• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pembiayaan

Dalam dokumen Oleh : RIZQA DIAN UMAMI NIM: (Halaman 30-45)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Efektivitas Pembiayaan

A. Teori Tentang Efektivitas Pembiayaan, KPR Syariah Bersubsidi, dan Kesejahteraan Masyarakat

1. Efektivitas Pembiayaan

a.

Pengertian Efektivitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektivitas berasal dari kata efektif yang memiliki beberapa makna, yaitu: a. Adanya suatu efek (akibat, pengaruh, kesan)

b. Manjur atau mujarab (mengenai obat)

c. Membawa hasil, berhasil guna (mengenai usaha, tindakan) d. Mulai berlaku (mengenai peraturan, perundang-undangan)1

Sedangkan Sondang P. Siagian menulis bahwa efektivitas berkaitan erat bukan hanya dengan penggunaan sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang telah ditentukan sebelumnya dalam batas waktu yang telah ditetapkan untuk pencapaiannya.2

Dalam Kamus Manajemen, efektivitas memiliki arti yakni suatu besaran atau angka untuk menunjukkan sampai seberapa jauh sasaran (target) tercapai.3

H. Emerson yang dikutip langsung oleh Soewarno Handayaningrat menjelaskan pengertian efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 284.

2

Sondang P. Siagian, Teknik Menumbuhkan dan Memelihara Prilaku

Organisasi, (Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 1995), cet. Ke-5, h. 3. 3

B.N. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2005), cet. Ke-2, h. 71.

telah ditentukan sebelumnya, jelasnya apabila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi, apabila tujuan dan sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, maka pekerjaan itu tidak efektif.4

Prof. Dr. Mardiasmo, dalam bukunya yang berjudul

Akuntansi Sektor Publik, memaparkan bahwa pengertian

efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran (output) dengan tujuan atau sasaran yang harus di capai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program.5

Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan efektivitas adalah ukuran standar tercapainya tujuan atau sasaran dari suatu program dengan melihat beberapa indikator sebagai berikut:

1) Ketepatan penyaluran sumber daya, dana, sarana dan prasarana kerja serta waktu (input).

2) Tercapainya tujuan dan sasaran program.

4Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan

Manajemen, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1990), cet. Ke-10, h. 16. 5

Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, (Yogyakarta : ANDI, 2009), h. 132.  

b.

Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.6 Dalam perbankan syariah tidak mengenal istilah kredit, karena bank syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan, bank syariah mengenalnya dengan istilah pembiayaan. Dan juga terdapat perbedaan mendasar mengenai penyaluran dana, dalam perbankan syariah pembiayaan dilakukan dengan prinsip atau dasar tolong-menolong sehingga aspek ibadah dan akhlak menjadi hal yang fundamental dalam kegiatan bisnis terutama bisnis syariah.

Dasar penyaluran dana hanya sekedar bisnis untuk mencari keuntungan, namun sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan untuk masyarakat atau dalam ekonomi islam sering disebut sebagai maqasid syariah. Hal tersebut dinyatakan secara nyata dalam Al-Quran suarah Al-Jumu’ah ayat 10, yaitu:

َﻪﱠﻠﻟا ْاوُﺮُﻛْذاَو ِﻪﱠﻠﻟا ِﻞْﻀَﻓ ْﻦِﻣ ْاﻮُﻐَـﺘْـﺑاَو ِضْرَْﻷا ِﰱ ْاوُﺮِﺸَﺘﻧْﺎَﻓ ُةﻮَﻠﱠﺼﻟا ِﺖَﻴِﻀُﻗ اَذِﺈَﻓ

َنﻮُﺤِﻠْﻔُـﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌﱠﻟ اًﲑِﺜَﻛ

6

Syafii Antonio, Muhammad “Bank Syariah dari Teori ke Paktek” (Jakarta : Gema Insani), 2001.

“Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah

kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.

Atas dasar tersebut, maka pelaksanaan penyaluran pembiayaan yang dilakukan bank syariah lebih menekankan pada moral, etika dan spiritual.7 Menurut Muhammad pada bukunya Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.8 Sedangkan pengertian lainnya menyebutkan bahwa pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.9

Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Dalam UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah “Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan itu berupa:

1) Transaksi bagi hasil berupa Mudharabah dan Musyarakah

2) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT)

7

Ikatan Bankir Indonesia “Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah” (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014) edisi ke-1, h. 27.

8

Muhammad, “Manajemen Pmbiayaan Bank Syariah” (Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2005), h. 24.

9

M. Nur Rianto Al-Arif, “Dasar-dasar Ekonomi Islam” (Solo : PT Era Adicitra Intermedia, 2011), h. 335.

3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam dan Istishna’

4) Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang Qardh

5) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi Multijasa

Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan atau UUS dan pihak lainnya yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan /atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil”.10

Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa pembiayaan adalah suatu pendanaan yang diberikan satu pihak yang kelebihan uang kepada pihak lain yang membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhannya baik dalam bentuk investasi atau konsumtif.

c.

Kriteria Penilaian Efektivitas Berikut beberapa kriteria:11

1) Kegunaan, agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-fungsi yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan dan sederhana.

Agar masyarakat berpenghasilan rendah dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan pembiayaan KPR Subsidi maka diperlukan kegunaan ini, baik dari

10Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tentang perbankan

Syariah.

11 T.Hani Handoko, Manajemen (Yogyakrta: BPFE, 1998), h. 103-105.  

segi penghasilan maupun juga prosedur pengajuan yang mudah.

2) Ketepatan sasaran, semua rencana harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata, dan akurat.

Program KPR Subsidi ini harus tepat sasaran, yaitu diperuntukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Begitu pula menurut Peraturan Kementerian Perumahan Rakyat Nomor 20 pasal 7 tahun 2014 KPR subsidi diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang mempunyai gaji pokok maksimal Rp. 4.000.000,- sebulan, belum pernah memiliki rumah sebelumnya, dan belum pernah mendapatkan rumah subsidi dari pemerintah.

3) Ruang lingkup, yaitu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan, kepaduan, dan konsistensi.

Dalam hal ini meliputi pernyaratan dalam pengajuan pembiayaan dan pemberian fasilitas yang memadai pada KPR Subsidi. Masyarakat berpenghasilan rendah yang ingin mengajukan pembiayaan KPR Subsidi harus memenuhi syarat, sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Kementerian Perumahan Rakyat Nomor 48/PRT/M/2015 pasal 3 ayat 1 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Tidak memiliki rumah yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari yang bersangkutan dan diketahui oleh kepada desa atau lurah setempat;

b) Belum pernah menerima subsidi Pemerintahan untuk pemilikan ruamah;

c) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan d) Menyerahkan fotocopy SPT Tahunan PPh Orang Pribadi

atau surat pernyataan bahwa penghasilan yang bersangkutan tidak melebihi batas penghasilan yang dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri ini.

4) Efektivitas biaya, yaitu menyangkut waktu, usaha, dan aliran emosional.

Program KPR Subsidi ini diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah maka sudah seharusnya biaya yang dibebani pada nasabah ringan dan sesuai dengan kemampuan nasabah. Demikian juga dengan penetapan margin harus sesuai dengan ketentuan Peraturan Kementerian Perumahan Rakyat Nomor 48/PRT/M/2015 pasal 10 ayat 3, yaitu sebasar 5%, dan dalam membayar angsuran pembiayaan, jangka waktu yang di berikan kepada nasabah cukup lama, yaitu 10-20 tahun.

5) Akuntabilitas, yaitu terdiri dari tanggung jawab atas pelaksanaan dan tanggung jawab atas implementasi.

Bank berkewajiban sebagai perantara untuk menyalurkan dana pembiayaan KPR Subsidi dari pemerintah kepada masyarakat berpenghasilan rendah, sedangkan pemerintah berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan seluruh rakyatnya, yaitu salah satunya dengan memberikan bantuan berupa hunian yang layak, dan

nasabah berkewajiban untuk menempati hunian yang diberikan oleh pemerintah tidak diperbolehkan untuk disewakan ataupun diinvestasikan. Sebagaimana peraturan kementerian perumahan rakyat Nomor 48/PRT/M/2015 Pasal 12 tentang pemanfaatan rumah sejahtera tapak disebutkan bahwa:

1. Rumah tapak sejahtera atau satuan rumah sejahtera susun dimanfaatkan sebagai tempat tinggal atau hunian oleh debitur atau nasabah.

2. Jika debitur atau nasabah tidak menempati rumah sejahtera tapak atau satuan rumah sejahtera susun secara terus-menerus dalam waktu 1 (satu) tahun, dapat dilakukan pemberhentian KPR selisih angsuran dan debitur atau nasabah wajib mengembalikan biaya selisih angsuran yang telah diperoleh.

3. Ketentuan mengenai kewajiban debitur atau nasabah mengembalikan biaya selisih angsuran yang telah diperoleh wajib dicantumkan dalam surat pernyataan. 4. Rumah sejahtera tapak atau satuan rumah sejahtera

susun hanya dapat disewakan dan atau di alihkan kepemilikannya dalam hal:

a. Pewarisan,

b. Telah dihuni lebih dari 5 (lima) tahun untuk rumah setahtera tapak,

c. Telah dihuni lebih dari 20 (dua puluh) tahun untu satuan rumah sejahtera susun, dan

d. Pindah tempat tinggal akibat peningkatan sosial ekonomi atau untuk kepentingan bank pelaksana dalam rangka penyelesaian kredit atau pembiayaan bermasalah.

5. Pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 huruf b, huruf c, dan huruf d hanya dapat dilakukan kepada MBR sesuai ketentuan perundang-undangan.

6. Pindah tempat tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat 4 huruf d dibuktikan dengan:

a. Surat keterangan pindah dari pihak yang berwenang dilokasi rumah sejahtera tapak atau satuan rumah sejahtera susun berada, dan

b. Surat pernyataan bahwa yang bersangkutan telah atau akan memiliki rumah lain.

7. Pelaksanaan ketentuan pada ayat 4 huruf e dilakukan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan atau Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

6) Ketepatan waktu, dengan membuat perencanaan yang sesuai dengan perubahan yang sedang terjadi.

Sebagaimana peraturan kementerian perumahan rakyat Nomor 48/PRT/M/2015 Pasal 20 ayat 7 dijelaskan bahwa Pencairan biaya selisih angsuran sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dilakukan selambat-lambatnya dua hari kerja setelah dokumen permintaan pencairan biaya.

d.

Jenis-jenis Pembiayaan Bank Syariah

Pembiayaan pada bank syariah memiliki beberapa jenis. Secara garis besar, produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu :12

1) Pembiayaan dengan prinsip Jual beli ( Ba’i )

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda, tingkat keuntungan ditentukan didepan sebelum terjadi akad jual beli dan keuntungan tersebut menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan yakni sebagai berikut:

1) Pembiayaan Murabahah

Murabahah merupakan akad transaksi jual-beli, dengan melakukan penjualan pada tingkat keuntungan yang disepakati. Berikut skema pembiayaan Murabahah, skema Pembiayaan Rumah dengan akad Murabahah.13 Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual-beli dan jika telah

12

Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah” (Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2005), h. 91.

13

Rosly, saiful Azhar, Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets. Dinamas Publishing. Kuala Lumpur. 2007, h. 87-90.

disepakati tidak dapat berubah selama berlangsungnya akad.

2) Pembiayaan Salam

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilah mirip seperti ijon, namun dalam transaksi Salam ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. 3) Pembiayaan Istishna

Istishna merupakan akad jual-beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dengan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.14 Skema Istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

2) Pembiayaan dengan prinsip bagi Hasil

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi adalah sebagai berikut:

1) Pembiayaan Musyarakah

Transaksi musyarakah didasari adanya keinginan dari dua belah pihak atau lebih untuk bekerjasama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki, dengan memadukan kemampuan

14

Dr. Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah dalan Teori dan Praktik. (Yogyakarta : Deepublish, 2014), h. 156.

masing-masing pihak untuk mewujudkan tujuan awal dari transaksi musyarakah tersebut.

2) Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah adalah bentuk kejasama antara dua pihak atau lebih, di mana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan yang telah disepakati bersama.

3) Pembiayaan dengan prinsip Sewa (Ijarah)

Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT) merupakan sewa (Ijarah) dari suatu aset riil, yaitu pembeli rumah meyewa rumah yang telah dibeli oleh bank, dan di akhiri dengan perpindahan kepemilikan dari bank kepada pembeli rumah. Dalam akad IMBT ini berdapat dua akad, yaitu akad Jual-Beli (Al-Ba’i), dan akad IMBT sendiri, yang merupakan akad sewa-menyewa yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan di akhir masa sewa.15

4) Pembiayaan dengan Akad Pelengkap

Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, meskipun tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti

15

Dr. Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah dalan Teori dan Praktik. (Yogyakarta : Deepublish, 2014), h. 157.

biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini.

Adapun jenis-jenis akad pelengkap ini adalah:16 a) Hiwalah (Alih Hutang-Piutang)

Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam praktek perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.

b) Rahn (Gadai)

Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kepada bank untuk memberikan pembiayaan. Atas persetujuan bank, nasabah dapat menggunakan barang tertentu yang digadaikan dengan tidak mengurangi nilai dan merusak barang yang digadaikan.

c) Qardh

Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam empat hal, yaitu:

a) Sebagai pinjaman talangan haji.

b) Sebagai pinjaman tunai dari produk kartu kredit syariah.

c) Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil. d) Sebagai pinjaman kepada pengurus bank.

16Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan.

Rajagrafindo Persada. Edisi Ke-3. 2006, h. 105).  

d) Wakalah (Perwakilan)

Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu.

e) Kafalah (Garansi Bank)

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk mendapatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula menerima dana

tersebut dengan prinsip wadi’ah. Bank

mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang diberikan.

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:17

1) Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produktif, perdagangan, maupun investasi. 2) Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang

dipergunakan untuk memenuhi konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

17

Syafii Antonio, Muhammad, “Bank Syariah dari Teori ke Praktek”, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 167.

e.

Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan stake holder, yakni:18

1) Pemilik, dari sumber pendapatan pada pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.

2) Pegawai, mereka mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya.

3) Masyarakat, sebagai pemilik dana mengharapakan dari dana yang diinvestasikan akan memperoleh bagi hasil.

4) Pemerintah, terbantu dalam pembiayaan pembangunan negara dari penghasilan pajak yang diperoleh.

5) Bank, hasil dari penyaluran pembiayaan diharapkan bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahannya agar tetap bertahan dan meluaskan jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya.

Ada beberapa fungsi pembiayaan yang di berikan bank syariah kepada masyarakat penerima diantaranya:

1) Meningkatkan daya guna uang, yaitu seperti yang digunakan oleh perusahaan melalui pembiayaan dapat memperluas usahanya.

2) Meningkatkan daya guna barang, dengan adanya

pembiayaan membantu perusahaan untuk memproduksi

18

Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah” (Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 2005), h. 20.

barang mentah menjadi barang jadi yang dapat digunakan oleh masyarakat.

3) Meningkatkan peredaran uang, melalui pembiayaan yang disalurkan kepada pengusaha dapat meningkatkan peredaran uang giral dan sejenisnya.

4) Menimbulkan kegairahan berusaha, bantuan pembiayaan yang diterima oleh pengusaha dari bank akan meningkatkan produktivitas.

5) Stabilitas ekonomi, dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilitas pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara lain:

a) Pengendalian inflasi b) Peningkatan ekspor c) Rehabilitasi prasarana

d) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat

6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional, para pengusaha yang mendapat pembiayaan tentu berusaha untuk meningkatkan usahanya, peningkatan usaha berarti peningkatan profit atau pendapatan, dan melalui itulah devisa negara akan mneingkat secara otomatis.

Dalam dokumen Oleh : RIZQA DIAN UMAMI NIM: (Halaman 30-45)

Dokumen terkait