• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

2. Efektivitas dalam Pembelajaran

Efektivitas merupakan keadaan yang membuat pembelajar mengalami berbagai pengalaman baru dan terjadinya perubahan menuju titik akumulasi kompetensi yang dikehendaki.14 Untuk menuju pembelajaran yang efektif perlu dimulai dengan menganalisis tujuan pelajaran supaya mengetahui langkah-langkah mengajar.15

Jika guru sebagai pengajar telah mengetahui tujuan utama mengenai apa yang hendak disampaikan dalam pembelajaran, dari situ kemudian ia dapat menentukan langkah seperti apa yang tepat untuk mencapai tujuannya. Jika pembelajaran yang dilakukan memberikan hasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka pembelajaran tersebut efektif.

Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dari peserta didik supaya belajar menjadi efektif:

a. Perlunya Bimbingan

Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kecakapan dan ketangkasan belajar peserta didik juga berbeda-beda tergantung individual. Tidak selalu belajar secara otodidak menjamin suksesnya seorang pembelajar. Sebab itu, diperlukan bimbingan dan pengawasan sewaktu pembelajaran itu berlangsung. Terlebih jika disetiap akhir pembelajaran dilakukan evaluasi, baik secara tertulis maupun lisan. Ini mengindikasikan perlunya bimbingan dalam sebuah proses pembelajaran untuk memaksimalkan usaha belajar itu sendiri. Dengan begitu kegiatan belajar yang dilakukan bisa berlangsung secara efektif.

14

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 120.

15

T.F. Gilbert dalam Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 60.

b. Kondisi dan Strategi Belajar

Belajar yang efektif dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan isntruksional yang ingin dicapai.16 Untuk mencapai pembelajaran yang efektif tentu dibutuhkan kondisi belajar yang mendukung, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal.

Kondisi internal terkait dengan keadaan si pembelajar. Keadaan fisiologis atau jasmani, keamanan, kasih sayang, pengakuan, dan motivasi merupakan bentuk dari kebutuhan yang bersumber dari diri si pembelajar untuk menunjang strategi belajarnya.

Sementara kondisi eksternal terkait dengan kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia.17 Seperti keadaan kelas yang rapih dan bersih, serta ketersediaan sarana dan prasarana belajar, semua itu harus juga dikondisikan supaya menjadi pendukung pembelajaran yang efektif. Kondisi internal maupun eksternal pada intinya dibangun untuk mendukung strategi belajar yang akan dilaksanakan.

c. Metode Belajar

Selain diperlukannya bimbingan, kondisi yang kondusif, diperlukan juga metode belajar yang tepat supaya bisa menjadi rutinitas yang baik dalam belajar. Sebab, kebiasaan belajar akan mempengaruhi belajar itu sendiri. Seperti kebiasaan membuat jadwal belajar, membuat catatan, mengulangi pelajaran, dan lain sebagainya akan mempengaruhi efektivitas pembelajaran peserta didik terutama dalam hal penerimaan pemahaman materi ajar.

Peserta didik yang memiliki kebiasaan mengulang pelajaran di rumah setelah diajarkan di sekolah tentu akan berbeda dengan peserta didik yang tidak membaca ulang materi pelajarannya di rumah, terlebih jika keesokan harinya guru mengadakan kuis dadakan. Dari situ dapat diketahui mana peserta didik yang sudah menemukan metode belajar yang tepat lalu menerapkannya dan mana peserta didik yang belum menemukan metode belajarnya bahkan tidak mencoba mencarinya.

16

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 74.

17Ibid

., h. 76.

Jadi, untuk mencapai pembelajaran yang efektif, persiapan peserta didik secara pribadi maupun persiapan kelas secara fisik juga mempengaruhi hasil pembelajaran.

Efektivitas menunjukkan ketercapaian sasaran/tujuan yang telah ditetapkan.18 Sebab itu, efektivitas juga dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Dalam upaya pengukuran ini teradapat dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu validitas dan evaluasi.19

a. Validitas, yaitu serangkaian tes atau penilaian, baik mengenai hal tertulis maupun perilaku untuk mengetahui secara pasti apakah suatu program pendidikan benar-benar telah mencapai tujuan yang telah ditargetkan. Artinya, jika didapati bahwa tes tertulis yang dilakukan hasilnya mencapai atau melebihi kriteria ketentuan minimum (KKM), serta hasil pengamatan menunjukkan hasil bahwa peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran maka pembelajaran dikatakan efektif.

b. Evaluasi yaitu penilaian yang dilakukan untuk menilai serangkaian kegiatan berupa perencanaan, pelaksanaan, dan setelah pelaksanaan. evaluasi yang baik adalah evaluasi yang hasilnya didapat dari kegiatan yang berlangsung sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Bila perencanaannya baik, pelaksanaan hanya tinggal mengikuti. Setelah itu, hasil dari evaluasi tidak akan jauh dari apa yang telah direncanakan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu keadaan atau kegiatan yang dapat memberikan pengaruh kepada pengguna atau pelakunya. Pengaruh itu berupa perbedaan pengalaman dari sebelum dan sesudah menggunakan. Hal atau kegiatan dikatakan efektif jika perbedaan itu membawa pengaruh ke arah yang lebih baik atau adanya kemajuan, meskipun efek itu sendiri berpotensi memberikan pengaruh positif maupun negatif.

Salah satu upaya untuk membuat pembelajaran menjadi efektif adalah digunakannya media audio visual sebagai media pembelajaran. Di antara empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan

18

Aan Komariyah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 7.

19

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h. 90.

menulis), menyimak merupakan kegiatan yang paling guru tidak bisa pastikan peserta didik fokus atau tidak dalam prosesnya. Maka, untuk membuat peserta didik fokus terhadap pembelajaran yang disimaknya, media audio visual digunakan untuk merangsang terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.

Brown juga menggarisbawahi bahwa media yang digunakan guru atau peserta didik dengan baik dapat mempengaruhi efektivitas program belajar mengajar.20 Sebab itu, pemilihan media yang tepat juga menjadi pertimbangan penting agar strategi yang direncanakan guru dapat benar-benar terlaksana dan kegiatan pembelajaran menjadi efektif.

Dalam upaya pembelajaran yang efektif, semua unsur sekolah harus dilibatkan. Kini bukan lagi mengenai upaya sekolah dan guru membuat peserta didik menjadi sekedar mengerti materi yang diajarkan di sekolah. Sekolah dan guru hendaknya melibatkan mereka secara penuh dalam proses dinamika tersebut, supaya peserta didik bisa turut bergairah dan tidak ada yang tertinggal. Sebab itu, proses tersebut hendaknya membuat guru bisa memperhatikan peserta didik secara individual, bukan perwakilan suatu kelompok.

Berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan guru supaya pengajaran dengan menggunakan media audio visual bisa menjadi kegiatan yang benar-benar efektif.

a. Meyusun Perencanaan Pembelajaran dengan Bijak

Guru efektif mengajar dengan terlebih dahulu membuat perencanaan pembelajaran, lalu mengkomunikasikan perencanaan tersebut dengan client-nya, yaitu peserta didik, kemudian menyelenggarakan proses pembelajaran dan mengelola kelas sehingga efektif, dan terakhir melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar.21 Hasilnya kemudian akan menjadi input untuk perencanaan berikutnya.

20

Brown dalam Asep Henry Hermawan, Badru Zaman, Cepi Riyana, Media Pembelajaran Sekolah Dasar,(Bandung: UPI Press, 2007), h.56.

21

Hunt dan More dalam Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 122.

Jadi, efekivitas dalam pembelajaran bukan hanya berbicara tentang sebuah kurikulum beserta Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) nya bisa dicapai/dipenuhi peserta didik, melainkan merancang sistem pembelajaran tersebut agar menjadi efektif. Karena itu, guru sebagai perencana pembelajaran harus benar-benar bisa menyusun dan melaksanakan pemebelajaran, minimal mengikuti RPP yang telah dibuat supaya bisa memberikan pengaruh yang diharapkan. Seperti, peserta didik diharapkan mendapat perubahan-perubahan baik dalam hal intelegensi, perilaku, kreativitas, maupun cara berpikir ke arah progresif.

Learning takes place most effectively in classrooms where knowledge is clearly and powerfully organized, students are highly active in the learning process, assessments are rich and varied, and students feel a sense of safety and connection.22 Artinya, menuju pembelajaran yang efektif, guru sebagai pusat pengajaran memang harus mempersiapkan strategi supaya materi yang disampaikan jelas. Namun, guru juga harus mempersiapkan metode belajar yang menarik, supaya peserta didik merasa nyaman dan bersemangat dengan cara penyampaiannya. Serta dapat mengakomodir dinamika yang terjadi di dalam kelas, sehingga hasil penilaian yang diperoleh bisa menjadi evaluasi pembelajaran yang tepat.

Dengan begitu, dalam upaya meningkatkan efektivitas proses pembelajaran, perencanaan pembelajaran merupakan sesuatu yang mutlak dipersiapkan oleh setiap guru. Walaupun belum tentu semua yang direncanakan akan bisa sepenuhnya terlaksana, karena bisa saja kondisi kelas yang sudah dipersiapkan justru menuntut strategi yang bersifat opsional.

Namun demikian, guru tetap diharapkan mampu menyusun perencanana yang lebih sempurna, sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga semua peserta didik bisa memahami bahan-bahan ajar yang ditawarkan. Semua peserta didik bisa memperoleh berbagai pengalaman baru dan menambah kompetensinya sesuai hasil belajar mereka.

Agar dapat membuat perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap guru harus

22

Cerol Ann Tomlinson, How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability Classrooms,

(USA: Assosiation fo r Supervision and Curriculum Development, 2001), h. 8.

mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik. Pendapat lain menyebutkan perencanaan tersebut antara lain, berupa kebutuhan-kebutuhan peserta didik, tujuan-tujuan yang akan dapat dicapai, berbagai strategi yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan kriteria evaluasi.23

Bersamaan dengan itu, peran guru dalam mengembangkan strategi amat penting karena aktivitas peserta didik belajar sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku guru dalam kelas. Jika mereka antusias, memperhatikan aktivitas dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik, maka peserta didik tersebut pun akan mengembangkan aktivitas belajarnya dengan baik, antusias, giat dan serius. Salah satu yang bisa mengembangkan antusias mereka adalah penggunaan media sebagai strategi belajar agar pembelajaran tidak monoton. Mengingat di zaman yang canggging akan teknologi ini masyarakat mulai akrab dengan penggunaan media. Diharapkan media menjadi salah satu pilihan guru dalam membuat pembelajaran menjadi lebih efektif.

b. Berkomunikasi Secara Efektif dengan Peserta didik

Guru adalah seorang komunikator, sebab dia akan menyampaikan rencna-rencana pembelajarannya pada peserta didik. Dalam konteks apa pun tugas guru membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik, termasuk mengkomunikasikan program-program kelasnya kepada komite sekolah, atau orang tua peserta didik.

Sebab itu, guru harus mengetahui teori-teori komunikasi efektif karena tidak akan menjadi terlalu bermanfaat ilmu yang dikuasai guru jika tidak mampu mengkomunikasikannya kepada peserta didik secara baik, yakni enak diikuti dan mudah dipahami. Jadi, salah satu kriteria pembelajaran akan menjadi efektif di antaranya adalah cara guru mengkomunikasikan pembelajaran juga harus bisa menyampaikannya secara efektif.

Dalam teori yang amat tradisional, Hunt mengemukakan bahwa unsur-unsur pokok dari komunikasi adalah pesan, sasaran komunikasi, sumber dan media.24 Dalam konteks komunikasi di kelas, pesan adalah bahan ajar yang akan disampaikan, intruksi-intruksi untuk pelaksanaan proses

23

Rosyada, op. cit., h. 123.

24

Hunt dalam Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 150-151.

pembelajaran, tugas-tugas dan rencana-rencana kegiatan lainnya. Sedangkan sasaran komunikasi adalah peserta didik. Sumber pesan adalah guru, sedangkan media komunikasi adalah bahasa atau simbol lain yang digunakan untuk penyampaian pesan.

Peserta didik juga harus dilatih untuk bisa memahami pesan-pesan verbal baik melalui kegiatan mendengar/menyimak maupun membaca. Peserta didik juga harus dilatih untuk mnyampaikan pesan atau tanggapan terhadap pesan guru dengan baik melalui bahasa lisan atau tulisan. Guru sebagai fasilitator kemudian harus bisa memfasilitasinya.

Hunt kemudian mengemukakan bebebrapa rekomendasi untuk mendukung terjadinya komunikasi yang efektif untuk turut mendukung berlangsungnya pembelajaran yang efektif di kelas, yaitu:25

Peserta didik harus dilatih keterampilan membaca dalam konteks memahami pesan-pesan tertulis yang terdapat dalam bacaan.

1) Peserta didik harus dilatih untuk mau dan mampu berbicara dengan baik. Mereka harus terus didorong untuk berbicara, dan senantiasa memiliki sesuatu yang sangat penting untuk disampaikan pada guru, sehingga dia terlatih untuk menyampaikan pendapat dan pandangannya dengan baik. 2) Guru harus menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk terbiasa

menyampaikan pandangan atau buah pemikirannya, baik dengan menggunakan bahasa tulis maupun lisan, sehingga mereka terlatih menyusun bahasa lisannya.

3) Guru juga harus mengkondisikan ruang kelas yang nyaman agar bisa mendukung proses pembelajaran yang efektif, seperti menghadirkan media pembelajaran ke depan kelas, sehingga peserta didik terus terdorong untuk melakukan komunikasi verbal, baik berdiskusi dengan temannya maupun berdiskusi dengan guru.

4) Guru juga harus dengan sabar mendengarkan peserta didik menyampaikan pendapatnya serta memberi mereka feed back untuk evaluasi ke depan.

25Ibid

., h. 152.

Dengan demikian, situasi kelas aktif dan kondusif yang dikondisikan oleh guru, bisa menjadi salah satu upaya untuk membuat pembelajaran menjadi efektif, karena peserta didik diajak untuk tidak hanya menerima tapi juga merespon dan menunjukkan efek perkembangan yang mereka dapatkan.

c. Mempergunakan Metode yang Beragam

Mengajar yang efektif salah satunya harus membuat peserta didik belajar aktif, baik secara mental maupun fisik. Artinya, peserta didik diajak untuk berpikir kritis serta diajak untuk mengungkapkan kemampuan intelektualnya, salah satunya dengan mempresentasikan hasil temuannya. Dengan begitu, pembelajaran bukan hanya dirasakan efeknya oleh otak melainkan juga oleh sistem motorik tubuh.

Untuk sampai pada belajar aktif, tentu dibutuhkan metode belajar yang bervariasi. Variasi metode mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian peserta didik, mudah diterima, dan kelas menjadi hidup.26 Jika metode yang digunakan selalu sama hal tersebut hanya akan membuat peserta didik menjadi bosan kerena merasa tidak adanya tantangan untuk menyelesaikan pelajaran dengan bersemnagat.

Variasi metode belajar dibutuhkan untuk membuat kelas menjadi dinamis. Metode yang beragam juga digunakan untuk membuat peserta didik selalu merasa termotivasi dan tertantang lewat sugesti-sugesti yang diberikan oleh guru. Selain itu, metode yang bervariasi juga diperlukan supaya guru bisa selalu mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan implikasinya di kehidupan nyata dalam masyarakat.

Guru pada hakikatnya adalah pembelajar senior yang harus mentransformasikan pengalaman belajarnya pada pembelajar junior lewat metode-metode belajar yang variatif. Dalam proses tersebut guru harus terus memberikan bimbingan dan arahan karena pembelajaran meski dengan bantuan teknologi secanggih apa pun tetap membutuhkan bimbingan intensif dari guru, sehingga pembelajaran bisa menjadi lebih efektif.

26

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 92.

d. Mampu Meguasai Kelas

Dalam konteks peningkatan efektivitas kelas, guru tidak cukup hanya dengan berpenampilan menarik, penuh optimisme, antusias, dan menguasai bahan ajar dengan baik. Namun, guru harus memiliki berbagai kemampuan penguasaan kelas dengan tidak menggunakan pendekatan pemaksaan atau berbagai bentuk kekerasan psikologis lainnya. Guru harus menggunakan pendekatan pedagogis yang mampu menciptakan suasana tenang, penuh keceriaan, dan penuh motivasi untuk belajar.

Selain itu, seorang guru juga harus memiliki keberanian untuk menghadapi peserta didiknya yang memiliki karakter berbeda-beda, serta menghadapi berbagai masalah yang muncul saat KBM berlangsung. Guru harus berani memunculkan kepercayaan diri sendiri sehingga guru dapat berwibawa di depan kelas maupun di luar sekolah.27 Hal tersebut dilakukan supaya cita-cita yang ditanamkan ke peserta didik benar-benar diterapkan dan resapi oleh peserta didik yang bersangkutan.

Salah satu langkah pengelolaan kelas yang baik adalah membuat persiapan yang cermat. Guru harus mengenali benar kemampuan dan karakteristik peserta didiknya. Mengidentifikasi anak yang kemampuan daya tangkapnya lebih lambat dan yang daya tangkapnya cepat, bahkan sangat cepat. Seringkali kekacauan kelas berawal dari kekurangsiapan guru mengatasi keragaman kemampuan peserta didik dalam memahami pelajaran dan guru kurang mempersiapkan antisipasinya. Seperti pemilihan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi ajar. Agar pembelajaran menjadi efektif maka guru harus mengkombinasikan cara penyampaian materi ajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didiknya.

Selain itu, terkait juga dengan media pembelajaran yang hendak digunakan untuk membantu performa pengajaran, media yang akan digunakan tersebut juga harus dipertimbangkan efektivitasnya di kelas, serta disesuaikan dengan metode yang akan digunakan, sehingga pengelolaan kelas

27Ibid

., h. 93.

menjadi benar-benar efektif. Guru tidak hanya sekedar memberikan materi ajar, menggunakan metode pembelajaran, dan menghadirkan media pembelajaran untuk mengisi kelas, tapi juga memaksimalkan performanya supaya peserta didik benar-benar mendapatkan efeknya terhadap pemahaman mereka.

e. Melakukan Evaluasi Secara Benar

Dalam rangka pengembangan kelas efekif, langkah yang tidak kalah penting dilakukan guru adalah mampu mengukur kompetensi yang telah dicapai peserta didik dari setiap tatap muka terhadap kegiatan proses pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga bisa menentukan perlakuan terhadap mereka.

Selanjutnya, langkah yang harus dilakukan adalah memilih jenis tes yang baik. Ciri-ciri tes yang baik harus memperhatikan alat evaluasi yang objektif, valid, reliabel, detil, dan praktis. Semua itu dilakukan juga dengan mempertimbangkan sejauh mana materi yang telah diajarkan dan dikuasai peserta didik, sehingga tes yang dilakukan untuk mengukur pemahaman peserta didik benar-benar bisa menjadi alat evaluasi yang tepat.

Selain itu, jika pengajaran melibatkan penggunaan media pembelajaran, maka evaluasi terhadap media pembelajaran pun perlu dilakukan. Evaluasi terhadap penggunaan media pembelajaran dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.28

Jadi, dalam pembelajaran bukan hanya peserta didiknya saja yang perlu dievaluasi, melainkan media yang disertakan ke dalam KBM juga perlu dievaluasi untuk mengetahui pembelajaran yang selama ini telah dilakukan sudah berjalan secara efektif atau belum. Jika belum, maka hasil evaluasi digunakan untuk mengetahui hal apa saja yang perlu diperbaiki. Namun jika sudah, maka hasil evaluasi digunakan sebagai tolak ukur efektivitas pembelajaran.

28

Asep Henry Hermawan, dkk., Media Pembelajaran Sekolah Dasar,(Bandung: UPI Press, 2007), h. 250.

Dokumen terkait