• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al-Hasra Tahun pelajaran 2013-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al-Hasra Tahun pelajaran 2013-2014"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO

VISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK

DRAMA

DI KELAS VIII SMP AL-HASRA

TAHUN PELAJARAN 2013-2014

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nama : Papat Fathiyah

NIM : 1110013000004

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Papat Fathiyah, 1110013000004. Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Menyimak Drama di Kelas VIII SMP Al-Hasra Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian yang berjudul efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al-Hasra ini dilaksanakan di SMP Al-Hasra yang beralamat di Jalan Raya Ciputat-Parung KM. 24 Bojongsari, Kota Depok. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al-Hasra, serta menjelsakan komponen-komponen yang mendukung efektivitas penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama.

Metode kualitatif deskriptif dipilih karena dianggap sebagai metode yang mampu mengupas suatu persoalan secara mendalam. Bukan hanya menjawab pertanyaan dengan angka-angka, melainkan menjelaskan secara rinci mengenai fenomena yang terjadi. Mulai dari identifikasi gejala sampai pada pemaparan solusinya.

Hasil observasi yang diperoleh menunjukkan bahwa media audio visual sangat efektif dalam pembelajaran menyimak drama. Uji materi yang dilakukan di akhir pembelajaran menunjukkan rata-rata nilai yang memuaskan. Wawancara yang dilakukan untuk melengkapi data pun memperoleh kesimpulan bahwa media audio visual menarik atensi belajar peserta didik serta membantu mereka memahami materi pelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al-Hasra sangat efektif, baik untuk menarik atensi peserta didik maupun membantu peserta didik memahami materi pembelajaran.

Kata kunci: Efektivitas, pembelajaran Bahasa Indonesia, dan media audio visual.

(6)

ABSTRACT

Papat Fathiyah, 1110013000004. The Effectiveness Of Using The Audio Visual Media In Learning To Listen The Drama At Eighth Grade Students Of SMP Al-Hasra In The 2013/2014 Academic Year. The Department of Indonesian Language and Literature Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Since, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

The study, entitled the effectiveness of using the audio-visual media in learning to listen the drama at the eighth grade students of SMP Al-Hasra was implemented in SMP Al-Hasra that located at Jalan Raya Ciputat-Parung KM.24 Bojongsari, Depok. The reaserch method that‟s used is descriptive qualitative. The purpose of this research was to describe the effectiveness of using the audio-visual media in learning to listen the drama at the aight grade students of SMP Al-Hasra and explain the components that support the effectiveness of using the audio-visual media in learning to listen the drama.

Descriptive method is chosen because it is considered as a method that is able to explore an issue in depth. It is not only answer the question with the numbers, but also explain in detail about the phenomena that occur. Start fro, the identification of the symptoms of exposure to the solution.

The observation result showed that the audio-visual media is very effective in learning to listen to teh drama. The test materials were carried out at the end of the study showed that the average values are statisfactory. Interviews were conducted to complete the data also came to the conclusion that the audio-visual ,edia attracted the attention of learners and help them to understand the subject matter.

Based on these result, it can be concluded that the use of audio-visual media in learning to listen the drama at eighth grade students of SMP Al-Hasra is very effective; both to attract the attention of learners and help them to understand the learning materials.

Key word: Effectiveness, Indonesian language learning, and audio-visual media.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tiada terkira penulis haturkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rezeki kepada penulis, baik berupa kesehatan maupun peluang kesempatan sehingga penulis bisa menyelesaikan studi yang dirangkum dalam tugas akhir berupa skripsi. Shalawat serta salam tak lupa pula tercurah kepada kekasih Ilahi Rabbi, Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, serta para sahabatnya, yang telah membawa ummat manusia dari zaman kebodohan kepada zaman metropolitan dengan Al-Qur‟an dan sunnahnya sebagai pegangan kehidupan.

Salah satu bukti eksistensi seorang manusia dalam kehidupannya adalah diciptakannya karya. Sebuah karya tulis ilmiah bernama skripsi ini akhirnya rampung ditulis dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Karya ini tentunya lahir bukan hanya berkat penulis seorang. Ada tangan-tangan yang selalu menolong dan mensuport. Ada doa dan restu yang tak henti terpanjat. Sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang membantu dalam hal administrasi. 2. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kritik, saran, dan wawasan pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan.

3. Nuryati Djihadah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini bab demi babnya.

4. Teristimewa, untuk kedua orangtuaku tercinta, Ummi Yoyoh Rukiyah dan Ayahanda Muchtasar AM. yang tiada henti memanjatkan doa untuk kesuksesan putrinya. Serta, abang tercinta yang juga tiada henti dalam

(8)

mensuport, Ahmad Rusydi Romdhoni, S.Pd. Demi dan untuk kalianlah skripsi dan gelarku ini.

5. Nenek tersayang, Mimik Suhaemi (alm) yang ingin sekali mendampingi cucunya mengenakan toga, namun sudah Allah SWT. panggil lebih dahulu setahun lalu. Serta keluarga besar di Jasingan, Bogor, yang selalu menyemangati dengan iringan doa.

6. Sahabat tercinta, Boncabeners dan keluarga kost Bu Ginem-Mamih Ainun yang selalu memberikan kekuatan dan hiburan. Kawan berdiskusi, bercengkrama, dan bergila ria menghilangkan penat selama 4 tahun merantau sebagai mahasiswa.

7. Saman Postar dan kawan-kawan di Pramuka UIN Jakarta yang menjadi wadah mengeksplor bakat dan minat penulis selama menjadi mahasiswa. 8. Neong, plently, Cmenk, dan Ummi Athiyah, kawan rumah yang setia

mendoa dan memberi semangat dengan caranya yang unik-unik.

9. SMP Al-Hasra yang dengan tangan terbuka mengizinkan penulis melakukan penelitan. Serta, SMP Sabiluna dan MTs Thadzibun Nufus yang sudah memberi kesempatan penulis menerapkan ilmu dan mencari pengalaman mengajar.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang selama proses penyusunan skripsi ini selalu mengatakan “Semangat, Papat!”, “don’t give up, Papat!”, “Cepetan kelar dan jangan lelet, Papat!”. Terlebih untuk kalian yang selalu berkata “amin” untuk setiap doa yang dipohonkan penulis, terima kasih tak terkira. Semoga Allah SWT. membalas kebaikan yang pernah kalian berikan. Semoga skripsi ini juga bisa memberikan manfaat bagi penulis maupun pembacanya di hari depan untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Jakarta, 04 Desember 2014 Penulis

Papat Fathiyah

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Pembatasan Masalah ...5

D. Perumusan Masalah ...5

E. Tujuan Masalah ...6

F. Manfaat Penelitian ...6

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ...8

1. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ...8

a. Pengertian Belajar Mengajar ...8

b. Komponen Pembelajaran ...10

c. Keterampilan Berbahasa ...14

d. Drama ...16

2. Efektivitas dalam Pembelajaran ...18

3. Media Pembelajaran ...28

a. Pengertian Media Pembelajaran ...28

b. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran ...29

c. Fungsi Media Pembelajaran ...30

(10)

e. Macam-macam Media Pembelajaran ...35

4. Media Audio Visual ...39

a. Video ...40

B. Penelitian yang Relevan ...42

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ...44

B. Metode Penelitian ...44

C. Objek Penelitian ...45

D. Teknik Pengumpulan Data ...45

E. Teknik Analisis Data ...47

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah ...49

B. Proses Belajar Mengajar Menggunakan Media Audio Visual 1. Menyusun RPP ...57

2. Menentukan Media Pembelajaran ...58

C. Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Menyimak Drama ...60

1. Uji Efektivitas Melalui Observasi (Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar) ...60

2. Uji Efektivitas Melalui Tes Tertulis ...64

D. Pendukung Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Menyimak Drama ...66

E. Harapan SMP Al-Hasra Terhadap Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ...83

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...85

B. Saran ...87

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Media Visual Diam ...38

Tabel 2.2 : Media Proyeksi Diam ...39

Tabel 2.3 : Media Audio ...39

Tabel 2.4 : Media Audio Visual Diam ...40

Tabel 2.5 : Media audio Visual Gerak ...40

Tabel 4.1 : Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMP Al-Hasra Tahun Pelajaran 2013/2014 ...56

Tabel 4.2 : Jumlah Rombel dan Jumlah Peserta didik (per kelas) Tahun Pelajaran 2013/2014 ...58

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Observasi Aktivitas Mengajar

Lampiran 2 : Observasi Aktivitas Belajar

Lampiran 3 : Panduan Wawancara

Lampiran 4: Hasil Wawancara

Lampiran 5: Soal Uji Materi (Tes Tertulis)

Lampiran 6: Kunci Jawaban

Lampiran 7: Kisi-kisi Soal Tes

Lampiran 8: Hasil Uji Materi

Lampiran 9: Evaluasi Media Video

Lampiran 10: Dokumentasi Penelitian

Lampiran 11: Data Informan

Lampiran 12: Silabus

Lampiran 13: RPP

Lampiran 14: Materi Ajar

Lampiran 15: Profil Sekolah

Lampiran 16: Observasi Sekolah

Lampiran 17: Data Sarana dan Pra Sarana Sekolah

Lampiran 18: Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 19: Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 20: Surat Keterangan Penelitian

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan dewasa ini kian melaju mengikuti perkembangan zaman. Segala aspek kehidupan pun turut disematkan nilai-nilai pendidikan, baik dalam bentuk seni, teknologi, sosial, maupun dalam ritual keagamaan. Masyarakat mengharapkan apa-apa yang terjadi di kehidupan ini selalu bisa menjadi edukasi melalui nilai-nilai yang diperoleh dari segala peristiwa yang terjadi.

Seiring dengan hal tersebut, dunia pendidikan pun tidak lantas diam. Jika senias perfilman berlomba-lomba membuat film-film edukasi, agama juga menganjurkan berlomba-lomba menuntut ilmu setinggi-tingginya, masyarakat umum semakin berpikir kritis, serta teknologi menghadirkan perangkat-perangkat canggih yang membantu aktivitas edukasi, maka dunia pendidikan itu sendiri juga memanfaatkan kemajuan tersebut untuk mengembangkan pembelajaran agar lebih kreatif dan variatif dengan tujuan supaya pembelajar selain mendapat ilmu akademis juga mendapat ilmu non-akademis yang juga sama-sama bisa bermanfaat.

Untuk menghadirkan berbagai edukasi dalam proses belajar mengajar yang dibatasi oleh tempat dan waktu, media audio visual dipilih untuk memperkenalkan berbagai hal kompleks yang dikemas menjadi lebih sederhana dalam bentuk penyajian audio visual. Media audio visual adalah sebuah perantara yang dianggap paling dekat dengan masyarakat. Sehari-hari, orang-orang lebih sering menggunakan televisi, baik hanya untuk hiburan maupun memperoleh informasi. Disadari atau tidak, dengan media tersebut orang-orang menjadi terhibur dan mendapat wawasan, bahkan menjadi candu. Seperti halnya film, alat tersebut dianggap sangat ampuh dan efektif untuk menyampaikan maksud tertentu karena alat tersebut lebih banyak melibatkan penggunaan aspek emosi daripada aspek rasionalitasnya, ini menjadikan penyimaknya menjadi lebih terangsang dan tergugah. Atas hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa media audio visual merupakan media yang

(14)

paling dekat dengan masyarakat, karena selain mendapat hiburan, penggunanya juga mendapat edukasi disaat yang bersamaan. Hal tersebut mejadikan media audio visual lebih mudah diterima karena tampilannya yang lebih variatif daripada media audio (hanya menampilkan suara), atau visual (hanya menampilkan gambar).

Penggunaan media audio visual dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia akan memungkinkan dihadirkannya lebih banyak rekayasa dalam pembelajaran. Salah satu fungsi media pembelajaran adalah fungsi manipulatif, yaitu media pembelajaran bisa mengatasi batas-batas ruang, waktu dan keterbatasan inderawi seseorang. Pemutaran pementasan drama, siaran berita, musikalisasi puisi, cerita rakyat, dan lainnya, semua itu pada dasarnya dibatasi oleh ruang dan waktu. Namun, dengan bantuan media audio visual hal tersebut dapat dihadirkan ke dalam kelas untuk membantu peserta didik menyerap pelajaran lebih baik lagi.

Guru tidak perlu membawa peserta didik ke gedung pertunjukan hanya untuk memperkenalkan apa itu drama dan teater sementara ia hanya mempunyi waktu mengajar dua jam pelajaran. Guru juga tidak harus menunggu suatu peristiwa atau bencana alam terjadi untuk mengajarkan peserta didik cara membuat paragraf fakta dan opini, tetapi guru bisa menghadirkan sebuah liputan berita mengenai bencana alam atau peristwa apapun yang terjadi untuk kemudian dipelajari oleh peserta didiknya. Dan guru juga bisa membuat berbagai inovasi dalam memperkenalkan cerita rakyat kepada peserta didiknya, bukan hanya sebatas membaca cerita rakyat di buku bacaan mereka, tetapi juga menayangkan cerita rakyat dalam bentuk film yang lebih menyita atensi peserta didiknya.

(15)

tersebut adalah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mengembangkan metode pembelajaran.

Lewat perkembangan teknologi, materi yang sekiranya tidak bisa dihadirkan ke dalam kelas kini dapat dengan mudah disajikan kepada peserta didik dengan bantuan televisi, komputer, dan lainnya yang disediakan di kelas, di ruang multimedia, ataupun di laboratorium bahasa yang dikoneksikan dengan TV kabel, internet, dan lainnya yang tersedia untuk membantu pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Namun, bagaimana pun diketahui, bahwa media merupakan alat yang memiliki dua mata pisau. Media bisa menjembatani, menyalurkan, serta memudahkan seseorang kepada rencananya. Rencana itu bisa menuju kepada sesuatu yang baik dan rencana itu juga bisa merujuk kepada sesuatu yang tidak baik, pun penggunaan media untuk pembelajaran.

Media pembelajaran hendaknya bisa menjadi jembatan untuk memudahkan peserta didik memahami materi yang mereka pelajari di sekolah. Media pembelajaran juga dimaksudkan untuk membantu guru dalam mengkondusifkan kelas agar proses belajar bisa berlangsung secara efisien dan efektif.

Untuk mewujudkan kegunaan media pembelajaran seperti yang dijabarkan di atas, para penyelenggara penggunaan media pembelajaran hendaknya dapat meminimalisir hambatan-hambatan yang akan terjadi dalam penerapannya di sekolah. Komponen sekolah harus lebih dahulu mempersiapkan fasilitas yang memadai, serta membekali guru dan peserta didik dengan skemata yang jelas tentang penggunaan media pembelajaran tersebut. Hambatan yang dapat muncul dalam penggunaan media pembelajaran di antaranya berasal dari faktor manusia sebagai penggunnya – peserta didik, tenaga pendidik, dan staf sekolah.

(16)

budaya”, serta peserta didik secara materil belum siap menerima perkembangan media pembelajran sehingga menyebabkan kesenjangan sosial di antara peserta didik. Hal ini tentu akan memunculkan permasalahan baru, baik antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, maupun peserta didik dengan lingkungan sekitarnya yang ditimbulkan oleh kehadiran media pembelajaran yang kurang dipertimbangkan.

Sekolah sebagai penyelenggara pengadaan media pembelajaran juga turut memberikan kemungkinan hambatan yang akan timbul. Hambatan tersebut di antaranya, pengadaan fasilitas tidak maksimal. Artinya, fasilitas yang diberikan bukan barang dari kualitas yang terbaik, standar, atau bahkan kurang baik. Alih-alih menekan biaya pengeluaran, fasilitas yang diberikan kadang justru memunculkan masalah baru bagi guru dan peserta didik sebagai penggunanya. Serta perawatan fasilitas yang terkesan diabaikan sehingga media pembelajaran yang ada mudah rusak dan tidak tahan lama.

Subjek ketiga dari kemunculan hambatan yang terjadi seiring hadirnya media pembelajaran adalah guru. Jika sebagai pemegang skenario penggunaan media di kelas guru tidak mampu mengkombinasikan media yang digunakan, serta mengandalkan media audio visual sebagai pemeran utama pembelajaran sementara guru berleha-leha dengan gadget-nya, maka penggunaan media tersebut dapat diindikasikan tidak efektif. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak pada peserta didik berupa keterlambatan penerimaan materi. Hal ini kemudian akan berdampak pada kacaunya penerapan RPP, keterlambatan pemahaman peserta didik terhadap materi ajar, sampai kepada penurunan prestasi belajar peserta didik.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang tertuang dalam judul skripsi:

”EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DRAMA DI KELAS VIII SMP AL

(17)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, masalah yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tidak efektifnya penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama.

2. Kurangnya manfaat yang dapat diambil peserta didik dari penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menyimak drama.

3. Kurangnya kreativitas guru dalam menggunakan media audio visual seiring berkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Hambatan penerapan penggunaan media audio visual dalam aplikasinya di kelas.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini, penulis merasa perlu membatasi masalah yang akan dibahas agar lebih jelas pejabarannya. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada efektivitas penggunaan media audio visual berupa video drama dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al Hasra.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, maka masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas penggunaan media audio visual berupa video drama dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al Hasra?

(18)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan efektivitas penggunaan media audio visual video drama dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al Hasra.

2. Menjelaskan komponen yang mendukung efektivitas penggunaan media audio visual video drama dalam pembelajaran menyimak drama di kelas VIII SMP Al Hasra.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan memiliki beberapa fungsi, baik bagi penulis, pembaca, Para akademisi, guru, maupun bagi pihak sekolah/madrasah.

1) Manfaat Teoretis

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah/madrasah dalam mengembangkan dan meningkatkan fasilitas media pembelajaran menyimak sehingga pembelajaran bisa lebih berkualitas.

2. Bagi penulis dan pembaca pada umumnya, penelitian ini diharapkan mampu mengungkapkan peran media audio visual bukan hanya sebagai suatu media ajar sampingan, melainkan memiliki peran yang krusial dalam pembelajaran menyimak.

2) Manfaat Praktis

1. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan metode pembelajaran yang melibatkan media audio visual sehingga pembelajaran menyimak bisa menjadi lebih efektif.

(19)
(20)

BAB II

Kajian Teori

A. Landasan Teori

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kagiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.

Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Salah satu yang biasa dipersiapkan oleh seorang guru sebelum mengajar adalah media pembelajaran yang akan digunakan. Perencanaan media dalam pembelajaran tersebut dirasa perlu dilakukan supaya proses belajar mengajar bisa berlangsung secara efektif.

1. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia a. Pengertian Belajar Mengajar

Seperti halnya anak yang pergi ke sekolah, kemudian di sana mereka membaca, menyimak, dan membicarakan berbagai hal yang bisa menambah pengetahuan dengan tujuan menjadi seseorang yang pandai. Dalam hal ini, secara sederhana belajar diartikan sebagai suatu usaha memperoleh dan menambah informasi pengetahuan supaya menjadikan individu pandai atau berilmu.

Belajar merupakan proses kerja pikiran dan perasaan untuk mengubah atau memproses sesuatu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham.1 Sementara, mengajar

1

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 2

(21)

pada hakikatnya adalah melakukan kegiatan belajar sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.2

Secara sederhana, „belajar‟ dimaknai sebagai usaha memperoleh pengetahuan atau ilmu. Sementara, „belajar‟ lebih jauh lagi dipandang sebagai proses manifestasi kerja pikiran dan perasaan yang hanya bisa dilihat ketika sudah menjadi akibat. Maka, belajar bukanlah sekedar membaca buku, menghafal rumus, atau menghitung angka, tapi belajar adalah segala kegiatan berpikir yang pada akibatnya memberikan tambahan pengetahuan atau ilmu.

Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan interaksi antara manusia, sumber daya, dan lingkungannya. Kegiatan belajar-mengajar yang baik adalah kegiatan belajar yang membantu peserta didik untuk mampu memaksimalkan potensi belajar dalam dirinya. ‟Good’ education

as one that helps students maximize their capacity as learners.3

Jika pembelajaran bisa berlangsung secara efektif, maka pembelajaran tersebut bukan hanya mampu mengubah pengetahuan peserta didik, tetapi juga mampu memaksimalkan potensi yang ada dalam diri peserta didik. Dengan begitu, pembelajaran bukan hanya merupakan kegiatan yang bersifat satu arah (guru ke murid), tapi dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik juga bisa mengembangkan potensinya lewat berbagai kegiatan yang digagas, baik oleh dirinya sendiri maupun guru.

Pelajar juga hendaknya diberi kesempatan berlatih pada saat pengajar menyampaikan pengajaran yang berupa suatu keterampilan. Hal tersebut perlu dilakukan karena setiap orang memiliki cara unik untuk belajar. Jika peserta didik semakin baik menerima dan mengolah pengertian menjadi pemahaman mereka dengan alat inderanya, itu berarti daya tangkapnya terhadap suatu objek, orang, atau peristiwa, semakin baik. Jika sudah seperti itu, biasanya mereka bisa menyimpan pemahaman

2

Iskandarwasid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 6

3

Cerol Ann Tomlinson, How To Differentiate Instruction In Mixed-Ability Classrooms,

(USA: ASCD Product, 2001), h. 8.

(22)

mereka lebih baik daripada terjebak di keadaan tidak dipahaminya apa yang mereka pelajari, sehingga mereka mudah melupakannya.

Ada berbagai strategi dan metode dalam mengajar yang kini banyak dikembangkan oleh para tenaga pendidik. Seperti pengembangan metode belajar aktif learning, inkuiri, learning by doing, dan yang lainnya. Selain dikembangkannya metode dan strategi pembelajaran, turut dikembangkan pula penggunaan media pembelajaran.

Jika di atas telah dijelaskan bahwa dalam pembelajaran aktif, peserta didik harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinteraksi. Maka, media pembelajaran juga coba dikembangkan dengan maksud untuk menjadikan peserta didik lebih mandiri dalam menemukan dan memahami materi ajar.

Salah satu media yang giat dikembangkan saat ini adalah penggunaan media audio visual sebagai media pembelajaran. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, contohnya media audio visual video digunakan dalam pembelajaran drama.

Jadi, belajar mengajar dewasa ini bukan hanya mengenai hasil akhir kuantitatif yang dicapai seorang guru atas pengajarannya. Melainkan tentang pemikiran dan perencanaan dan hal-hal lain yang perlu dilakukan seorang tenaga pengajar supaya metode dan strategi mengajarnya mengena bagi peserta didiknya sehingga bisa mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Komponen Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar-mengajar layaknya sebuah sistem, tentu ada hal-hal yang di dalamnya saling terkait. Sebuah pembelajaran akan memberikan hasil yang maksimal jika apa-apa yang terkait di dalamnya bisa berjalan berkesinambungan, begitu pun dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Maka, untuk menjadikan sebuah pembelajaran berhasil dan maksimal adalah dengan menjalankan setiap komponen pembelajaran secara berkesinambungan. Komponen perlu diperhatikan karena

(23)

keberadaannya akan saling mempengaruhi dalam kegiatan proses pembelajaran, seperti tujuan, isi/materi, metode, media, dan evaluasi.

1) Tujuan

Tujuan adalah komponen paling awal yang harus ditegaskan dalam belajar pengajar. Seperti halnya tujuan materi yang akan dibawakan oleh guru dalam pembelajaran harus jelas dan memiliki manfaat bagi muridnya. Tujuan merupakan komponen yang kejelasannya harus dikatahui oleh kedua belah pihak antara pelajar dan pengajar. 4 Hal tersebut perlu dilakukan supaya kedua pihak mengetahui ke mana arah mereka dalam pembelajaran.

Tujuan dalam pembelajaran juga sangat penting, karena keberadaannya akan disesuaikan dengan komponen-komponen yang lainnya. Seperti materi, metode, dan media, jelas akan menyesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.

Dalam memilih media pembelajaran, salah satu pertimbangan guru dalam memilih media pembelajaran adalah menyesuaikan antara isi atau materi yang dimiliki sebuah media dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan demikian, maka memperjelas tujuan dalam KBM sangatlah diperlukan. Sebab, hal tersebut yang akan menjadi indikator keberhasilan pembelajaran peserta didik.

2) Isi/materi

komponen kedua yang ada dalam pembelajaran adalah isi atau materi pelajaran. Dalam suatu pembelajaran, materi pelajaran adalah inti dari suatu kegiatan belajar, sebab dalam aktivitas itu materi adalah sesuatu yang kemudian akan ditransfer dari sumber belajar ke pembelajar.

Meskipun ada banyak bahan yang bisa dijadikan materi pelajaran, namun isi atau materi pelajaran harus dibuat sesuai dengan tujuan dan alokasi waktu yang tersedia dalam sebuah pembelajaran. Sebab itu, guru dituntut untuk kreatif mengkonsep skenario pengajaran lewat RPP. Supaya pengajaran yang diberikan bisa tersampaikan secara efektif, sehingga hasilnya pun maksimal.

4

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), h. 204.

(24)

Selain itu, kejelasan materi yang terkonsep juga memudahkan guru untuk mengkombinasikannya dengan media pembelajaran yang akan digunakan untuk membantu pemahaman peserta didik. 5 Jadi, isi atau materi pembelajaran merupakan tindak lanjut dari tujuan yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah materi. Dengan demikian, guru dituntut untuk memilih materi yang sesuai dengan latar belakang dan karakter peserta didiknya, supaya peserta didik bisa memahami materi dan mencapai tujuan dengan mudah.

3) Metode

Setelah guru memiliki tujuan dan materi yang akan disampaikan, komponen yang menjadi penting setelah itu adalah metode atau strategi. Tujuan dan materi yang sebagus apapun tanpa diimbangi dengan strategi penyampaian materi yang baik kepada murid akan membuat semua itu sia-sia, sebab murid akan lebih dulu merasa acuh terhadap materi yang disampaikan.

Guru memerlukan metode atau strategi dalam memainkan perannya di kelas. Untuk bisa menyampaikan materi, guru harus lebih dulu menjadi pusat perhatian peserta didiknya. 6 Sebab itu, guru membutuhkan metode atau strategi untuk membantu peserta didik supaya lebih fokus dalam belajar.

4) Media

Komponen selanjutnya yang dapat membantu efektivitas pembelajaran adalah media pembelajaran. Teknologi yang terus berkembang membuat peserta didik bisa mendapat bahan pelajaran dari berbagai sumber. Sebab itu, kini guru bukan lagi menjadi sumber belajar, melainkan menjadi pengelola sumber belajar.

Pemilihan media pembelajaran juga hendaknya memperhatikan kriteria pemilihan media pembelajaran.7 Jika media sudah dipilih sesuai kriteria, maka keberadaan media pembelajaran diharapkan mampu membuat pembelajaran lebih efektif.

5

Ibid., h. 204.

6

Ibid., h. 206.

7

Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 60.

(25)

Selain itu, dalam penggunaan media pembelajaran, guru juga dituntut untuk bisa mengkombinasikan materi pelajaran dan berbagai informasi terkini. Dengan begitu, guru bisa terpicu untuk memberikan strategi belajar yang beragam. Itu semua juga akan bisa terlaksana jika kehadiran media pembelajaran didukung oleh sarana dan prasarana yang ada di sekolah.

5) Evaluasi

Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam mengelola pembelajaran.8 Untuk mengetahui sasuai atau tidaknya pengajaran, guru juga perlu melakukan evaluasi, supaya dia bisa melakukan perbaikan metode maupun strategi dalam mengajar. sealain itu, evaluasi bagi pada guru juga bermanfaat untuk membantu guru untuk lebih memahami karakter peserta didiknya lewat masalah-masalah yang pernah dihadapi ketika mengajar.

Jika evaluasi bisa dilakukan dengan tritmen yang tepat, maka evaluasi itu akan menjadi cambuk bagi pembelajaran ke depannya supaya lebih baik lagi. Apalagi dalam hal pelayanan, jika guru dan personil sekolah bisa sama-sama belajar memperbaiki pelayanan pembelajarannya, tidak hanya peserta didik yang akan berhasil meraih prestasi, tetapi lembaga pendidikan tersebut juga bisa berhasil.

Banyak orang yang menyepelekan evaluasi sebagai tahap akhir yang dianggap mudah. Melakukan evaluasi secara sekedarnya. Bahkan, meniadakan evaluasi karena sudah ditunggu oleh kegiatan yang akan datang. Tapi justru di situ kegagalan banyak lembaga pendidikan yang menyepelekan evaluasi. Maka, tahap evaluasi ini perlu dipandang bukan hanya sebagai tahap akhir proses KBM, melainkan sebagai tahap penilaian yang akan menentukan kualitas kegiatan di masa mendatang.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kelima komponen tersebut sangat berpengaruh dalam pengajaran yang akan banyak melibatkan komponen satu dengan yang lainnya. Seperti, sumber belajar yang banyak mengaitkan dengan lingkungan alam, strategi yang melibatkan

8

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), h.206.

(26)

penggunaan media pembelajaran yang beragam, serta evaluasi untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Jadi, untuk memperoleh efetivitas dalam pembelajaran, komponen di atas menjadi standar yang harus dipenuhi.

c. Keterampilan Menyimak

Untuk membaca sebuah doengeng, seseorang harus memiliki kemampuan membaca dongeng disertai dengan intonasi dan gaya bicara yang sesuai. Selain itu, untuk menjadi orator yang ulung seseorang juga harus belajar berbicara dan belajar retorika. Itu artinya, keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang mutlak diperlukan oleh setiap orang dengan profesi apapun.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa merupakan pembelajaran yang sangat krusial karena di dalamnya terkandung kebutuhan manusia supaya terampil berbicara untuk mengkomunikasikan ide-ide yang ada di kepalanya kepada orang lain. Sebab itu, ada dua prinsip untuk mencapai keterpaduan dalam pembelajaran bahasa:

Pertama, keefektifan komunikasi secara luas. 9 Artinya, pelajaran bahasa secara efektif harus mampu membuat pembelajar memiliki kemampuan berkomunikasi, baik untuk keperluan belajar seperti berdiskusi dengan teman sejawat atau berkunsultasi dengan guru, maupun untuk berkomunikasi dalam bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan secara menyenangkan serta meyakinkan. Selain itu, Keterampilan berbahasa juga harus mampu membuat penuturnya bisa menempatkan bahasa sesuai dengan konteks atau situasi tuturnya.

Kedua, pembelajaran bahasa dalam konteks yang bermakna.10 Pembelajaran bahasa harus menjadi wadah kegiatan berkomunikasi yang menyenangkan, sehingga berbahasa menjadi kegiatan yang bermakna. Lewat berbahasa, peserta didik bisa mengkomunikasikan ide-ide kreatifnya serta mengembangkan kepekaan sosial dan linguistiknya terhadap konteks yang dibangun oleh guru lewat materi pelajaran.

9

Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 174-175.

10Ibid

., h. 174-175.

(27)

Terkait dengan dua prinsip tersebut, dalam memperoleh keterampilan berbahasa, setiap orang mengalami tahap perkembangan yang sama. Dimulai dari menyimak, kemudian anak mulai belajar berbicara, dilanjutkan dengan membaca, lalu yang terakhir anak bisa menulis. Bahasa dan Sastra Indonesia diajarkan di sekolah kepada peserta didik bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca.

Keterampilan menyimak merupakan faktor penting bagi keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif.11 Jika seseorang sudah terbiasa mendengar pembicaraan tentang dunia musik, maka ketika anak itu membaca tentang musik ia akan lebih mudah memahaminya daripada membaca bacaan tentang anatomi tubuh yang sama sekali belum ia dengar. Begitulah salah satu kaitan antara menyimak dengan keterampilan membaca.

Pada penggunaan media pembelajaran kaitannya dengan menyimak. Kegiatan menyimak seringkali dianggap sebagai kegiatan yang membosankan, seperti mendengarkan guru menjelaskan materi panjang lebar, menyimak teman menceritakan drama di depan kelas. Seringkali kegiatan tersebut diabaikan peserta didik karena dianggap sudah biasa dan monoton.

Hal ini tentu perlu diatasi. Salah satunya dengan cara memberikan pelajaran menyimak dengan bantuan media pembelajaran. Ini dilakukan supaya pembelajaran menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa bisa tetap menjadi pelajaran yang menarik dan membuat anak bisa mengembangkan keterampilan berbahasanya.

Keterampilan berbahasa saling terkait antara satu dengan yang lain. Jadi, dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memodifikasi aktivitas pembelajaran agar peserta didik mampu melaksanakan kegiatan komunikasi baik satu arah, dua arah, maupun multi arah.

11

Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung, 2008), h. 5.

(28)

Menyimak merupakan keterampilan yang sangat diperlukan untuk menerima informasi yang disampaikan guru di depan kelas. Guru tidak jarang harus menggunakan strategi yang bervariasi untuk menjelaskan materi di kelas. Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk membuat peserta didik bisa fokus dan menerima informasi yang diberikan secara lengkap.

Dalam pemebelajaran drama contohnya. Untuk membuat peserta didik dapat mengapresiasi sebuah drama kini bukan lagi hanya mengandalkan guru membacakan drama tersebut di depan kelas. Melainkan, guru bisa memanfaatkan media film maupun video untuk membantu perannya di dalam kelas untuk menjelaskan lebih konkrit kepada peserta didik menganai kondisi sebuah pementasan drama.

Sebab itu, keterampilan menyimak dengan menggunakan media audio visual (video) dipandang lebih efektif untuk mengenalkan peserta didik akan drama dan pementasan drama. Hal tersebut diharapkan mampu memberikan kesan yang menarik dan membuat peserta didik terinspirasi untuk mempelajarinya.

d. Drama

Drama adalah bentuk sastra yang dapat merangsang gairah dan mengasyikkan para pemain dan penonton sehingga digemari masyarakat.12 Dahulu, di Nusantara drama dianggap sebagai suatu ritual keagamaan. Drama dianggap sebagai suatu kesenian yang sakral sehingga tidak sembarang orang bisa melakukannya. Seiring berjalannya waktu, di Indonesia drama kemudian menjadi salah satu kesenian yang paling akrab dengan masyarakat. Hal tersebut terjadi karena pertunjukan drama dianggap sebagai panggung sandiwaranya kehidupan.

Artinya, dalam pertunjukan drama ada peragaan tingkah laku manusia yang dipertontonkan, ditertawakan, ditangisi, bahkan dibenci, yang pada kenyataannya itulah yang manusia selama ini lakukan. Jadi, drama dianggap sebagai seni yang paling melekat dengan masyarakat

12

B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta, KANISIUS, 1992), h. 89.

(29)

karena di dalam pertunjukannya ada realitas kehidupan yang dipertontonkan.

Kini, para tokoh pendidikan melihat bahwa sastra bisa menjadi wadah bagi generasi muda menunjukkan peran, bakat, dan kemampuannya. Drama sebagai seni peragaan tingkah laku dianggap bisa menjadi pilihan bagi generasi muda -khususnya peserta didik, untuk menambah wawasannya lewat berbagai macam peran yang dimainkan.

Tujuan utama dalam mempelajari drama adalah untuk memahami bagaimana suatu tokoh harus diperankan dengan sebaik-baiknya dalam suatu pementasan. Ini tentu bukan pembelajaran yang mudah bagi peserta didik yang memiliki waktu terbatas di kelas. Sebab itu, guru sebagai pelatih drama bertanggung jawab memperkenalkan peserta didiknya mengenai kondisi pementasan drama dengan berbagai cara, seperti melalui televisi, sandiwara, maupun film.13

Dalam beberapa hal, drama memang dianggap lebih pelik dibanding dengan novel. Ada banyak aspek yang dilibatkan dalam pementasan drama. Salah satunya, yaitu mengenai unsur-unsur yang ada dalam drama, meliputi; gerak, posisi, isyarat, dan ekspresi wajah. Sementara, dari sisi kebahasaan lisan meliputi; lagu kalimat, lafal, volume suara, dan tekanan.

Pada pembelajaran drama di tingkat sekolah menengah pertama, peserta didik lebih diarahkan pada apresiasi pementasan drama. Hal tersebut dilakukan untuk membangun kesan seni yang menghibur supaya peserta didik memiliki ketertarikan terhadap kesenian tersebut. Guru dituntut dapat memberikan referensi pementasan drama yang tepat sesuai dengan usia peserta didiknya. Dalam hal ini, jika guru hendak menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu menayangkan video pementasan drama, hendaknya guru dapat mempertimbangkan pemilihan video pementasan drama yang tepat.

Setelah peserta didik mengetahui kondisi pementasan drama, guru kemudian bisa mengarahkan peserta didik pada naskah drama dan

13Ibid

., h. 90.

(30)

peran yang ada dalam drama. Dari situ, peserta didik dapat berlatih bermain peran dan berdiskusi mengenai peran yang mereka mainkan.

Jadi, drama pada peserta didik kelas menengah pertama dititik beratkan untuk memperkenalkan drama sebagai karya sastra dan drama sebagai salah satu karya seni yang bisa menjadi wadah pembelajaran melalui seni peran.

2. Efektivitas dalam Pembelajaran

Efektivitas merupakan keadaan yang membuat pembelajar mengalami berbagai pengalaman baru dan terjadinya perubahan menuju titik akumulasi kompetensi yang dikehendaki.14 Untuk menuju pembelajaran yang efektif perlu dimulai dengan menganalisis tujuan pelajaran supaya mengetahui langkah-langkah mengajar.15

Jika guru sebagai pengajar telah mengetahui tujuan utama mengenai apa yang hendak disampaikan dalam pembelajaran, dari situ kemudian ia dapat menentukan langkah seperti apa yang tepat untuk mencapai tujuannya. Jika pembelajaran yang dilakukan memberikan hasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka pembelajaran tersebut efektif.

Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dari peserta didik supaya belajar menjadi efektif:

a. Perlunya Bimbingan

Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kecakapan dan ketangkasan belajar peserta didik juga berbeda-beda tergantung individual. Tidak selalu belajar secara otodidak menjamin suksesnya seorang pembelajar. Sebab itu, diperlukan bimbingan dan pengawasan sewaktu pembelajaran itu berlangsung. Terlebih jika disetiap akhir pembelajaran dilakukan evaluasi, baik secara tertulis maupun lisan. Ini mengindikasikan perlunya bimbingan dalam sebuah proses pembelajaran untuk memaksimalkan usaha belajar itu sendiri. Dengan begitu kegiatan belajar yang dilakukan bisa berlangsung secara efektif.

14

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 120.

15

T.F. Gilbert dalam Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 60.

(31)

b. Kondisi dan Strategi Belajar

Belajar yang efektif dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan isntruksional yang ingin dicapai.16 Untuk mencapai pembelajaran yang efektif tentu dibutuhkan kondisi belajar yang mendukung, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal.

Kondisi internal terkait dengan keadaan si pembelajar. Keadaan fisiologis atau jasmani, keamanan, kasih sayang, pengakuan, dan motivasi merupakan bentuk dari kebutuhan yang bersumber dari diri si pembelajar untuk menunjang strategi belajarnya.

Sementara kondisi eksternal terkait dengan kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia.17 Seperti keadaan kelas yang rapih dan bersih, serta ketersediaan sarana dan prasarana belajar, semua itu harus juga dikondisikan supaya menjadi pendukung pembelajaran yang efektif. Kondisi internal maupun eksternal pada intinya dibangun untuk mendukung strategi belajar yang akan dilaksanakan.

c. Metode Belajar

Selain diperlukannya bimbingan, kondisi yang kondusif, diperlukan juga metode belajar yang tepat supaya bisa menjadi rutinitas yang baik dalam belajar. Sebab, kebiasaan belajar akan mempengaruhi belajar itu sendiri. Seperti kebiasaan membuat jadwal belajar, membuat catatan, mengulangi pelajaran, dan lain sebagainya akan mempengaruhi efektivitas pembelajaran peserta didik terutama dalam hal penerimaan pemahaman materi ajar.

Peserta didik yang memiliki kebiasaan mengulang pelajaran di rumah setelah diajarkan di sekolah tentu akan berbeda dengan peserta didik yang tidak membaca ulang materi pelajarannya di rumah, terlebih jika keesokan harinya guru mengadakan kuis dadakan. Dari situ dapat diketahui mana peserta didik yang sudah menemukan metode belajar yang tepat lalu menerapkannya dan mana peserta didik yang belum menemukan metode belajarnya bahkan tidak mencoba mencarinya.

16

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 74.

17Ibid

., h. 76.

(32)

Jadi, untuk mencapai pembelajaran yang efektif, persiapan peserta didik secara pribadi maupun persiapan kelas secara fisik juga mempengaruhi hasil pembelajaran.

Efektivitas menunjukkan ketercapaian sasaran/tujuan yang telah ditetapkan.18 Sebab itu, efektivitas juga dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Dalam upaya pengukuran ini teradapat dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu validitas dan evaluasi.19

a. Validitas, yaitu serangkaian tes atau penilaian, baik mengenai hal tertulis maupun perilaku untuk mengetahui secara pasti apakah suatu program pendidikan benar-benar telah mencapai tujuan yang telah ditargetkan. Artinya, jika didapati bahwa tes tertulis yang dilakukan hasilnya mencapai atau melebihi kriteria ketentuan minimum (KKM), serta hasil pengamatan menunjukkan hasil bahwa peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran maka pembelajaran dikatakan efektif.

b. Evaluasi yaitu penilaian yang dilakukan untuk menilai serangkaian kegiatan berupa perencanaan, pelaksanaan, dan setelah pelaksanaan. evaluasi yang baik adalah evaluasi yang hasilnya didapat dari kegiatan yang berlangsung sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Bila perencanaannya baik, pelaksanaan hanya tinggal mengikuti. Setelah itu, hasil dari evaluasi tidak akan jauh dari apa yang telah direncanakan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu keadaan atau kegiatan yang dapat memberikan pengaruh kepada pengguna atau pelakunya. Pengaruh itu berupa perbedaan pengalaman dari sebelum dan sesudah menggunakan. Hal atau kegiatan dikatakan efektif jika perbedaan itu membawa pengaruh ke arah yang lebih baik atau adanya kemajuan, meskipun efek itu sendiri berpotensi memberikan pengaruh positif maupun negatif.

Salah satu upaya untuk membuat pembelajaran menjadi efektif adalah digunakannya media audio visual sebagai media pembelajaran. Di antara empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan

18

Aan Komariyah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif,

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 7.

19

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h. 90.

(33)

menulis), menyimak merupakan kegiatan yang paling guru tidak bisa pastikan peserta didik fokus atau tidak dalam prosesnya. Maka, untuk membuat peserta didik fokus terhadap pembelajaran yang disimaknya, media audio visual digunakan untuk merangsang terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.

Brown juga menggarisbawahi bahwa media yang digunakan guru atau peserta didik dengan baik dapat mempengaruhi efektivitas program belajar mengajar.20 Sebab itu, pemilihan media yang tepat juga menjadi pertimbangan penting agar strategi yang direncanakan guru dapat benar-benar terlaksana dan kegiatan pembelajaran menjadi efektif.

Dalam upaya pembelajaran yang efektif, semua unsur sekolah harus dilibatkan. Kini bukan lagi mengenai upaya sekolah dan guru membuat peserta didik menjadi sekedar mengerti materi yang diajarkan di sekolah. Sekolah dan guru hendaknya melibatkan mereka secara penuh dalam proses dinamika tersebut, supaya peserta didik bisa turut bergairah dan tidak ada yang tertinggal. Sebab itu, proses tersebut hendaknya membuat guru bisa memperhatikan peserta didik secara individual, bukan perwakilan suatu kelompok.

Berikut adalah hal-hal yang harus dilakukan guru supaya pengajaran dengan menggunakan media audio visual bisa menjadi kegiatan yang benar-benar efektif.

a. Meyusun Perencanaan Pembelajaran dengan Bijak

Guru efektif mengajar dengan terlebih dahulu membuat perencanaan pembelajaran, lalu mengkomunikasikan perencanaan tersebut dengan client-nya, yaitu peserta didik, kemudian menyelenggarakan proses pembelajaran dan mengelola kelas sehingga efektif, dan terakhir melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar.21 Hasilnya kemudian akan menjadi input untuk perencanaan berikutnya.

20

Brown dalam Asep Henry Hermawan, Badru Zaman, Cepi Riyana, Media Pembelajaran Sekolah Dasar,(Bandung: UPI Press, 2007), h.56.

21

Hunt dan More dalam Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 122.

(34)

Jadi, efekivitas dalam pembelajaran bukan hanya berbicara tentang sebuah kurikulum beserta Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) nya bisa dicapai/dipenuhi peserta didik, melainkan merancang sistem pembelajaran tersebut agar menjadi efektif. Karena itu, guru sebagai perencana pembelajaran harus benar-benar bisa menyusun dan melaksanakan pemebelajaran, minimal mengikuti RPP yang telah dibuat supaya bisa memberikan pengaruh yang diharapkan. Seperti, peserta didik diharapkan mendapat perubahan-perubahan baik dalam hal intelegensi, perilaku, kreativitas, maupun cara berpikir ke arah progresif.

Learning takes place most effectively in classrooms where knowledge

is clearly and powerfully organized, students are highly active in the learning

process, assessments are rich and varied, and students feel a sense of safety

and connection.22 Artinya, menuju pembelajaran yang efektif, guru sebagai pusat pengajaran memang harus mempersiapkan strategi supaya materi yang disampaikan jelas. Namun, guru juga harus mempersiapkan metode belajar yang menarik, supaya peserta didik merasa nyaman dan bersemangat dengan cara penyampaiannya. Serta dapat mengakomodir dinamika yang terjadi di dalam kelas, sehingga hasil penilaian yang diperoleh bisa menjadi evaluasi pembelajaran yang tepat.

Dengan begitu, dalam upaya meningkatkan efektivitas proses pembelajaran, perencanaan pembelajaran merupakan sesuatu yang mutlak dipersiapkan oleh setiap guru. Walaupun belum tentu semua yang direncanakan akan bisa sepenuhnya terlaksana, karena bisa saja kondisi kelas yang sudah dipersiapkan justru menuntut strategi yang bersifat opsional.

Namun demikian, guru tetap diharapkan mampu menyusun perencanana yang lebih sempurna, sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga semua peserta didik bisa memahami bahan-bahan ajar yang ditawarkan. Semua peserta didik bisa memperoleh berbagai pengalaman baru dan menambah kompetensinya sesuai hasil belajar mereka.

Agar dapat membuat perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap guru harus

22

Cerol Ann Tomlinson, How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability Classrooms,

(USA: Assosiation fo r Supervision and Curriculum Development, 2001), h. 8.

(35)

mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik. Pendapat lain menyebutkan perencanaan tersebut antara lain, berupa kebutuhan-kebutuhan peserta didik, tujuan-tujuan yang akan dapat dicapai, berbagai strategi yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan kriteria evaluasi.23

Bersamaan dengan itu, peran guru dalam mengembangkan strategi amat penting karena aktivitas peserta didik belajar sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku guru dalam kelas. Jika mereka antusias, memperhatikan aktivitas dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik, maka peserta didik tersebut pun akan mengembangkan aktivitas belajarnya dengan baik, antusias, giat dan serius. Salah satu yang bisa mengembangkan antusias mereka adalah penggunaan media sebagai strategi belajar agar pembelajaran tidak monoton. Mengingat di zaman yang canggging akan teknologi ini masyarakat mulai akrab dengan penggunaan media. Diharapkan media menjadi salah satu pilihan guru dalam membuat pembelajaran menjadi lebih efektif.

b. Berkomunikasi Secara Efektif dengan Peserta didik

Guru adalah seorang komunikator, sebab dia akan menyampaikan rencna-rencana pembelajarannya pada peserta didik. Dalam konteks apa pun tugas guru membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik, termasuk mengkomunikasikan program-program kelasnya kepada komite sekolah, atau orang tua peserta didik.

Sebab itu, guru harus mengetahui teori-teori komunikasi efektif karena tidak akan menjadi terlalu bermanfaat ilmu yang dikuasai guru jika tidak mampu mengkomunikasikannya kepada peserta didik secara baik, yakni enak diikuti dan mudah dipahami. Jadi, salah satu kriteria pembelajaran akan menjadi efektif di antaranya adalah cara guru mengkomunikasikan pembelajaran juga harus bisa menyampaikannya secara efektif.

Dalam teori yang amat tradisional, Hunt mengemukakan bahwa unsur-unsur pokok dari komunikasi adalah pesan, sasaran komunikasi, sumber dan media.24 Dalam konteks komunikasi di kelas, pesan adalah bahan ajar yang akan disampaikan, intruksi-intruksi untuk pelaksanaan proses

23

Rosyada, op. cit., h. 123.

24

Hunt dalam Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 150-151.

(36)

pembelajaran, tugas-tugas dan rencana-rencana kegiatan lainnya. Sedangkan sasaran komunikasi adalah peserta didik. Sumber pesan adalah guru, sedangkan media komunikasi adalah bahasa atau simbol lain yang digunakan untuk penyampaian pesan.

Peserta didik juga harus dilatih untuk bisa memahami pesan-pesan verbal baik melalui kegiatan mendengar/menyimak maupun membaca. Peserta didik juga harus dilatih untuk mnyampaikan pesan atau tanggapan terhadap pesan guru dengan baik melalui bahasa lisan atau tulisan. Guru sebagai fasilitator kemudian harus bisa memfasilitasinya.

Hunt kemudian mengemukakan bebebrapa rekomendasi untuk mendukung terjadinya komunikasi yang efektif untuk turut mendukung berlangsungnya pembelajaran yang efektif di kelas, yaitu:25

Peserta didik harus dilatih keterampilan membaca dalam konteks memahami pesan-pesan tertulis yang terdapat dalam bacaan.

1) Peserta didik harus dilatih untuk mau dan mampu berbicara dengan baik. Mereka harus terus didorong untuk berbicara, dan senantiasa memiliki sesuatu yang sangat penting untuk disampaikan pada guru, sehingga dia terlatih untuk menyampaikan pendapat dan pandangannya dengan baik. 2) Guru harus menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk terbiasa

menyampaikan pandangan atau buah pemikirannya, baik dengan menggunakan bahasa tulis maupun lisan, sehingga mereka terlatih menyusun bahasa lisannya.

3) Guru juga harus mengkondisikan ruang kelas yang nyaman agar bisa mendukung proses pembelajaran yang efektif, seperti menghadirkan media pembelajaran ke depan kelas, sehingga peserta didik terus terdorong untuk melakukan komunikasi verbal, baik berdiskusi dengan temannya maupun berdiskusi dengan guru.

4) Guru juga harus dengan sabar mendengarkan peserta didik menyampaikan pendapatnya serta memberi mereka feed back untuk evaluasi ke depan.

25Ibid

., h. 152.

(37)

Dengan demikian, situasi kelas aktif dan kondusif yang dikondisikan oleh guru, bisa menjadi salah satu upaya untuk membuat pembelajaran menjadi efektif, karena peserta didik diajak untuk tidak hanya menerima tapi juga merespon dan menunjukkan efek perkembangan yang mereka dapatkan.

c. Mempergunakan Metode yang Beragam

Mengajar yang efektif salah satunya harus membuat peserta didik belajar aktif, baik secara mental maupun fisik. Artinya, peserta didik diajak untuk berpikir kritis serta diajak untuk mengungkapkan kemampuan intelektualnya, salah satunya dengan mempresentasikan hasil temuannya. Dengan begitu, pembelajaran bukan hanya dirasakan efeknya oleh otak melainkan juga oleh sistem motorik tubuh.

Untuk sampai pada belajar aktif, tentu dibutuhkan metode belajar yang bervariasi. Variasi metode mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian peserta didik, mudah diterima, dan kelas menjadi hidup.26 Jika metode yang digunakan selalu sama hal tersebut hanya akan membuat peserta didik menjadi bosan kerena merasa tidak adanya tantangan untuk menyelesaikan pelajaran dengan bersemnagat.

Variasi metode belajar dibutuhkan untuk membuat kelas menjadi dinamis. Metode yang beragam juga digunakan untuk membuat peserta didik selalu merasa termotivasi dan tertantang lewat sugesti-sugesti yang diberikan oleh guru. Selain itu, metode yang bervariasi juga diperlukan supaya guru bisa selalu mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan implikasinya di kehidupan nyata dalam masyarakat.

Guru pada hakikatnya adalah pembelajar senior yang harus mentransformasikan pengalaman belajarnya pada pembelajar junior lewat metode-metode belajar yang variatif. Dalam proses tersebut guru harus terus memberikan bimbingan dan arahan karena pembelajaran meski dengan bantuan teknologi secanggih apa pun tetap membutuhkan bimbingan intensif dari guru, sehingga pembelajaran bisa menjadi lebih efektif.

26

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 92.

(38)

d. Mampu Meguasai Kelas

Dalam konteks peningkatan efektivitas kelas, guru tidak cukup hanya dengan berpenampilan menarik, penuh optimisme, antusias, dan menguasai bahan ajar dengan baik. Namun, guru harus memiliki berbagai kemampuan penguasaan kelas dengan tidak menggunakan pendekatan pemaksaan atau berbagai bentuk kekerasan psikologis lainnya. Guru harus menggunakan pendekatan pedagogis yang mampu menciptakan suasana tenang, penuh keceriaan, dan penuh motivasi untuk belajar.

Selain itu, seorang guru juga harus memiliki keberanian untuk menghadapi peserta didiknya yang memiliki karakter berbeda-beda, serta menghadapi berbagai masalah yang muncul saat KBM berlangsung. Guru harus berani memunculkan kepercayaan diri sendiri sehingga guru dapat berwibawa di depan kelas maupun di luar sekolah.27 Hal tersebut dilakukan supaya cita-cita yang ditanamkan ke peserta didik benar-benar diterapkan dan resapi oleh peserta didik yang bersangkutan.

Salah satu langkah pengelolaan kelas yang baik adalah membuat persiapan yang cermat. Guru harus mengenali benar kemampuan dan karakteristik peserta didiknya. Mengidentifikasi anak yang kemampuan daya tangkapnya lebih lambat dan yang daya tangkapnya cepat, bahkan sangat cepat. Seringkali kekacauan kelas berawal dari kekurangsiapan guru mengatasi keragaman kemampuan peserta didik dalam memahami pelajaran dan guru kurang mempersiapkan antisipasinya. Seperti pemilihan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi ajar. Agar pembelajaran menjadi efektif maka guru harus mengkombinasikan cara penyampaian materi ajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didiknya.

Selain itu, terkait juga dengan media pembelajaran yang hendak digunakan untuk membantu performa pengajaran, media yang akan digunakan tersebut juga harus dipertimbangkan efektivitasnya di kelas, serta disesuaikan dengan metode yang akan digunakan, sehingga pengelolaan kelas

27Ibid

., h. 93.

(39)

menjadi benar-benar efektif. Guru tidak hanya sekedar memberikan materi ajar, menggunakan metode pembelajaran, dan menghadirkan media pembelajaran untuk mengisi kelas, tapi juga memaksimalkan performanya supaya peserta didik benar-benar mendapatkan efeknya terhadap pemahaman mereka.

e. Melakukan Evaluasi Secara Benar

Dalam rangka pengembangan kelas efekif, langkah yang tidak kalah penting dilakukan guru adalah mampu mengukur kompetensi yang telah dicapai peserta didik dari setiap tatap muka terhadap kegiatan proses pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga bisa menentukan perlakuan terhadap mereka.

Selanjutnya, langkah yang harus dilakukan adalah memilih jenis tes yang baik. Ciri-ciri tes yang baik harus memperhatikan alat evaluasi yang objektif, valid, reliabel, detil, dan praktis. Semua itu dilakukan juga dengan mempertimbangkan sejauh mana materi yang telah diajarkan dan dikuasai peserta didik, sehingga tes yang dilakukan untuk mengukur pemahaman peserta didik benar-benar bisa menjadi alat evaluasi yang tepat.

Selain itu, jika pengajaran melibatkan penggunaan media pembelajaran, maka evaluasi terhadap media pembelajaran pun perlu dilakukan. Evaluasi terhadap penggunaan media pembelajaran dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.28

Jadi, dalam pembelajaran bukan hanya peserta didiknya saja yang perlu dievaluasi, melainkan media yang disertakan ke dalam KBM juga perlu dievaluasi untuk mengetahui pembelajaran yang selama ini telah dilakukan sudah berjalan secara efektif atau belum. Jika belum, maka hasil evaluasi digunakan untuk mengetahui hal apa saja yang perlu diperbaiki. Namun jika sudah, maka hasil evaluasi digunakan sebagai tolak ukur efektivitas pembelajaran.

28

Asep Henry Hermawan, dkk., Media Pembelajaran Sekolah Dasar,(Bandung: UPI Press, 2007), h. 250.

(40)

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” , yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”.29

Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (wasilah) atau pengantar pesan pengirim ke penerima pesan.30 Bahkan, Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Techology/ AECT) di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.31

Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah semua bahan dan alat fisik yang bisa digunakan untuk menyalurkan pengajaran dan membantu memfasilitasi peserta didik dalam memahami suatu materi ajar. Media pembelajaran mencakup bahan-bahan tradisional, seperti papan tulis, buku pegangan, bagan, slide, OHP/OHT, objek-objek nyata, dan rekaman video atau film. Selain itu, juga bisa berupa bahan-bahan yang lahir dari metode mutakhir, seperti komputer, DVD, CD-Room, internet, dan penggunaan fasilitas konferensi video secara interaktif (video call).

Media pembelajaran diperlukan untuk membantu komunikasi guru dengan peserta didik, sehingga peserta didik dapat menangkap pesan atau inti pembelajaran dengan baik. Namun, adakalanya pesan tersebut tidak diserap dengan baik oleh peserta didik sebagai komunikan, dan ini disebabkan oleh adanya gangguan dan hambatan.

Hal tersebut terjadi pada komunikasi, pesan, dan saluran. Misalnya, peserta didik tidak mengerti materi yang disampaikan oleh guru disebabkan peserta didik tersebut sejak awal tidak menyimak dangan baik karena mengantuk, sehingga peserta didik mengalami gangguan. Jika seorang guru mengajar dengan cara yang tidak antusias, tidak bersemangat, atau dalam

29

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 120.

30

Azhar Arsyad, Media pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 3.

31

Association of Education and Communication Techology dalam Arif S. Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 6.

(41)

keadaan yang tidak baik, tentu akan terjadi gangguan pada sumbernya atau komunikator.

Penggunaan media pembelajaran sangat penting bagi proses belajar mengajar. Dikatakan demikian karena media pendidikan sangat membantu pengajar dalam memberikan pembelajaran secara maksimal, efektif, serta efisien. Meski demikian, keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang digunakan oleh pengajar.

Guru kemudian harus menggunakan media dengan kualitas baik untuk memfasilitasi pembelajaran atau meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran. Sebab, proses komunikasi untuk memfasilitasi pembelajaran bisa mejadi sebuah proses yang menantang, yang sering kali membutuhkan usaha-usaha kreatif untuk mencapai sebuah ragam tujuan-tujuan pengajaran yang implisit.

Dalam dunia pendidikan, media pembelajaran terdiri atas dua unsur, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (massage/software).32 Software merupakan informasi atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik, sedangkan hardware berupa peralatan atau sarana yang digunakan untuk menyajikan pesan atau bahan ajar tersebut.

Dengan demikian, media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan. Namun, yang terpenting bukanlah terletak pada bentuk fisik media itu semata, tetapi pada pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut.

b. Tujuan penggunaan media pembelajaran

Tujuan umum digunakannya media pembelajaran adalah untuk memudahkan pemerolehan aspek afektif, kognitif, dan psikomotor yang sangat penting dalam proses pembelajaran peserta didik.33 Tiga aspek tersebut menjadi indikator keberhasilan peserta didik untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

32

AECT dalam Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012) h. 9.

33

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta, GP Press: 2012), h. 22.

(42)

1) Ranah Kognitif

Tujuan yang hendak dicapai dari penggunaan media pembelajaran pada ranah kognitif adalah melalui media pembelajaran peserta didik dapat meningkatkan kemampuan yang bersifat intelektual atau kognitif. Kemampuan tersebut terdiri atas pengetahuan, pemahaman, penerapan, penguraian/analisis, sintesis, dan penilaian.

2) Ranah Afektif

Pada ranah afektif, kemampuan yang dituju dari penggunaan media adalah berkaitan dengan rasa, sikap, dan tingkah laku. Terdiri atas penerimaan, tanggapan, penghargaan, pengaturan, dan karakterisasi.

3) Ranah Psikomotorik

Kemampuan yang diterapkan melalui media pengajaran adalah kemampuan yang bersifat jasmaniah atau fisik. Ranah psikomotorik ini terdiri atas persepsi, kesiapan untuk menyesuaikan, respons berpandu, mekanisme, respons terbuka yang bersifat kompleks, dan organisasi.

Jadi, media pembelajaran merupakan wadah dari materi ajar yang ingin disampaikan oleh guru kepada peserta didik. Tujuannya adalah untuk mencapai proses belajar yang efektif dan efisien. Jika guru mampu memanfaatkan media pembelajaran dengan tepat serta maksimal, maka peserta didik akan mampu menyerap segala materi yang disampaikan serta meningkatkan performa pengajaran guru tersebut.

c. Fungsi Media Pembelajaran

Fungsi dari media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar.34 Untuk beberapa hal, media pembelajaran bahkan berperan menggantikan fungsi guru sebagai sumber belajar utama. Namun, hal tersebut bukan berarti media menggantikan sepenuhnya peran guru di depan kelas.

Ciri-ciri umum media pembelajaran yang mampu merekam, menyimpan, melestarikan, merekonstruksi, dan mentransportasikan suatu

34Ibid

., h.36.

Gambar

Tabel 2.1 : Media Visual Diam .............................................................................38
 Tabel 2.1 Jenis Media Produk Media Kelebihan
Gambar dibanding
 Tabel 2.3 Jenis Media Produk Media Kelebihan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena informasi keuangan di atas disusun berdasarkan laporan keuangan untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, maka informasi tersebut bukan

Dari analisis koefisien determinasi dapat dijelaskan bahwa citra merek, harga, dan kualitas produk mempengaruhi keputusan pembelian handphone Xiaomi di Kota Langsa

Strategi Pengelolaan Kelas Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 2 Krembung Sidoarjo. Malang: Universitas

Membuat Sendiri Sms Gateway Berbasis Protokol SMPP , Andi, Yogyakarta. Belajar Sendiri Mikrokontoller AVR Seri ATMega16 ,

Homepage ini terdapat halaman admin sehingga pengelola dapat mengupdate produknya dengan cepat sesuai dengan data terbaru yang di input, bahkan setelah diinput admin barang

Profil Tingkat Penalaran Dan Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Menggunakan Ranking Task Exercise.. Universitas Pendidikan

Letak lokasi tanah yang akan dibuatkan Tidak 1 (satu) Minggu Petunjuk Teknis Program Pem- Kepmenkop & UKM Hak Atas Tanah Program sertifikasi. sertifikat jelas batas-batasnya

Hubungan antara indeks masa tubuh dengan kelincahan (Agility)dan daya tahan cardiovaskular (VO2Max) pada cabang olah raga pencak silat.. Universitas Pendidikan Indonesia