Peneliti, untuk menjawab keingintahuan penulis mengenai pembelajaran dengan teknik ikonik beserta kelebihannya di dalam pembelajaran matematika pada siswa sekolah dasar.

4. Sekolah, sebagai masukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas dan hasil belajar matematika.

BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Hasil Belajar Matematika

Kata matematika berasal dari kata mathematics (Inggris) atau

mathematica yang diambil dari kata mathematike (Yunani) yang berarti mempelajari. Perkataan ini mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berhubungan erat dengan kata lain yang serupa, yaitu mathenein yang mengandung arti belajar (berpikir).

Menurut Ruseffendi “Matematika itu timbul karena fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.”11 Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empitis, karena matematika sebagai aktivitas manusia kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif, sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika. Agar konsep-konsep itu dapat dipahami dan dimanipulasi dengan mudah, maka digunakan notasi dan istilah-istilah yang telah disepakati secara universal yang kemudian dikenal sebagai bahasa matematika.12 Ada beberapa definisi matematika menurut para ahli, antara lain :

Russeffendi (1988 : 23) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu deduktif. Hal ini dikarenakan Matematika terorganisasi dari unsur-unsur yang

11

E. T. Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG,

(Bandung : Tarsito, 1980), Cet. Ke-1, h. 148 12

Erman Suherman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung : UPI), h. 16

tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum.

James dan James mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya yang tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aljabar, geometris, analisis, dan aritmatika yang mencakup teori bilangan dan statistika..

Johnson dan Rising dalam Russeffendi (1972) menyatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan yang logis, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, pengetahuan struktur yang terorganisai, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.

Menurut Reys – dkk bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

Kline (1973) berpendapat bahwa matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, yang berfungsi untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Selain itu Kline juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang ciri utamanya penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.13

Johnson dan Myklebust menyatakan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

13

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-2, h. 252

kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.14

Lerner juga mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga sebagai bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.15

Menurut Paling, matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; cara menggunakan informasi , pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, pengetahuan tentang berhitung, dan yang terpenting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.16

Selain itu pula matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, ilmu terstruktur, ilmu tentang pola dan hubungan. Dikatakan sebagai ilmu deduktif karena metode pencarian kebenaran (generalisasi) yang dipakai adalah metode deduktif.. Dikatakan sebagai ilmu terstruktur karena dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan ke aksioma / postulat dan akhirnya pada teorema. Matematika juga dikenal sebagai ilmu tentang pola dan hubungan karena sering dicari keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-konsep tertentu atau model yang merupakan representasinya untuk membuat generalisasi dengan konsep yang saling berhubungan.17 Matematika disebut juga sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah sumber dari ilmu lain.18

Dari beberapa pengertian matematika di atas, dapat dikatakan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang diperoleh dengan bernalar yang

14

Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak….

15

Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak….

16

Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak….

17

Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung : UPI PRESS, 2006), Cet. Ke-1, h. 5-8

18

berfungsi untuk memudahkan berpikir. Selain itu matematika dapat diartikan sebagai:

a. Sesuatu yang abstrak. b. Sesuatu pola untuk berpikir.

c. Suatu bahasa yang menggunakan istilah-istilah.

d. Suatu alat untuk membantu manusia memahami permasalahan yang ada. Walaupun tidak terdapat satu pengertian yang tunggal tentang matematika dan disepakati oleh semua tokoh atau para pakar matematika, namun dapat terlihat adanya ciri-ciri atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum.

Beberapa karakteristik itu adalah : 1) Obyek pembicaraan yang abstrak

Dalam memperkenalkan konsep matematika yang abstrak kepada siswa, harus melalui benda konkrit. Namun demikian, siswa harus tetap didorong untuk melakukan proses abstraksi.

2) Pembahasannya menggunakan tata nalar

Informasi awal berupa pengertian dibuat seminimal mungkin. Pengertian atau pernyataan lain harus dijelaskan atau dibuktikan kebenarannya dengan tata nalar yang logis.

3) Definisi atau pernyataan dalam matematika diberikan berjenjang dan sangat konsisten.

Konsep sangat jelas dan berjenjang sehingga terjaga

kekonsistenannya, dikarenakan konsep yang satu dijelaskan oleh kansep yang lainnya.

4) Melibatkan perhitungan atau pengerjaan (operasi).

Belajar matematika tidak cukup hanya memahami, tetapi juga harus berlatih hingga terampil melakukan prosedur pengerjaan suatu persoalan.

Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornelius mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika, karena matematika merupakan”(1). Sarana berpikir yang jelas dan logis (2). Sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari (3). Saran mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman (4). Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”19

Matematika mempunyai banyak kegunaan yang berhubungan dengan ilmu lainnya. Diantaranya matematika sebagai pelayan ilmu lainnya. Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika. Contohnya penemuan dan pengembangan Teori Mendel dalam Biologi melalui konsep Probabilitas, Einstein membuat rumus yang dapat digunakan untuk menaksir jumlah energi yang dapat diperoleh dari ledakan bom, dalam ilmu pendidikan dan psikologi digunakan statistic dan persamaan matematis untuk menyajikan teori atau model dari penelitian, dalam seni grafis, konsep transformasi geometric digunakan untuk melukis mosaic, dalam seni musik, barisan bilangan digunakan untuk merancanga alat musik, teori ekonomi mengenai Permintaan dan Penawaran dikembangkan melalui konsep Fungsi Kalkulus tentang Diferensial dan Integral.20

Kegunaan lain dari matematika adalah untuk memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya memecahkan persoalan dunia nyata, manusia harus memerlukan perhitungan matematika yang berkaitan dengan bilangan dan operasinya. dalam mengadakan transaksi jual beli, menghitung luas daerah, menghitung jarak yang ditempuh dari suatu tempat ke tempat yang lain, menghitung laju cepat kendaraan, membentuk pola pikir menjadi pola

19

Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, h. 253 20

pikir matematis, orang yang mempelajarinya menjadi lebih kritis, istematis, dan logis.21

Berdasarkan uraian di atas, matematika dipandang perlu diajarkan di sekolah. Seperti yang dikemukakan oleh Suherman, dkk yang menyatakan bahwa “Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang dengan

amat pesat, baik materi maupun kegunaannya, sehingga dalam

perkembangannya atau pembelajarannya di sekolah kita harus memperhatikan perkembangan-perkembangannya, baik di masa lalu, masa sekarang maupun kemungkinan-kemungkinan untuk masa depan.”22

Matematika yang diajarkan di sekolah inilah yang disebut matematika sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD, dan SLTP) dan Pendidikan Menengah (SLTA dan SMK) .23 Menurut Soedjadi Matematika Sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK.24 Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian

matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan

kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta berpadu pada perkembangan IPTEK.

Matematika sekolah mempunyai fungsi sebagai alat, pola pikir dan ilmu atau pengetahuan.25 Sebagai alat, matematika berfungsi untuk memahami atau menyampaikan informasi; sebagai pola pikir, matematika berfungsi dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian; sedangkan sebagai ilmu atau pengetahuan, matematika berfungsi untuk menunjukkan betapa matematika selalu mencari kebenaran, dan bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima, bila

21

Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran……

22

Suherman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, h. 55 23

Suherman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, h. 56 24

R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstatasi keadaan kini menuju harapan masa depan, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2000), 37

25

ditemukan kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang mengikuti pola pikir yang sah.

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah tertuang dalam GBHN dan diungkapkan dalam GBPP matematika yang meliputi:26

1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.

2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Matematika merupakan ilmu yang abstrak dan deduktif, sedangkan yang kita ketahui bahwa siswa sekolah dasar yang berada pada rentang usia 7 sampai 12 tahun masih berada pada tahap operasional konkrit yang belum dapat berpikir formal. Oleh sebab itu seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui karakteristik-karakteristik atau cirri-ciri pembelajaran matrematika di sekolah dasar. Berikut merupakan ciri-ciri pembelajaran matematika di sekolah dasar:27

1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral, yaitu metode yang menjadikan topik sebelumnya dalam pelajaran matematika sebagai prasyarat untuk dapat memahami dan mempelajari topik yang akan dipelajari. Dengan kata lain topik yang akan dipelajari dikaitkan atau dihubungkan dengan topik sebelumnya.

2) Pembelajaran matematika bertahap. Maksudnya materi pelajaran diajarkan secara bertahap dari konsep-konsep yang mudah atau sederhana menuju konsep yang lebih sulit., dari yang konkrit , ke semi konkrit, dan akhirnya ke konsep yang abstrak.

26

Suherman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika…., h. 58 27

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif. Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun pada pembelajaran matematika di sekolah dasar digunakan pendekatan induktif. Hal ini disesuaikan dengan tahap perkembangan mental siswa sekolah dasar.

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi. Artinya Kebenaran yang satu tidak bertentangan dengan kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan kepada pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya.

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna. Pembelajaran bermakana merupakan pembelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan. Pada pembelajaran matematika sekolah dasar, aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil ditemukan oleh siswa melalui contoh-contoh secara induktif, kemudian pada jenjang berikutnya dibuktikan secara deduktif.

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa matematika salah satu akar kata matematika yaitu mathenein mengandung arti belajar. Belajar adalah sebuah proses yang dialami oleh setiap manusia sejak lahir sampai akhir hidupnya. Dengan belajar manusia mengalami perubahan-perubahan dalam hidupnya. Dalam pengertian belajar ini banyak para ahli berpendapat, diantaranya : Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Slameto dalam bukunya menyatakan bahwa: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”28 Senada dengan hal ini, Hamalik menyatakan bahwa: “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap berkat latihan dan pengalaman.”29

28

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempegaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke- 4, h. 2

29

Seseorang dikatakan belajar jika ia telah melakukan serangkaian untuk mencapai perubahan tingkah laku. Perubahan ini dapat mengarah kepada perubahan ke arah yang baik ataupun ke arah yang kurang baik. Walau demikian, seseorang diharapkan memiliki tingkah laku yang baik atau positif.

Muhibbin Syah mengutip pendapat Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua rumusan, yaitu:30

a). Rumusan pertama berbunyi : belajar adalah perolehan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.

b). Rumusan kedua berbunyi : belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat latihan khusus.

Senada dengan rumusan pertama Chaplin, Wittig dalam bukunya

Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai : any relatively permanent change in on organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam / keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.31

Dalam pandangan psikologi secara umum mendefinisikan belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dan interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan itu, Reber membatasi membatasi belajar dengan dua definisi. Definisi pertama menyatakan bahwa belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Definisi kedua menyatakan bahwa belajar adalah A relative permanent change in respons potensiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.32

30

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. Ke-14, h. 90

31

Syah, Psikologi Pendidikan dengan…, h. 90 32

Menurut psikologi Gestalt, belajar dapat diterangkan sebagai: (1) Dalam belajar faktor pemahaman atau pengertian (insight) merupakan faktor yang penting. Dengan belajar dapat memahami atau mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. (2) Dalam belajar pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif-mekanistis belaka, tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif, dan bertujuan.33

Sedangkan jika dilihat dari sudut ilmu mendidik, belajar berarti perbaikan dalam tingkah laku dan kecakapan-kecakapan, atau memperoleh kecakapan-kecakapan dan tingkah laku yang baru, dengan kata lain bahwa perbaikan yang utama adalah perbaikan tingkah laku dan kecakapan-kecakapan.34 Oleh karena itu dapat diasumsikan seseorang dikatakan belajar bila dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku dan keterampilan.

Jika kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar, maka perubahan tingkah laku yang diharapkan merupakan hasil belajar. Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diperlihatkan setelah siswa menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-mengajar). Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.35 Menurut Sudjana “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”36

33

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Remaja Rosdakarya, 2007), h. 101 34

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, h. 89 35

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke- 14, h. 2-3

36

Hasil belajar berupa keterampilan, pengetahuan, kemampuan, dan bakat individu yang diperoleh di sekolah biasanya dicerminkan dalam bentuk nilai-nilai tertentu. Dalam kegiatan belajar di sekolah, hasil belajar diukur melalui tes yang disebut tes hasil belajar. Tes hasil belajar ini merupakan salah satu instrumen untuk mengukur seberapa jauh sebuah materi dapat dikuasai oleh siswa. Hasil belajar tidak hanya dimaksudkan untuk memperlihatkan kemampuan-kemampuan, tetapi juga memberikan umpan balik, baik bagi siswa maupun bagi guru.

Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar adalah suatu perubahan pada diri individu setelah mengalami pembelajaran. Jadi hasil belajar merupakan akhir dari proses belajar itu sendiri.

Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yaitu

(a).keterampilan dan kebiasaan, (b). pengetahuan dan pengertian, (c). sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yaitu : (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris.37 Sedangkan menurut Romiszowski, mengelompokkan hasil belajar ke dalam dua macam, yaitu pengetahuan dan keterampilan.38

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom, yang membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.39

Ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Ranah afektif yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

37

Sudjana, Penilaian Hasil…

38

Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak…., h. 38 39

Ranah psikomotoris yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekpresif dan interpretatif.

Perbedaan kemampuan seseorang sebagai hasil belajar dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri siswa, fackor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa, dan faktor pendekatan belajar atau approach to learning.40

Faktor Internal atau faktor yang berasal dari dalam diri siswa, diantaranya meliputi (a) Kesehatan jasmani, Kondisi fisik yang baik akan sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya kegiatan belajar mngajar. Apabila sesorang memiliki kondisi fisik yang baik maka ia akan berkonsentrasi dalam belajar. Namun sebaliknya seseorang yang sedang dalam kondisi sakit maka akan sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar. (b) Inteligensi, pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yag tepat. Tingkat kecerdasan (IQ) sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa semakin besar peluangnya meraih sukses, sebaliknya semakin rendah kemampuan inteligensi semakin kecil peluangnya meraih sukses. (c). Bakat, seorang siswa yang berbakat dalam bidang tertentu akan lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang yang dipelajarinya. (d). Motivasi, yaitu keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Ketiadaan motivasi akan menyebabkan kurang bersemangtnya siswa dalam melakukan proses belajar. (e). Minat, seseorang yang menaruh minat pada sesuatu akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya.41

40

Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 132 41

Slameto memasukkan kematangan dan kesiapan ke dalam faktor internal yang mempengaruhi perbedaan kemampuan seseorang sebagai hasil belajar. Kematangan adalah suatu tingkat / fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru, sedangkan Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi.42

Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), terdiri dari dua macam, yaitu (a) Lingkungan sosial seperti orang tua dan keluarga, guru dan teman-teman, masyarakat dan tetangga. (b) Lingkungan non sosial seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan

Dokumen terkait