• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI DATA

C. Efisiensi Operasional PT. BPRS Amanah Ummah

1. Pengertian Efisiensi

Agar mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat, tuntutan konsumen yang meningkat dan pesatnya kemajuan teknologi informasi, maka pengelolaan bank secara efisien merupakan faktor penting untuk dapat terus bertahan. Efisiensi adalah “melakukan sesuatu secara tepat (do the things right)”. Efisiensi didefinisikan sebagai hubungan antara input dan output yang dihasilkan dengan sumber daya yang dipakai untuk melakukan aktivitas operasional. Bank dikategorikan efisien tergantung dari cara manajemen memproses input menjadi output.31

Efisiensi yang harus dilakukan perbankan adalah mengoptimalkan input yang ada agar manghasilkan output yang maksimal. Input pada perbankan syariah terdiri dari tiga pihak. Dana pihak pertama berasal dari dana para pemodal dan pemegang saham. Dana pihak kedua berasal dari pinjaman lembaga keuangan (bank dan bukan bank) dan pinjaman dari Bank Indonesia. Dana pihak ketiga berasal dari dana simpanan, tabungan, dan deposito. Setelah input terkumpul di bank, selanjutnya bank syariah

31

dapat menghasilkan output berupa penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan dan jasa. Jika terdapat dana yang tidak digunakan pada bank maka bank tetap harus memberikan bagi hasil kepada nasabah dan akhirnya akan mengurangi tingkat laba yang dihasilkan bank.

Bank yang dalam kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan dana masyarakat maupun dalam menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan sebagai modal usaha. Efisiensi pada perbankan terutama efisiensi biaya akan menghasilkan tingkat keuntungan yang optimal, penambahan jumlah dana yang disalurkan, biaya lebih kompetitif, peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan yang meningkat. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi perbankan adalah rasio BOPO. 2. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.32 BOPO dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Beban Operasional BOPO =

Pendapatan Operasional

X 100%

32

Yang termasuk beban operasional adalah semua jenis biaya yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha bank. Beban operasional terdapat dalam laporan laba rugi yang diperoleh dengan menjumlahkan biaya bagi hasil, biaya tenaga kerja, biaya umum dan administrasi, biaya Penyusutan dan Penyisihan Aktiva Produktif, biaya sewa gedung dan inventaris, dan sebagainya.33

Sedangkan yang termasuk pendapatan operasional adalah semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar- benar telah diterima. Pendapatan operasional didapat dalam laporan laba rugi yang diperoleh dengan menjumlahkan pendapatan jual beli, pendapatan sewa, pendapatan bagi hasil, pendapatan administrasi, dan pendapatan operasional lainnya yang terdiri dari provisi dan komisi serta dividen yang diterima dari saham yang dimiliki. Ketentuan tingkat BOPO menurut Bank Indonesia secara rinci adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3

Klasifikasi Tingkat BOPO Menurut BI

Tingkat BOPO Predikat

Di bawah 93,52% Sehat

93,52% - 94,72% Cukup sehat 94,72% - 95,92% Kurang sehat

Di atas 95,92% Tidak sehat Sumber: www.bi.go.id

33

Selain sebagai indikator kinerja dan kesehatan bank, efisiensi yang diwakili oleh rasio BOPO juga memberikan gambaran mengenai:

a. Kemampuan manajemen perbankan dalam mengelola sumber daya (aktiva) yang ada untuk menghasilkan keuntungan optimal. Semakin rendah BOPO maka semakin tinggi efisiensi operasional bank dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan laba.

b. Kemampuan bank dalam hal pengendalian biaya. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya. Sebaliknya, tingginya BOPO mengindikasikan ketidakmampuan bank dalam mengatur dan mengendalikan biaya. c. Kemampuan bank dalam menghasilkan profitabilitas. BOPO yang

rendah mencerminkan tingginya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional sehingga mampu mendorong naiknya profitabilitas. Sebaliknya, tingginya BOPO berarti tinggi pula beban yang ditanggung bank dan berimbas negatif terhadap laba yang didapat. d. Kemampuan bank dalam meminimalkan risiko operasional. Risiko

operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa- jasa dan produk- produk yang ditawarkan oleh bank. Rendahnya BOPO menunjukkan tingginya kemampuan bank dalam meminimalkan risiko operasional.

D. Pengaruh Kecukupan Modal (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA)

Setiap penciptaan aktiva, disamping berpotensi menghasilkan keuntungan juga berpotensi menimbulkan risiko. Oleh karena itu, pemenuhan kecukupan modal (CAR) yang harus disediakan bank menjadi penting untuk diukur guna menjaga keamanan pemilik dana terutama dana masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas investasi pada aktiva.34

Tingginya CAR mencerminkan kemampuan bank dalam menanggung risiko yang mungkin timbul dan menunjukkan kapabilitasnya dalam mengantisipasi adanya penurunan aktiva sehingga dana nasabah terlindungi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Selain itu, CAR yang tinggi yakni adanya permodalan yang cukup mampu menambah aktiva dan membuat pembiayaan menjadi lebih luas dengan tingkat risiko yang kecil sehingga semuanya itu akan berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) bank.

Penambahan modal dapat juga mengurangi profitabilitas, jika dengan penambahan modal tersebut bank menanamkannya dalam bentuk aktiva yang kurang produktif atau menanamkannya dalam bentuk aktiva produktif tetapi tidak menggunakan prinsip kehati-hatian (investasi yang rugi) sehingga tidak akan mendatangkan cash flow secara maksimal. Dengan demikian laba bank akan tetap atau bahkan turun dan menyebabkan ROA turun pula.

34

Zainul Arifin,Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alfabet, 2005), h.135.

E. Pengaruh Efisiensi Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas (ROA)

Hasil akhir dari aktivitas bank akan menghasilkan biaya dan juga pendapatan operasional. Kedua hal ini mempengaruhi tingkat efisiensi operasional bank yaitu kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan dari penggunaan aktiva agar dapat menutupi biaya-biaya operasional. Semakin efisien biaya operasional, maka semakin efisien pula bank tersebut dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan.

Tingkat efisiensi operasional diukur dengan rasio BOPO. Semakin rendah BOPO menunjukkan semakin tinggi efisiensi operasional bank yakni semakin efisien aktiva bank dalam menghasilkan keuntungan yang ditunjukkan dengan meningkatnya profitabilitas (ROA). Sebaliknya, tingginya rasio BOPO mencerminkan inefisiensi operasional bank yang ditandai dengan tingginya beban operasional dan akan berakibat pada berkurangnya laba dan menurunkan rasio ROA.

Dengan tingginya biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan keuntungan yang dicapai bank, maka akan mengakibatkan rendahnya efisiensi operasional bank dan selanjutnya berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas yang semakin menurun. Tetapi jika peningkatan biaya operasional bank mampu diiringi dengan kenaikan pendapatan operasional yang lebih besar, maka akan berpengaruh terhadap kenaikan ROA.

BAB III DESKRIPSI DATA

A. Sekilas Tentang PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor

BPRS Amanah Ummah adalah salah satu Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Bogor Barat Indonesia yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam yang bertujuan menumbuhkan ekonomi masyarakat. BPRS yang diresmikan pada tanggal 8 Agustus 1992 ini telah memiliki kantor cabang di Jl. RE. Martadinata No.2 Bogor dan kantor kas di Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor sebagai bukti atas kapabilitasnya dalam meningkatkan kinerja keuangan dan memperluas jaringan usaha.

BPRS Amanah Ummah senantiasa berperan aktif dalam menjalankan fungsi intermediasi melalui penghimpunan dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Dana pihak ketiga yang merupakan sumber pendanaan utama BPRS Amanah Ummah di tahun 2009 mencapai Rp 50.400.384.429,- dengan 59,94% didominasi oleh tabungan masyarakat.

Performa prima BPRS Amanah Ummah juga terlihat pada sisi total aset yang berhasil dibukukan di tahun 2009 sebesar Rp 57.244.983.000,-dengan 70,43% dari total aset yakni sebesar Rp 40.319.379.000,- merupakan pembiayaan yang dikucurkan kepada masyarakat yang mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap pos pendapatan bank dengan fokus pada sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

B. Permodalan PT. BPRS Amanah Ummah

1. Perhitungan CAR

Berikut data rasio CAR PT. BPRS Amanah Ummah periode 1998-2009 berdasarkan ikhtisar keuangan dalam Laporan Keuangan Tahunan:

Tabel 3.1

Rasio CAR BPRS Amanah Ummah Periode 1998- 2009

TAHUN 1998 1999 2000 2001 2002 2003

(%) 16,61 13,24 11,94 18,64 17,20 16,69

TAHUN 2004 2005 2006 2007 2008 2009

(%) 11,93 11,46 15,13 15,35 16,03 15,52

Di bawah ini disajikan perhitungan rasio CAR pada PT. BPRS Amanah Ummah periode 31 Desember 2007 sebagai berikut:

a. Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Tabel 3.2

Perhitungan ATMR BPRS Amanah Ummah per 31 Des 2007

NO AKTIVA NOMINAL BOBOT ATMR

1 Kas 648.406.200 0 -2 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia - 0 -3 Pembiayaan yg dijamin dgn uang kas, valas, emas, mata uang emas, serta simpanan berjangka dan 2.801.510.889 0

-tabungan pada bank ybs 4 Giro, simpanan berjangka, sertifikat berjangka, tabungan, serta tagihan lainnya kpd bank lain 9.110.760.578 20% 1.822.152.116 5 Pembiayaan kpd bank lain atau Pemerintah Daerah - 20% -6 Pembiayaan yg dijamin oleh bank lain atau Pemerintah Daerah - 20% -7 Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) yg dijamin hipotik prtama dgn tujuan untuk dihuni - 50% -8 Tagihan kepada atau tagihan yg dijamin oleh atau surat berharga yg diterbitkan atau dijamin oleh: a. BUMD - 100% -b. Perorangan 21.713.767.743 100% 21.713.767.743 c. Koperasi - 100% -d. Perusahaan lainnya - 100% -e. Lain- lain - 100% -9 Aktiva tetap 148.369.415 100% 148.369.415

dan inventaris (nilai buku) 10 Aktiva lainnya selain tersebut di atas 427.348.353 100% 427.348.353 JUMLAH ATMR 24.111.637.627

Sumber: Laporan Tahunan BPRS Amanah Ummah Tahun 2007 b. Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum

Tabel 3.3

Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum BPRS Amanah Ummah per 31 Des 2007 NO KETERANGAN JUMLAH KOMPONEN JUMLAH 1 Modal Inti a. Modal disetor 2.000.000.000 2.000.000.000 b. Modal sumbangan - -c. Cadangan umum 247.975.177 247.975.177 d. Cadangan tujuan 192.100.619 192.100.619 e. Laba ditahan 58.902.842 58.902.842

f. Laba tahun- tahun lalu -

-g. Rugi tahun- tahun lalu -

-h. Laba thn brjalan(50%THP) 1.068.888.669 403.724.962

i. Rugi tahun berjalan -

-j. Kekurangan pembentukan -

-PPAP

k. Goodwill -

-Jumlah modal inti 3.567.867.307 2.902.703.600 2 Modal pelengkap

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap

-b. PPAP (maks. 1,25% dari

ATMR)

247.807.518

247.807.518 c. Modal pinjaman 550.000.000 550.000.000 d. Pinjaman subordinasi

(maks. 50% dr modal inti)

-Jumlah modal pelengkap 797.807.518 797.807.518

Jumlah modal pelengkap yang diperhitungkan (maks. 100% dari modal inti)

797.807.518

JUMLAH MODAL 3.700.511.118

MODAL MINIMUM

(8% x ATMR) 1.928.931.010

Kelebihan atau kekurangan modal 1.771.580.108

Rasio CAR = JUMLAH MODAL/

ATMR x 100% 15,35%

Sumber: Laporan Tahunan BPRS Amanah Ummah tahun 2007 2. Upaya Pemenuhan Kecukupan Modal

Pertumbuhan usaha tentu harus diiringi dengan tercapainya skala ekonomi operasional yang lebih optimal. Untuk itu diperlukan dukungan permodalan yang lebih besar yang dapat mendukung pengembangan usaha bank. Untuk mencapai tujuan tersebut, BPRS Amanah Ummah di setiap tahunnya mengalokasikan laba ditahan dan dana cadangan dengan sejumlah persentase tertentu yang disepakati, serta menerbitkan saham secara bertahap di tahun 2001, 2003, 2004, 2006, 2008, dan 2009 guna menambah permodalan.

Upaya BPRS Amanah Ummah dalam memenuhi kecukupan modal juga terlihat dari keputusan bank di tahun 2008 untuk memindahkan pos cadangan tujuan kepada pos cadangan umum dalam rangka memenuhi ketentuan UU PT No.40 Tahun 2007 Pasal 70 yaitu cadangan umum minimal 20% dari modal disetor.

Penerbitan saham di tahun 2008 juga diarahkan untuk meningkatkan jaringan usaha bank dalam bentuk pembukaan kantor

cabang sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No:8/25/PBI/2006. Adapun penerbitan saham di tahun 2009 sehingga modal disetor berjumlah Rp 3 Milyar adalah dalam rangka meningkatkan sisi permodalan dan ekspansi pembiayaan sehingga BPRS Amanah Ummah tetap memilikiFinancial Bufferyang kuat.

C. Efisiensi Operasional PT. BPRS Amanah Ummah

1. Perhitungan BOPO

Berikut data rasio BOPO PT. BPRS Amanah Ummah periode 1998- 2009 berdasarkan ikhtisar keuangan dalam Laporan Keuangan Tahunan:

Tabel 3.4

Rasio BOPO BPRS Amanah Ummah Periode 1998- 2009

TAHUN 1998 1999 2000 2001 2002 2003

(%) 84,22 84,89 80,65 85,01 78,40 82,17

TAHUN 2004 2005 2006 2007 2008 2009

(%) 79,92 81,93 79,91 81,26 74,67 74,17

Adapun perhitungan rasio BOPO PT. BPRS Amanah Ummah periode 1998- 2009 berdasarkan angka yang terdapat pada laporan laba rugi dalam Laporan Keuangan Tahunan adalah sebagai berikut:

Beban Operasional BOPO =

Pendapatan Operasional

Tabel 3.5

Perhitungan BOPO BPRS Amanah Ummah 1998- 2009

TAHUN Beban Operasional (Rp) Pendapatan Operasional (Rp) BOPO (%) 1998 684.640.000 811.483.000 84,37 1999 1.063.972.000 1.253.404.000 84,89 2000 1.345.363.000 1.668.123.000 80,65 2001 1.900.869.000 2.236.211.000 85,00 2002 2.123.569.000 2.776.552.000 76,48 2003 2.708.655.000 3.320.891.000 81,56 2004 3.252.630.000 4.145.201.000 78,47 2005 3.589.556.000 4.459.852.000 80,49 2006 3.918.316.000 4.959.404.000 79,00 2007 4.452.554.000 5.579.940.000 79,80 2008 5.639.541.000 7.192.457.000 78,40 2009 7.198.509.000 9.216.509.000 78,10

2. Upaya Efisiensi Operasional

Dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan produktivitas pegawai yang akhirnya dapat mengoptimalkan tingkat efisiensi operasional dalam hal beban tenaga kerja, BPRS Amanah Ummah senantiasa memberikan berbagai pendidikan dan pelatihan baik yang diselenggarakan pihak internal maupun eksternal bank secara terus menerus dan berkesinambungan di tiap tahunnya sebagai perbekalan untuk pegawai baru dan peningkatan kemampuan pegawai secara umum.

Upaya BPRS Amanah Ummah dalam mencapai kinerja yang baik juga perlu diiringi dengan peningkatan kesejahteraan karyawan untuk memotivasi para karyawan untuk berprestasi lebih baik lagi yang

dilakukan dengan menerapkan pola kebijakan pemberian reward berupa bonus tahunan berdasarkan hasil penilaian kinerja (Performance Appraisal) seluruh pegawai, pemberian tunjangan hari raya, tunjangan seragam, tunjangan pernikahan, tunjangan kelahiran anak, asuransi rawat inap dari asuransi Takaful, dan program dana pensiun dari DPLK Bank Muamalat.

Adapun langkah yang diambil BPRS Amanah Ummah untuk menekan biaya dana (cost of fund)adalah dengan mengadakan kerja sama Linkage Program pembiayaan dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Bogor pada tahun 2007. Selain itu, untuk mendukung pengembangan pasar dan peningkatan layanan nasabah, di tahun 2005 bank mengembangkan software perbankan dengan tampilan kecepatan proses transaksi yang lebih cepat dan dapat menggabungkan data di kantor kas ke pusat data secara real time dengan dukungan jalur komunikasi online antara kantor pusat dengan kantor cabang dan kantor kas. Hal ini tentunya dapat meningkatkan efisiensi kerja operasional yang berdampak positif terhadap kemajuan bank.

Dokumen terkait