• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan Tahap pertama

6. Efisiensi Pemanfaatan pakan

Berdasarkan jumlah konsumsi pakan dan pertumbuhan maka diperoleh nilai efisiensi pemanfatan pakan benih ikan balashark. Hasil pengukuran efisiensi pemanfaatan pakan pada setiap perlakuan selama percobaan disajikan pada Tabel 13 dan secara rinci jumlah konsumsi pakan dapat dilihat pada Lampiran 16. Efisiensi pemanfatan pakan tertinggi dicapai pada penambahan kalsium 20 mg/L sebesar 11, 49%. dan terendah pada perlakuan tanpa penambahan kalsium sebesar 11,21%. Berdasarkan analisa ragam penambahan kalsium tidak berpengaruh terhadap efisiensi pemanfatan pakan. (P>0,05)

Tabel 13. Efisiensi pemanfaatan pakan (%) benih balashark pada setiap perlakuan selama percobaan.

Tingkat penambahan kalsium (Ca(OH)2) mg/L Ulangan 0 10 mg/L 20 mg/L 30 mg/L 40 mg/L 1 2 3 11,51 9,67 12,46 10,73 11,96 11,52 12,67 12,26 9,53 13,0 11,91 9,36 12,47 11,75 10,13 Rerata 11,21±1,42 11,40±0,62 11,49±1,71 11,45±1,91 11,45± 1,2

Keterangan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Pembahasan

Parameter fisika-kimia air selama penelitian pada Tabel 5, masih dapat ditolerir atau berada kondisi yang layak untuk menunjang sintasan dan pertumbuhan benih balashark. Dari beberapa parameter fisika-kimia air, nilai pH (power of hydrogen) kisaran minimal sebesar 5,82 akan tetapi parameter lainnya cukup layak. Rendahnya nilai pH merupakan batas minimal dan berlangsung tidak lama karena setiap hari air media diganti sebanyak 20-30% dari volume total. Penggantian air dilakukan setelah membersihkan kotoran (menyipon). Batas toleransi biota perairan terhadap nilai yang variatif pH dipengaruhi oleh suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, keberadaan berbagai kation, serta jenis dan stadia organisme (Wardoyo 1975). Nilai pH di perairan berkisar antara 5,0-10,0 dan nilai pH mempengaruhi daya racun bahan atau faktor kimia lain, misalnya amonia yang meningkat dengan naiknya nilai pH

serta H2S yang meningkat dengan turunnya nilai pH (Boyd 1990). Nilai pH kurang dari 6 dan lebih 9,5 untuk waktu lama akan menggangu reproduksi dan pertumbuhan (Boyd 1982).

Parameter fisika-kimia air seperti kesadahan cenderung tinggi mencapai 482 mg/L. Menurut EPA (1986) nilai kesadahan lebih dari 300 diklasifikasikan perairan tersebut dikategorikan sangat tinggi (very hard). Menurut Wedemeyer (1996) Kesadahan berkisar 50-200 mg/l setara CaCO3 untuk keperluan budidaya intensif. Menurut Effendi (2003) parameter kesadahan untuk kegiatan budidaya bisa mencapai sebesar 500 mg/L. Hasil analisa air kandungan Ca tertinggi sekitar 85. Menurut Haryadi et al. (1992) kesadahan pada dasarnya menggambarkan kandungan Ca2+, Mg2+ dan ion-ion logam polivalen lainnya seperti AL3+, Fe3+,Mn2+,Sr2+ Zh2+dan H+ yang terlarut dalam air. Dalam perairan tawar kandungan kalsium lebih tinggi dibanding Mg mencapai 3-10 kali. Menurut Forteath et al. (1993) kesadahan mempunyai dua tipe yaitu kesadahan tetap dan kesadahan sementara. Kesadahan sementara disebabkan ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang berikatan dengan karbonat yang dapat dihilangkan (mengendap) dengan cara pemanasan.

Sintasan pada akhir penelitian bervariasi berkisar 90–100 %. Penambahan kalsium pada media bersalinitas optimum tidak mempengaruhi sintasan (P>0,05). Sintasan tertinggi 98,67% terdapat pada perlakuan penambahan kalsium 20 mg/L (kandungan Ca dalam air 64 mg/L Ca CO3) dan terendah 94,34 % pada perlakuan penambahan kalsium 40 mg/L ( 85 mg/L Ca CO3). Sintasan meningkat dengan penambahan kalsium dan mulai turun dengan penambahan kalsium 30 mg/L. Rendahnya sintasan pada perlakuan penambahan kalsium 30 dan 40 mg/L karena tingkat kerja osmotik yang tinggi dalam proses adaptasi atau merespon lingkungannya yang tinggi fluktuasinya karena penambahan kalsium yang tingggi. Pengertian adaptasi adalah suatu proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh ikan terhadap kondisi baru. Dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan ikan memiliki toleransi dan pada kisaran tertentu dari variasi lingkungan. Kemampuan mentolerir variabel lingkungan ini erat kaitannya dengan jenis ikan. Benih balashark termasuk rentan sehingga dengan perubahan variabel lingkungan

atau penamabahan kalsium 30 mg/L dan 40 mg/L saat aklimasi kalsium ada beberapa ikan yang mati terutama pada awal pemeliharaan.

Penambahan kalsium sebesar 40 mg/L pada media pemeliharaan benih balashark, dalam kondisi tersebut ikan akan menyeimbangkan tekanan osmotik antara cairan osmoslaritas tubuh dan cairan osmoralitas air media sebagai lingkungannya, karena penambahan kalsium relatif tinggi proses pengaturan penyeimbangan (osmoregulasi) membutuhkan energi yang tinggi yang berdampak pada kondisi ikan atau daya tahan tubuh menurun atau stres bila energi tidak seimbang yaitu lebih banyak untuk proses osmoregulasi. Dalam hal ini bisa terjadi pada perlakuan penambahan kalsium 40 mg/L karena berdasarkan pengamatan selama percobaan kematian ikan lebih tinggi pada penambahan kalsium 40 mg/L dibanding dosis yang lebih rendah.

Sintasan tertinggi pada penambahan kalsium 20 mg/L sebesar 98,67% yang berarti media /lingkungannya yang paling optimum dibanding perlakuan lain sehingga tingkat kerja osmotik minimal karena lebih seimbang antara cairan osmoralitas tubuh dengan cairan air osmoralitas media dalam pengaturan keseimbangan osmaralitas cairan disebut osmoregulasi. Kondisi ini nilai tekanan osmotik minimal atau terendah sehingga fungsi fisiologis berjalan dengan baik dan normal termasuk dalam metabolisme glukosa lebih stabil atau kadar glukosa darah minimal dibanding perlakuan lainnya. Selain itu komsomsi oksigen basal paling rendah.

Secara umum tingkat kerja osmotik turun dengan penambahan kalsium dibanding tanpa penambaan kalsium. Tetapi tingkat kerja osmotik pada awal penelitian tinggi seiring dengan penambahan kalsium hal ini dikarenakan penambahan kalsium yang tertinggi sebesar 40 mg/L dalam hal ini benih balashark menyeimbangkan antara tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungannya yang fluktuasi relatif tinggi sedangkan laju masuknya calsium ke tubuh ada batas optimal. Sesuai pernyataan Cameron (1985) selama 5 hari ikan blue crab diberi kalsium bila dirunut melalui 45 Ca 2+ dan masuk dalam tubuh atau laju pengambilan Ca2+ maksimum 4,07 mmol kg-1. Menurut Affandi dan Tang (2002) dalam rangka

meyesuaikan diri dengan lingkungan ikan memiliki toleransi dan resistensi perubahan lingkungan pada kisaran tertentu dari variasi lingkungan.

Seiring dengan berjalannya waktu pada akhir penelitian nilai tingkat kerja osmotik awal berbanding terbalik dengan nilai tingkat kerja akhir. Tabel 8 menunjukkan bahwa pada akhir percobaan nilai tingkat kerja osmotik semakin rendah seiring dengan penambahan kalsium dalam hal ini disebabkan kisaran penambahan kalsium masih dalam variasi lingkungan yang dapat ditolerir dan proses fisiologis berlangsung dan semakin baik dengan berjalannya wakyu baik pada variasi penambahan kalsium yang berbeda. Fluktuasi osmotik dari kondisi lingkungan memacu pengaturan keseimbangan yang akan mempertahankan tetapnya kondisi lingkungan dalam tubuh.

Nilai tingkat kerja osmotik dari awal dan akahir percobaan kemudian hasil reratanya untuk tingkat kerja osmotik yang paling rendah pada penambahan kalsium 20 mg/L sebesar 132,17 mOm/L H2O, tingkat kerja osmotik minimal atau nilai nisbah minimal tingkat kerja osmotik dibanding dengan perlakuan lain atau seimbang antara cairan osmoralitas tubuh dengan cairan osmoralitas media. Selanjutnya fisiologis akan berjalan dengan normal dan baik. Ikan air tawar mempunyai tekanan osmotik cairan internal (dalam tubuh) lebih besar dari tekanan osmotik eksternalnya (lingkungan) sehingga ikan air tawar bersifat hiperosmotik. Ikan akan mengakumulasi air dan ion sebanyak-banyaknya sambil mempertahankan ion-ion dalam tubuh. Mengakumulasi air sekaligus ion-ion dalam air seperti ion kalsium sesuai dengan perlakuan penambahan kalsium pada media . Menuru Piliang (2005) fungsi utama kalsium dalam jaringan yitu kalsium untuk mempertahankan homeostatis.

Bila ikan mengalami stres akibat terjadinya perubahan lingkungan maka tubuh ikan akan merespon dengan mensekresikan hormon glukokortikoid (kortisol) dan katekolamin yang mengontrol tubuh untuk mengatasi terjadinya stres (Barton et al. 1980). Respon stres dapat berupa peningkatan glukosa darah karena terjadi metabolisme glukosa yang dipacu oleh kortisol dan katekolamin, hasil akhir percobaan kadar glukosa tertinggi pada perlakuan tanpa penambahan kalsium yaitu

sebesar 43,30 mg/dL dan terendah pada penambahan kalsium 20 mg/L sebesar 25,54 mg/dL. Secara umum penambahan kalsium pada percobaan ini dapat mengurangi stres dengan menurunnya kadar glukosa darah yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tanpa penambahan kalsium. Menurut Mazeaud dan Mazeaud (1981) bahwa kadar glukosa darah ditentukan oleh pakan, waktu akhir makan, status simpanan glikogen hati, stadia perkembangan. Sedangkan menurut Piliang ( 2005) bahwa fungsi utama kalsium selain sebagai pembentuk struktur tubuh, kalsium dalam jaringan secara fisiologis akan mempertahankan homeostasi. Homeostasi adalah keadaan stabil yang dipertahankan melalui proses aktif yang melawan perubahaan.

Tingkat konsumsi oksigen dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui laju metabolisme organisme air, semakin rendah tingkat konsumsi oksigen makin sedikit energi yang digunakan untuk metabolisme sehingga diharapkan makin banyak energi yang tersedia untuk pertumbuhan. Tabel 10 memperlihatkan bahwa tingkat konsumsi oksigen benih balashark terendah (0,500 mg O2/g //jam) pada perlakuan penambahan Ca(OH)2 20 ppm dan tertinggi (0,550 mg O2/g/jam) pada perlakuan tanpa penambahan kalsium. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa penambahan kalsium berpengaruh terhadap tingkat konsumsi oksigen. Rendahnya tingkat konsumsi oksigen pada perlakuan penambahan kalsium 20 ppm mengindikasikan jumlah energi yang digunakan untuk metabolisme lebih sedikit sehingga porsi energi untuk pertumbuhan makin besar,

Penambahan kalsium pada media bersalinitas optimum tidak mempengaruhi laju pertumbuhan bobot rerata harian dan laju pertumbuhan panjang total rerata harian. Penambahan kalsium 20 mg/L yang tertinggi menghasilkan laju pertumbuhan bobot harian sebesar 3,9% dan laju pertumbuhan panjang sebesar 1,02%. Penambahan kalsium 20 mg/L (kesadahan 64 CaCO3 ) menghasilkan tingkat kerja osmotik yang rendah yang berarti pemanfaatan energi untuk osmoregulasi sedikit dan porsi untuk pertumbuhan lebih banyak. Tingkat kerja osmotik yang rendah maka fisiologis akan berjalan dengan baik sehingga termasuk dalam metabolisme glukosa akan stabil lebih rendah karena tanpa dipacu oleh kortisol dan katekolamin. Konsumsi oksigen basal kecil yaitu energi untuk bergerak. Hasil penelitian Wulandari

(2006) pertumbuhan terbaik pada ikan hias barbir dihasilkan pada konsentrasi kesadahan 72 mg/L setara CaCO3 dan hasil uji lanjut tidak berbeda dengan perlakuan kesadahan 54 mg/L setara CaCO3.

Nilai efisiensi pakan adalah perbandingan antara pertambahan bobot ikan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi. Jumlah pakan yang dikonsumsi pada perlakuan penambahan kalsium 30 mg/L dan 40 mg/L sebesar 662 gram/40 hari. lebih rendah dibandingkan perlakuan penambahan kalsium 20 mg/L sebesar 783 gram/40 hari. Rendahnya jumlah pakan dikarenakan ikan mengalami stres atau daya tahan tubuh turun pada awal percobaan sehingga napsu pakan berkurang yang akhirnya jumlah pakan lebih rendah dan pada akhir penelitian tingkat napsu pakan tinggi dalam hal ini disebabkan kondisi ikan telah seimbang antara tubuh dengan lingkunggannya terbukti dari hasil analisa tingkat kerja osmotik yang rendah dan kadar glukosa yang rendah. Nilai efisiensi pakan tertinggi pada perlakuan penambahan kalsium 20 mg/L sebesar 11,49 % dan terendah pada perlakuan tanpa penambahan kalsium sebesar 11,21%. Hasil analisis uji ragam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap efisiensi pemanfaatn pakan (P>0,05).

Menurut Tseng (1987) Apabila diperairan kandungan kalsium tidak mencukupi maka mekanisme osmoregulasi terganggu yang akhirnya berdampak pada pertumbuhan. Menieral kalsium bersama dengan ion kalium berperan dalam mekanisme kerja osmotik ikan.. Saat kemampuan osmeregulasi ikan meningkat maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan. Mineral kalsium yang optimal dalam media akan meningkatkan efesiensi enzim Na+/K+-ATPase, Selain itu adanya keseimbangan mineral media juga mempengaruhi keseimbangan isoosmotik antara cairan tubuh dan lingkungannya.

Dokumen terkait