• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Landasan Teori

4. Keselamatan Kesehatan Kerja

Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan keselamatan, perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan kerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produktivitas dan kinerjanya. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai permasalahan disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya.

Robert L. Mathis dan John Jackson (2009:487) Keselamatan kerja merupakan kondisi dimana kesejahteraan fisik karyawan dilindungi, sedangkan kesehatan kerja merupakan keadaan umum dari kesejahteraan fisik, mental, dan emosional para karyawan dimana mereka bekerja. Menurut Wilson (2012:377) keselamatan kerja adalah perlindungan terhadap keamanan kerja yang dialami pekerja, baik fisik, maupun mental dalam lingkungan pekerjaan. Sedangkan menurut Rowley dan Jackson (2012:181) keselamatan kerja adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang.

Adapun Megginson dalam Mangkunegara (2011:161) menjelaskan keselamatan kerja adalah dimana menunjukkan suatu

kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, pendengaran. semua itu sering dihubungkan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan.

Resiko akan keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kerugian fisik dan non fisik bagi karyawan maupun perusahaan. Untuk fisik seperti patah tulang, kebakaran, memar, terpotong, terkilir dan kehilangan anggota tubuh lainnya. Sedangkan nonfisiknya dapat menyebabkan orang tersebut menjadi troma dan menggangu mentalnya.

b. Pengertian Kesehatan Kerja

Suatu hal penting yang perlu diperhatikan dan sering pula dilupakan oleh perusahaan yaitu kesehatan kerja para karyawannya. Ini merupakan hal yang paling inti dalam melindungi dan salah satu kegiatan manajemen untuk mempertahankan para sumber daya manusia yang bermutu. Dengan adanya program kesehatan kerja yang baik bukan hanya akan menguntungkan para karyawan secara material namun juga berdampak pada produksi serta produktivitas perusahaan.

Menurut Rowley dan Jackson (2012:177) kesehatan kerja adalah kondisi yang merujuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum. Sedangkan menurut Megginson dalam Mangkunegara (2011:161) kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari kondisi yang bebas dari fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja adalah suatu usaha dan aturan-aturan untuk menjaga kondisi perburuhan dari kejadian atau keadaan yang merugikan kesehatan dan kesusilaan, baik keadaan yang sempurna fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal.

c. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menciptakan suasana yang kondusif bagi Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) karyawan merupakan hal yang penting sebagai salah satu kegiatan pemeliharaan manajemen perusahaan untuk melindungi sumber daya manusia serta aset perusahaan dalam mencegah bahaya yang tidak bisa diprediksikan. Berdasarkan Undang-undang nomor 14/tahun 1969 pasal 9 dalam

Sedarmayanti (2011:208) diutarakan bahwa: “Tiap tenaga kerja

berhak mendapat perlindungan atau keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai

Keselamatan kesehatan kerja adalah suatu upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja yang dapat mengakibatkan kematian, cacat atau sakit dan gangguan psikologis yang dapat diderita oleh pekerja yang bersangkutan (Simanjuntak, 2011:163). Senada dengan Rivai dan Sagala (2010:792) keselamatan kesehatan kerja merujuk pada kondisi-kondisi fisiologis dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan utama keselamatan dan kesehatan kerja adalah agar masing-masing karyawan dapat melakukan pekerjaannya lebih efisien, dan mendapat jaminan atas keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis. Dengan demikian diperlukan adanya suatu sistem atau menajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan mempertimbangkan teknik, peralatan yang digunakan dan proses produk di tempat kerja.

d. Faktor-Faktor Keselamatan Kesehatan Kerja

Menurut Simajuntak (2011:165) terdapat banyak faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja, antara lain karena : 1) Pekerjaan yang bersangkutan tidak terampil atau tidak

mengetahui cara mengoperasikan alat-alat tersebut.

2) Pekerja tidak hati-hati, lalai, kondisi yang terlalu lelah atau dalam keadaan sakit.

3) Tidak tersedia alat-alat pengaman.

4) Alat kerja atau alat produksi yang digunakan dalam keadaan tidak baik atau tidak layak dipakai.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) menurut Handoko (2000:191), diantaranya yaitu : 1) Membuat kondisi kerja yang aman.

2) Pendidikan dan pelatihan kesehatan & keselamatan kerja. 3) Penciptaan lingkungan kerja yang sehat.

4) Pelayanan kebutuhan karyawan. 5) Pelayanan Kesehatan.

e. Tujuan Keselamatan Kesehatan Kerja

Tujuan keselamatan kesehatan kerja adalah memberi perlindungan kepada karyawan, yang merupakan aset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatan dan kesehatannya (Simajuntak, 2011:170).

Menurut Mangkunegara (2011:162) perumusan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dilihat dari beberapa segi, adapun tujuan pemberian jaminan dan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan adalah sebagai berikut:

1) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis.

2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja yang digunakan sebaiknya seefektif mungkin.

3) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

5) Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.

6) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

7) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Dengan adanya jaminan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) selama bekerja, maka mereka tentunya akan memberikan sikap loyalitas mereka terhadap perusahaan.

f. Dimensi dan Indikator Keselamatan Kesehatan Kerja

Dimensi keselamatan kesehatan kerja (Robert L. Mathis, 2002:259-262) adalah sebagai berikut:

1) Tanggung jawab kesehatan, keselamatan dan keamanan. Inti manajemen keselamatan kerja adalah komitmen perusahaan dan usaha-usaha keselamatan kerja yang komprehensif. Usaha ini sebaiknya dikoordinasikan dari tingkat manajemen paling tinggi untuk melibatkan seluruh anggota perusahaan. Usaha ini juga sebaiknya dicerminkan melalui tindakan-tindakan manajerial, fokus pendekatan sistematis terhadap keselamatan kerja adalah adanya kerjasama yang terus menerus dari para pekerja,

manajer, dan yang lainnya. Para karyawan yang tidak diingatkan akan adanya pelanggaran keselamatan kerja, yang tidak didorong untuk menjadi sadar akan keselamatan kerja, atau yang melanggar peraturan dan kebijakan perusahaan tentang keselamatan kerja mungkin akan tidak aman bekerjanya. Indikator dari dimensi ini adalah:

(a)Pemberian peraturan keselamatan dan kesehatan kerja oleh perusahaan kepada karyawan.

(b)Adanya pemberian perintah dan bimbingan pencegahan kecelakaan kerja dari pimpinan.

(c)Adanya pemberian ganti rugi oleh perusahaan kepada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja.

2) Komitmen dan budaya keselamatan organisasi. Mendesain kebijakan dan peraturan keselamatan kerja serta mendefinisikan pelaku pelanggaran, merupakan komponen penting usaha-usaha keselamatan kerja. Dukungan yang sering terhadap perlunya perilaku kerja yang aman dan memberikan umpan balik terhadap praktik-praktik keselamatan kerja yang positif, juga sangat penting dalam meningkatkan keselamatan para pekerja. Indikator dari dimensi ini adalah:

(a)Adanya pemberian hukuman terhadap karyawn yang melanggar peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.

(b)Adanya fasilitas pendukung keselamatan dan kesehatan kerja yang memadai.

(c)Terjalinnya kerjasama antara perusahaan dan karyawan mengenai program keselamatan kesehatan kerja.

3) Komite-komite keselamatan. Para pekerja seringkali dilibatkan dalam perencanaan keselamatan kerja melalui komite keselamatan kerja, kadangkala komite keselamatan kerja terdiri dari para pekerja yang berasal dari berbagai tingkat jabatan dan departemen. Komite keselamatan kerja biasanya secara reguler memiliki jadwal meeting, memiliki tanggung jawab spesifik untuk mengadakan tinjauan keselamatan kerja dan membuat rekomendasi dalam perubahan-perubahan yang diperlukan untuk menghindari kecelakaan kerja dimasa mendatang. Indikator dari dimensi ini adalah:

(a)Peranan komite keselamatan kerja dalam mengantisipasi terjadinya kecelakaan.

(b)Peninjauan program keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan oleh komite.

(c)Pemberian masukan/saran mengenai program K3 yang diterapkan perusahaan.

4) Pelatihan keselamatan dan komunikasi. Salah satu cara untuk mendorong keselamatan kerja karyawan adalah dengan melibatkan seluruh karyawan di setiap kesempatan dalam sesi

pelatihan tentang keselamatan kerja, pertemuan ini diadakan secara rutin. Sebagai tambahan dalam keselamatan kerja, komunikasi yang terus menerus dalam membangun kesadaran keselamatan kerja juga penting. Indikator dari dimensi ini adalah:

(a)Adanya pembinaan/pelatihan karyawan mengenai K3. (b)Komunikasi yang efektif.

5) Motivasi keselamatan karyawan dan insentif. Hanya mengirimkan memo saja tidak cukup. Kontes, insentif, dan poster merupakan cara meningkatkan kesadaran keselamatan sebagai bentuk motivasi. Indikator dari dimensi ini adalah: (a)Pemberian program motivasi yang diberikan perusahaan. (b)Adanya pemberian insentif.

6) Inspeksi, investigasi kecelakaan dan evaluasi.Inspeksi bisa dilakukan oleh komite keselamatan kerja atau oleh kordinator keselamatan kerja. Inspeksi ini sebaiknya sebaiknya dilaksanakan secara berkala. Ketika terjadi kecelakaan, maka harus diselidiki oleh komite keselamatan kerja perusahaan. Menyelidiki lokasi kecelakaan adalah penting untuk menetapkan kondisi fisisk dan lingkungan yang turut menyumbang terjadinya kecelakaan. Salah satu cara untuk mendapatkan pandangan yang akurat adalah melalui foto atau rekaman cctv, kemudian wawancara terhadap karyawan yang mengalami

kecelakaan dengan atasannya langsung dan para saksi kecelakaan, dan berdasarkan observasi kecelakaan dan hasil wawancara para penyelidik akan melengkapi laporan penyelidikan kecelakaan. Kemudian hasil kegiatan tersebut disimpulkan dalam bentuk evaluasi untuk mendapatkan cara mencegah kecelakaan yang sama di kemudian hari, analisis ini harus dirancang untuk mengukur kemajuan dalam manajemen keselamatan kerja. Indikator dari dimensi ini adalah:

(a)Adanya pengawasan kerja.

(b)Adanya pemeriksaan peralatan dan perlengkapan kerja. (c)Adanya evaluasi kecelakaan.

Dokumen terkait