• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Persamaan Pengeluaran

5.2. Efektivitas Kinerja Program Kredit Domba

Dalam penyaluran kredit ternak domba perlu diketahui apakah

pelaksanaannya sudah efektif atau tidak dalam mencapai tujuannya yaitu

meningkatkan pendapatan petani. Informasi keefektifan program tersebut dapat

dilakukan dengan monitoring dan evaluasi kinerja program.

Efektivitas kinerja program kredit domba di Kabupaten Bogor dikaji dari

aspek input, proses, output, outcome danbenefit dengan tolak ukur menggunakan Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Usaha Budidaya Ternak Domba 2006.

Pengukuran terhadap outcome, impact dan benefit dilakukan secara partisipatif melibatkan masyarakat dan aparat pemerintah. Jumlah responden masyarakat

adalah 75 orang yang merupakan penerima kredit ternak domba. Responden dari

aparat berjumlah lima orang dan dari UPP satu orang yang berkaitan dengan

program kredit ternak. Hasil penilaian kinerja program terhadap indikator input

yang digunakan di Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 30.

Tabel 30. Hasil Penilaian Input Program Kredit Domba di Kabupaten Bogor

Kriteria Input Hasil Penilaian Skor

Jumlah kredit domba Sesuai anggaran atau paket 0.6

Karakteristik kredit domba Jenis dan umur tidak sesuai dengan

anggaran atau paket

1.0

Sumber kredit domba Pemerintah 0.4

Aparat yang terlibat Kabupaten, Kecamatan dan Kelompok

Ternak

2.0

Kelembagaan yang terlibat Pemerintah dan masyarakat 1.0

Pelatihan untuk petani Mengikuti pelatihan 0.7

Tambahan lain paket kredit Tidak ada 0.9

Berdasarkan Tabel 30 diperoleh bahwa hasil penilaian terhadap aspek

input program kredit domba ini tergolong kurang berhasil. Total skor aspek input

adalah 6.6 yang berada pada kategori kurang berhasil (skor 3.6-7.0). Adapun

secara umum faktor yang menghambat kinerja aspek input ini adalah

ketergantungan terhadap dana pemerintah yang terbatas sehingga paket kredit

yang diterima setiap petani tidak merata. Misalnya satu petani bisa mendapatkan

paket kredit berupa domba beserta substansi pendukungnya, namun pada petani

lain hanya mendapatkan paket kredit ternak saja. Selain itu jumlah kredit yang

diberikan relatif kecil yaitu berkisar antara dua sampai lima ekor. Menurut

Karo-Karo (2005) skala ekonomis pemeliharaan domba adalah minimal dua puluh ekor

induk sehingga diperoleh pendapatan rata-rata dua sampai empat ekor per bulan.

Mengingat paket yang diberikan berupa natura (domba), maka

Karakteristik ternak domba yang diberikan pemerintah tidak seragam artinya ada

peternak yang mendapatkan jenis ternak unggul sesuai dengan paket dan ada yang

tidak. Namun demikian, faktor pendukung kinerja program ini adalah komitmen

pemerintah dalam pelaksanaan pelatihan program dan adanya keterlibatan

lembaga masyarakat dalam program tersebut. Pelaksanaan pelatihan beternak

domba merupakan salah satu bentuk pendampingan pemerintah untuk membantu

peternak mencapai hasil yang lebih baik.

Hasil penilaian terhadap indikator proses yang digunakan untuk mengukur

kinerja program kredit domba di Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 31.

Tabel 31. Hasil Penilaian Proses Program Kredit Domba di Kabupaten Bogor

Kriteria Proses Hasil Penilaian Skor

Identifikasi kebutuhan petani Keputusan aparat atau pemberi kredit 0.5

Sosialisasi program Dilakukan 0.7

Lembaga sosialisasi program Dinas melibatkan kelompok ternak/tani 1.0

Penentuan lokasi program ini Dinas atau pemberi kredit 0.0

Penentuan petani sasaran Dinas melibatkan kelompok ternak/tani 1.0

Kesesuaian program dengan kebutuhan petani

Sesuai 0.7

Proses pengajuan Pengajuan tidak sulit 1.0

Penentuan jumlah paket Pemerintah 0.4

Jaminan peternak Tidak ada 1.0

Pendampingan dari petugas 1-5 kali 1.6

Materi pendampingan Berkaitan dengan usaha domba 1.4

Biaya program Tidak ada 1.0

Lama pengajuan hingga pencairan Lama 0.8

Jumlah pengembalian Tidak memberatkan 0.6

Waktu pengembalian Memberatkan 0.3

Karakteristik domba yang dikembalikan

Tidak sesuai paket kredit 0.0

Pemantauan atau pengawasan Hanya dilakukan oleh ketua kelompok 1.0

Yang terlibat dalam proses penyetoran ternak

Dinas dan kelompok 1.0

Proses evaluasi program Dinas atau pemberi kredit 0.0

Berdasarkan Tabel 31 diperoleh bahwa total skor hasil penilaian terhadap

domba tergolong kurang berhasil ditunjukkan dengan nilai skor tersebut berada

pada interval skor 7.1-14.0.

Faktor yang mendukung keberhasilan program ini adalah kebutuhan dari

masyarakat atau petani ternak sejalan dengan program yang diberikan pemerintah

yaitu usaha peternakan domba. Selain itu adanya partisipasi masyarakat dan

pemerintah sebagai pemberi kredit menjadikan proses sosialisasi hingga realisasi

program perguliran domba ini berjalan lancar. Kemudian ditambah dengan proses

pengajuan yang tidak menyulitkan peternak sebagai penerima kredit. Berbeda

dengan pinjaman bank pada umumnya, program ini tidak perlu menggunakan

jaminan atau agunan, namun kelompok itu sendirilah yang menjadi jaminan

sehingga proses pengajuannya pun melalui kelompok secara kolektif.

Namun demikian perlu juga lebih diperhatikan proses pemantauan,

pengawasan, pendampingan dan evaluasi yang selama ini sebagian besar hanya

dilakukan oleh dinas dan ketua kelompok tani/ternak. Walaupun pemberian

domba ditujukan untuk peternak terpilih melalui ketua kelompok, secara tidak

langsung keterlibatan masyarakat luas perlu ditingkatkan. Hal ini mengingat

bahwa kredit domba yang diberikan pemerintah berbentuk perguliran, dimana

kredit domba yang harus dikembalikan akan diteruskan ke petani lain yang belum

menerima kredit tersebut. Dengan demikian adanya kesadaran peternak yang

sudah menerima kredit ditambah adanya kontrol dari masyarakat akan lebih

memudahkan proses program kredit domba tersebut. Hal ini dipertegas oleh

Stiglitz (1990), bahwa pinjaman dalam bentuk kelompok dengan memanfaatkan

kelompok, akan memudahkan dalam mekanisme monitoring sehingga

berimplikasi terhadap tingkat pengembalian ternak yang tinggi.

Secara umum proses pengembalian kredit dibuat semudah mungkin,

dimana petani tidak perlu mendatangi pemberi kredit, namun cukup dikumpulkan

di ketua kelompok untuk kemudian dinas yang akan mengambilnya. Jumlah

pengembaliannya pun tidak memberatkan bagi petani, hanya saja waktu yang

ditetapkan pemerintah untuk pengembalian cukup memberatkan. Hal ini terkait

dengan input ternak yang kondisinya tidak seragam, ada yang sudah cukup umur

untuk dikawinkan dan ada yang memang masih sangat kecil. Hal tersebut

tentunya akan mempengaruhi produksi ternak dan akhirnya akan menghambat

proses pengembalian.

Kelemahan lainnya adalah proses pendampingan yang dilakukan

pemerintah terhadap masyarakat seringnya dilakukan pada tahap awal program

berjalan. Selanjutnya proses pendampingan lebih banyak dilakukan oleh ketua

kelompok tani/ternak. Hal ini terjadi karena masyarakat penerima kredit sulit

meluangkan waktunya untuk mengikuti rapat kelompok ataupun kegiatan

kelompok lainnya, disamping keterbatasan tenaga pendamping di lapangan.

Kondisi ini seharusnya membuat peternak lebih mandiri tidak hanya terpaku pada

penyuluh. Namun demikian seringkali petani tidak cukup memanfaatkan fungsi

kelompok tani/ternak yang telah mereka bentuk untuk mendapatkan informasi

yang terkait dengan usaha yang dijalankan.

Walaupun proses pengajuan hingga realisasi program ini cukup mudah,

namun prosesnya memerlukan waktu yang lama. Hal ini cukup beralasan karena

dalam setahun sehingga jika terdapat pengajuan kredit baru di luar yang sudah

dianggarkan akan diproses untuk anggaran tahun berikutnya.

Hasil penilaian terhadap indikator output yang digunakan untuk mengukur

kinerja program kredit domba disajikan pada Tabel 32.

Tabel 32. Hasil Penilaian Output Program Kredit Domba di Kabupaten Bogor

Kriteria Output Hasil Penilaian Skor

Jumlah petani yang menerima kredit domba < 15% dari RTP 0.8

Produksi atau jumlah ternak domba Meningkat lebih dari 10% 0.7

Jumlah unit usaha peternakan Tidak meningkat 0.6

Kinerja anggaran subsektor peternakan Meningkat lebih dari 5% 1.6

Kelembagaan masyarakat dalam usahatani atau usahaternak

Meningkat kurang dari 5% 1.2

Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel 32, diperoleh total skor aspek

output adalah 4.9, sehingga output program tergolong ke dalam kategori kurang

berhasil (skor 2.6-5.0). Adapun faktor yang mendukung kinerja aspek output

adalah kemauan masyarakat yang cukup tinggi untuk mengikuti program tersebut.

Namun karena keterbatasan jumlah anggaran, maka tidak banyak peternak yang

berkesempatan mendapatkannya. Oleh karena itu beberapa peternak yang

mendapatkan satu paket kredit dari dinas mencoba untuk membagi paket tersebut

dengan petani lain.

Faktor pendukung lainnya adalah meningkatnya kelembagaan atau

kelompok tani ternak di masyarakat, tetapi masih kurang dari lima persen.

Kelembagaan ini merupakan wadah yang mempermudah peternak untuk

memperoleh kredit karena proses pengajuan harus melalui kelompok bukan

perseorangan. Peningkatan kelembagaan yang masih cukup rendah ini disebabkan

oleh kesibukan petani untuk bekerja sehingga tidak cukup banyak waktu untuk

terlalu banyak. Bahkan ada beberapa petani yang tidak mengetahui apakah mereka

masuk sebagai anggota kelompok atau tidak.

Faktor penghambat kinerja aspek output adalah motivasi petani untuk

meningkatkan produktivitasnya lebih didasarkan karena adanya program kredit

yang identik dengan bantuan sehingga penambahan produksi atau jumlah ternak

yang ada tidak dapat berkelanjutan. Hal ini terlihat dari jumlah unit usaha

peternakan yang tidak mengalami peningkatan. Seringkali peternak menjual

ternak miliknya sendiri ketika mereka mendapatkan kredit domba. Disamping itu,

ada juga petani yang awalnya bukan peternak ikut mengajukan ternak karena

bentuknya dianggap betul-betul program bantuan, sehingga seringkali usaha ini

dilakukan tidak optimal.

Hasil penilaian kinerja program kredit domba terhadap indikator outcome

disajikan pada Tabel 33.

Tabel 33. Hasil PenilaianOutcome Program Kredit Ternak Domba di Kabupaten Bogor

KriteriaOutcome Hasil Penilaian Skor

Peningkatan pendapatan dari usaha Peternakan Meningkat 0.7

Peningkatan jumlah rumahtangga di sektor Peternakan Meningkat 0.6

Peningkatan konsumsi protein hewani Tidak meningkat 0.2

Peningkatan usaha di bidang peternakan Tidak meningkat 0.4

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan usaha Meningkat 0.6

Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel 33, diperoleh total skor aspek

outcome adalah 2.4, sehingga outcome program tergolong ke dalam kategori kurang berhasil (skor 1.3-2.5). Faktor yang mendukung kinerja program aspek

outcome adalah adanya tambahan pendapatan di luar usahatani yaitu usaha ternak domba. Hal ini mengingat bahwa petani yang mendapatkan kredit sebagian besar

mengusahakan domba. Dengan adanya kredit domba mereka diberikan

kesempatan untuk menambah pendapatan mereka yang tadinya hanya diperoleh

dari usaha baikon farm, off farmmaupunnon farm. Namun karena usaha domba ini adalah usaha musiman, maka peningkatan pendapatan tidak terlihat secara

nyata, hanya ketika mereka memerlukan biaya tambahan ada aset yang dapat

diuangkan yaitu dalam bentuk ternak domba itu sendiri.

Faktor pendukung lainnya adalah terjadinya peningkatan jumlah

rumahtangga di bidang peternakan. Hal ini terjadi karena kebanyakan yang

mendapatkan domba adalah petani yang tidak memiliki ternak sebelumnya. Selain

itu dengan mengusahakan domba secara tidak langsung terjadi peningkatan

pengetahuan dan ketrampilan di bidang usaha peternakan.

Sementara itu faktor penghambat kinerja program kredit domba dari aspek

outcome adalah kurang ada peningkatan usaha di bidang peternakan. Hal ini terlihat dari usaha domba tidak dapat tumbuh secara berkelanjutan. Para petani

cenderung menjual seluruh ternaknya ketika proses pengembalian kredit sudah

dapat diselesaikan bahkan yang menunggak pun sudah menjual seluruh aset

ternaknya karena alasan ekonomi. Selain itu ada juga petani yang beralih ke usaha

ternak selain domba bahkan ada yang menjual ternaknya untuk dijadikan modal

usaha dagang dan lainnya.

Pemberian kredit dari pemerintah juga tidak menyebabkan terjadinya

peningkatan konsumsi protein hewani. Hal ini karena sudah menjadi pola

kebiasaan petani yang kurang menyadari pentingnya mengkonsumsi protein

yang bisanya digunakan untuk keperluan sekolah, hajatan dan bukan untuk

merubah pola konsumsi.

Sementara itu, hasil penilaian kinerja program kredit domba terhadap

indikatorimpactdisajikan pada Tabel 34.

Tabel 34. Hasil PenilaianImpact Program Kredit Domba di Kabupaten Bogor

KriteriaImpact Hasil Penilaian Skor

Menimbulkan ketergantungan dengan bantuan pemerintah Ya 0.4

Terjadi konflik pemanfaatan lahan setelah adanya program Tidak 0.7

Daya dukung lahan mengalami perubahan Ya 0.0

Terjadi persaingan tidak sehat antara petani Tidak 0.6

Pembangunan dana untuk sektor lain jadi berkurang Tidak 1.0

Menumbuhkan dinamika kelompok Ya 0.5

Menumbuhkan sumber ekonomi lain Tidak 0.2

Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel 34, diperoleh total skor aspek

impact adalah 3.4, sehinggaimpact program tergolong ke dalam kategori kurang berhasil (skor 1.8-3.5). Semua indikator tersebut sebaiknya perlu mendapat

perhatian untuk perbaikan ke depan. Adanya program kredit domba telah

menimbulkan ketergantungan masyarakat terhadap bantuan pemerintah.

Masyarakat yang berpendapatan tinggi pada dasarnya mampu mendapatkan

pinjaman dari bank ataupun mampu menggunakan uangnya untuk investasi di

usaha ternak domba. Namun kenyataannya mereka tetap mengandalkan dari

pemerintah untuk investasi di usaha ternak domba dan memilih menggunakan

dananya sendiri untuk ditabung atau konsumsi.

Besarnya kredit domba dari pemerintah sejauh ini belum menimbulkan

konflik penggunaan lahan. Namun ke depan perlu tetap diantisipasi karena lahan

yang sesuai untuk kegiatan peternakan relatif terbatas dan kepemilikan lebih

mengalami perubahan karena penggunaan sumberdaya alam yang terus menerus

dalam hal ini pakan yang diberikan kepada ternak sangat tergantung pada alam

sehingga jika penggunaan sumberdaya tidak bijaksana maka akan berdampak

buruk pada kinerja program.

Kelemahan lain kinerja program kredit domba ini adalah belum

menumbuhkan usaha lain di bidang peternakan seperti industri pengolahan hasil,

industri pakan ternak, maupun pengolahan kompos. Hal ini perlu mendapatkan

perhatian untuk ke depan karena dalam mengusahakan domba ada produk lain

yang dihasilkan juga selain ternaknya sendiri yaitu kotoran domba. Selama ini

kotoran hanya ditumpuk dan digunakan untuk keperluan sawah sendiri. Dengan

partisipasi penyuluh, perlu dilakukan adopsi teknologi seperti pengolahan kotoran

menjadi kompos sehingga nantinya memiliki nilai jual dan akhirnya akan

menambah pendapatan peternak.

Kelebihan dari program ini adalah tidak terjadi persaingan tidak sehat

dalam memperoleh kredit antara peternak dengan petani yang baru. Namun

demikian potensi konflik perlu mendapatkan perhatian di masa yang akan datang.

Oleh karena itu seleksi dalam memilih petani yang akan mendapatkan ternak

sebaiknya lebih berhati-hati. Betul-betul seleksi didasarkan pada kriteria atau

persyaratan yang sudah seharusnya bukan didasarkan pada hubungan kekerabatan

atau kedekatan petani dengan ketua kelompok atau penyuluh.

Hasil penilaian terhadap indikatorbenefityang digunakan untuk mengukur kinerja program kredit domba disajikan pada Tabel 35.

Berdasarkan hasil penilaian diperoleh total skor aspek benefit adalah 2.4, sehingga benefit program tergolong ke dalam kategori kurang berhasil (skor

1.3-2.5). Faktor yang tidak mendukung kinerja program dari aspek benefit adalah belum terjadinya pemerataan pembangunan. Hal ini wajar saja terjadi karena

adanya keterbatasan anggaran dari pemerintah, sementara di sisi lain petani

tergantung dengan keberadaan bantuan dari pemerintah tersebut. Petani dengan

pendapatan tinggi kurang mau memberikan kesempatan kepada petani dengan

pendapatan rendah terlebih dahulu. Faktor lainnya adalah program kredit domba

belum dapat meningkatkan kontribusi terhadap PAD, namun sudah cukup

mensejahterakan masyarakat. Adanya program ini juga mendorong perkembangan

wilayah yaitu dari wilayah terpencil dengan akses informasi sulit menjadi wilayah

yang lebih terbuka aksesnya terhadap informasi. Hal ini didukung oleh datangnya

penyuluh ke wilayah tersebut sebagai sumber informasi.

Tabel 35. Hasil PenilaianBenefit Program Kredit Domba di Kabupaten Bogor

KriteriaBenefit Hasil Penilaian Skor

Pemerataan pembangunan setelah program kredit domba Tidak 0.0

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ya 0.7

Peningkatan kontribusi terhadap PAD Tidak 0.0

Pemanfaatan sumberdaya secara optimal Ya 0.9

Mendorong perkembangan wilayah Ya 0.8

Berdasarkan keseluruhan penilaian kinerja program kredit domba di

Kabupaten Bogor, terlihat bahwa program tersebut kurang berhasil dilaksanakan.

Kurang berhasilnya program tersebut dimulai dari input yang kurang memadai

sehingga akan berpengaruh terhadap penilaian aspek yang lain. Perbaikan ke

depan sebaiknya dimulai dari input dan proses sehingga harapan output, outcome, impact danbenefit dapat tercapai.

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan kondisi wilayah, hasil analisis dan pembahasan diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Adanya kredit domba kurang berdampak pada peningkatan pendapatan

rumahtangga peternak karena target petani kredit yang tidak tepat, dan

innovation institution yang dibangun mengalami kegagalan akibat proses dalam tahapan-tahapan kredit yang tidak sesuai.

a. Pendapatan petani sendiri dipengaruhi oleh produksi ternak, penerimaan

dari kotoran, biaya produksi dan pendidikan responden.

b. Peningkatan produksi ternak domba dipengaruhi faktor jumlah kredit

domba, jumlah domba milik sendiri, kematian ternak, persentase domba

majir, persentase domba betina dan frekuensi mengikuti kegiatan dalam

kelompok.

c. Curahan waktu kerja keluarga untuk usaha domba dipengaruhi oleh faktor

jumlah kredit domba, produksi domba, curahan kerja keluarga untuk usaha

lain, pendapatan usaha domba dan jumlah angkatan kerja keluarga.

2. Kemampuan petani untuk mengembalikan kredit domba dipengaruhi oleh

faktor-faktor produksi ternak domba, waktu pengembalian kredit dan

frekuensi mengikuti kegiatan dalam kelompok sebagai sarana bertukar

informasi. Waktu pengembalian kredit cukup memberatkan sehingga

spesifikasi pengembalian kredit tidak sesuai dengan ketentuan. Bagi petani

kecenderungan dengan waktu pengembalian yang lebih lama, tingkat

pengembalian kredit akan lebih baik.

3. Kinerja program kredit domba yang dilaksanakan pemerintah Kabupaten

Bogor tergolong kurang efektif mencapai tujuannya sehingga tidak berdampak

terhadap peningkatan pendapatan rumahtangga.

a. Kinerja program terhambat oleh faktor paket kredit yang jumlahnya tidak

memenuhi skala ekonomis, jenis ternak yang tidak sesuai, spesifikasi

kredit domba yang relatif masih terlalu kecil dan waktu realisasi kredit

yang cukup lama.

b. Kurangnya pendampingan setelah program kredit berjalan mengakibatkan

kurangnya keberlanjutan usaha di bidang peternakan termasuk tidak

mampu menumbuhkan sumber ekonomi lain.

c. Walaupun terjadi peningkatan produksi domba namun kurang mampu

meningkatkan pendapatan rumahtangga

d. Adanya komitmen pemerintah dalam penyediaan anggaran dan

pelaksanaan pelatihan program, adanya partisipasi masyarakat dalam

sosialisasi maupun proses penyaluran, dan kemudahan dalam proses

pengajuan hingga realisasi kredit sangat mendukung kinerja progam kredit

domba di Kabupaten Bogor

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Kredit domba dapat lebih efektif meningkatkan pendapatan petani, jika

dilakukan perbaikan mulai dari aspek input dan proses sehingga akan

a. Target petani yang menerima kredit diseleksi secara tepat.

b. Jumlah paket kredit dapat lebih ditingkatkan sehingga mencapai skala

ekonomis

c. Aturan pengembalian kredit disertai dengan sangsi yang lebih tegas

terhadap petani yang tidak melunasi kredit

d. Pendampingan yang lebih intensif dapat ditingkatkan dengan

mengaktifkan kelompok tani/ternak.

2. Pengembalian kredit petani dapat ditingkatkan melalui peningkatan

produksi domba dengan menambah jumlah kredit domba sehingga

memenuhi skala ekonomis. Selain itu juga mengaktifkan kegiatan

kelompok dengan mengoptimalkan mekanisme kelompok itu sendiri

Asih, D.N. 2008. Dampak Kredit terhadap Usaha Perikanan dan Ekonomi Rumahtangga Nelayan Tradisional di Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Azhari, D.H. 1984. Justifikasi Kredit Program di Indonesia. Laporan Penyelenggaraan Latihan Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian: Analisis Perkreditan dalam Usahatani. Kerjasama Balai Latihan Pegawai Pertanian Cihea dengan Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Azriani, Z. 2008. Peranan Bank Perkreditan Rakyat Binaan Bank Nagari terhadap Kinerja Usaha Kecil di Sumatera Barat. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2004. Kecamatan Cisarua dalam Angka Tahun 2004. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Bogor.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2008a. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Bogor.

_________________________________. 2008b. Kecamatan Pamijahan dalam Angka Tahun 2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Indonesia Tahun 2008. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat. 2008. Propinsi Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Bogor.

Baker, C.B. 1968. Credit in the Production Organization of the Firm. American Jurnal of Agricultural Economics, 50 (3): 507-520.

Bank Indonesia. 2001. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Bank Indonesia, Jakarta.

Bank Indonesia. 2008. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta. www.bi.com. Diakses Februari 2008.

Binari. 1993. Analisis Perilaku Meminjam dan Menabung Rumahtangga Pedesaan: Kasus Tiga Desa di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Braverman, A. and J.L. Guasch. 1986. Rural Credit Markets and Institution in Developing Countries: Lesson for Policy Analysis from Practice and Modern Theory. World Development, 14 (10/11): 1253-1267.

Debertin, D.L. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing Company, New York.

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2007. Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Tahun 2008. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Bogor.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2004. Laporan Data Ternak Negara dari Tahun 1997-2004. Seksi Teknologi Budidaya dan Penyebaran Bidang Produksi Tahun 2004, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Bogor.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2006. Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Usaha Budidaya Ternak Domba. Seksi Teknologi Budidaya dan Penyebaran Bidang Produksi Tahun 2006, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Bogor.

____________________________________________. 2008a. Laporan Kegiatan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Desember 2008. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Bogor.

Dokumen terkait