• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Landasan Teori

5. Efikasi Diri

a. Pengertian Efikasi Diri

Stajkovic dan Luthans (dalam Avey, Luthans, Smiths, & Avolio, 2010) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan diri individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam mengarahkan segala usaha agar berhasil dan sukses dalam melaksanakan tugas yang dihadapinya.

Alwisol (2004:344) berpendapat bahwa efikasi diri adalah persepsi mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyaknan bahwa diri memiliki kemampuan tindakan yang diharapkan.

Menurut Bandura dan Wood (1989:806) menyatakan efikasi diri sebagai: “beliefs in one’s capabilities to mobilize the

motivation, cognitive resources, and course of action needed to

meet given situatuonal demands”. Efikasi diri adalah keyakinan terhadap kemampuan seseorang untuk menggerakkan motivasi, sumber-sumber kognitif, dan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan dari situasi yang dihadapi.

Bandura (1997: 3) menjelaskan “Perceived self efficacy refers

to beliefs in one’s capabilities to organize and execute the course

of action required to produce given attainments”. Self efficacy atau efikasi diri merupakan persepsi individu akan keyakinan kemampuannya melakukan tindakan yang diharapkan. Keyakinan efikasi diri mempengaruhi pilihan tindakan yang akan dilakukan, besarnya usaha dan ketahanan ketika berhadapan dengan hambatan atau kesulitan. Individu dengan efikasi diri tinggi memilih melakukan usaha lebih besar dan pantang menyerah. Bandura

(dalam Eko ferridiyanto, 2012) “Perceived self efficacy contributes

to motivation’’. Efikasi diri seseorang memiliki efek utama terhadap perilaku individu tersebut salah satunya adalah motivasi. Individu dengan efikasi diri yang tinggi mengerahkan usaha yang lebih besar. Secara kontekstual, Bandura memberikan definisi bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimilikinya untuk menghasilkan tingkatan

performa yang terencana, dimana kemampuan tersebut dilatih, digerakkan oleh kejadian-kejadian yang berpengaruh dalam hidup seseorang.

Dalam kamus besar bahasa indonesia kata efikasi (efficacy)

memiliki arti kemujaraban atau kemanjuran, maka secara harfiah efikasi diri berarti kemujaraban diri.

Dari berbagai teori diatas, dapat disimpulkan bahwa inti dari efikasi diri adalah keyakinan atas kemampuan diri. Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang untuk memanage kemampuan dirinya yang diimplementasikan dengan serangkaian tindakan dalam memenuhi dan menyelesaikan tuntutan yang ada dalam hidupnya.

b. Proses Terjadinya Efikasi Diri

Efikasi diri dapat terjadi melalui beberapa jenis proses (Bandura, 1997), yaitu :

1) Proses Motivasional

Individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan meningkatkan usahanya untuk mengatasi tantangan dengan menunjukkan usaha dan keberadaan diri yang positif. Hal tersebut memerlukan perasaan keunggulan pribadi (sense of personal efficacy).

2) Proses Kognitif

Efikasi diri yang dimiliki individu akan berpengaruh terhadap pola pikir yang bersifat membantu atau menghambat. Bentuk-bentuk pengaruhnya yaitu :

(a)Jika efikasi diri semakin tinggi maka semakin tinggi pula penetapan suatu tujuan dan akan semakin kuat pula komitmen terhadap tujuan yang ingin dicapai.

(b)Ketika menghadapi situasi-situasi yang kompleks, individu mempunyai keyakinan diri yang kuat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan mampumempertahankan efisiensi bersifat analitis. Sebaliknya, jika individu bersifat ragu-ragu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya maka biasanya tidak efisien dalam bersikap analitis.

(c)Efikasi diri berpengaruh terhadap antisipasi tipe-tipe gambaran konstruktif dan gambaran yang diulang kembali. Individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan memiliki gambaran keberhasilan yang diwujudkan dalam penampilan dan perilaku yang positif dan efektif. Sebaliknya individu yang merasa tidak mampu cenderung merasa mempunyai gambaran kegagalan.

(d)Efikasi diri berpengaruh terhadap fungsi kognitif melalui pengaruh yang sama dengan proses motivasional dan pengolahan informasi. Semakin kuat keyakinan individu akan

kapasitas memori, maka semakin kuat pula usaha yang dikerahkan untuk memproses memori secara kognitif dan meningkatkan kemampuan memori individu tersebut.

3) Proses afektif

Efikasi diri berpengaruh terhadap seberapa banyak tekanan yang dialami oleh individudalam situasi-situasi yang mengancam. Individu yang percaya bahwa dirinya dapat mengatasi situasi-situasi yang mengancam yang dirasakannya, tidak akan merasa cemas dan terganggu dengan ancaman tersebut.

Bandura (dalam Gibson, 1996:165) percaya bahwa persepsi dari kemampuan seseorang adalah pemikiran terbaik sebagai tempat dari evaluasi khusus. Individu mengevaluasi pencapaian mereka dimasa lampau dan yang aktual, prestasi orang lain, dan pernyataan-pernyataan emosi mereka sendiri. Disamping mempengaruhi aktivitas pilihan, tugas-tugas dan situasi seseorng, evaluasi ini juga mempengaruhi berapa banyak usaha yang dikeluarkan dan berapa lama orang tersebut terus menerus berusaha untuk berhasil.

Selanjutnya, Bandura (dalam R. Kreitner, 2005:170) menggambarkan sebuah model bagaimana efikasi diri dapat mengukur jalan menuju keberhasilan atau kegagalan. Rasa

kemampuan seseorang mempengaruhi persepsi, motivasi dan prestasinya.

Gambar 2.1 Sumber Efikasi Diri

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri

Selanjutnya lebih spesifik Bandura (2007) mengungkapkan bahwa terdapat 4 faktor yang dapat memengaruhi efikasi diri seseorang, yaitu:

1) Pencapaian prestasi

Faktor ini didasarkan oleh pengalaman-pengalaman yang dialami individu secara langsung. Apabila seseorang pernah mengalami keberhasilan dimasa lalu maka dapat meningkatkan efikasi dirinya.

2) Pengalaman orang lain

Individu yang melihat orang lain berhasil dalam melakukan aktivitas yang sama dan memiliki kemampuan yang sebanding dapat meningkatkan efikasi dirinya. Individu yang pada awalnya memiliki efikasi diri yang rendah akan sedikit berusaha untuk dapat mencapai keberhasilan seperti yang diperoleh orang lain. 3) Bujukan lisan

Individu diarahkan dengan saran, nasehat dan bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinan bahwa kemampuan- kemampuan yang dimiliki dapat membantu untuk mencapai apa yang diinginkan.

4) Kondisi emosional

Seseorang akan lebih mungkin mencapai keberhasilan jika tidak terlalu sering mengalami keadaan yang menekan karena dapat menurunkan prestasinya dan menurunkan keyakinan akan kemampuan dirinya.

d. Dimensi dan Indikator Efikasi Diri

Menurut Bandura (dalam M. Ghufron & Rini, 2010:88), efikasi diri pada individu dapat dianalisa berdasarkan dimensinya, yaitu:

1) Magnitude (tingkat kesulitan), dimensi ini berhubungan dengan tingkat kesulitan tugas. Jika seseorang dihadapkan pada tugas- tugas yang disusun menurut tingkat kesulitan yang ada, maka pengharapannya akan jatuh pada tugas-tugas yang sifatnya mudah, sedang dan sulit. Individu akan melakukan tindakan yang dirasakan mampu untuk dilaksanakannya dan akan tugas- tugas yang diperkirakan diluar batasan kemampuan yang dimilikinya.Pada dimensi ini dimana fokus pada tujuan menjadi aspek utama, maka indikator yang menunjang terciptanya dimensi ini adalah:

(a)mampu menyelesaikan tugas yang diberikan

(b)dapat menyelesaikan tugas dengan tingkat kesulitan yang tinggi

(c)pantang menyerah dengan kesulitan yang dihadapi (d)menghindari tugas diluar batas kemampuan

(e)selalu menghadapi kesulitan dan berusaha menanganinya (f)mampu memberikan gagasan yang positif

2) Generality (luas bidang perilaku), dimensi ini menjelaskan keyakinan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu

dengan tuntas dan baik. Setiap individu memilki keyakinan kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan ruang lingkup tugas yang berbeda pula. Pada dimensi generality, fokus pada kesungguhan bekerja menjadi aspek yang membangun dimensi ini, indikator yang terdapat pada dimensi ini adalah:

(a)memiliki keyakinan bahwa usaha yang dilakukan dapat mencapai tujuan dan tuntutan yang harus dicapai

(b)mampu memecahkan masalah

(c)memiliki keyakinan diri atas kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi berbagai macam tugas

3) Strength (kekuatan keyakinan); yakni berhubungan dengan derajat kemantapan individu terhadap keyakinannya. Tingkat efikasi diri yang lebih rendah mudah digoyangkan oleh pengalaman-pengalaman yang memperlemahnya, sedangkan orang yang memiliki efikasi diri yang kuat akan tekun dalam meningkatkan usahanya meskipun dijumpai pengalaman yang memperlemahnya. Dimensi ini berkaitan dengan dimensi

magnitude, dimana makin tinggi taraf kesulitan tugas yang dihadapi maka akan makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya. Pada dimensi ini semangat kerja dan ketegasan menjadi aspek utama yang membangun dimensi ini, dengan kata lain indikator pada dimensi ini adalah:

(b)tekun menyelesaikan tugas yang diberikan dengan tuntas (c)mempunyai harapan yang tinggi pada setiap tugas yang

dikerjakan

6. Kinerja Pegawai

Dokumen terkait