• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Ekonomi Islam

1. Definisi Ekonomi Islam

Para ahli fiqh telah banyak mendefinisikan tentang apa yang dimaksud dengan ekonomi Islam. Berbagai argumen ini meskipun saling berbeda formulasi kalimatnya, tetapi mengandung pengertian yang sama. Pada dasarnya suatu ilmu pengetahuan yang berupaya memandang, meninjau, meneliti yang pada akhirnya menyimpulkan dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara islami merupakan bagian dari definisi ekonomika islami itu sendiri.21

20

Rudy Kurniawan, Pegadaian Syariah, makalah disampaikan pada Pelatihan Pegadaian Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Jakarta, h.6.

21

Secara substansial ekonomi Islam tidak jauh berbeda dengan ekonomi secara umum, yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya dengan perlengkapan yang terbatas sifatnya dan sumber daya yang terbatas pula. Hanya, dalam ekonomi Islam, teori dan prakteknya harus sesuai dengan ketentuan syariah, yang bersumber pada ajaran al-Quran dan Hadits. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia melakukan kegiatan-kegiatan seperti produksi, distribusi dan konsumsi. Tiga model inilah yang menjadi pokok kegiatan dalam ekonomi.

Dr.Yusuf Qardhawi mengemukakan, bahwa ekonomi Islam adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari syariat Allah. Aktifitas ekonomi seperti produksi, distribusi, konsumsi, import dan eksport tidak lepas dari titik tolak ketuhanan dan bertujuan akhir untuk Tuhan.22

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari ekonomi Islam adalah studi tentang problema-problema ekonomi dan institusi yang berkaitan dengannya. Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata kehidupan kemasyarakatan dalam memenuhi kebutuhan untuk mencapai ridha Allah.

2. Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam

22

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), cet.II, h. 31.

Dalam perekonomian Islam terkandung prinsip bahwa ikatan antara kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat adalah erat, semata-mata karena fitrah keduanya. Antara keduanya harus ada keselarasan dan keserasian, bukan persaingan. Jika seorang individu mengambil kekayaan masyarakat untuk dirinya sendiri tanpa mengindahkan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan umum dan tanpa mengindahkan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan umum dan tanpa memperhatikan ketika ia menyimpan dan menyalurkannya kecuali untuk kepentingan pribadinya, maka bahayanya pun tidak hanya menimpa individu sendiri, tetapi pada akhirnya kembali menimpa masyarakat.

Adapun secara rinci dapat dikemukakan beberapa nilai-nilai dasar ekonomi Islam. Nilai-nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk membangun teori-teori ekonomi Islami. Rinciannya:

a. Tauhid (Keesaan Tuhan)

Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan tauhid manusia menyaksikan bahwa “Tiada sesuatu pun yang layak disembah selain Allah,” dan “tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya, selain daripada Allah” karena Allah adalah pencipta alam semesta dan isinya dan sekaligus pemiliknya, termasuk pemilik manusia dan seluruh sumberdaya yang ada.

Oleh karena itu, Allah adalah pemilik hakiki. Manusia hanya diberi amanah untuk “memiliki” untuk sementara waktu, sebagai ujian

bagi mereka. Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia, tetapi memiliki tujuan.

b. ‘Adl (Keadilan)

Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil. Dia tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap makhluk-Nya secara zalim. Manusia sebagai khalifah di muka bumi harus memelihara hukum Allah di bumi, dan menjamin bahwa pemakaian segala sumberdaya diarahkan untuk kesejahteraan manusia, supaya semua mendapat manfaat daripadanya secara adil dan baik.

Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat adil. Dalam Islam adil didefinisikan sebagai ”tidak menzalimi dan tidak dizalimi.” Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain atau merusak alam. Tanpa keadilan, manusia akan terkelompok-kelompok dalam berbagai golongan.

c. Nubuwwah (Kenabian)

Karena rahman, rahim dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak dibiarkan begitu saja di dunia tanpa mendapat bimbingan. Karena itu diutuslah para nabi dan rasul untuk menyampaikan petunjuk dari Allah kepada manusia tentang bagaimana hidup yang baik dan benar di dunia, dan mengajarkan jalan untuk kembali (taubah) ke asal muasal segala, Allah. Fungsi Rasul adalah menjadi model terbaik yang harus diteladani

manusia agar mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Untuk umat Islam, Allah telah mengirimkan “manusia model” yang terakhir dan sempurna untuk diteladani sampai akhir zaman, Nabi Muhammad Saw. Sifat-sifat yang patut diteladani antara lain seperti: shiddiq (benar,jujur), amanah (tanggung jawab, kepercayaan, kredibilitas), fathanah (kecerdikan, kebijaksanaan, intelektualitas) dan tabligh (komunikasi, keterbukaan, pemasaran).

d. Khilafah (Pemerintahan)

Dalam al-Qur’an, Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khilafah di bumi, artinya untuk menjadi pemimpin dan pemakmur bumi. Oleh karena itu, pada dasarnya setiap manusia adalah pemimpin. Nabi bersabda: “Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertangungjawaban terhadap yang dipimpinnya.” Ini berlaku bagi semua manusia. Nilai ini mendasari prinsip kehidupan kolektif manusia dalam Islam (siapa memimpin siapa). Fungsi utamanya adalah agar menjaga keteraturan interaksi (mu’amalah) antar kelompok-termasuk dalam bidang ekonomi-agar kekacauan dan keributan dapat dihilangkan, atau dikurangi.

Semua ini dalam kerangka mencapai maqashid al-syari’ah (tujuan-tujuan syariah), yang menurut Imam Al-Ghazali adalah untuk memajukan kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai dengan melindungi keimanan, jiwa, akal, kehormatan, dan kekayaan manusia.

e. Ma’ad (Hasil)

Walaupun seringkali diterjemahkan sebagai “kebangkitan,” tetapi secara harfiah berarti “kembali”. Karena kita semua akan kembali kepada Allah. Hidup manusia bukan hanya di dunia, tetapi terus berlanjut hingga alam setelah dunia (akhirat). Pandangan dunia yang khas dari seorang muslim tentang dunia dan akhirat dapat dirumuskan sebagai : “dunia adalah ladang akhirat.” Artinya, dunia adalah wahana bagi manusia untuk bekerja dan beraktifitas (beramal soleh). Namun demikian akhirat lebih baik daripada dunia, karena itu Allah melarang kita untuk terikat pada dunia, sebab jika dibandingkan dengan kesenangan akhirat, kesenangan dunia tidaklah seberapa.

Allah menandaskan bahwa manusia diciptakan di dunia untuk berjuang. Perjuangan akan mendapat ganjaran, baik di dunia maupun di akhirat. Perbuatan baik dibalas dengan kebaikan yang berlipat-lipat, perbuatan jahat akan dibalas dengan hukuman yang setimpal. Karena itu, ma’ad diartikan juga sebagai imbalan/ganjaran. Implikasi nilai ini dalam kehidupan ekonomi dan bisnis misalnya, diformulasikan oleh Imam Al-Ghazali yang menyatakan bahwa motivasi para pelaku bisnis adalah untuk mendapatkan laba. Laba dunia dan laba akhirat. Karena itu konsep profit mendapatkan legitimasi dalam Islam. 23

23

Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 34.

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) SYARIAH

A. Sejarah Berdirinya Bank Rakyat Indonesia Syariah

Berawal dari akusisi Bank Jasa Arta oleh Bank Rakyat Indonesia, pada tanggal 19 Desember 2007 dan kemudian diikuti dengan perolehan ijin dari Bank Indonesia untuk mengubah kegiatan usaha Bank Jasa Arta dari bank umum konvensional menjadi bank umum yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 16 Oktober 2008, maka lahirlah Bank umum syariah yang diberi nama PT. Bank Syariah BRI (yang kemudian disebut dengan nama BRISyariah) pada tanggal 17 November 2008.

Nama BRISyariah dipilih untuk menggambarkan secara langsung hubungan Bank dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, selanjutnya disebut Bank Rakyat Indonesia, yang merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia. BRI Syariah merupakan anak perusahaan dari Bank Rakyat Indonesia yang akan melayani kebutuhan perbankan masyarakat Indonesia dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pada tanggal 19 Desember 2008, telah ditanda-tangani akta pemisahan unit usaha syariah. Penandatanganan akta pemisahan telah dilakukan oleh Bp. Sofyan Basir selaku Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia dan Bp. Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama BRI Syariah,

   

sebagaimana akta pemisahan No. 27 tanggal 19 Desember 2008 dibuat di hadapan notaris Fathiah Helmi SH di Jakarta.

Peleburan unit usaha syariah Bank Rakyat Indonesia ke dalam BRI Syariah ini berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Adapun yang menjadi pemegang saham BRI Syariah adalah

1. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sebesar 99,99967% 2. Yayasan kesejahteraan pekerja BRI sebesar 0,00033%

B. Visi dan Misi

Dalam menjalankan roda perusahaan, manajemen dan karyawan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah mengacu kepada visi dan misi perusahaan sebagai berikut :

1. Pernyataan Visi BRI Syariah:

Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah,untuk kehidupan yang lebih bermakna.

2. Menterjemahkan visi menjadi sebuah misi untuk:

a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan finansial nasabah;

b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan prinsip - prinsip Syariah;

   

c. Menyediakan aksesibilitas ternyaman melalui berbagai sarana kapanpun, dimanapun;

d. Memungkinkan setiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas hidup dan ketentraman pikiran.

C. Struktur Organisasi 1. Dewan Komisaris

Komisaris Utama Randi Anto

Komisaris Musthafa Zuhad Mughni Komisaris Sunarsip

Komisaris Nasrah Mawardi 2. Dewan Direksi

Direktur Utama Ventje Rahardjo Direktur Ari Purwandono Direktur Eko B. Suharno Direktur Budi Wisakseno 3. Dewan Pengawas

Ketua Prof. Drs. Hasjmuni Abdurrachman Anggota Prof.Dr.K.H. Didin Hafidhudin, MSc Anggota Gunawan Yasni,SE,MM

   

   

D. Produk – Produk Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah

BRI Syariah menitikberatkan pada individu dan bisnis wirausaha kecil dan menengah dengan menyediakan serangkaian produk dan jasa perbankan berbasis Syariah bagi kedua segmen tersebut, yang terdiri dari 3 (tiga) kategori:

Funding Lending Akses Produk Penghimpunan

Dana, terdiri atas : 1. Tabungan BRI Syariah 2. Giro iB 3. Deposito iB 4. Tabungan Haji iB 5. Tabungan Perencanaan iB Produk Penyaluran Dana, terdiri atas :

1. Pembiayaan Komersil 2. Pembiayaan Ritel 3. Mikro iB 4. Pembiayaan Linkage/Kemitraan 5. Pembiayaan Konsumer

Produk Akses terdiri atas : 1. Remittance BRI Syariah 2. Mini Banking 3. Mobile Banking/ SMS Banking 4. Internet Banking 5. ATM/EDC/ Telephone Banking

Berikut akan dijelaskan mengenai produk-produk BRISyariah : 1. Produk Funding

Produk penghimpunan dana terdiri atas:

   

a. Tabungan BRI Syariah iB

Tabungan BRISyariah iB merupakan tabungan dari BRISyariah bagi nasabah perorangan yang menggunakan prinsip titipan (wadiâah yad dhamanah), dipersembahkan untuk Nasabah yang menginginkan kemudahan dalam transaksi keuangan Nasabah.

1) Manfaat

a) Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan pemerintah

b) Dapat bertransaksi di seluruh jaringan Kantor Cabang BRI Syariah

c) Dengan kartu ATM BRI Syariah, Nasabah mudah melakukan transaksi di lebih dari 1.000 ATM BRI di seluruh Indonesia 2) Fasilitas

Fasilitas Kartu ATM BRI Syariah, yaitu: Informasi saldo, ganti PIN, tarik tunai, transfer ke BRI Syariah atau BRI, pembayaran tagihan PLN (khusus pulau Jawa), pembayaran tagihan Telkom, pembayaran tagihan Flexi.

b. Tabungan Haji iB

Tabungan Haji iB merupakan tabungan investasi dari BRI Syariah bagi calon haji yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH), dengan prinsip bagi hasil (Mudharabah al-Muthlaqoh).

   

   

1) Manfaat

a) Kemudahan rencana/persiapan ibadah Haji b) Aman dan sesuai syariah

c) Bagi hasil yang kompetitif

d) Gratis asuransi jiwa & kecelakaan 2) Fasilitas

Fasilitas tabungan haji antara lain: bebas biaya administrasi, dapat dilakukan potongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang didapatkan, setoran ringan, dan dapat dilakukan diseluruh cabang BRI Syariah.

c. Deposito iB

Usaha Nasabah dalam mengembangkan dana terbaik sewajarnya dikelola dengan cara yang terbaik. Deposito iB adalah salah satu jenis simpanan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah al-Muthlaqoh) yang dananya dapat ditarik pada saat jatuh tempo.

1) Manfaat

a) Terjamin karena disertakan dalam program penjaminan pemerintah

b) Memberikan bagi hasil yang kompetitif c) Dikelola dengan prinsip sesuai syariah

2) Fasilitas

   

Fasilitas yang terdapat dalam deposito iB; pilihan jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan, dapat diperpanjang secara otomatis dengan nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan pada saat jatuh tempo, dapat dilakukan potongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang Nasabah dapatkan, pemindahbukuan otomatis setiap bulan dari bagi hasil yang didapat ke rekening Tabungan atau Giro di BRI Syariah, dan dapat dijadikan jaminan pembiayaan.

d. Giro iB

Giro iB dari BRI Syariah adalah simpanan untuk kemudahan berbisnis dengan pengelolaan dana berdasarkan prinsip titipan (wadiâah yad dhamanah) yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan Cek atau Bilyet Giro.

1) Manfaat

a) Kemudahan dalam transaksi bisnis

b) Bank dapat memberikan bonus sesuai kebijakan yang berlaku c) Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan

pemerintah

2) Fasilitas

Fasilitas dalam produk ini; mendapatkan buku cek dan bilyet giro sebagai media penarikan, pemindahbukuan antar cabang BRI Syariah secara online.

   

   

2. Produk Lending

Produk Penyaluran Dana, terdiri atas : a. KKB iB BRIS

Kepemilikan Kendaraan Bermotor (KKB) BRI Syariah iB Kini hadir sebagai sarana untuk memperoleh pembiayaan mobil baik kondisi baru maupun bekas pakai secara cepat, syarat mudah dan sesuai syariah.

KKB BRI Syariah iB merupakan pembiayaan kepemilikan mobil yang diinginkan dengan menentukan sendiri pilihan merk yang anda inginkan dan besarnya cicilan disesuaikan dengan pendapatan Nasabah.

1) Manfaat

Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan kepemilikan mobil secara syariah dengan proses dan dan persyaratan yang mudah dan cepat.

2) Keunggulan

a) Kemudahan pembayaran cicilan

b) Kenyamanan Kendaraan yang terasuransi

c) Bebas menentukan besaran cicilan sesuai kemampuan d) Uang muka ringan

   

e) Biaya administrasi terjangkau

f) Pelunasan sebagian atau seluruhnya sebelum akhir masa pembiayaan tidak dikenakan denda/pinalti

b. KMG iB BRIS

Produk Pembiayaan Kepemilikan Multi Guna (KMG) iB adalah fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) kepada nasabah perorangan untuk kepemilikan barang-barang multi guna selain rumah dan mobil dengan pembayaran secara angsuran / mencicil dalam jangka waktu yang disepakati. c. KPR iB BRIS

Kepemilikan Rumah (KPR) BRI Syariah iB dengan skim pembiayaan secara jual beli (murabahah) mewujudkan keinginan nasabah memiliki rumah di lokasi yang strategis, proses yang relatif cepat, syarat mudah, margin kompetitif dan sesuai syariah.

Tak hanya memiliki rumah, berbagai keperluanpun dapat dipenuhi dengan KPR BRI Syariah iB, nasabah dapat menikmati fasilitas yang diberikan untuk pembelian, pembangunan, renovasisi rumah/apartemen/ruko/rukan dengan angsuran tetap sepanjang jangka

   

   

waktu pembiayaan.

d. Gadai BRIS iB

Menghadapi keperluan dana tunai yang mendadak dan mendesak bukan menjadi masalah lagi untuk Nasabah. Kini BRI Syariah memberikan layanan Gadai iB untuk memenuhi kebutuhan dana tunai Gadai iB merupakan pinjaman dana (Qardh) dengan menggadaikan barang berharga, termasuk penyimpanan yang aman (Ijarah) dan berasuransi.

1) Keunggulan

a) Proses lebih cepat, aman dan nyaman karena sesuai syariah dan lebih berkah

b) Persyaratan sangat mudah

c) Jangka waktu pinjaman maksimal 120 hari dan dapat diperpanjang

d) Penyimpanan yang aman dan berasuransi e) Dapat dilunasi sebelum jatuh tempo pinjaman

f) Biaya administrasi dan biaya sewa tempat yang terjangkau

2) Syarat & Ketentuan

   

a) Memiliki Emas asli minimal 2 Gram b) Memiliki KTP/SIM yang masih berlaku

c) Biaya-biaya yang dikenakan: Biaya administrasi dibayar di muka, biaya sewa tempat dibayar saat pelunasan, biaya terkait proses lelang (jika emas dilelang).

d) Mengisi form aplikasi Gadai Syariah (Tersedia di BRIS) dan form lainnya

e) Jangka waktu pinjaman maksimal 4 bulan

f) Pelunasan dan biaya sewa tempat dibayar pada saat pelunasan g) Menandatangani akad-akad terkait gadai

3) Objek Gadai

Emas dalam bentuk perhiasan dan Goldbar minimal 16 Karat dengan berat minimal 2 gram.

4) Jangka Waktu Gadai

a) Maksimal 120 hari (4 Bulan)

b) Jangka waktu dapat diperpanjang dengan akad dan sewa tempat baru

5) Pembiayaan Gadai

   

   

Perhitungan Maksimal pembiayaan berdasarkan jenis emas Jenis Perhiasan = 90% dari Nilai Taksir BRIS Jenis Lempengan/Goldbar= 93% dari Nilai Taksir BRIS

6) Cover Resiko

Jika barang Nasabah hilang/rusak dalam penyimpanan Bank, maka Bank akan mengganti nilai barang berdasarkan penggantian dari perusahaan asuransi rekanan BRI Syariah

7) Biaya Administrasi

a) Besarnya biaya dapat berubah sewaktu-waktu b) Dibayar sekaligus saat akad gadai ditandatangani c) Berjenjang sesuai berat emas, yaitu:

Gol Berat Emas Biaya Administrasi (Rp) I 2 gram s.d <50 gram Rp 12.500

II 50 gram s.d < 100 gram Rp 25.000 III 100 gram s.d < 500 gram Rp 50.000

IV >= 500 gram Rp 60.000

8) Biaya Sewa Tempat

   

a) Besarnya biaya dapat berubah sewaktu-waktu

b) Biaya sewa tempat sudah termasuk biaya asuransi emas

c) Biaya sewa tempat dibayar bersamaan dengan pelunasan pembiayaan dan saat pelunasan

d) Nilai biaya sewa tempat berjenjang sesuai berat emas, karat dan dihitung per 10 harian

e) Perhitungan biaya sewa tempat berdasarkan lama hari pembiayaan digunakan/penyimpanan dihitung per 10 harian f) Tabel biaya sewa tempat sebagai berikut:

No  Kadar Emas 

Biaya Sewa Tempat per Gram (Rp) 

Per 10 hari Per bulan  Per 4 bulan 

1  Gold Bar 24 Karat  2.000  6.000  24.000 

2  24 Karat  1.950  5.850  23.400  3  23 Karat  1.850  5.550  22.200  4  22 Karat  1.800  5.400  21.600  5  21 Karat  1.750  5.250  21.000  6  20 Karat  1.650  4.950  19.800  7  19 Karat  1.550  4.650  18.600  8  18 Karat  1.500  4.500  18.000  9  17 Karat  1.400  4.200  16.800  10  16 Karat  1.300  3.900  15.600  9) Syarat lainnya :    

   

a) Tanggal lelang sudah dicantumkan dalam Sertifikat Gadai Syariah

b) Jika saat tanggal lelang, nasabah tidak melunasi pinjaman, maka barang akan dilelang untuk melunasi pembiayaan gadai dan biaya-biayanya.

10) Ilustrasi Biaya Gadai iB

Perhiasan emas yang digadai dan telah ditaksir seberat 5 gram, 24 Karat, Standar Taksiran Logam Mulia (STLE) 24 Karat = Rp 323.000,-

Nilai Pinjaman, Biaya administrasi, Biaya Sewa Tempat: a) Nilai taksiran :

5 gram x Rp 323.000,- = Rp 1.615.000,- b) Nilai maksimum pinjaman :

90 % x Rp 1.615.000,- = Rp 1.453.500,- c) Biaya administrasi :

< 100 gram = Rp 12.500,-

Biaya sewa tempat (lihat tabel) : 5 gram x Rp 1.950,- = Rp 9.750,- per hari

   

A. Aplikasi Investasi Berkebun Emas dengan Memanfaatkan Instrumen Gadai iB di BRISyariah

Investasi berkebun emas adalah sebuah trend baru cara investasi emas yang sedang marak digeluti oleh para investor emas. Metode kebun emas ini pertama kali dikenalkan oleh Rully Kustandar, seorang investor emas. Ia adalah mantan manajer teknologi informasi pada salah satu perusahaan. Ia menyebut jurusnya sebagai”Berkebun emas”. Nama yang cukup unik dan membuat orang yang mendengarnya tertarik untuk mengetahuinya lebih lanjut. Metode yang dia temukan pada tahun 2007 lalu itu melibatkan perbankan syariah dan pegadaian. Metode Rully cukup sederhana. Setelah membeli batang emas yang pertama investor harus menggadaikan emas itu ke bank syariah atau pegadaian. Di bank syariah metode kebun emas ini menggunakan produk gadai syariah, yang merupakan instrumen utama dari investasi ini.

Investasi berkebun emas merupakan modifikasi dari sistem gadai di bank syariah maupun pegadaian. Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah membeli emas yang lebih kecil dari yang mampu kita beli, kemudian langsung kita gadaikan. Dana segar hasil transaksi gadai tersebut kita belikan emas

batangan yang lain, kemudian digadaikan lagi. Demikian seterusnya hingga batas kemampuan keuangan kita. Pada saat dana habis, emas terakhir yang kita pegang di tangan tidak kita gadaikan, tetapi kita simpan sampai harganya naik selangit.1

Salah satu bank syariah yang banyak didatangi oleh para investor adalah BRISyariah. Pihak BRI Syariah mengadakan kerjasama langsung dengan penemu metode investasi berkebun emas, Rully Kustandar, yakni dengan mengadakan seminar-seminar investasi kebun emas di berbagai kota. Pihak BRISyariah melihat investasi berkebun emas sebagai salah satu teknik pemasarannya guna meningkatkan produk Gadai iB BRIS. Jadi, investasi ini bukan merupakan sebuah produk yang terdapat di BRI Syariah, namun BRI Syariah hanya memberikan fasilitas Gadai iB BRIS sebagai instrumen utama dari metode investasi berkebun emas ini.

Berkebun emas adalah teknik berinvestasi emas dengan modal awal yang minimal namun dapat memperoleh emas dalam jumlah yang banyak dengan cara memanfaatkan dana pinjaman dari produk Gadai iB BRIS. Menurut Ibu Maryana (Fin Prod Dev Dept Head BRISyariah), produk gadai awalnya merupakan kebutuhan atau jalan keluar dari masalah keuangan masyarakat yang dibutuhkan jika dalam mendesak, namun pada zaman sekarang anggapan itu tidak lagi

1

Joko Salim, Jangan Investasi Emas Sebelum Baca Buku Ini!, (Jakarta:visimedia, 2010), h. 70.

menjadi sebuah kemutlakan. Produk gadai ini berubah menjadi sebuah metode investasi emas baru.2 Di bawah ini akan dijelaskan aplikasi Gadai iB BRIS : 1. Aplikasi pelaksanaan Gadai iB BRIS

Aplikasi operasional Gadai iB BRISyariah dapat digambarkan sebagai berikut:

Melalui akad rahn, nasabah datang ke BRI Syariah dengan menyerahkan emas (bisa berbentuk emas perhiasan, emas lantakan atau koin emas) atau berlian dan logam mulia lainnya. Kemudian BRI Syariah menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh BRI Syariah. Akibat yang timbul dari penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi bank syariah mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati kedua belah pihak.

BRI Syariah akan memperoleh keuntungan hanya dari bea saja sewa tempat yang dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang pinjaman. Sehingga disini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai “lipstick” yang akan menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di bank syariah.

2

Maryana Yunus, Fin Prod Dev Dept Head BRI Syariah Pusat, Wawancara Pribadi, Jakarta, 23 Agustus 2010.

Untuk dapat memperoleh layanan Gadai BRIS iB dari BRI Syariah, masyarakat hanya cukup datang ke BRI Syariah dan menyerahkan harta geraknya (emas,berlian ataupun logam mulia lainnya) untuk dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal. Staf BRI Syariah kemudian akan menjelaskan mekanisme, biaya-biaya yang harus dikeluarkan, serta kemungkinan yang mungkin terjadi apabila nasabah tidak mampu membayar yakni dilakukan lelang sesuai dengan syariah. Jangka waktu gadai maksimal 120 hari (4 bulan), apabila ingin dilakukan perpanjangan waktu, maka dilakukan dengan akad baru.

Kemudian staf penaksir akan menentukan nilai taksiran barang yang

Dokumen terkait