• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tourism Site Plan in Special Purposes Forest Area Cikampek Provincy West Java

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tourism Site Plan in Special Purposes Forest Area Cikampek Provincy West Java"

Copied!
229
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN TAPAK WISATA

KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS CIKAMPEK

PROVINSI JAWA BARAT

MIRA SEPTINA JAYASINGA PUTRI

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

PERENCANAAN TAPAK WISATA

KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS CIKAMPEK

PROVINSI JAWA BARAT

MIRA SEPTINA JAYASINGA PUTRI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Perencanaan Tapak Wisata Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus Cikampek Provinsi Jawa Barat

Nama : Mira Septina Jayasinga Putri

NIM : E34080062

Menyetujui Pembimbing I,

Eva Rachmawati, S. Hut, M. Si NIP. 19770321 200501 2 003

Pembimbing II,

Vera Dian Damayanti, SP, MLA NIP. 19740716 200604 2 004

Mengetahui

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP. 19580915 198403 1 003

(4)

MIRA SEPTINA JAYASINGA PUTRI. Perencanaan Tapak Wisata Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus Cikampek Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh EVA RACHMAWATI dan VERA DIAN DAMAYANTI.

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) adalah suatu kawasan hutan tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk kepentingan umum seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta religi dan budaya atau tujuan kemanfaatan lainnya dengan catatan bahwa peruntukan itu tidak merubah fungsi pokok dari kawasan hutan tersebut. Kawasan hutan yang termasuk ke dalam KHDTK salah satunya adalah KHDTK Cikampek yang berada di Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. KHDTK Cikampek merupakan salah satu kawasan hijau yang sering didatangi pengunjung. Selain itu masyarakat sekitar kawasan yang menginginkan peningkatan kesejahteraan mendorong untuk diadakannya pengembangan perencanaan wisata pada kawasan. Pengembangan wisata ini perlu dirancang dengan sedemikian rupa agar dapat memanfaatkan potensi wisata yang ada, akan tetapi tidak dan/atau seminimal mungkin merubah bentang alam yang ada di kawasan hutan tersebut.

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan (Mei-Juli 2012). Metode yang digunakan adalah metode perencanaan yang mengacu pada Gold 1980, yang terdiri dari tahap persiapan, pengumpulan data, analisis data, sintesis data, dan perencanaan tapak, dengan metode pendekatan perencanaan berupa pendekatan sumberdaya (ekologis). Terdapat dua aspek yang digunakan sebagai dasar analisis perencanaan tapak ini, yaitu aspek bio-fisik dan aspek wisata. Hasil identifikasi terhadap kedua aspek tersebut menghasilkan analisis berupa peta komposit. Kelas yang didapatkan dari hasil analisis terbagi menjadi kesesuaian pengembangan wisata intensitas tinggi, cukup, rendah, dan kurang. Selanjutnya dihasilkan block plan yang membagi kawasan ke dalam 3 zona, yaitu zona wisata utama, zona wisata penunjang, dan zona pendukung wisata.

Konsep dasar pada penelitian ini yaitu kawasan KHDTK Cikampek yang memiliki fungsi pokok sebagai hutan penelitian memiliki keanekaragaman hayati yang beragam baik dari flora, fauna, maupun sumberdaya alam lainnya. Oleh karena itu pengembangan wisata yang dapat direncanakan adalah wisata yang berbasis ekologis dan bersifat edukatif terutama mengenai kehutanan. Perencanaan tapak wisata KHDTK Cikampek terdiri dari rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana jalur wisata, dan rencana aktivitas dan fasilitas. Pada rencana ruang terdapat ruang wisata utama, ruang wisata penunjang, ruang penerimaan dan ruang pelayanan. Pada rencana sirkulasi terdapat sirkulasi jalur wisata untuk pengunjung dan sirkulasi jalur non-wisata untuk pengelola. Pada rencana jalur wisata terdapat 4 alternatif jalur wisata yang bernilai edukatif dan rekreatif. Rencana aktivitas utama berupa tracking dan pengamatan/edukasi sedangkan rencana aktivitas penunjang berupa kuliner, piknik, bermain, dan menikmati pemandangan. Pada rencana fasilitas terdapat fasilitas wisata dan fasilitas pelayanan.

(5)

MIRA SEPTINA JAYASINGA PUTRI. Tourism Site Plan in Special Purposes Forest Area Cikampek Provincy West Java. Under Supervision of EVA RACHMAWATI and VERA DIAN DAMAYANTI.

Special Purposes Forest Area (SPFA) is a particular forest area that settled by the government with the purpose for public importance such as research and development, education and training, as well as religious and cultural or other benefit purposes on condition that the designation does not change the basic function of the forest. One of SPFA is SPFA Cikampek that located in District Cikampek, Regency Karawang, West Java. SPFA Cikampek is one of the green areas that are often visited by visitors. In addition, people around the area who want to improve the welfare encourages pushed of the development tourism plan in that area. This tourism development need to be designed in such a way that they can exploit tourism potential, but did not and/or minimal change existing landscape in the forest area.

The study was conducted for three months (May-July 2012). The method used was method of planning that refers to Gold 1980, which consists of the preparation, data collection, data analysis, data synthesis, and site plan, with the plan approach was resource approach (ecological). There are two aspects that were used as the basic for the analysis of site plan, namely bio-physical aspects and tourism aspects. The results of the identification of these two aspects was the analysis of a composite map. Classes were obtained from analysis of the suitability of the development was divided into high, enough, low, and less intensity type. Furthermore, block plan was resulted divides area into three zones, namely the main tourism zone, secondary tourism zone, and the supporting tourism zone.

The basic concept in this research was the SPFA Cikampek with basic functions as research forest that has variety biodiversity of flora, fauna, and other natural resources. Therefore, tourism development can be planned is based ecological tours and educative tours, especially concern about forestry. SPFA Cikampek site plan consists of the space plan, circulation plan, tourism route plan, and activities and facilities plan. Space plan, that were main tourism space, a secondary tourism space, reception space and service space. Circulation plan, there were tourism circulation plan for visitors and non-tourism circulation plan for managers. Turism route plan, there were 4 route alternative that valuable for educational and recreational. Plan for main tourism activities such as tracking and monitoring/education while for secondary tourism such as culinary activities, picnic, play, and enjoy the view. Facility plan, that were tourism facilities and service facilities.

(6)

Wisata Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus Cikampek Provinsi Jawa Barat”

adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau

lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

(7)

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 30 September 1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tampan Mega dan Ibu Titin Maria. Penulis mulai mengawali masa jenjang pendidikan formal pada tahun 1995 di TK Pertiwi 3 Kota Bogor kemudian menyelesaikan tingkat sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri Pengadilan 5 Kota Bogor tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Taruna Andigha Kota Bogor tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Kota Bogor tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutana, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Selama menjalankan studi di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) sebagai anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE “TAPAK”) pada periode kepengurusan 2009-2011, anggota Biro Kekeluargaan pada periode kepengurusan

2009/2010 dan sekretaris umum pada periode kepengurusan 2010/2011. Kegiatan lapang yang pernah diikuti oleh penulis antara lain, Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) Himakova 2010 di Cagar Alam Gunung Burangrang Propinsi Jawa Barat, Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) Himakova 2010 di Taman Nasional Sebangau Propinsi Kalimantan Tengah, Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) 2010 di Sancang-Kamojang, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) 2012 di Taman Nasional Meru Betiri Propinsi Jawa Timur.

(8)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas seluruh nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya. Alhamdulillahirabbil’alamin penulis panjatkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi ini yang berjudul “Perencanaan Tapak Wisata Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus Cikampek Provinsi Jawa Barat”.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para pembaca dan seluruh pihak yang membutuhkan khususnya bagi kemajauan ilmu pengetahuan kehutanan di Indonesia. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala bentuk saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis untuk kemajuan di masa yang akan datang.

Bogor, Desember 2012

(9)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Perencanaan Tapak Wisata Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus Cikampek Provinsi Jawa Barat”. Shalawat serta salam tidak lupa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa terlaksananya penelitian hingga penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orang tua tercinta Tampan Mega (Bapak), Titin Maria (Ibu), Farhandika Septiandi Jayasinga Putra (Adik) atas segala limpahan kasih sayang, doa, bimbingan, motivasi, nasihat dan dukungan lahir maupun batin.

2. Dosen pembimbing Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si dan Vera Dian Damayanti, SP, MLA atas segala arahan, bimbingan, nasihat, solusi serta saran dan masukannya selama penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Dosen penguji sidang Dr. Ir. Rita Kartika Sari, M.Si dan ketua sidang Dr. Ir.

Agus Hikmat, M.Sc atas bimbingan, masukan, saran, dan kritik atas skripsi hasil penelitian ini.

4. Seluruh dosen beserta staf KPAP atas bimbingan dan pelayanan selama penulis menuntut ilmu di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB.

5. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan Dr. Ir. Bambang Tri Hartono, MF, Kepala Sub Bidang Tindak Lanjut Penelitian Desy Ekawaty, S.Hut, M.Sc, dan seluruh pihak Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kehutanan atas izin, bantuan, masukan, dan bimbingan pada penelitian ini.

6. Bapak Usup dan keluarga, serta A Deni atas bantuan dan arahannya selama pengambilan data di lapangan.

(10)

9. Keluarga EDELWEISS 45 tercinta: Sari Narulita, Nararya Gunadharma, Meidilaga, Davidia Intan Permata Yahdi, Rika Sri Wahyuni, Siti Nurika, Rifki Putra, Rahmat Adiputra, Muamar Zulfikar, Intan Handayani, Fiqh Chairunnisa, Fatwa Nirza, Lintang Praba, Ririn Rihatni, Erlinda Mutiara, Agrini Vera Utari, Ayu Wandarise, Yasri Syarifatul, Asep Zanuansyah, M. Juan Ardha, Nugrahadi Ramadhan, serta seluruh keluarga besar KSHE 45 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih banyak atas kebersamaan, persaudaraan, persahabatan, bantuan, dukungan, dan semangat selama ini.

10. Sahabat terbaik Oryza Sativa, Ernawati, Sylvani Nugraha, Resti Widya Putri, Ninda Nevada, Yuni Astuti, Renando Meiko, Ahmad Noval, Ramdani Mardiansyah, Chairul Adijaya, Salman Al Farisi. Terima kasih banyak.

11. Harry Tri Atmojo Aksomo atas doa, dukungan, motivasi, dan semangat di setiap harinya.

12. Kakak dan Adik tingkat, serta seluruh keluarga besar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

13. Seluruh keluarga besar Himakova.

14. Pihak-pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Bogor, Desember 2012

(11)

DAFTAR ISI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7

3.2 Alat dan Bahan ... 8

3.3 Metode dan Pendekatan Perencanaan ... 8

3.3.1 Persiapan ... 9

3.3.2 Pengumpulan/Inventarisasi Data ... 9

3.3.3 Analisis Data ... 11

3.3.4 Sintesis Data ... 13

3.3.5 Perencanaan Tapak ... 13

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Administratif dan Geografis ... 14

4.2 Keadaan Fisik Kawasan ... 14

4.4.2 Jalan pemeriksaan ... 16

4.4.3 Rumah dinas petugas lapangan dan pondok kerja ... 16

(12)

4.6 Keadaan Desa Sekitar Kawasan KHDTK Cikampek ... 17

4.6.1 Letak dan luas desa sekitar KHDTK Cikampek ... 17

4.6.2 Keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat ... 18

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Konsep Dasar ... 20

5.2 Data dan Analisis ... 21

5.2.1 Aspek bio-fisik ... 21

5.2.1.1 Batas administrasi dan geografis ... 21

5.2.1.2 Jenis tanah ... 24

5.2.1.3 Iklim ... 26

5.2.1.4 Topografi ... 27

5.2.1.5 Ekologi ... 30

5.2.2 Aspek wisata ... 45

5.2.2.1 Objek dan atraksi wisata ... 45

5.2.2.2 Fasilitas pendukung wisata ... 50

5.2.2.3 Potensi pengunjung ... 54

5.2.3 Aspek sosial budaya ... 57

5.2.4 Hasil analisis ... 59

5.3 Sintesis ... 62

5.4 Konsep Perencanaan Tapak ... 65

5.4.1 Konsep dasar perencanaan ... 65

5.4.2 Pengembangan konsep ... 66

5.4.2.1 Konsep ruang ... 66

5.4.2.2 Konsep sirkulasi ... 67

5.4.2.3 Konsep jalur wisata ... 69

5.4.2.4 Konsep aktivitas dan fasilitas ... 69

5.5 Perencanaan Tapak ... 70

5.5.1 Rencana ruang ... 70

5.5.2 Rencana sirkulasi ... 82

5.5.3 Rencana jalur wisata ... 83

5.5.4 Rencana aktivitas dan fasilitas ... 86

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 94

6.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Alat pengambilan data beserta kegunaan dan keluarannya ... 8

2. Jenis, bentuk, sumber, dan cara pengambilan data ... 10

3. Variabel dan kriteria metode skoring ... 12

4. Luas desa sekitar KHDTK Cikampek ... 18

5. Keadaan penduduk di sekitar KHDTK Cikampek ... 18

6. Komposisi mata pencaharian penduduk di sekitar KHDTK Cikampek .. 19

7. Jenis vegetasi pohon di KHDTK Cikampek ... 30

8. Jenis fauna KHDTK Cikampek ... 36

9. Jenis kupu-kupu KHDTK Cikampek ... 37

10. Luasan penutupan lahan KHDTK Cikampek ... 41

11. Potensi dan kendala fasilitas di KHDTK Cikampek ... 50

12. Luasan kriteria kesesuaian pengembangan wisata ... 60

13. Pembagian zona pada sintesis ... 62

14. Luasan ruang pengembangan wisata ... 75

15. Jalur, objek, dan kegiatan wisata ... 84

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Lokasi penelitian ... 7

2. Tahapan perencanaan ... 9

3. Jalan aspal KHDTK Cikampek ... 16

4. Batas administrasi KHDTK Cikampek ... 22

5. Peta petak tanaman KHDTK Cikampek ... 23

6. Kondisi pal batas ... 24

7. Peta jenis tanah KHDTK Cikampek ... 25

8. Grafik fluktuasi suhu KHDTK Cikampek ... 26

9. Grafik fluktuasi curah hujan KHDTK Cikampek ... 27

10.Peta topografi KHDTK Cikampek ... 28

11.Peta analisis kemiringan lahan KHDTK Cikampek ... 29

12.Peta potensi flora KHDTK Cikampek ... 33

13.Jenis-jenis tumbuhan obat KHDTK Cikampek ... 34

14.Peta potensi fauna KHDTK Cikampek ... 38

15.Sumberdaya lahan lain ... 39

16.Peta analisis sumberdaya lahan KHDTK Cikampek ... 40

17.Penutupan lahan KHDTK Cikampek ... 42

18.Peta penutupan lahan KHDTK Cikampek ... 43

19.Peta analisis penutupan lahan KHDTK Cikampek ... 44

20.Objek dan atraksi wisata ... 47

21.Peta objek dan atraksi wisata KHDTK Cikampek ... 48

22.Peta analisis objek dan atraksi wisata KHDTK Cikampek ... 49

23.Kondisi fasilitas eksisting KHDTK Cikampek ... 51

24.Peta aksesibilitas KHDTK Cikampek ... 53

25.Sumber informasi pengunjung ... 54

26.Teman berkunjung ... 54

27.Tujuan berkunjung ... 55

(15)

29.Waktu berkunjung ... 56

30.Jenis wisata yang diinginkan pengunjung ... 56

31.Kesenian budaya masyarakat sekitar KHDTK Cikampek ... 58

32.Peta komposit ... 61

33.Peta block plan ... 64

34.Konsep ruang ... 67

35.Konsep sirkulasi ... 68

36.Ilustrasi objek dan atraksi wisata ruang wisata utama ... 72

37.Ilustrasi objek dan atraksi wisata ruang wisata penunjang ... 74

38.Rencana tapak (site plan) KHDTK Cikampek... 76

39.Detail plan 1 ... 77

40.Detail plan 2 ... 78

41.Detail plan 3 ... 79

42.Detail plan 4 ... 80

43.Detail plan 5 ... 81

44.Rencana jalur wisata KHDTK Cikampek ... 85

45.Ilustrasi fasilitas 1 ... 92

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) adalah suatu kawasan hutan tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk kepentingan umum seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta religi dan budaya atau tujuan kemanfaatan lainnya dengan catatan bahwa peruntukan itu

tidak merubah fungsi pokok dari kawasan hutan tersebut (Dephut 1999). Kawasan hutan yang termasuk ke dalam KHDTK ini adalah KHDTK Cikampek yang termasuk ke dalam Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.

Salah satu tujuan KHDTK Cikampek adalah penelitian dan pengembangan yang tidak merubah fungsi pokok dari kawasan hutan tersebut. Salah satu kegiatan pengembangan yang tidak merubah fungsi pokok kawasan hutan dapat dilakukan dengan pengembangan wisata. Wisata dapat diartikan sebagai perjalanan mengunjungi objek-objek dengan tujuan kesenangan. Namun wisata tidak sekedar mengadakan perjalanan, tetapi juga berinteraksi dengan lingkungan dengan menggunakan sumberdaya yang ada (Holden 2000).

KHDTK Cikampek merupakan salah satu kawasan hijau yang berada di Cikampek yang sering sekali didatangi oleh pengunjung. Selain itu masyarakat sekitar kawasan yang menginginkan peningkatan kesejahteraan mendorong untuk diadakannya pengembangan perencanaan wisata di kawasan tersebut. Pengembangan wisata yang diharapkan adalah kawasan yang tidak merusak ekosistem, sehingga kondisi tapak pada kawasan sangat perlu untuk diperhatikan.

Perencanaan tapak merupakan suatu kegiatan dalam menata suatu kawasan atau wilayah. Pemberian bentuk untuk sebuah tapak berguna untuk

mengakomodasi fasilitas dengan meminimalisasi kerusakan lingkungan dan memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi pengguna tapak. Pengembangan

(18)

tapak yang baik sangat perlu untuk dilakukan. Selain itu dengan adanya perencanaan tapak ini, kawasan hutan dengan tujuan khusus Cikampek dapat terus lestari dan dapat terus memenuhi fungsi dan tujuan kawasan ini.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi karakter fisik tapak wisata yang ada di KHDTK Cikampek. 2. Mengidentifikasi potensi wisata yang ada di KHDTK Cikampek.

3. Membuat perencanaan tapak KHDTK Cikampek dengan tidak merubah fungsi pokok kawasan tersebut.

1.3 Manfaat

Penelitian ini berupa rencana tapak kawasan wisata, diharapkan dapat berguna sebagai :

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wisata dan Pariwisata

Wisata menurut Swabrooke et al. (2003) dapat diartikan sebagai teori dan praktek dari perjalanan mengunjungi obyek-obyek tertentu untuk mendapatkan kesenangan. Menurut UU No. 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan Pemerintah Daerah. Wisata Menurut Holden (2000) tidak sekedar mengadakan perjalanan, tetapi juga berinteraksi dengan lingkungan dengan menggunakan sumberdaya yang ada.

Bruun (1995) mengkategorikan wisata menjadi 3 jenis yaitu

1. Ecotourism, green tourism, atau alternative tourism, merupakan wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan industri kepariwisataan dan perlindungan terhadap wisata alam atau lingkungan,

2. Wisata budaya, merupakan kegiatan pariwisata dengan kekayaan budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan,

3. Wisata alam, aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.

2.2 Kawasan Wisata

Kawasan wisata adalah kawasan yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Pengembangan kawasan wisata tidak mengurangi areal tanah pertanian dan dilakukan di atas tanah yang mempunyai fungsi utama untuk melindungi sumberdaya alam warisan budaya. Erkin dan Usul (2007) menyatakan bahwa kawasan wisata pada negara-negara berkembang biasanya adalah kawasan-kawasan yang tidak berkembang namun memiliki

keindahan panorama dan ekosistem yang beragam. Saat ini, wisata selalu mendapatkan porsi besar dalam perencanaan pengembangan kota dan wilayah

(20)

Kawasan wisata merupakan suatu areal atau jalur pergerakan wisata yang memiliki obyek dan daya tarik wisata tentunya dapat dikunjungi, disaksikan, dan dinikmati wisatawan. Kawasan ini memiliki lanskap alam yang indah, budaya yang dipadukan dengan perubahan kondisi sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar (Nurisjah & Pramukanto 2009). Holden (2000) menyatakan bahwa kawasan wisata berkaitan erat dengan karakteristik lanskap setempat, yaitu keindahan, kondisi lingkungan yang sehat dan bersih, iklim yang sesuai, memberi kenyamanan dan ketenangan, estetis, dan lingkungan sekitarnya mencirikan karakter yang kuat terhadap kawasan.

Kawasan wisata alam (KWA) merupakan kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan, dengan mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistem. Kriteria untuk penunjukkan dan penetapan sebagai KWA ini,yaitu: (1) mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa, atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik, (2) mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam, dan (3) kondisi lingkungan disekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam. Prinsip-prinsip dalam pengembangan KWA, yaitu; (1) karakter kepariwisataan, (2) pemerintah sebagai fasilitator

sekaligus regulator, (3) swasta sebagai operator, dan (4) masyarakat sebagai subyek pembangunan.

2.3 Perencanaan Tapak Kawasan Wisata

Perencanaan adalah mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi masalah dan memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut (Knudson 1980). Gold (1980) menyatakan bahwa proses perencanaan terdiri atas tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan. Sebagai suatu alat yang sistematis, yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan

(21)

1. Pendekatan sumberdaya, yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas rekreasi dan wisata berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya,

2. Pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan yang dapat disediakan pada masa yang akan datang,

3. Pendekatan ekonomi, yaitu penentuan tipe, jumlah dan lokasi kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi, dan

4. Pendekatan perilaku, yaitu penentuan kemungkinan aktivitas berdasarkan

pertimbangan perilaku manusia.

Perencanaan tapak adalah seni menata lingkungan buatan manusia dan lingkungan alamiah guna menunjang kegiatan manusia. Mendesain sebuah tapak juga merupakan sebuah seni untuk menata fasilitas dalam tapak untuk mendukung pemenuhan kebutuhan akan aktivitas. Pemberian bentuk untuk sebuah tapak berguna untuk mengakomodasi fasilitas dengan meminimalisasi kerusakan lingkungan dan memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi pengguna tapak. Perencanaan tapak juga mengaplikasikan sistem buatan manusia (termasuk konstruksi) ke dalam sebuah sistem lingkungan dan ekologi dengan mempertimbangkan peluang dan hambatan yang akan dihadapi. Pengkajian perencanaan tapak sering tersusun dalam dua komponen yang berhubungan, yaitu faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan buatan manusia.

Merencanakan penataan lanskap untuk kawasan wisata adalah upaya untuk menata dan mengembangkan suatu areal dan jalur pergerakan pendukung kegiatan wisata sehingga kerusakan lingkungan akibat pembangunannya dapat diminimumkan, tetapi pada saat yang bersamaan kepuasan wisatawan dapat terwujudkan. Hal ini terutama untuk menjaga keindahan alami dan keunikan yang dimiliki oleh lanskap atau bentang alam tersebut serta melindungi kelestarian ekosistemnya, terutama apabila direncanakan pada areal dengan ekosistem yang peka, langka atau unik (Nurisjah & Pramukanto 2009).

Perencanaan lanskap kawasan wisata, terutama wisata alam adalah

(22)
(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012.

(24)

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain kamera digital, Global Positioning System (GPS), binokuler, buku panduan lapang, dan laptop dengan software yang mendukung pengolahan data seperti terlihat pada Tabel 1. Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner dan data, yang terdiri dari data primer dan data sekunder.

Tabel 1 Alat pengambilan data beserta kegunaan dan keluarannya

Alat Kegunaan Keluaran

Kamera digital Dokumentasi objek/tapak Foto

GPS (Global Positioning System)

Pengambilan titik koordinat dan ketinggian lokasi data

Peta

c. ArcGIS 9.3 Membuat gambar penyebaran objek dan mengolah data

Peta

d. Map Source Mengolah data dari GPS Peta

3.3 Metode dan Pendekatan Perencanaan

Metode studi yang digunakan adalah tahapan perencanaan menurut Gold (1980) dari mulai persiapan, pengumpulan dan inventarisasi data, analisis data,

(25)

Gambar 2 Tahapan perencanaan (Gold, 1980).

3.3.1 Persiapan

Tahap persiapan pada tahapan penelitian dimulai dengan menyusun usulan penelitian yang dilakukan dengan membuat latar belakang, tujuan, manfaat studi, metode dan rencana kerja, dan menyusun anggaran biaya. Selain itu juga pada tahap ini dilakukan pengurusan izin untuk melaksanakan penelitian.

3.3.2 Pengumpulan/inventarisasi data

Tahapan pengumpulan data merupakan tahapan dimana data yang dibutuhkan untuk perencanaan tapak diinventarisasi. Data yang diinventarisasi pada tahapan ini meliputi informasi tapak beserta hal-hal yang mempengaruhi tapak dan perencanaan. Data yang diambil merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil langsung di lapangan

Persiapan Studi Administratif, Batas Tapak), Jenis Tanah, Topografi, Iklim, Ekologi (Sumberdaya Lahan, Penutupan Lahan).

Data Wisata : Fasilitas Existing, Pengunjung, Atraksi Wisata, Aksesibilitas Data Sosial Budaya : Demografi (jumlah, kepadatan dan keinginan penduduk) Latar Belakang, Tujuan, Manfaat Studi, Metode Dan Rencana Kerja, Anggaran Biaya, Dan Administrasi/Perizinan

Peta Analisis Kesesuaian Wisata KHDTK

Block Plan Pengembangan Wisata

(26)

sedangkan data sekunder merupakan data yang didapatkan dari berbagai pustaka dan berbagai informasi dari pihak-pihak yang terkait.

Metode yang digunakan untuk pengambilan data primer berupa pengamatan lapang, dokumentasi, dan wawancara. Wawancara sendiri dilakukan dengan metode purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil orang-orang yang terpilih oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu (Nasution 2007), dimana responden dipilih dengan ciri-ciri spesifik yaitu pengunjung yang datang atau berkeinginan untuk berwisata di kawasan KHDTK Cikampek. Jumlah responden dipilih sebanyak 30 orang yang merupakan penduduk desa sekitar KHDTK dan pengunjung yang mengunjungi kawasan KHDTK. Jenis, bentuk, dan cara pengambilan data dari tahapan pengumpulan data ini dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2 Jenis, bentuk, sumber, dan cara pengambilan data

No. Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Cara Pengambilan Data

I BIO-FISIK 1. Lokasi

a. Geografi Deskriptif dan Spasial

2. Jenis Tanah Deskriptif dan

Spasial

Puslitbang Survei, Studi Pustaka

3. Topografi Deskriptif dan

Spasial

Puslitbang Survei, Studi Pustaka

4. Iklim Deskriptif BMG, Puslitbang Survey, Studi Pustaka

5. Ekologi

a. Vegetasi Deskriptif dan Spasial

Puslitbang, lapangan Survei, Studi Pustaka b. Satwa

c. Penggunaan Lahan II. SUMBERDAYA WISATA

1. Fasilitas existing Deskriptif Puslitbang, Lapangan Survei, Wawancara, Studi Pustaka

2. Pengunjung Deskriptif dan

Tabular 3. Objek dan Atraksi

Wisata

Deskriptif

4. Aksesibilitas Deskriptif Lapangan Survey, Studi Pustaka

(27)

3.3.3 Analisis data

Tahap analisis data dilakukan dengan cara analisis spasial dan analisis deskriptif. Data dan informasi yang telah didapatkan dari tahap pengumpulan data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dan dianalisis dengan menggunakan overlay dari peta tematik. Analisis dengan overlay dari peta tematik ini secara garis besar dibagi berdasarkan dua aspek, yaitu aspek bio-fisik, dimana yang dianalisis secara spasial adalah lokasi kawasan, topografi, dan ekologi, sedangkan yang dianalisis secara deskriptif adalah jenis tanah dan iklim. Kedua yaitu aspek wisata, dimana yang dianalisis secara spasial adalah objek dan atraksi wisata, sedangkan yang dianalisis secara deskriptif adalah sarana dan prasarana (fasilitas eksisting dan aksesibilitas) karena sarana dan prasarana ini baru akan dikembangkan. Hasil dari analisis kedua aspek tersebut merupakan peta komposit yang merupakan hasil akhir dari tahap analisis dan akan digunakan sebagai dasar dari tahap berikutnya yaitu tahap sintesis. Sedangkan untuk data sosial dan budaya dan data wawancara akan dianalisis secara deskriptif.

Variabel-variabel tersebut selanjutnya dipertimbangkan atau dinilai dengan metode skoring untuk mengetahui areal atau lahan yang baik, kurang baik, ataupun tidak baik untuk dikembangkan sebagai daerah wisata. Pada metode skoring dalam penelitian ini digunakan skor 1-4, dimana nilai 4 adalah yang tertinggi dan nilai 1 adalah yang terendah. Nilai ini mewakili kriteria dari masing-masing areal pada tapak, baik pada aspek bio-fisik dan aspek wisata. untuk memudahkan skoring, beberapa peta diskoring berdasarkan unit analisis berupa blok-blok yang dibagi dalam pembagian rencana tata ruang KHDTK Cikampek. Blok-blok tersebut yaitu blok Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan, Kayu Pulp, dan Kayu Energi; blok Pemuliaan Tanaman Hutan; blok Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu - Food, Energy, dan Medicine (HHBK-FEM); blok HHBK Non FEM, dan 3 blok yang berupa area show windows. Penentuan dari bobot aspek bio-fisik sebesar 60% lebih tinggi daripada bobot untuk aspek wisata yaitu sebesar 40%. Hal ini dikarenakan tanpa adanya kualitas

(28)

Tabel 3 Variabel dan kriteria metode skoring

Aspek Variabel Bobot (%) Kriteria Keterangan Skor

Bio-Fisik

Campuran Berupa kebun dan sawah atau lahan kosong, dimana pada area tersebut vegetasi

merupakan campuran dari kriteria semi alami dan non alami

3

Semi Alami Berupa hutan tanaman, dimana vegetasi sengaja ditanam pada area tersebut 2

Alami Berupa hutan alam, vegetasi tumbuh dengan alami pada kawasan 1

2. Sumberdaya Alam

20

Tidak Ada 4 sumberdaya yang menonjol yakni : flora, fauna, gejala alam, dan air. Semakin

banyak sumberdaya menonjol yang terdapat pada area tersebut, maka

pengembangan wisata yang dapat dilakukan akan lebih terbatas berdasarkan daya dukung kawasan

0-3% Kelerengan datar dengan klas sangat baik 4

3,01-8% Kelerengan landai dengan klas baik 3

8,01-15% Kelerengan miring dengan klas sedang 2

>15,01% Kelerengan agak curam dan curam dengan klas jelek 1

Wisata

Objek dan atraksi wisata yang terdapat pada area antara lain : flora, fauna,

pemandangan, area bermain, area outbond. Semakin banyak objek dan atraksi

wisata yang dapat dikembangkan, semakin baik area tersebut untuk wisata.

4

Ada 4-5 3

Ada 2-3 2

Ada 1 1

(29)

S= Smaks-Smin/K

Hasil analisis kedua aspek yang berupa peta komposit untuk pembuatan block plan perlu diketahui kriterianya. Dalam menentukan kriteria dari peta tersebut akan dicari selang/interval kriteria berdasarkan klasifikasi penilaian yang dihitung dengan menggunakan persamaan berdasarkan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dalam Mulyati (2007):

Keterangan:

S : Selang dalam penetapan selang klasifikasi penilaian Smaks : Skor maksimal

Smin : Skor minimal

K : Banyaknya klasifikasi

Rumus di atas digunakan untuk mencari selang kualitas aspek bio-fisik, dan kualitas aspek wisata, serta kualitas hasil overlay kedua aspek tersebut. Pada studi ini banyaknya klasifikasi (K) yaitu 4. Hal ini untuk mendapatkan tingkat kedetailan pada penilaian kualitas masing-masing aspek.

3.3.4 Sintesis data

Peta komposit hasil overlay pada tahapan analisis selanjutnya akan dijadikan dasar untuk menghasilkan solusi berupa alternatif penggunaan ruang

yang direncanakan dalam bentuk block plan. Selain itu, hasil dari tahap sintesis ini adalah konsep dasar perencanaan tapak yang seminimal mungkin berpengaruh terhadap ekologis atau seminimal mungkin merubah bentang alam yang ada di kawasan tersebut. Konsep dasar ini akan dijadikan sebagai dasar pengembangan selanjutnya, yaitu berupa konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep jalur wisata, dan konsep aktivitas dan fasilitas.

3.3.5 Perencanaan tapak

(30)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Administratif dan Geografis

Secara geografis KHDTK Cikampek terletak di 06025’00”-06025’48” LS dan 107027’36”- 107027’50” BT, kurang lebih 5 km sebelah selatan Kota Cikampek. Secara administrasi pemerintahan, KHDTK Cikampek termasuk dalam Kecamatan Cikampek Kabupaten Karawang dan Kecamatan Cempaka Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat (Pusprohut Litbang 2010).

4.2 Keadaan Fisik Kawasan

4.2.1 Topografi

Bentuk muka lahan secara makro adalah datar dan sedikit berombak dengan kelerengan rata-rata 9 %. KHDTK Cikampek ini berada pada ketinggian 50 mdpl. Daerah bagian selatan ke utara agak landai, di sebelah barat dan timur dibatasi oleh lembah-lembah sempit dan di sebelah barat terdapat Sungai Cicunut (Pusprohut Litbang 2010).

4.2.2 Geologi dan tanah

Jenis tanah di KHDTK Cikampek sebagian besar termasuk latosol merah. Jenis tanah lainnya adalah laterit air tanah dan latosol merah kekuningan. Kondisi tanah masam (pH 4,9-5,2) dengan kadar bahan organik dan nitrogen rendah, P2O5 sedang, dan K2O sangat rendah (Pusprohut Litbang 2010).

4.2.3 Klimatologi

(31)

4.2.4 Vegetasi

Pada tahun 1937 yang merupakan awal dibentuknya hutan penelitian telah terdapat kegiatan penelitian introduksi jenis-jenis pohon sebanyak 172 petak. Pada semua petak tersebut telah dilakukan upaya penanaman. Dalam perkembangannya tidak semua petak tertutup oleh vegetasi, melainkan terdapat beberapa plot tanaman gagal (kosong) yang sifatnya membentuk spot-spot yang menyebar di seluruh areal. Sampai tahun 2010, KHDTK Cikampek telah diintroduksi sebanyak 61 jenis terdiri dari 3 jenis dari famili Dipterocarpaceae, 57 jenis dari jenis non- Dipterocarpaceae, dan 1 jenis bambu. Dari 61 jenis yang diintroduksi sebanyak 28 jenis merupakan jenis exotic (penyebaran alaminya di luar Indonesia) dan 32 jenis merupakan jenis asli di Indonesia (Pusprohut Litbang 2010).

4.3 Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju lokasi KHDTK Cikampek dapat ditempuh melalui jalan Tol Cikampek. Jarak dari pintu gerbang Tol Cikampek ke KHDTK Cikampek kurang lebih 2,5 km. Lokasinya terletak di pinggir jalan raya yang menghubungkan Desa Cinangka dengan Pasar Cikampek.

4.4 Sarana Prasarana

4.4.1 Jalan aspal

(32)

Gambar 3 Jalan aspal KHDTK Cikampek.

4.4.2 Jalan pemeriksaan

Jalan pemeriksaan di dalam kawasan KHDTK Cikampek dibuat dengan lebar 3 m, tanpa pengerasan (jalan tanah). Selain berfungsi sebagai jalan pemeriksaan, jalan tersebut berfungsi sebagai batas petak dan juga sebagai sekat bakar untuk mencegah meluasnya bahaya kebakaran. Pada saat ini jalan pemeriksaan nampak jelas terpelihara karena selain sehari-hari dimanfaatkan oleh petugas lapangan maupun peneliti yang melakukan penelitian juga dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai akses jalan antar desa. Selain itu jalan tersebut juga dimanfaatkan pengunjung KHDTK Cikampek dari luar daerah untuk sekedar

menikmati alam hutan KHDTK Cikampek (Pusprohut Litbang 2010).

4.4.3 Rumah dinas petugas lapangan dan pondok kerja

(33)

4.5 Kegiatan Penelitian

Beberapa kegiatan penelitian yang telah dilakukan di KHDTK Cikampek antara lain adalah :

a. Introduksi jenis.

b. Percobaan pencegahan rayap Moeroderanes gilves Hegen pada tanaman kayu putih.

c. Evaluasi introduksi jenis pohon hutan.

d. Teknik budidaya Eboni (Diospyros celebica).

e. Percobaan tanaman Khaya, pohon penghasil gaharu, jati, dan sengon buto yang diinokulasi mikoriza.

f. Potensi jenis pohon hutan dalam menyerap karbon.

g. Pengembangan lebah madu untuk masyarakat sekitar hutan penelitian. h. Kajian perilaku pengunjung ke KHDTK Cikampek (wisata).

i. Kajian kondisi tanah di bawah tegakan Khaya anthotheca. j. Model pertumbuhan jenis Khaya anthotheca.

k. Kajian metode pengawetan kayu terhadap serangan rayap tanah.

4.6 Keadaan Desa Sekitar Kawasan KHDTK Cikampek

4.6.1 Letak dan luas desa sekitar KHDTK Cikampek

(34)

Tabel 4 Luas desa sekitar KHDTK Cikampek

No. Kabupaten Kecamatan dan Desa Luas (Ha)

1. Karawang Kec. Cikampek;

2. Purwakarta Kec. Cempaka;

1. Desa Cinangka 247,500

Jumlah 1.404,805

Sumber : Pusprohut Litbang (2010).

4.6.2. Keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat

Jumlah persentase penduduk di sekitar lokasi KHDTK Cikampek berdasarkan golongan usia adalah 40,14 % berada pada usia dewasa, 36,19 % berada pada usia tua, dan sisanya 23,67 % berada pada usia anak-anak. Dengan demikian 50 % lebih merupakan penduduk yang berada pada usia kerja (produktif) (Pusprohut Litbang 2010). Keadaan jumlah penduduk di sekitar KHDTK Cikampek tertera pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Keadaan penduduk di sekitar KHDTK Cikampek

No Desa Jumlah penduduk (jiwa) Total

Sumber : Pusprohut Litbang (2010).

(35)

dan pedagang mendominasi hampir 70 % dari total profesi pada masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa profesi sebagai pedagang membutuhkan lahan untuk dijadikan areal berdagang. Salah satu cara untuk mendapatkannya adalah dengan menjadikan sebagian areal KHDTK Cikampek sebagai tempat berdagang. Adapun komposisi mata pencaharian penduduk di sekitar KHDTK tertera pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6 Komposisi mata pencaharian penduduk di sekitar KHDTK Cikampek

No Desa

Pedagang Buruh Tani Karyawan

Jiwa % Jiwa % Jiwa % Jiwa %

1. Sarimulya 765 49,9 617 40,2 22 1,4 130 8,5

2. Cikampek

Timur 2.545 47,1 1.381 25,6 270 5,0 1.206 22,3

3. Cikampek

Pusaka 129 5,4 1.279 53,8 913 38,4 55 2,3

4. Kamojing 121 24,0 94 18,7 100 19,8 189 37,5

5. Cinangka 97 13,2 350 47,5 252 34,2 38 5,2

Jumlah 3.657 34,7 3.721 35,3 1.557 14,8 1.618 15,3

(36)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Konsep Dasar

Kawasan KHDTK Cikampek merupakan kawasan hutan penelitian yang diarahkan guna mendukung tugas pokok dan fungsi Pusat Litbang Hutan

Tanaman yaitu sebagai penyedia ilmu pengetahuan dan teknologi bidang hutan tanaman. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan ini salah satunya diaplikasikan dalam pembangunan plot-plot vegetasi, baik jenis lokal maupun jenis asing. Keberadaan vegetasi ini akan berpengaruh pula terhadap keberadaan satwa yang menjadikan kawasan tersebut sebagai habitatnya. Oleh karena itu KHDTK Cikampek ini memiliki keanekaragaman hayati yang cukup beragam, baik dari flora, fauna, dan juga sumberdaya alam lainnya.

Kawasan ini juga dapat bertujuan untuk kepentingan umum seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta religi dan budaya atau tujuan kemanfaatan lainnya dengan catatan bahwa peruntukan itu tidak merubah fungsi pokok dari kawasan hutan tersebut (Dephut 1999). Pada penelitian ini, peruntukan yang tidak merubah fungsi pokok kawasan dibahas dengan adanya pengembangan wisata. Akan tetapi mengingat fungsi pokok dan keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh kawasan ini, maka pengembangan wisata yang dapat direncanakan adalah wisata yang berbasis ekologis dan bersifat edukatif terutama mengenai kehutanan.

Wisata yang berbasis ekologis merupakan wisata dengan pendekatan sumberdaya alam atau mempertimbangkan sumberdaya alam yang berada dalam kawasan sehingga sumberdaya tersebut dapat terus lestari dan terjaga dengan baik.

(37)

5.2 Data dan Analisis

5.2.1 Aspek bio-fisik

Bio-fisik dalam kawasan dianalisis untuk mengetahui kondisi tapak dan sumberdaya yang berada di dalamnya. Aspek bio-fisik ini diketahui berdasarkan analisis data batas administrasi dan geografis kawasan, jenis tanah, iklim, topografi, ekologi (sumberdaya lahan dan penutupan lahan).

5.2.1.1 Batas administrasi dan geografis

Wilayah KHDTK Cikampek terletak di Desa Cikampek Timur, Kecamatan Cikampek di Kabupaten Karawang dengan koordinat antara 06025’00”-06025’48” LS dan 107027’36”- 107027’50” BT (Gambar 4). Wilayah ini berbatasan langsung dengan lima desa di dua kabupaten. Desa-desa tersebut yaitu Desa Sarimulya, Desa Cikampek Timur, Desa Cikampek Pusaka, Desa Kamojing di Kabupaten Karawang dan Desa Cinangka yang berada di Kabupaten Purwakarta. Kawasan ini dibangun tahun 1937 dengan luas 51,1 ha dan memiliki petak tanaman di dalamnya (Gambar 5). Sejak tahun 2003, wilayah ini ditunjuk menjadi KHDTK berdasarkan SK Menhut No. 305/Kpts-II/2003 dan SK Menhut No. 306/Kpts-II/2003 tentang Penunjukan dan Penggunaan KHDTK sebagai Hutan Penelitian di Cikampek. Kawasan ini terletak di dekat jalan tol Cikampek serta area pesawahan warga.

(38)
(39)
(40)

(a) (b) (c)

Keterangan :

(a) Pal batas dalam kondisi cukup baik dan bernomer

(b) Pal batas dalam kondisi yang tidak baik dan nomer tidak terlihat (c) Pal batas yang sudah tertutup vegetasi dan kurang terlihat

Gambar 6 Kondisi pal batas.

5.2.1.2 Jenis tanah

Jenis tanah yang terdapat pada kawasan ini terdiri dari dua jenis, yaitu tanah laterit dan tanah latosol. Tanah latosol sendiri terbagi lagi menjadi dua, yaitu tanah latosol merah kekuningan dan tanah latosol merah. Pada kawasan ini, jenis tanah yang paling mendominasi adalah tanah latosol merah (Gambar 7).

Tanah latosol sendiri memiliki ciri fisik berwarna merah/kuning (terutama pada horison B), tetapi jika tererosikan biasanya akan berwarna cokelat atau kelabu. Sifat lain yang penting dari jenis tanah ini adalah terbentuknya keadaan granular (merangsang drainase dalam keadaan yang sangat baik). Sedangkan tanah laterit memiliki warna merah seperti karat, akibat kandungan oksida besinya yang tinggi. Iklim tropis dan pengaruh unsur-unsur kimia menentukkan ketebalan, kualitas, dan kandungan mineral lapisan tanah laterit (Anonim 2012). Tanah latosol bervegetasi hutan basah sampai savana, bertopografi dataran sampai

(41)
(42)

0

Suhu Min Suhu Maks Suhu Rata-rata

5.2.1.3 Iklim

Iklim pada KHDTK Cikampek dapat dilihat pada suhu dan curah hujan. Kondisi iklim ini perlu diperhatikan terhadap fasilitas pengunjung yang berkaitan dengan atraksi wisata dan jenis-jenis wisata yang akan dikembangkan.

a. Suhu

Suhu maksimum di KHDTK Cikampek berkisar antara 29,4 – 32,81 °C dan suhu minimumnya berkisar antara 21,35 – 24,64 °C. Sedangkan suhu rata-rata berkisar antara 25,57 – 27,24 °C. Suhu tertinggi terjadi pada bulan September dan suhu terendah terjadi pada bulan Mei (Gambar 8).

Sumber : Pusprohut Litbang (2010).

Gambar 8 Grafik fluktuasi suhu KHDTK Cikampek.

b. Curah hujan

Curah hujan maksimum di KHDTK Cikampek adalah 727 mm pada bulan April dan curah hujan minimum pada bulan Juli, Agustus, dan September pada tahun 2011 (Gambar 9). Curah hujan pada kawasan ini sendiri termasuk ke dalam tipe iklim C menurut klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Schmidt-Ferguson tahun 1951. Schmidt-Schmidt-Ferguson menggunakan nilai perbandingan antara

(43)

0

Gambar 9 Grafik fluktuasi curah hujan KHDTK Cikampek.

5.2.1.4 Topografi

Topografi pada kawasan KHDTK Cikampek secara umum datar sampai bergelombang (Gambar 10). Topografi kawasan ini erat kaitannya dengan kemiringan lahan. Kemiringan lahan dapat diketahui dan merupakan bentukan lahan dari ketinggian tempat dari analisis data di lapangan. Kemiringan lahan ini sangat penting untuk diketahui karena dapat menjadi dasar dalam penempatan pengembangan objek dan atraksi wisata, serta pengembangan sarana dan prasarana pendukung wisata yang nyaman bagi pengunjung.

Pada Gambar 11 dapat dilihat terdapat 4 kelas kemiringan lahan, dimana kemiringan lahan dengan persentasi 0-3% merupakan kemiringan lahan yang paling landai, dan pada metode skoring kelas ini mendapat nilai terbesar yaitu 80 yang didapatkan dari perkalian bobot sebesar 20 dan nilai terbesar yaitu 4. Hal ini dikarenakan pada kemiringan lahan ini pengunjung dapat dengan nyaman berada pada area tersebut, juga dapat memungkinkan dikembangkan sarana dan prasarana wisata. Kemudian terdapat kemiringan lahan 3,01-8% dengan nilai 60, dan kemiringan lahan 8,01-15% dengan nilai 40. Sedangkan pada kemiringan lahan

(44)
(45)
(46)

5.2.1.5 Ekologi

a.Sumberdaya lahan

Pengembangan daerah tujuan wisata harus memperhatikan semua sumberdaya serta lingkungan agar tidak terjadi degradasi. Pengembangan kawasan wisata haruslah selalu melindungi sumberdaya yang ada karena hal tersebut penting sekali untuk keberhasilan wisata (Gunn 1994). Sumberdaya pada kawasan meliputi vegetasi, satwa, sumberdaya lahan lain.

1. Vegetasi

Vegetasi yang terdapat pada kawasan ini diketahui sebanyak 63 jenis yang terdiri dari 3 jenis famili Dipterocarpaceae, 60 jenis non-Dipterocarpaceae, dan salah satunya terdapat jenis bambu, yaitu Bambu Apus. Jenis-jenis vegetasi tersebutterdiri dari jenis exotic dan jenis asli dari Indonesia.Tabel 7 merupakan jenis-jenis vegetasi Dipterocarpaceae dan non-Dipterocarpaceae yang terdapat di KHDTK Cikampek.

Tabel 7 Jenis vegetasi pohon di KHDTK Cikampek

No. Jenis Tanaman

1 Acacia auriculiformis A.Cunn. (Akasia)

6 Alstonia congensis Engl. (Pulai kongo)

Apocynaceae Afrika 7 Anthocephalus cadamba Miq.

(Jabon)

Rubiaceae Maluku

8 Aponamixis grandifolia Walp (Kongkih merah)

Meliaceae -

9 Azadirachta indica A.Juss. (Mimba)

(47)

Tabel 7 Jenis vegetasi pohon di KHDTK Cikampek (lanjutan) 10 Calophyllum inophyllum L.

(Nyamplung)

Guttiferae Sulawesi 11 C. solatri Burn

(Mengkakal)

Guttiferae Sulawesi 12 Canarium schwaifurhii Engl.

(Kenari)

Burseraceae Afrika 13 Casuarina equisetifolia J.R

(Cemara)

18 Chukrasia tabularis A. Juss Meliaceae India

19 Coumarona odorata Aubl Fabaceae Afrika

20 Dalbergia fusca Piere (Sonokeling)

Fabaceae Vietnam

21 Delonix regia Rafin (Flamboyan)

Fabaceae -

22 Diospyros celebica Bakh (Kayu hitam)

Ebenaceae Sulawesi

23 Enterolobium cyclocarpum Griseb (Sengon buto)

Fabaceae Amerika

24 Eucalyptus alba Reinw. (Ampupu)

Myrtaceae Timor

25 E. plathyphylla F.Muell (Hoe)

Myrtaceae Timor

26 E. urophylla

(Ampupu)

Myrtaceae -

27 Giganthocloa apus Kruz (Bambu apus)

36 Lagerstroemia loudoni Pierre (Bungur)

Lythraceae Thailand 37 Metrosideros sp.

(Lara/ kayu besi)

Myrtaceae -

38 Ochroma bicolor Rowlee (Balsa)

(48)

Tabel 7 Jenis vegetasi pohon di KHDTK Cikampek (lanjutan) 39 Paraserienthes falcataria Nielsen

(Sengon)

Fabaceae Jawa

40 Parinarium corymbosum Miq (Kayu batu)

Rutaceae Jawa

41 Pericopsis mooniana Thw. (Kayu kuku)

Fabaceae India

42 Pinus khasya Rowlee (Pinus)

Pinaceae Siam

43 Pinus merkusii Jungh et de Vriese (Tusam)

Pinaceae Sumatera

44 Piptadenia peregrina Benth Fabaceae Brazilia

45 Pterocarpus sp.

47 Ricinodendron africanum Arg Euphorbiaceae Afrika 48 Santalum album L

(Cendana)

Santalaceae

49 Spathodea campanulata Beauv. (Angsret)

Bignuniaceae Afrika 50 Sterculia foetida L

(Kepuh)

Sterculiaceae Jawa 51 Swietenia macrophylla King.

(Mahoni daun besar) 53 Terminalia arjuna Warb

(Ketapang)

56 Trachylobium verrucosum Oliv Fabaceae Hawai

57 Vitex coffasus Reinw. (Bieti)

Verbenaceae Maluku

58 Zizyphus talanoi Merr (Tombulilato)

Sumber : Pusprohut Litbang (2010).

(49)
(50)

Petak tanam tersebut dipisahkan dengan adanya jalur pemeriksaan yaitu berupa jalan setapak yang lebarnya kurang lebih 1 meter. Hal ini dapat memudahkan untuk melihat vegetasi di dalam kawasan. Beberapa contoh vegetasi yang dapat dijadikan potensi misalnya saja banyaknya pohon-pohon asing yang telah diintroduksi terdapat pada kawasan ini, pohon-pohon unik di dalam kawasan yang ukurannya lebih besar daripada pohon lainnya terutama untuk jenis Kahaya, pohon kelapa yang hanya satu-satunya terdapat di kawasan ini. Terdapat pula pohon jenis Angsana yang sangat besar berlubang pada bagian bawahnya. Menurut warga, banyak dijumpai kembang-kembangan berupa sesajen yang ditemukan di lubang pohon ini. Kepercayaan ini juga dapat menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung.

Vegetasi lain dalam kawasan yaitu vegetasi berupa tumbuhan bawah. Tumbuhan-tumbuhan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Beberapa contoh tumbuhan obat tersebut antara lain daun babadotan (Ageratum conyzoides) yang berkhasiat untuk menyembuhkan luka, reumatik, dan pendarahan; balakacida (Mikania cordata) yang berkhasiat untuk antibiotik; dan juga daun dewa (Gynura segetum) yang berkhasiat untuk mengobati luka, reumatik, dan kencing manis (Gambar 13).

(a) (b)

Keterangan :

(a) Babadotan

(b) Daun Dewa

(51)

2. Satwa

Potensi dari keanekaragaman satwa juga dapat menjadi daya tarik sendiri bagi kawasan. Selain satwa tersebut dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata, satwa-satwa ini juga dapat terus dilestarikan atau dikonservasi dalam kawasan. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, satwa yang ditemukan pada kawasan terdiri dari 15 jenis burung, 4 jenis mamalia, dan 6 jenis reptil. Satwa-satwa ini ditemukan hampir merata di seluruh kawasan. Menurut keterangan warga dan juga petugas lapangan, sekitar lima tahun lalu, satwa pada kawasan ini sangat mudah dijumpai, akan tetapi keberadaannya berkurang sekarang ini. Hal ini dapat disebabkan karena semakin banyaknya kendaraan yang melintas di jalan raya yang berada di dalam kawasan ini yang dapat mengganggu satwa. Selain itu juga sempat terjadi perburuan liar oleh warga sekitar kawasan ini.

Jenis-jenis satwa yang ditemukan sebagian besar berstatus risiko rendah (Low Risk)menurut IUCN Red List. Akan tetapi walaupun demikian, keberadaan satwa pada kawasan perlu dilestarikan.Untuk melindungidan melestarikan satwa, hal yang perlu dilakukan adalah menyediakan habitat dan sumber makanan bagi satwa serta memberikan nilai tambah untuk satwa bagi perencanaan sebagai kawasan wisata. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat spot pengamatan dan jalur yang tepat sehingga pengunjung dapat mengamati satwa tanpa

(52)

Tabel 8 Jenis fauna KHDTK Cikampek

No Nama Lokal Nama Latin Famili Status

Perlindungan

Burung

1 Cinenen Pisang Orthotomus sutorius Silviidae Risiko rendah

2 Wallet linchi Collocalia linchii Apodidae -

3 Cinenen jawa Orthotomus sepium Silviidae Risiko rendah

4 Pelanduk topi hitam Pellorneum capistratum Timaliidae Risiko rendah 5 Layang-layang rumah Delichon dasypus Hirundinidae Risiko rendah 6 Bondol jawa Lonchura leucogastroides Estrildidae Risiko rendah 7 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae Risiko rendah

8 Cabai jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae Risiko rendah

9 Anis merah Zoothera citrina Turdidae Risiko rendah

10 Betet jawa Psittacula alexandri Psittacidae Risiko rendah

11 Cekakak sungai Todirhamphus chloris Alcedinidae -

12 Perenjak jawa Prinia familiaris Silviidae Risiko rendah

13 Wiwik uncuing Cuculus sepulcralis Cuculidae -

14 Perkutut Geopelia striata Columbidae Risiko rendah

15 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae -

Mamalia

1 Monyet ekor panjang Macaca fascicularis Cercopithecidae Risiko rendah

2 Bajing tanah bergaris tiga Lariscus insignis Sciuridae Risiko rendah

3 Musang Paradoxurus hermaphroditus Viverridae Risiko rendah

4 Babi hutan Sus scrofa Suidae Risiko rendah

Reptil

1 Cicak hutan Cyrtodactylus fumosus Gekkonidae -

2 Kadal kebun Eutrophis multifasciata Scincidae -

3 Viper pohon Trimeresurus albolabris Viperidae Risiko rendah

4 Ular lidah api Dendralapis pictis Colubridae -

5 Cicak terbang Draco volans Agamidae -

(53)

Pada kawasan ini juga ditemukan berbagai jenis kupu-kupu. Kupu-kupu ini terdiri dari 2 jenis dari famili Pieridae dan 11 jenis dari famili Nymphalidae. Satwa yang dikategorikan sebagai serangga ini ditemukan di hampir seluruh kawasan. Akan tetapi terdapat lokasi dimana kupu-kupu banyak ditemukan di sana (Gambar 14). Jenis kupu-kupu yang paling banyak ditemukan adalah jenis dari famili Nymphalidae, hal ini disebabkan karena Nymphalidae merupakan famili kupu-kupu yang mempunyai anggota yang paling besar dan penyebaran luas dibandingkan dengan lainnya (Rizal 2007).

Kehadiran spesies kupu-kupu yang tinggi juga didukung oleh tersedianya tumbuhan sebagai sumber pakan (Yamamoto et al 2007). Hal ini juga dapat dilihat dengan banyaknya tumbuhan yang berada pada kawasan sehingga banyak pula tersedia pakan untuk kupu-kupu tersebut. Kupu-kupu sendiri juga merupakan salah satu satwa yang penting untuk tetap dipertahankan keberadaannya. Tindakan konservasi kupu yang lain adalah dengan melakukan penangkaran kupu-kupu (Panjaitan 2008 dalam Efendi 2009). Penangkaran kupu-kupu selain bertujuan untuk menjaga kelestarian spesies kupu-kupu, juga bertujuan meningkatkan taraf perekonomian masyarakat. Suatu tempat penangkaran kupu-kupu dapat digunakan sebagai tempat riset atau penelitian sekaligus tempat wisata (Efendi 2009). Jenis dari kupu-kupu dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jenis kupu-kupu KHDTK Cikampek

No. Nama Jenis Famili

1 Eurema hecabe sankapura Pieridae

2 Catopsilia pomona Pieridae

3 Melanitis leda simessa Nymphalidae

4 Ideopsis juventa juventa Nymphalidae

5 Mycalesis horsfieldi horsfieldi Nymphalidae

6 Junonia atlites atlites Nymphalidae

7 Euploea phaenarete pavettae Nymphalidae

8 Athyma perius perinus Nymphalidae

9 Hypolimnas bolina bolina Nymphalidae

10 Doleschallia bisaltidae bisaltidae Nymphalidae

11 Junonia hedonia ida Nymphalidae

12 Ariadne ariadne ariadne Nymphalidae

(54)
(55)

3. Sumberdaya lahan lain

Sumberdaya lahan yang terdapat pada kawasan lainnya, selain dari vegetasi dan satwa, adalah gejala alam dan juga air. Gejala alam yang ditemukan yaitu berupa dua buah goa yang kondisinya kurang terawat dan hanya dapat dimasuki oleh kurang lebih satu orang saja. Sumberdaya lahan berupa air dapat ditemukan pula berupa sungai Cicunut (Gambar 15).

(a) (b)

Keterangan :

(a) Goa (b) Sungai

Gambar 15 Sumberdaya lahan lain.

Analisis sumberdaya lahan ini diskoring berdasarkan blok rencana tata ruang kawasan. Pada Gambar 16 yang merupakan peta analisis aspek sumberdaya

(56)
(57)

b. Penutupan lahan

Penutupan lahan pada KHDTK Cikampek didominasi oleh hutan tanaman, namun terdapat beberapa penutupan lain seperti semak belukar, kebun, lahan kosong, dan area terbangun (Gambar 17). Penutupan lahan ini kemudian dibagi menurut statusnya. Secara umum status penutupan lahan yang terdapat pada kawasan KHDTK Cikampek terbagi menjadi 4 jenis, yaitu penutupan lahan alami, penutupan lahan semi alami, penutupan lahan campuran, dan penutupan lahan area terbangun. Masing-masing luasannya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Luasan penutupan lahan KHDTK Cikampek

No Status Penutupan Lahan Penutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Alami Hutan Alam - 0

Penutupan lahan alami tidak ditemukan pada kawasan, dikarenakan keseluruhan kawasan merupakan hutan tanaman dan tidak terdapat hutan alam di sana. Penutupan lahan semi alami merupakan vegetasi yang ditanam dengan

sengaja pada kawasan yang merupakan hutan tanaman. Penutupan lahan ini merupakan yang terluas dengan luas area 42 Ha. Pada metode skoring penutupan lahan semi alami ini mendapatkan nilai kedua terendah yaitu 40, yang didapatkan dari bobot untuk aspek ini yaitu 20 dikalikan dengan nilai untuk kriteria yaitu 2. Hutan tanaman mendapatkan nilai yang cukup rendah dikarenakan hutan tanaman perlu untuk terus dilestarikan (fungsi pokok kawasan) sehingga peluang pengembangan wisata pada hutan tanaman pun terbatas.

(58)

ini berpeluang untuk dapat dikembangkan untuk wisata dibandingkan penutupan lahan hutan. Penutupan lahan terakhir adalah lahan terbangun yang merupakan area dimana terdapat bangunan permanen seperti rumah dinas, wisma tamu, dan visitor centre yang berada dalam kawasan. Penutupan lahan terbangun ini memiliki luas area 0,06 Ha dan memiliki nilai yang tertinggi yaitu 80, dikarenakan fungsinya pun sudah menjadi fasilitas eksisting untuk pengembangan wisata.

Penutupan lahan yang dominan adalah penutupan lahan semi alami (hutan tanaman) yang luasnya mencapai 42 Ha. Hutan tanaman ini hampir merata dalam kawasan dan sangat dominan dikarenakan hutan tanaman memang merupakan fungsi dari kawasan. Hutan tanaman ini tidak dapat diubah karena akan mengubah fungsi pokok dari KHDTK Cikampek itu sendiri. Akan tetapi hutan tanaman ini dapat dikembangkan sebagai wisata pendidikan bagi pengunjung. Sebaran penutupan lahan dapat dilihat pada Gambar 18, sedangkan analisis pengembangan wisata berdasarkan penutupan lahan pada aspek bio-fisik dapat dilihat pada Gambar 19.

(a) (b)

(c) (d) Keterangan :

(a) Semak Belukar (c) Kebun

(b) Hutan Tanaman (d) Lahan Terbangun

(59)
(60)
(61)

5.2.2 Aspek wisata

Aspek wisata dalam kawasan dianalisis untuk mengetahui objek dan atraksi wisata yang berada di dalamnya. Aspek wisata ini diketahui berdasarkan analisis data objek dan atraksi wisata, fasilitas pendukung wisata, dan potensi pengunjung.

5.2.2.1 Objek dan atraksi wisata

KHDTK Cikampek memiliki objek dan atraksi wisata yang menarik bagi pengunjung. Objek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasan pada pengunjung (Wardiyanta 2006), sedangkan atraksi wisata merupakan objek wisata yang dapat memberikan kepuasan bagi pengunjung (Damanik 2006) dan juga dapat berupa pertunjukan khusus dari suatu objek wisata. Objek wisata yang secara umum terdapat pada kawasan antara lain tumbuhan, satwa dan pemandangan, sedangkan atraksi wisata yang berpotensi antara lain area berkumpul dan bersantai, serta area bermain dan outbond (Gambar 20).

Tumbuhan pada kawasan ini menarik karena berbaris dengan rapi dalam plot dan banyak pula pohon dan vegetasi yang unik. Satwa pada kawasan menarik, karena sudah jarang sekali satwa yang ditemukan di kawasan perkotaan,

(62)

menjadi area tersebut, termasuk juga untuk wisata kuliner/makan-makan. Sama halnya dengan area bermain dan outbond, yaitu area yang berpotensi untuk kegiatan tersebut.

Wisata yang diketahui dapat dikembangkan pada kawasan KHDTK ini secara umum adalah wisata pendidikan. Akan tetapi dari wisata tersebut dapat dilakukan berbagai aktivitas wisata oleh pengunjung. Aktivitas wisata tersebut antara lain tracking, photo hunting, bermain, menikmati pemandangan, outbond, duduk-duduk, dan makan-makan/kuliner. Aktivitas wisata kuliner ini juga dapat dijadikan masyarakat setempat sebagai tempat untuk bermata pencaharian dan juga dapat menertibkan warung-warung yang sebelumnya memang sudah terdapat pada kawasan, akan tetapi masih belum tertata.

Pembobotan skor untuk aspek objek dan daya tarik wisata dilihat berdasarkan blok-blok rencana tata ruang dari kawasan (Gambar 21). Pada aspek wisata ini bobotnya adalah 40, sehingga nilai tertinggi untuk objek dan daya tarik wisata adalah 160. Nilai tertinggi ini terdapat pada satu blok saja dikarenakan pada blok tersebut terdapat lebih dari 5 objek dan daya tarik wisata. Kemudian terdapat 2 blok dengan nilai kedua tertinggi dengan skor 120. Hal ini dikarenakan untuk skoring pada blok tersebut ditemukan 4-5 objek dan daya tarik wisata. Nilai 80 terdapat pada 3 blok dikarenakan pada blok tersebut ditemukan 2-3 objek dan

(63)

(c)

(a)

(d)

(b) (e)

Keterangan : (a) Fauna (b) Flora

(c) Pemandangan (d) Area Bermain (e) Area Berkumpul

(64)
(65)
(66)

5.2.2.2 Fasilitas pendukung wisata

a. Fasilitas eksisting

Fasilitas eksisting yang terdapat pada kawasan antara lain pintu gerbang, warung makan, papan penunjuk lokasi, papan interpretasi nama, rumah dinas,

wisma tamu, stasiun klimatologi, dan information centre (Gambar 23). Beberapa fasilitas ini masih terawat, akan tetapi ada juga yang sudah tidak terawat dan tidak tertata. Potensi dan kendala dari fasilitas eksisting kawasan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Potensi dan kendala fasilitas di KHDTK Cikampek

No Fasilitas Jumlah Potensi Kendala

(67)

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(g) (h)

Keterangan :

(a)Pintu Gerbang (e) Rumah Dinas

(b)Warung Makan (f) Wisma Tamu

(c)Papan Penunjuk Lokasi (g) Information Centre (d)Papan Interpretasi Nama (h) Stasiun Klimatologi

(68)

b. Aksesibilitas menuju tapak

Kawasan KHDTK Cikampek cukup mudah untuk dijangkau, dikarenakan lokasinya yang berada di tengah perkotaan. Waktu tempuh dari pusat kota Karawang yaitu 1 jam sedangkan waktu tempuh dari pusat kota Cikampek hanya 10 menit melewati jalan utama. Kawasan ini juga dapat ditempuh dari beberapa jalur dari kota-kota besar yang berada di sekitarnya (Gambar 24), antara lain :

1. Jakarta; kawasan ini dapat ditempuh dari Jakarta ± 1 sampai 2 jam melalui jalan tol. Keluar dari pintu keluar tol Cikampek kendaraan akan melalui

jalan kabupaten sekitar 2,5 km dengan kondisi jalan beraspal.

2. Bogor; kawasan ini dapat ditempuh dari Bogor menggunakan kendaraan roda empat melewati jalan tol Cikampek selama 2 sampai 3 jam. Sedangkan untuk kendaraan roda dua membutuhkan waktu tempuh ± 4 jam melewati jalan utama kota Bekasi.

3. Bandung; kawasan ini dapat ditempuh dari Bandung menggunakan kendaraan roda empat melewati tol Cipularang selama 1,5 jam. Sedangkan untuk kendaraan roda dua membutuhkan waktu tempuh ± 2 jam melewati jalan utama Purwakarta-Bandung.

4. Cirebon; kawasan ini dapat ditempuh dari Cirebon menggunakan kendaraan roda empat selama 3 jam dan kendaraan roda dua selama ± 2 jam melewati jalan utama jalur Pantura.

(69)

Gambar

Gambar 6  Kondisi pal batas.
Gambar 7  Peta jenis tanah KHDTK Cikampek.
Gambar 11  Peta analisis kemiringan lahan KHDTK Cikampek.
Tabel 7  Jenis vegetasi pohon di KHDTK Cikampek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko penyakit hipertensi seperti stress yang berlebihan,

Group Counseling merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain, dalam Group Counseling. kohesivitas kelompok, suasana demokratis dan

1) Sekurang-kurangnya 30 % (tiga puluh persen) pendapatan dalam APBA dan APBK dialokasikan untuk penyelenggaraan pendidikan. 2) Pengelolaan dana pendidikan sebagaimana dimaksud

Dosen yang mengampu perkuliahan bahasa Arab di kelas K2 terdiri dari lima orang, seorang diantaranya adalah merangkap sebagai wali kelas. Wali kelasnya seorang

Berdasarkan uraian di atas, Golden dalam Srisanti (2002:490) menegaskan bahwa tidak dalam arti yang sama sebagaimana pemahaman di Barat, yaitu seorang pelacur

Pengertian akuntansi menurut Pura (2013:4) adalah: Seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan dalam penyediaan jasa, yang berupa informasi keuangan kuantitatif dari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan kategori rendah lila ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir bayi di RSUD Wates, Kulon Progo, Yogyakarta