• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency and Conservation EEC)

Konservasi energi merupakan sebuah peningkatan efisiensi energi yang digunakan atau biasa disebut dengan proses penghematan energi (Untoro et al. 2014). Penggunaan energi terbesar pada suatu gedung salah satunya adalah listrik, listrik digunakan pada hampir seluruh siklus operasional bangunan. Energi listrik gedung Rektorat IPB di suplai dari PLN dan digunakan untuk mengoperasikan peralatan seperti AC (air conditioning), penerangan lampu, lift, pompa dan lain- lain. Dengan pengggunaan energi yang cukup besar, perlu adanya sebuah upaya dalam membatasi penggunaan energi tersebut dengan sistem dan cara yang efisien.

18

Tujuan utama dari aspek ini adalah mendorong penghematan konsumsi energi melalui aplikas langkah-langkah efisiensi energi. Berikut adalah rating dan penilaian dalam aspek EEC yang terdiri dari 2 rating prasyarat, 5 rating biasa dan 2 rating bonus dengan total nilai maksimal adalah 36 poin. Hasil penilaian terhadap rating aspek ASD berdasarkan greenship adalah sebagai berikut:

Policy and Energy Management Plan

Policy and Energy Management Plan merupakan kriteria prasyarat. Salah satu tolak ukur didalamnya adalah adanya kampanye dalam rangka mendorong penghematan energi dengan minimal pemasangan kampanye tertulis permanen di setiap lantai berupa skiter, poster, dan email. Gedung AHN Rektorat IPB telah melakukan kampanye berupa stiker hemat energi yang di tempel di hampir seluruh WC di setiap lantai. Dengan demikian prasyarat dalam tolak ukur kategori ini terpenuhi.

Minimum Building Energy Performance

Minimum Building Energy Performance merupakan kriteria prasyarat. Tolak ukur didalamnya adalah memperlihatkan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) selama 6 bulan terakhir sampai lebih kecil dari IKE listrik standar acuan yang ditentukan oleh GBC Indonesia. Standar acuan untuk gedung perkantoran adalah 250 kWh/m2.tahun. Hasil perhitungan intensitas konsumsi energi di gedung rektorat pada tahun 2014 adalah 91,42 kWh/m2 lebih kecil dari standar acuan yang di tetapkan oleh GBCI yaitu 250 kWh/m2. Dengan demikian kriteria prasyarat terpenuhi.

Optimized Efficiency Building Energy Performance

Tolak ukur dalam kategori Optimized Efficiency Building Energy Performance adalah perhitungan nilai IKE gedung yang menunjukkan nilai di bawah IKE standar acuan, setiap penurunan 3% akan mendapatkan 1 poin tambahan sampai maksimal 16 poin. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik adalah pembagian antara konsumsi energi listrik pada kurun waktu tertentu dengan satuan luas bangunan gedung (Untoro et al. 2014). Maka hasil perhitungan IKE listrik pada gedung rektorat adalah sebagai berikut:

Tabel 5 Hasil perhitungan IKE listrik gedung AHN Rektorat IPB Gedung Konsumsi Energi Luas Bangunan IKE

total 1 tahun (kWh) (m²) (kWh/m².tahun)

Rektorat 1400770,7 15322 91,42

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai IKE pada gedung rektorat adalah sebesar 91,42 kWh/m2.tahun dan lebih kecil dari IKE standar acuan yaitu 250 kWh/m2.tahun dengan demikian didapatkan penghematan sebesar 63% dari standar acuan yang ditetapkan dan kategori ini mendapatkan nilai 16 poin.

19

Energy Monitoring & Control

Tolak ukur dalam Energy Monitoring & Control adalah penyediaan kWh meter yang meliputi: sistem tata udara, sistem tata cahaya dan kotak kontak, sistem beban lainnya, dan ruang yang tidak dikecualikan atau dikondisikan serta adanya pencatatan rutin bulanan hasil pantau dan koleksi data pada kWh meter. Pencatatan dilakukan selama 6 bulan terakhir Gedung AHN Rektorat IPB memiliki data kWh meter pemakaian listrik yang di data dan dicatat setiap bulannya. Pada sistem tata udara belum tersedia kWh meter, data yang ada berupa data kapasitas AC beserta power input (KW) dan jumlah AC di gedung AHN Rekotorat IPB.

Tolak ukur selanjutnya adalah menerapkan dukungan teknologi untuk memonitoring dan mengontrol peralatan gedung melalui teknologi EMS (Energy Management System). Pada bulan Januari 2015 gedung AHN Rektorat IPB mulai mencoba penggunaan teknologi EMS yaitu IPB Innovative Monitoring System

yang bekerjasama dengan perusahan Fujitsu. Teknologi ini dilengkapi dengan fungsi sebagai fasilitas pengumpulan informasi konsumsi energi dengan memperlihatkan data dan menganalisisnya. Data yang didapat berupa visualisasi konsumsi energi yang digunakan, analisis data, kontrol peralatan, dan membantu mengurangi biaya permintaan energi gedung (Ichimura et al. 2014). Teknologi ini baru di uji cobakan di seluruh ruangan lantai 2 gedung AHN Rektorat IPB. Dengan demikian kategori ini mendapatkan nilai 4 poin.

Gambar 5 Energy monitoring system di gedung AHN Rektorat IPB

Hasil Penilaian Energy Efficiency and Conservation-EEC

Hasil assessment terhadap aspek EEC yang dilakukan pada gedung AHN Rektorat IPB menunjukkan bahwa perolehan poin nilai yang didapat adalah 20 poin dari nilai maksimal 36 poin sehingga telah memenuhi 56% dari rating yang telah di tetapkan greenship GBCI. Rekomendasi dan saran bagi beberapa kategori yang belum terpenuhi pada aspek EEC adalah:

a) Pada kategori Testing, Recommissioning or Retrocommissioning diharapkan pihak terkait di gedung AHN Rektorat IPB melakukan komisioning ulang, commisioning adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan dan pengujian, dalam hal ini adalah pada peralatan MVAC (Mechanical Ventilation and Air Conditioning). Kegiatan pemeriksaan dan pengujian ini untuk meyakinkan bahwa obyek yang diperiksa dan diuji, baik alat demi alat maupun sebagai suatu sistem, telah berfungsi sebagaimana mestinya dan memenuhi

20

persyaratan kontrak sehingga dapat dinyatakan siap untuk dioperasikan, dan secara resmi dapat diserahterimakan oleh perencana kepada pengelola gedung. Setelah itu dilakukan komisioning secara berkala.

b) Pada System Energy Performance dilakukan penggantian lampu dengan lampu hemat energi. Gedung AHN Rektorat IPB menggunakan lampu jenis Esensial 18 W sebanyak 396 buah, TL 40 W sebanyak 1.424 buah, TL 20 W sebanyak 20 buah, lampu LED 5 dan 7 W sebanyak 6 buah serta lampu sorot sebanyak 20 buah. Berikut adalah asumsi perbandingan jika dilakukan penggantian lampu TL 40 W dengan lampu hemat energi (LHE) 40 W:

Tabel 6 Perbandingan lampu TL 40 W dan LHE 40 W

Uraian Jenis Lampu

TL LHE

Daya listrik (W) 40 40

Pemakaian listrik (W) 50 30

Umur lampu (jam) 8.000 8.000

Jumlah lampu (bh) 1 1

Pemakaian listrik selama 8000 jam (kWh) 400 240

Harga kWh yang harus dibayar selama 8000 jam (Rp)

(Rp.885 per kWh) 354,000 212,400

Sumber: Prasetyo (2014)

Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa dengan penggantian 1 buah lampu TL 40 ke lampu hemat energi terdapat penghematan pada pemakaian listrik sebesar 160 kWh dan penghematan biaya pembayaran listrik sebesar Rp. 141.600 dalam satu hari. Jika gedung AHN rektorat memiliki jumlah lampu TL sebanyak 1.424 buah, maka dapat dilakukan penghematan pada pemakaian listrik sebesar 227.840 kWh dalam sehari dan penghematan biaya sebesar Rp. 4.248.000 dalam sebulan.

c) Pada kategori Operation and Maintenance diharapkan pihak gedung AHN Rektorat IPB membuat panduan pengoperasian dan pemeliharaan seluruh sistem AC serta menyediakan laporan bulanan selama minimum 6 bulan terakhir untuk kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan sistem gedung secara tertib sesuai dengan format yang tercantum dalam panduan pengoperasian dan pemeliharaan. Pemeliharaan AC dilakukan untuk mengetahui nilai konsumsi energi yang digunakan diperalatan AC tersebut, untuk memperoleh informasi mengenai ukuran performansi peralatan AC, serta kondisi fisik peralatan AC. Apabila peralatan AC itu tidak terawat maka nilai KW/TR peralatan tersebut akan naik, dan apabila nilai KW/TR mengalami kenaikan itu merupakan gejala penurunan performansi peralatan atau pemborosan energi.

d) Pada kategori On Site Renewable Energy dapat mencoba teknologi solar cell

(panel surya) sebagai salah satu sumber untuk energi terbarukan. Menurut Boedoyo (2012) Indonesia merupakan negara dengan serapan tenaga surya terbesar di ASEAN, intensitas radiasi rata-rata adalah 4,8 kWh/m2/hari, untuk daerah Bogor memiliki intensitas radiasi sebesar 2,56 kWh/m2/hari. Prinsip

21 kerja solar cell adalah mengubah intensitas cahaya matahari menjadi energi listrik. Kelebihan tenaga surya bagi lingkungan adalah bersih karena sistem tenaga surya menghasilkan listrik dengan nol emisi gas CO2 atau polutan lainnya yang berhubungan dengan pemanasan global dan hujan asam (Gammal 2010 dalam Boedoyo 2012).