• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Data dan Analisis

5.2.1.5 Ekologi

a.Sumberdaya lahan

Pengembangan daerah tujuan wisata harus memperhatikan semua sumberdaya serta lingkungan agar tidak terjadi degradasi. Pengembangan kawasan wisata haruslah selalu melindungi sumberdaya yang ada karena hal tersebut penting sekali untuk keberhasilan wisata (Gunn 1994). Sumberdaya pada kawasan meliputi vegetasi, satwa, sumberdaya lahan lain.

1. Vegetasi

Vegetasi yang terdapat pada kawasan ini diketahui sebanyak 63 jenis yang terdiri dari 3 jenis famili Dipterocarpaceae, 60 jenis non-Dipterocarpaceae, dan salah satunya terdapat jenis bambu, yaitu Bambu Apus. Jenis-jenis vegetasi tersebutterdiri dari jenis exotic dan jenis asli dari Indonesia.Tabel 7 merupakan jenis-jenis vegetasi Dipterocarpaceae dan non-Dipterocarpaceae yang terdapat di KHDTK Cikampek.

Tabel 7 Jenis vegetasi pohon di KHDTK Cikampek No. Jenis Tanaman

(Nama lokal)

Famili /Suku Asal A. Dipterocarpaceae

1 Hopea odorata Roxb. (Merawan)

Dipterocarpaceae Myanmar 2 Shorea robusta Gaertn

(Meranti) Dipterocarpaceae Kalimantan 3 Shorea selanica BI (Meranti) Dipterocarpaceae - B. Non- Dipterocarpaceae

1 Acacia auriculiformis A.Cunn. (Akasia) Fabaceae Papua 2 A. catechu Willd. (Katecuk) Fabaceae India 3 A. confusa Merr (Akasia) Fabaceae Formosa 4 A. mangium Wild (Mangium) Fabaceae Maluku 5 A. oraria F.v.M (Akasia) Fabaceae -

6 Alstonia congensis Engl. (Pulai kongo)

Apocynaceae Afrika 7 Anthocephalus cadamba Miq.

(Jabon)

Rubiaceae Maluku

8 Aponamixis grandifolia Walp (Kongkih merah)

Meliaceae -

9 Azadirachta indica A.Juss. (Mimba)

Tabel 7 Jenis vegetasi pohon di KHDTK Cikampek (lanjutan) 10 Calophyllum inophyllum L. (Nyamplung) Guttiferae Sulawesi 11 C. solatri Burn (Mengkakal) Guttiferae Sulawesi 12 Canarium schwaifurhii Engl.

(Kenari) Burseraceae Afrika 13 Casuarina equisetifolia J.R (Cemara) Casuarinaceae Sumatera 14 Cecropia peltata L. (Saga) Moraceae Amerika

15 Cedrella mexicana M. Roem (Handarusa) Meliaceae Amerika 16 Ceiba sp (Kapuk) Bombacaceae Jawa 17 Chaklaphora excelsa - -

18 Chukrasia tabularis A. Juss Meliaceae India 19 Coumarona odorata Aubl Fabaceae Afrika 20 Dalbergia fusca Piere

(Sonokeling)

Fabaceae Vietnam

21 Delonix regia Rafin (Flamboyan)

Fabaceae -

22 Diospyros celebica Bakh (Kayu hitam)

Ebenaceae Sulawesi 23 Enterolobium cyclocarpum Griseb

(Sengon buto)

Fabaceae Amerika

24 Eucalyptus alba Reinw. (Ampupu) Myrtaceae Timor 25 E. plathyphylla F.Muell (Hoe) Myrtaceae Timor 26 E. urophylla (Ampupu) Myrtaceae -

27 Giganthocloa apus Kruz (Bambu apus)

Poaceae Jawa

28 Gluta renghas L Rengas

Anacardiaceae Jawa 29 Gmelina arborea Roxb.

(Jati putih)

Verbenaceae - 30 Hymenaea courbaril L.

(Lokus)

Fabaceae Amerika

31 Instia bijuga O.K (Merbau) Fabaceae - 32 Khaya anthotheca C.Dc (Kahaya) Meliaceae Afrika 33 K. grandifolia C.DC (Kahaya) Meliaceae Afrika 34 K. ivorensis C.Chevalis (Kahaya) Meliaceae Amerika 35 K. senegalensis A.Juss. (Kahaya) Meliaceae Afrika

36 Lagerstroemia loudoni Pierre (Bungur)

Lythraceae Thailand 37 Metrosideros sp.

(Lara/ kayu besi)

Myrtaceae -

38 Ochroma bicolor Rowlee (Balsa)

Tabel 7 Jenis vegetasi pohon di KHDTK Cikampek (lanjutan)

39 Paraserienthes falcataria Nielsen (Sengon)

Fabaceae Jawa

40 Parinarium corymbosum Miq (Kayu batu)

Rutaceae Jawa

41 Pericopsis mooniana Thw. (Kayu kuku)

Fabaceae India

42 Pinus khasya Rowlee (Pinus)

Pinaceae Siam

43 Pinus merkusii Jungh et de Vriese (Tusam)

Pinaceae Sumatera

44 Piptadenia peregrina Benth Fabaceae Brazilia 45 Pterocarpus sp. (Angsana) Fabaceae Jawa 46 Pterygota alata R.Br. (Kasah) Moraceae India

47 Ricinodendron africanum Arg Euphorbiaceae Afrika 48 Santalum album L

(Cendana)

Santalaceae 49 Spathodea campanulata Beauv.

(Angsret)

Bignuniaceae Afrika 50 Sterculia foetida L

(Kepuh)

Sterculiaceae Jawa 51 Swietenia macrophylla King.

(Mahoni daun besar)

Meliaceae Honduras

52 Tectona grandis L.f (Jati)

Verbenaceae Jawa, Malabar, Myanmar 53 Terminalia arjuna Warb

(Ketapang) Combretaceae India 54 T. caembachii Warb. (Ketapang) Combretacea PNG 55 T. kaernbacii (Ketapang) Combretaceae PNG 56 Trachylobium verrucosum Oliv Fabaceae Hawai 57 Vitex coffasus Reinw.

(Bieti)

Verbenaceae Maluku 58 Zizyphus talanoi Merr

(Tombulilato) Rhamnaceae Maluku 59 Paraserienthes falcataria (Sengon) Fabaceae Jawa 60 Ficus variagata (Nyawei) Moraceae Jawa

Sumber : Pusprohut Litbang (2010).

Vegetasi yang terdapat pada kawasan ini banyak yang berpotensi untuk dijadikan daya tarik. Vegetasi tersebut dipetakan sesuai dengan blok atau petak tanam masing-masing tanaman. Dalam masing-masing petak tanam terdapat beberapa jenis pohon di dalamnya, namun demikian pada umumnya terdapat jenis pohon yang mendominasi di dalamnya (Gambar 12).

Petak tanam tersebut dipisahkan dengan adanya jalur pemeriksaan yaitu berupa jalan setapak yang lebarnya kurang lebih 1 meter. Hal ini dapat memudahkan untuk melihat vegetasi di dalam kawasan. Beberapa contoh vegetasi yang dapat dijadikan potensi misalnya saja banyaknya pohon-pohon asing yang telah diintroduksi terdapat pada kawasan ini, pohon-pohon unik di dalam kawasan yang ukurannya lebih besar daripada pohon lainnya terutama untuk jenis Kahaya, pohon kelapa yang hanya satu-satunya terdapat di kawasan ini. Terdapat pula pohon jenis Angsana yang sangat besar berlubang pada bagian bawahnya. Menurut warga, banyak dijumpai kembang-kembangan berupa sesajen yang ditemukan di lubang pohon ini. Kepercayaan ini juga dapat menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung.

Vegetasi lain dalam kawasan yaitu vegetasi berupa tumbuhan bawah. Tumbuhan-tumbuhan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Beberapa contoh tumbuhan obat tersebut antara lain daun babadotan (Ageratum conyzoides) yang berkhasiat untuk menyembuhkan luka, reumatik, dan pendarahan; balakacida (Mikania cordata) yang berkhasiat untuk antibiotik; dan juga daun dewa (Gynura segetum) yang berkhasiat untuk mengobati luka, reumatik, dan kencing manis (Gambar 13).

(a) (b)

Keterangan :

(a) Babadotan

(b) Daun Dewa

2. Satwa

Potensi dari keanekaragaman satwa juga dapat menjadi daya tarik sendiri bagi kawasan. Selain satwa tersebut dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata, satwa-satwa ini juga dapat terus dilestarikan atau dikonservasi dalam kawasan. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, satwa yang ditemukan pada kawasan terdiri dari 15 jenis burung, 4 jenis mamalia, dan 6 jenis reptil. Satwa-satwa ini ditemukan hampir merata di seluruh kawasan. Menurut keterangan warga dan juga petugas lapangan, sekitar lima tahun lalu, satwa pada kawasan ini sangat mudah dijumpai, akan tetapi keberadaannya berkurang sekarang ini. Hal ini dapat disebabkan karena semakin banyaknya kendaraan yang melintas di jalan raya yang berada di dalam kawasan ini yang dapat mengganggu satwa. Selain itu juga sempat terjadi perburuan liar oleh warga sekitar kawasan ini.

Jenis-jenis satwa yang ditemukan sebagian besar berstatus risiko rendah (Low Risk)menurut IUCN Red List. Akan tetapi walaupun demikian, keberadaan satwa pada kawasan perlu dilestarikan.Untuk melindungidan melestarikan satwa, hal yang perlu dilakukan adalah menyediakan habitat dan sumber makanan bagi satwa serta memberikan nilai tambah untuk satwa bagi perencanaan sebagai kawasan wisata. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat spot pengamatan dan jalur yang tepat sehingga pengunjung dapat mengamati satwa tanpa mengganggu satwa tersebut (Noviana 2010). Potensi fauna yang dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jenis fauna KHDTK Cikampek

No Nama Lokal Nama Latin Famili Status

Perlindungan Burung

1 Cinenen Pisang Orthotomus sutorius Silviidae Risiko rendah

2 Wallet linchi Collocalia linchii Apodidae -

3 Cinenen jawa Orthotomus sepium Silviidae Risiko rendah

4 Pelanduk topi hitam Pellorneum capistratum Timaliidae Risiko rendah 5 Layang-layang rumah Delichon dasypus Hirundinidae Risiko rendah 6 Bondol jawa Lonchura leucogastroides Estrildidae Risiko rendah 7 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae Risiko rendah 8 Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae Risiko rendah

9 Anis merah Zoothera citrina Turdidae Risiko rendah

10 Betet jawa Psittacula alexandri Psittacidae Risiko rendah

11 Cekakak sungai Todirhamphus chloris Alcedinidae -

12 Perenjak jawa Prinia familiaris Silviidae Risiko rendah

13 Wiwik uncuing Cuculus sepulcralis Cuculidae -

14 Perkutut Geopelia striata Columbidae Risiko rendah

15 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae -

Mamalia

1 Monyet ekor panjang Macaca fascicularis Cercopithecidae Risiko rendah 2 Bajing tanah bergaris tiga Lariscus insignis Sciuridae Risiko rendah 3 Musang Paradoxurus hermaphroditus Viverridae Risiko rendah

4 Babi hutan Sus scrofa Suidae Risiko rendah

Reptil

1 Cicak hutan Cyrtodactylus fumosus Gekkonidae -

2 Kadal kebun Eutrophis multifasciata Scincidae -

3 Viper pohon Trimeresurus albolabris Viperidae Risiko rendah

4 Ular lidah api Dendralapis pictis Colubridae -

5 Cicak terbang Draco volans Agamidae -

Pada kawasan ini juga ditemukan berbagai jenis kupu-kupu. Kupu-kupu ini terdiri dari 2 jenis dari famili Pieridae dan 11 jenis dari famili Nymphalidae. Satwa yang dikategorikan sebagai serangga ini ditemukan di hampir seluruh kawasan. Akan tetapi terdapat lokasi dimana kupu-kupu banyak ditemukan di sana (Gambar 14). Jenis kupu-kupu yang paling banyak ditemukan adalah jenis dari famili Nymphalidae, hal ini disebabkan karena Nymphalidae merupakan famili kupu-kupu yang mempunyai anggota yang paling besar dan penyebaran luas dibandingkan dengan lainnya (Rizal 2007).

Kehadiran spesies kupu-kupu yang tinggi juga didukung oleh tersedianya tumbuhan sebagai sumber pakan (Yamamoto et al 2007). Hal ini juga dapat dilihat dengan banyaknya tumbuhan yang berada pada kawasan sehingga banyak pula tersedia pakan untuk kupu-kupu tersebut. Kupu-kupu sendiri juga merupakan salah satu satwa yang penting untuk tetap dipertahankan keberadaannya. Tindakan konservasi kupu-kupu yang lain adalah dengan melakukan penangkaran kupu- kupu (Panjaitan 2008 dalam Efendi 2009). Penangkaran kupu-kupu selain bertujuan untuk menjaga kelestarian spesies kupu-kupu, juga bertujuan meningkatkan taraf perekonomian masyarakat. Suatu tempat penangkaran kupu- kupu dapat digunakan sebagai tempat riset atau penelitian sekaligus tempat wisata (Efendi 2009). Jenis dari kupu-kupu dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jenis kupu-kupu KHDTK Cikampek

No. Nama Jenis Famili

1 Eurema hecabe sankapura Pieridae

2 Catopsilia pomona Pieridae

3 Melanitis leda simessa Nymphalidae 4 Ideopsis juventa juventa Nymphalidae 5 Mycalesis horsfieldi horsfieldi Nymphalidae 6 Junonia atlites atlites Nymphalidae 7 Euploea phaenarete pavettae Nymphalidae 8 Athyma perius perinus Nymphalidae 9 Hypolimnas bolina bolina Nymphalidae 10 Doleschallia bisaltidae bisaltidae Nymphalidae

11 Junonia hedonia ida Nymphalidae

12 Ariadne ariadne ariadne Nymphalidae 13 Rohana parisatis javana Nymphalidae

3. Sumberdaya lahan lain

Sumberdaya lahan yang terdapat pada kawasan lainnya, selain dari vegetasi dan satwa, adalah gejala alam dan juga air. Gejala alam yang ditemukan yaitu berupa dua buah goa yang kondisinya kurang terawat dan hanya dapat dimasuki oleh kurang lebih satu orang saja. Sumberdaya lahan berupa air dapat ditemukan pula berupa sungai Cicunut (Gambar 15).

(a) (b)

Keterangan :

(a) Goa (b) Sungai

Gambar 15 Sumberdaya lahan lain.

Analisis sumberdaya lahan ini diskoring berdasarkan blok rencana tata ruang kawasan. Pada Gambar 16 yang merupakan peta analisis aspek sumberdaya lahan, terdapat 3 area yang berbeda setelah diskoring pada kawasan. Bagian kawasan yang memiliki 3-4 sumberdaya alam yang menonjol yaitu flora, fauna, gejala alam, dan air terdapat pada 4 blok rencana tata ruang dan mendapatkan nilai yang paling rendah. Kemudian terdapat pula bagian kawasan yang hanya memiliki 2 sumberdaya alam. Bagian kawasan ini terdapat pada 2 blok rencana tata ruang dan mendapatkan nilai 40. Nilai ini didapatkan dari bobot dikalikan 2 yang merupakan nilai untuk kriteria 2 sumberdaya alam. Sedangkan nilai tertinggi pada aspek ini terdapat pada lahan kosong yang berada di sebelah utara kawasan. Nilai tertinggi yaitu 80, dimana nilai tersebut didapatkan dari bobot aspek sumberdaya lahan ini yaitu 20 dikalikan dengan nilai tertinggi yaitu 4. Hal ini dikarenakan pada bagian kawasan ini tidak ditemukan sumberdaya lahan di dalamnya.

b. Penutupan lahan

Penutupan lahan pada KHDTK Cikampek didominasi oleh hutan tanaman, namun terdapat beberapa penutupan lain seperti semak belukar, kebun, lahan kosong, dan area terbangun (Gambar 17). Penutupan lahan ini kemudian dibagi menurut statusnya. Secara umum status penutupan lahan yang terdapat pada kawasan KHDTK Cikampek terbagi menjadi 4 jenis, yaitu penutupan lahan alami, penutupan lahan semi alami, penutupan lahan campuran, dan penutupan lahan area terbangun. Masing-masing luasannya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Luasan penutupan lahan KHDTK Cikampek

No Status Penutupan Lahan Penutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Alami Hutan Alam - 0

2 Semi Alami Hutan Tanaman 42 82,19

3 Campuran Semak Belukar 6,4 12,52

Kebun 1,19 2,33

Lahan Kosong 1,45 2,84

4 Lahan Terbangun Lahan Terbangun 0,06 0,12

Jumlah 51,1 100

Penutupan lahan alami tidak ditemukan pada kawasan, dikarenakan keseluruhan kawasan merupakan hutan tanaman dan tidak terdapat hutan alam di sana. Penutupan lahan semi alami merupakan vegetasi yang ditanam dengan sengaja pada kawasan yang merupakan hutan tanaman. Penutupan lahan ini merupakan yang terluas dengan luas area 42 Ha. Pada metode skoring penutupan lahan semi alami ini mendapatkan nilai kedua terendah yaitu 40, yang didapatkan dari bobot untuk aspek ini yaitu 20 dikalikan dengan nilai untuk kriteria yaitu 2. Hutan tanaman mendapatkan nilai yang cukup rendah dikarenakan hutan tanaman perlu untuk terus dilestarikan (fungsi pokok kawasan) sehingga peluang pengembangan wisata pada hutan tanaman pun terbatas.

Penutupan lahan campuran pada kawasan merupakan kebun yang berada dalam kawasan. Kebun ini berisi tanaman-tanaman seperti cabai, singkong, dan juga kacang-kacangan. Luas areal kebun yang berada dalam kawasan ini 1,19 Ha. Selain itu terdapat pula semak belukar dan lahan kosong yang luasnya mencapai 7,85 Ha, sehingga luas penutupan lahan campuran yaitu 9,04 Ha. Penutupan lahan ini mendapatkan nilai yang cukup tinggi yaitu 60, dikarenakan penutupan lahan

ini berpeluang untuk dapat dikembangkan untuk wisata dibandingkan penutupan lahan hutan. Penutupan lahan terakhir adalah lahan terbangun yang merupakan area dimana terdapat bangunan permanen seperti rumah dinas, wisma tamu, dan visitor centre yang berada dalam kawasan. Penutupan lahan terbangun ini memiliki luas area 0,06 Ha dan memiliki nilai yang tertinggi yaitu 80, dikarenakan fungsinya pun sudah menjadi fasilitas eksisting untuk pengembangan wisata.

Penutupan lahan yang dominan adalah penutupan lahan semi alami (hutan tanaman) yang luasnya mencapai 42 Ha. Hutan tanaman ini hampir merata dalam kawasan dan sangat dominan dikarenakan hutan tanaman memang merupakan fungsi dari kawasan. Hutan tanaman ini tidak dapat diubah karena akan mengubah fungsi pokok dari KHDTK Cikampek itu sendiri. Akan tetapi hutan tanaman ini dapat dikembangkan sebagai wisata pendidikan bagi pengunjung. Sebaran penutupan lahan dapat dilihat pada Gambar 18, sedangkan analisis pengembangan wisata berdasarkan penutupan lahan pada aspek bio-fisik dapat dilihat pada Gambar 19.

(a) (b)

(c) (d) Keterangan :

(a) Semak Belukar (c) Kebun

(b) Hutan Tanaman (d) Lahan Terbangun

Dokumen terkait