Skripsi
Diajukan pada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh
RINDY ANTIKA ROSNIA 206046103869
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi yang berjudul INVESTASI BERKEBUN EMAS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia Syariah) telah diujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat.
Jakarta, 24 September 2010
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. M. Amin Suma. SH., MA., MM
NIP. 195505051982031012
Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA
NIP. 195510151979031002 (...)
Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag
NIP. 196404121994031004 (...)
Pembimbing : Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag
NIP. 196404121994031004 (...)
Penguji I : Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA
NIP. 195510151979031002 (...)
Penguji II : Mu’min Rauf, MA
Skripsi
Diajukan pada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh
Rindy Antika Rosnia 206046103869
Dibawah Bimbingan
Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag. NIP : 196404121994031004
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSTAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Name : Rindy Antika Rosnia NIM : 206046103869
Gold gardening investment is a new trend in gold investment emerging hailed by gold investors. Gold gardening is the technique of investing gold with a minimum initial capital but can earn gold in large amounts by utilizing funds from the loan at the bank sharia's mortgage products or pegadaian. mortgage product (ar-rahn) is the main instrument of this investment.
One way that can be done in the garden of investment gold is buying gold which is smaller than that can be purchased, then immediately pawned. Fresh funds transaction result is buy gold bullion another, and then mortgaged again. And so on until the limit of financial capability. When funds run out, the last gold held in the hand are not pawned, but stored until the price goes up exorbitant.
Purpose of this study is to determine how the investment application gardening gold by making use of mortgage products iB Sharia BRI to BRI Syariah, how is the increase in margin for investors to invest in gold garden, and analyze investment gold gardening in the Islamic economic perspective.
This research use descriptive research methodologies that describe and explain the problems of gardening gold investment, particularly on investment applications gardening gold by making use of mortgage products iB BRIS on the BRI
and includes literature study. This is a qualitative research data, by describing how the mortgage application iB BRIS, investment gold garden using mortgage products on the BRI Syariah and analysis of data obtained on gold estate investments in the Islamic economic perspective
Results of research that has been done is to date gardening investment gold is still can said that in accordance with Islamic sharia rule because it does not conflict with the signs to invest in Sharia, among others: (1)free from usury element, (2) avoid the illegitimate element, (3) protected from the elements gharar, (4) avoid gambling element (maysir) and (5)protected from the elements doubtful. However, if in future investment gold garden can not be controlled, it is feared this investment will contain more harm than benefits.
Keyword : Gold gardening investment
Nama : Rindy Antika Rosnia NIM : 206046103869
Investasi berkebun emas adalah trend baru dalam investasi emas yang sedang marak digeluti oleh para investor emas. Berkebun emas adalah teknik berinvestasi emas dengan modal awal yang minimal namun dapat memperoleh emas dalam jumlah yang banyak dengan cara memanfaatkan dana pinjaman dari produk gadai (ar-rahn) di bank syariah atau pegadaian. Produk gadai (ar-rahn) merupakan instrumen utama dari investasi ini.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membeli emas yang lebih kecil dari yang mampu dibeli, kemudian langsung digadaikan. Dana segar hasil transaksi gadai tersebut dibelikan emas batangan yang lain, kemudian digadaikan lagi. Demikian seterusnya hingga batas kemampuan keuangan. Pada saat dana habis, emas terakhir yang dipegang di tangan tidak digadaikan, tetapi simpan sampai harganya naik selangit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana aplikasi investasi berkebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai iB BRI Syariah pada BRI Syariah, bagaimana perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan investasi berkebun emas dan menganalisis investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.
BRIS di BRI Syariah, perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan investasi kebun emas dan menganalisis investasi berkebun emas ditinjau dalam perspektif ekonomi Islam. Selain itu penelitian ini merupakan penelitian lapangan yakni dengan melakukan wawancara dan termasuk studi kepustakaan. Data penelitian ini bersifat kualitatif, dengan menjelaskan bagaimana aplikasi Gadai iB BRIS, aplikasi investasi kebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai di BRI Syariah serta analisis dari data-data yang diperoleh mengenai investasi kebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah sampai dengan saat ini investasi berkebun emas masih dapat dikatakan investasi yang sesuai dengan kaidah syariah Islam karena tidak bertentangan dengan rambu-rambu berinvestasi dalam syariah, antara lain: (1) Terbebas dari unsur riba, (2) Terhindar dari unsur haram, (3) Terhindar dari unsur gharar, (4) Terhindar dari unsur judi (maysir), (5) Terhindar dari unsur syubhat. Namun, apabila di masa yang akan datang investasi kebun emas ini tidak terkendali, maka dikhawatirkan investasi ini akan lebih banyak mengandung mudharat daripada maslahatnya.
Keyword: Investasi Berkebun Emas
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan segala nikmat iman Islam karena atas kehendak dan kuasanya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “INVESTASI BERKEBUN EMAS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia Syariah)” dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan dalam aktivitas kehidupan, serta kepada para keluarga dan sahabatnya.
Dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil.
Karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada segenap pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif,
Fakultas Syariah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai dosen penguji Muunaqasah yang telah memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga skripsi ini dapat tereselesaikan dengan sebaik-baiknya..
4. Bapak Drs. Ahmad Yani, MA., selaku Sekretaris Progaram Non-Reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai dosen pembibing yang telah sabar membimbing, memberikan waktu luang, tenaga dan fikiran untuk memberikan ilmu dan bimbingan serta pengarahan kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Bapak Mu’min Rauf, MA., selaku dosen penguji Muunaqasah yang telah
memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga skripsi ini dapat tereselesaikan dengan sebaik-baiknya..
6. Seluruh Dosen Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah banyak memberikan ilmu dan pembelajaran kepada penulis.
7. Pimpinan dan seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas berupa sumber-sumber yang berkaitan dengan skripsi penulis.
8. Pihak Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Pusat-Abdul Muis, terutama Ibu Maryana dan mba Ela yang telah memberikan data-data yang penulis perlukan dan memberikan waktu serta arahan kepada penulis selama proses penelitian di Bank Rakyat Indonesia Syariah.
9. Ayahanda Sidik Afidin dan Ibunda Ma’rifa. Terima kasih atas segala kasih sayang, perhatian, pengertian dan motivasinya baik moril maupun materil yang sangat berperan dalam dalam hidup, semoga Papa dan Mama selalu diberikan kesehatan, kebahagian dan umur yang panjang sehingga ananda diberi kesempatan untuk menunjukkan besarnya cinta ananda pada kalian. Kepada abangku, Fandy Hakim, yang dengan sabar mengantar penulis ke tempat penelitian dan adik-adikku tercinta, Achmad Vickry dan Dhita Annisavira, yang selalu memberikan semangat, membantu menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas motivasi dan dukungan kalian.
10. Teman-teman PS NR 2006 khususnya PS A, Yuli, Ista, Syifa, Audit, Acy, Mey, Isti, Iroh, Reni, Novi, Fauki, Robby, Acid, Togar, Kurniawan, Badru, Ical, dan yang lainnya yang tak mungkin disebutkan satu persatu. Makasih atas kebersamaannya selama 4 tahun kita saling mengenal, berbagi dan menjalin persahabatan bahkan persaudaraan.
11. Teman-teman Selowsin, yang sudah memberikan semangat, doa, dan selalu memberikan keceriaan.
Mengakhiri kata pengantar ini, atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah SWT semoga kebaikan yang telah diberikan dapat bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Amin.
Pamulang, 06 September 2010
Rindy Antika Rosnia
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
F. Review Studi Terdahulu ... 9
G. Metodologi Penelitian ... 10
H. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II LANDASAN TEORI A. Investasi Syariah ... 16
B. Gadai Syariah (Ar-Rahn) ... 34
C. Ekonomi Islam ... 42
C. Struktur Organisasi ... 50 D. Produk – Produk BRI Syariah ... 51
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Aplikasi Investasi Kebun Emas dengan Memanfaatkan
Instrumen Gadai di BRI Syariah ... 62 B. Perhitungan Peningkatan Margin bagi Para Investor dalam
Melakukan Investasi Kebun Emas ... 69 C. Analisis Investasi Kebun Emas dalam Perspektif Ekonomi
Islam ... 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN - LAMPIRAN
xi
Gambar 1.1 Grafik Harga Emas Rp/Gram – 6 Bulan Terakhir ... 30
Gambar 1.2 Grafik Harga Emas Rp/Gram – 1 Tahun Terakhir ... 31
Gambar 1.3 Grafik Harga Emas Rp/Gram – 5 Tahun Terakhir ... 31
Syariah Islam sebagai suatu syariah yang dibawa oleh rasul terakhir, mempunyai keunikan tersendiri. Syariah ini bukan saja menyeluruh atau komprehensif, tetapi juga universal. Karakter istimewa ini diperlukan sebab tidak akan ada syariah lain yang datang untuk menyempurnakannya. Komprehensif berarti syariah Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ibadah maupun muamalat. Adapun muamalat diturunkan untuk menjadi rules of the game atau aturan main manusia dalam kehidupan sosial.1
Salah satu kegiatan muamalat yang memiliki peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat adalah sektor ekonomi. Kegiatan usaha yang paling dominan, sangat dibutuhkan keberadaannya dan sebagai motor pembangunan ekonomi di suatu negara adalah kegiatan usaha lembaga keuangan perbankan.
Pada mulanya operasional perbankan hanya masih bersifat menabung, meminjam dan investasi. Dimana proses transaksinya menggunakan sistem bunga yang hingga saat ini masih menjadi eleman terpenting dalam perekonomian.2
1
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,2001), Cet 1, h. 4.
2
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet 1 h.120.
Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, telah lama mendambakan kehadiran sistem lembaga keuangan yang sesuai tuntutan kebutuhan tidak sebatas finansial namun juga moralitasnya.3
Sistem ekonomi Islam mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia ditandai dengan berdirinya usaha-usaha yang berbasis syariah seperti bank syariah, pegadaian syariah, serta lembaga ekonomi syariah lainnya. Perkembangan perbankan syariah saat ini semakin baik, hingga saat ini terdapat 8 Bank Umum Syariah (BUS), 25 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 143 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).4
Bank syariah mempunyai sistem operasional yang tidak berbeda dengan bank konvensional pada umumnya, yakni masih bersifat menabung, meminjam dan investasi.
Pada dasarnya setiap manusia selalu menginginkan kehidupannya di dunia ini dalam keadaan bahagia, baik secara material maupun spiritual, individual maupun sosial.5 Salah satu cara yang digunakan yaitu dengan cara berinvestasi. Salah satu tujuan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak
3
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Ekonisia : Kampus Fakultas Ekonomi UII,2004), cet.I., h. 195.
4
Artikel diakses pada tanggal 04 Mei 2010 dari www.bi.go.id
5
di masa yang akan datang.6 Ada bermacam-macam cara orang melakukan investasi, di antaranya adalah investasi saham syariah, reksadana syariah, investasi sukuk, investasi asuransi syariah, investasi emas, investasi properti maupun investasi dalam bentuk lainnya.
Islam mengatur rambu-rambu yang harus dipenuhi dalam melakukan investasi, yaitu: terbebas dari unsur riba, terhindar dari unsur haram, terhindar dari unsur gharar, terhindar dari unsur judi (maysir), dan terhindar dari unsur syubhat.7
Mayoritas penduduk Indonesia sudah terbiasa dengan investasi emas, karena tidak sulit, dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, mudah dibeli dan investasi emas ini termasuk ke dalam investasi yang ”aman”, karena harga emas cenderung stabil bahkan mengalami kenaikan serta investasi emas bukan spekulasi karena investasi ini bersifat jangka panjang. Investasi emas umumnya dilakukan dengan cara membeli sejumlah emas sesuai dengan modal yang kita miliki, dapat berupa emas perhiasan, emas lantakan atau koin emas. Emas tersebut kemudian disimpan untuk beberapa saat. Ketika harga emas naik, emas tersebut dijual. Selisih harga pembelian dan penjualan merupakan keuntungan dari investasi emas ini.
6
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta), cet. 1, h.47.
7
Namun, semakin berkembangnya zaman, maka investasi emas ini pun mengalami perkembangan, yakni adanya metode investasi berkebun emas. Metode kebun emas ini pertama kali dikenalkan oleh Rully Kustandar, seorang investor emas. Ia adalah mantan manajer teknologi informasi pada salah satu perusahaan. Ia menyebut jurusnya sebagai”Berkebun emas”. Metode yang dia temukan pada tahun 2007 lalu itu melibatkan perbankan syariah dan pegadaian. Metode Rully cukup sederhana. Setelah membeli batang emas yang pertama investor harus menggadaikan emas itu ke bank syariah atau pegadaian. Di bank syariah metode kebun emas ini memanfaatkan produk gadai syariah, yang merupakan instrumen utama dari investasi ini.
Dari berbagai pembiayaan yang terdapat di BRI Syariah, salah satunya adalah gadai emas syariah atau disebut GADAI BRIS iB yaitu merupakan pinjaman dana (Qardh) dengan menggadaikan barang berharga, termasuk penyimpanan yang aman (Ijarah) dan berasuransi.8
Secara umum, operasional gadai emas syariah mirip dengan jasa konvensional, yaitu menggadaikan barang untuk memperoleh pinjaman uang dalam jumlah tertentu. Untuk jasa ini dalam gadai konvensional dikenakan beban bunga, layaknya sistem keuangan yang diterapkan perbankan. Sementara dalam gadai syariah, nasabah tidak dikenakan bunga tetap, yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan serta penaksiran barang yang
8
digadaikan. Perbedaan utama antara biaya gadai emas syariah dan bunga pegadaian konvensional adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat ganda, sementara biaya gadai emas syariah hanya sekali dan ditetapkan di muka.
Sistem gadai emas ini banyak diminati oleh masyarakat, karena persyaratan mudah dan proses yang cepat. Nasabah datang ke bank dengan membawa emas yang akan digadaikan, kemudian emas akan melalui proses penaksiran oleh juru taksir. Setelah dilakukan penaksiran harga emas, maka pembiayaan dari nilai taksir logam mulia (emas) yang dibutuhkan oleh nasabah tersebut akan cair dipotong biaya gadai emas syariah.
Pada prinsipnya, dalam invetasi berkebun emas ini, investor berusaha memiliki emas yang lebih banyak dengan jumlah modal yang sama. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membeli emas yang lebih kecil dari yang mampu dibeli, kemudian langsung digadaikan. Dana segar hasil transaksi gadai tersebut belikan emas batangan yang lain, kemudian digadaikan lagi. Demikian seterusnya hingga batas kemampuan keuangan. Pada saat dana habis, emas terakhir yang dipegang di tangan tidak digadaikan, tetapi simpan sampai harganya naik selangit.9
Invetasi berkebun emas di bank-bank syariah saat ini sedang menjadi trend investasi baru. Perkembangan investasi ini pun cukup pesat di kalangan
9
para investor emas. Investasi ini merupakan bentuk investasi kontemporer yang pada zaman Rasulullah belum diatur mengenai hukumnya. Bahkan sampai saat ini pun DSN MUI belum mengeluarkan fatwa yang mengatur khusus mengenai investasi berkebun emas ini. Padahal sudah banyak masyarakat muslim yang melakukan investasi berkebun emas ini dan invetasi ini pun dilakukan di bank syariah. Sebenarnya, apakah investasi ini sudah sesuai dengan rambu-rambu atau bertentangan dengan investasi secara syariah? Dan bagaimana pandangan ekonomi Islam terhadap investasi berkebun emas yang merebak dalam masyarakat?
Berdasarkan uraian tersebut di atas, topik ini menjadi sangat menarik untuk dibahas. Sehingga diperlukan penelitian yang lebih mendalam mengenai masalah ini. Dengan demikian maka penulis ingin membahasnya lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul:
“INVESTASI BERKEBUN EMAS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia Syariah)”.
B. Identifikasi Masalah
investasi ini? Bagaimana perhitungan dari investasi ini? Bagaimana cara meningkatkan keuntungan bagi para investor dalam melakukan investasi berkebun emas ini? Serta Apakah ada kewajiban membayar zakat dari investasi berkebun emas, jika ada bagaimana perhitungannya?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat wilayah yang dibahas sangat luas dan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dengan masalah lain di luar wilayah penelitian, maka penulis membatasi wilayah yang akan menjadi objek pembahasan pada penelitian ini, yaitu mengenai aplikasi investasi berkebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai iB di BRI Syariah, bagaimana perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan investasi berkebun emas dan bagaimana investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.
D. Perumusan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini teratur dan sistematis, maka perlu dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana aplikasi investasi berkebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai iB di BRI Syariah?
2. Bagaimana perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan investasi kebun emas?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi investasi berkebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai iB di BRI Syariah
b. Untuk mengetahui cara perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan investasi kebun emas
c. Untuk mengetahui dan mengkaji investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian skripsi ini ditujukan untuk kalangan praktisi dan akademisi:
a. Bagi Penulis, penelitian ini sangat bermanfaat karena dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya di bidang investasi berkebun emas, gadai syariah dan investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.
c. Bagi nasabah BRI Syariah, juga bemanfaat agar mempunyai informasi yang cukup dalam melakukan gadai syariah serta investasi berkebun emas dengan memanfaatkan dana pinjaman dari produk Gadai iB di BRI Syariah, dan dapat mengikuti semua prosedur yang berlaku dengan baik. d. Bagi kalangan akademisi, dengan adanya skripsi ini diharapkan dapat lebih
bermanfaat bagi kita semua dan bisa menjadi sumber referensi dan acuan yang jelas dalam masalah investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.
e. Bagi masyarakat, adanya skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sumber refrensi atau acuan dalam mengenalkan produk ar-rahn di BRI Syariah maupun investasi berkebun emas dengan memanfaatkan dana pinjaman dari produk Gadai iB BRI Syariah.
F. Review Studi Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu mengenai investasi. Tetapi hanya berkisar pada konsep atas investasi itu sendiri. Ada pula yang membahas lebih jauh, yaitu membahas investasi dinar dan investasi dana asuransi syariah.
Seperti beberapa penelitian sebagai berikut:
return and risk investasi dinar, dan investasi SWBI untuk melihat keunggulan diantara keduanya.
2. Skripsi yang ditulis oleh Sumarna pada tahun 2009, dengan judul “SISTEM INVESTASI DANA ASURANSI SYARIAH PADA AJB BUMIPUTERA 1912 DIVISI SYARIAH”. Skripsi ini membahas mengenai sitem investasi dana asuransi syariah, strategi investasi yang dilakukan Perusahaan Asuransi AJB BUMIPUTERA Divisi Syariah, pada sektor apa saja perusahaan menginvestasikan dananya dan tantangan apa saja yang dihadapi perusahaan dalam berinvestasi.
Pada penelitian-penelitian terdahulu, fokus penelitian berbeda dengan isi skripsi yang ditulis oleh penulis. Penulis memfokuskan kajian mengenai aplikasi investasi kebun emas di BRI Syariah, perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan investasi kebun emas dan investasi kebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini memakai pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.10
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dimaksudkan untuk mendapatkan data primer, dilakukan penulis sebagai pelengkap data dalam hasil penelitian kelak yaitu dengan melakukan wawancara dengan Ibu Maryana Yunus selaku Fin Prod Dev Dept Head di BRI Syariah Kantor Pusat untuk memperoleh data yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Selain itu, penelitian ini juga merupakan penelitian kepustakaan (library research). Penulis akan mendapatkan data dari literature berupa buku-buku, makalah, artikel, internet dan tulisan-tulisan lainnya yang membahas mengenai perbankan syariah, pembiayaan gadai emas syariah, investasi syariah, investasi berkebun emas, ekonomi Islam serta bahasan-bahasan yang berkaitan dengan pembahasan-bahasan skripsi ini.
3. Data Penelitian a. Sumber Data:
10
1) Primer
Penulis akan mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dengan Ibu Maryana Yunus selaku Fin Prod Dev Dept Head di BRI Syariah Kantor Pusat untuk memperoleh data yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
2) Sekunder
Penulis akan mengumpulkan data dengan studi dokumentasi yaitu berdasarkan data-data seperti brosur gadai di BRI Syariah, profil BRI Syariah dan bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini.
b. Jenis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini termasuk kedalam data kualitatif. Data kualitatif adalah jenis data yang mempunyai sifat non-angka.11 Dalam penelitian ini berupa mekanisme dan aplikasi gadai emas syariah pada BRI Syariah, mekanisme investasi berkebun emas yang diterapkan pada BRI Syariah, profil dari BRI Syariah dan data-data atau bacaan-bacaan yang berhubungan dengan ekonomi Islam.
4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi dokumentasi (studi pustaka) dan studi lapangan dengan teknik wawancara.
11
5. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah – Kantor Pusat. Jl. Abdul Muis No. 2-4. Jakarta Pusat, 10160.
6. Teknik Pengolahan Data
a. Seleksi Data: setelah memperoleh data dan bahan-bahan baik melalui library research maupun field research, data diperiksa kembali satu per satu agar tidak terjadi kekeliruan dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
b. Klasifikasi Data: setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan dalam bentuk dan jenis tertentu agar lebih sistematis.
c. Analisis data: setelah data diklasifikasikan lalu dilakukan analisis yang sesuai dengan data-data yang ada.
d. Penarikan kesimpulan dari data-data yang dianalisis 7. Metode Analisis Data
Penulis menganalisis data dengan menggunakan penelitian kualitatif. Dalam metode kualitatif, penganalisaan dilakukan dengan mengunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menelaah semua data yang diperoleh baik dari sumber primer maupun sumber sekunder.
c. Menghubungkan data yang terpilih dengan teori yang sudah dikemukakan dalam kerangka pemikiran.
d. Penarikan kesimpulan dari data-data yang dianalisis. 8. Pedoman Penulisan Skripsi
Pedoman Penulisan skripsi kali ini menggunakan atau berpedoman kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis merasa perlu menetapkan suatu kerangka dasar penulisan. Secara garis besar dapat memberikan gambaran sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan secara garis besar mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III GAMBARAN UMUM PT. BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH
Bab ini menggambarkan sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi, dan produk-produk Bank Rakyat Indonesia Syariah
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan aplikasi pelaksaaan investasi berkebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai iB pada BRI Syariah, perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan investasi kebun emas dan analisis investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.
BAB V PENUTUP
LANDASAN TEORI
A. Investasi Syariah
1. Pengertian Investasi Syariah
Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mengembangkan harta. Selain daripada itu tujuan investasi
merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat sekarang ini, dengan tujuan untuk memperoleh
sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.
Dalam kamus istilah pasar modal dan keuangan kata investasi
diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau
proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Dalam kamus lengkap
ekonomi, investasi didefinisikan sebagai penukaran uang dengan
bentuk-bentuk kekayaan lain, seperti saham atau harta tidak bergerak yang
diharapkan dapat ditahan selama periode tertentu supaya menghasilkan
pendapatan.1 Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi
pada asset financial dan investasi pada asset riil.
1
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.I, h. 28.
Dalam literatur Islam memang tidak ditemukan adanya terminologi
investasi, akan tetapi kegiatan investasi keuangan menurut syariah dapat
berkaitan dengan kegiatan perdagangan atau kegiatan usaha, dimana
kegiatan usaha dapat berbentuk usaha yang berkaitan dengan suatu produk
atau aset maupun jasa. Namun yang pasti, investasi keuangan syariah harus
berkaitan dengan kegiatan sektor-sektor yang berbasis syariah.
Dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 34 menjelaskan tentang larangan
bagi umat islam terhadap penimbunan harta atau dana yang menganggur
(idle), yang berbunyi sebagai berikut:
⌧
)
بﻮ ا
:
34
(
Artinya:
Didalam ayat tersebut terkandung sebuah himbauan untuk
memutarkan uang supaya tidak beredar dikalangan tertentu saja, yaitu
dengan cara menginvestasikan hartanya dengan cara melakukan bisnis yang
halal. Investasi secara syariah harus berdasarkan konsep transaksi keuangan
syariah. Transaksi keuangan non syariah dengan transaksi keuangan syariah
tidak dapat dibeda-bedakan semata-mata dalam keadaan riba yang
diterjemahkan secara mutlak dalam bentuk bunga bank. Disamping riba,
suatu transaksi baru dapat dikatakan transaksi syariah bila juga telah
menghindari keadaan gharar (ketidak jelasan) dan maisir (spekulasi murni)
yang dilarang serta apabila pemilik harta juga mengambil resiko atas potensi
hasil yang diperoleh. Karena itu untuk memahami konsep investasi syariah
harus dikembangkan dahulu pengertian transaksi keuangan menurut syariah
Islam.
Hal tersebut diterangkan dalam firman Allah Swt:
⌧
☺
)
ءﺎ ا
:
(
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS.an-Nisaa/4:29)
Yang dimaksud dengan perniagaan adalah berbagai jenis transaksi
niaga dan tidak terbatas pada jual beli atau perdagangan saja. Termasuk
transaksi-transaksi yang tidak secara tunai dan dapat memberi efek
pembiayaan dari suatu pihak kepada pihak lain. Bilamana dalam perniagaan
tersebut tidak dilakukan secara tunai, harus dibuat perjanjian/kontrak secara
tertulis. Para pihak yang mengadakan akad tersebut memiliki kewajiban
legal dan moral untuk memenuhi perjanjian/kontrak tersebut.
2. Landasan Investasi Syariah
Menurut al-Quran tujuan dari semua aktifitas manusia diniatkan untuk
memperoleh keridhaan Allah, karena aktivitas yang mencari keridhaan Allah
ini merupakan yang lebih besar dari seluruh aktifitas.
Hal tersebut diterangkan dalam firman Allah Swt:
)
ةﺮ ا
:
(
Artinya:
Dengan demikian maka investasi kepemilikan dan kekayaan seseorang
itu dalam hal-hal yang benar tidak mungkin untuk dilewatkan penekanannya.
Investasi yang baik adalah ditujukan untuk mencapai ridha Allah. Karena
kekayaan Allah itu adalah tanpa batas dan tidak pernah habis.
Jika pemborosan dalam belanja tidak diinginkan, menyimpan uang
‘tidur’ dengan tegas juga dikecam dalam al-Quran dan sunnah. Berbagai
sumber daya yang diberikan oleh Allah dimaksudkan untuk digunakan bagi
kemanfaatan seseorang (dalam batas-batas yang diizinkan oleh Islam),
maupun bagi kemanfaatan orang lain.
3. Prinsip dan Tujuan investasi Syariah a. Landasan investasi Islam
Ada dua hal yang menjadi landasan dalam ekonomi Islam, yaitu
al-Quran dan Hadits. Hukum-hukum yang diambil dari kedua sumber
tersebut secara konseptual dan prinsip adalah hukum yang tidak dapat
diubah-ubah. Setidaknya ada empat landasan normatif dalam etika
islami, yang dapat dipresentasikan dalam aksioma etika yaitu :2
1) Landasan Tauhid
Landasan tauhid merupakan landasan filosofis yang dijadikan
sebagai fondasi bagi setiap muslim dalam melangkah menjalankan
fungsi hidupnya, diantaranya adalah menjalankan fungsi aktivitas
2
ekonomi. Makna tauhid dalam konteks ekonomi Islam adalah
kepercayaan penuh dan murni terhadap ke-Esaan Tuhan, yang secara
khusus menunjukkan dimensi vertikal.
2) Landasan Keadilan dan Kesejajaran
Adil merupakan salah satu nilai-nilai ekonomi yang ditetapkan
dalam Islam. Landasan keadilan dalam ekonomi berkaitan dengan
pembagian manfaat kepada semua komponen dan pihak yang
terlibat dalam usaha ekonomi. Landasan kesejajaran berkaitan
dengan kewajiban terjadinya sirkulasi kekayaan pada semua anggota
mayarakat dan mencegah terjadinya konsentrasi ekonomi hanya
pada segelintir orang.
3) Landasan Kehendak Bebas
Dalam pandangan Islam, manusia secara sunnatullah terlahir dengan
memiliki kehendak bebas, yakni potensi menentukan pilihan yang
beragam. Oleh karena kebebasan manusia tidak dibatasi, maka
manusia memiliki kebebasan pula untuk menentukan pilihan yang
salah ataupun yang benar.
4) Landasan Pertanggungjawaban
Aksioma tanggung jawab ini erat kaitannya dengan aksioma
kebebasan, karena kedua aksioma tersebut merupakan pasangan
dilakukan manusia tidak terlepas dari pertanggungjawaban atas apa
yang telah dilakukannya.
b. Tujuan investasi syariah
Didalam investasi konvensional, memperoleh untung
sebesar-besarnya dengan meminimalkan pengorbanan merupakan sebuah tujuan
yang diimpikan atau merupakan tujuan utama dalam berinvestasi karena
investasi konvensional dilakukan demi mendapatkan keuntungan
maksimal untuk kepentingan pribadi atau kelompok tanpa
memperdulikan nasib orang lain. Sampai-sampai banyak cara yang
ditempuh untuk meraih tujuan tersebut, bahkan kadang sampai
menghalalkan berbagai cara demi tujuannya tersebut.
Berbeda dengan tujuan investasi konvensional, investasi syariah
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang terkandung dalam
al-Quran maupun sunah. Alasan mengapa seseorang atau suatu perusahaan
melakukan investasi antara lain:
1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan
datang. Setiap orang pasti ingin meningkatkan taraf hidup atau
setiap perusahaan pasti ingin memajukan perusahaannya dimasa
2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi, seseorang
atau perusahaan dapat menghindarkan kekayaannya agar tidak
merosot nilainya dikarenakan inflasi.
3) Dorongan untuk menghemat pajak. Kebijakan pemerintah untuk
meningkatkan investasi salah satunya yaitu fasilitas pajak yang
diberikan kepada seseorang atau suatu perusahaan yang melakukan
investasi.3
4. Prinsip-Prinsip Umum Investasi Syariah a. Prinsip halal dan thayyib
Allah SWT berfirman dalam (QS. Al-Baqarah : 168) yang berbunyi:
☺
⌧
)
ةﺮ ا
:
168
(
Artinya:
“Hai Sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 168)
Dengan dasar ayat di atas maka pembiayaan dan invetasi hanya dapat
dilakukan pada asset atau kegiatan usaha yang halal, tahir, spesifik tidak
3
membahayakan, bermanfaat dan merupakan kegiatan usaha yang
spesifik dan dapat dilakukan bagi hasil dari manfaat yang timbul.
b. Prinsip transparasi guna menghindari kondisi yang gharar (sesuatu yang
tidak diketahui pasti akan keberadaannya) dan berbau maysir. Praktek
gharar dan spekulatif dalam berinvestasi akan menimbulkan kondisi keraguan yang dapat menyebabkan kerugian, dikarenakan tidak dapat
memperlihatkan secara transparan mengenai proses dan keuntungan
(laba) yang diperoleh. Dengan demikian pemilik harta (investor) dan
pemilik usaha (emiten) tidak boleh mengambil resiko yang melebihi
kemampuannya yang dapat menimbulkan kerugian yang sebenarnya
dapat dihindari.
c. Prinsip keadilan dan persamaan bisnis merupakan suatu keharusan,
dalam hal memilih jenis investasi, kebijakan pengambilan
keuntungannya agar senantiasa diarahkan pada suatu kegiatan bisnis
yang berorientasi pada pendekatan proses dan cara yang benar dalam
memperoleh keuntungan, dan bukan pendekatan yang semata
mengedepankan besaran nominal hasil keuntungan yang diperoleh. Oleh
karenanya, Islam melarang segala macam usaha yang berbasis pada
praktek riba, karena riba merupakan instrumen transaksi bisnis yang
bersifat tidak adil, diskriminatif dan eksploitatif.
d. Dari segi penawaran (supply) maupun permintaan (demand), pemilik
regulating organization lainnya tidak boleh melakukan hal-hal yang menyebabkan gangguan yang disengaja mekanime pasar.4
5. Norma Berinvestasi Syariah
Prinsip dasar transaksi menurut syariah dalam investasi keuangan yang
ditawarkan adalah sebagai berikut:
a. Uang sebagai alat pertukaran bukan komoditas perdagangan, dimana
fungsi uang adalah sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan
daya beli suatu barang atau harta.
b. Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau
unsur penipuan di salah satu pihak, baik sengaja maupun tidak sengaja.
c. Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan
menghindari setiap transaksi yang zalim.
d. Dalam transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia menanggung
risiko.
e. Risiko yang mungkin timbul harus dikelola sehingga tidak menimbulkan
risiko yang lebih besar atau melebihi kemampuan menanggung risiko.
4
f. Manajemen yang diterapkan adalah manajemen Islami yang tidak
mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia serta
menjaga kelestarian lingkungan hidup.5
6. Rambu-Rambu Investasi Syariah a. Terbebas dari unsur riba
Riba merupakan kelebihan yang tidak ada padanan pengganti yang tidak
dibenarkan syariah yang diisyaratkan oleh satu dari dua orang yang
berakad. Adapun jenis barang ribawi ada 6(enam), barang-barang
tersebut adalah emas, perak, garam, tepung, gandum, dan kurma. Uang
dikategorikan dalam kategori emas dan perak, sedangkan bahan
makanan pokok selain yang tersebut diatas adalah seluruh bahan
makanan pokok yang berlaku pada setiap negeri tempat tinggal.
b. Terhindar dari unsur haram
Haram merupakan sesuatu yang disediakan hukuman bagi yang
melakukan dan disediakan pahala bagi yang meninggalkannya karena
diniatkan untuk menjalankan syariatnya.
5
Haram secara garis besar dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu pertama,
haram secara zatnya seperti: babi, khamr, darah, bangkai, perjudian
adalah contoh sesuatu yang haram secara zat. Kedua, haram selain
karena bendanya yaitu suatu kegiatan yang obyek dari kegiatan tersebut
bukan merupakan benda-benda yang diharamkan karena zatnya; artinya
benda-benda tersebut benda-benda yang dibolehkan (dihalalkan), akan
tetapi benda tersebut menjadi diharamkan disebabkan adanya unsur;
tadlis, taghrir/ gharar, riba dan terjadinya ; ikhtikar dan bay najash.
c. Terhindar dari unsur gharar
Gharar termasuk salah satu unsur yang membuat suatu benda jadi haram. Gharar lebih dikenal dengan ketidakpastian atau risiko. Gharar
dalam ilmu fiqh muamalah berarti melakukan sesuatu secara membabi
buta tanpa pengetahuan yang mencukupi, atau mengambil risisko tanpa
mengetahui dengan persis apa akibatnya, atau memasuki kancah risiko
tanpa memikirkan konsekuensinya.
d. Terhindar dari unsur judi (maysir)
Maysir merupakan suatu bentuk objek yang diartikan sebagai tempat untuk memudahkan sesuatu. Dikatakan memudahkan sesuatu karena
seseorang yang seharusnya menempuh jalan yang susah payah akan
dikehendaki, walaupun jalan pintas tersebut bertentangan dengan nilai
serta aturan syariah.
e. Terhindar dari unsur syubhat
Syubhat adalah sesuatu perkara yang bercampur (antara halal dan haram) akan tetapi tidak diketahui secara pasti apakah ia sesuatu yang
halal atau haram, dan apakah ia hak ataukah batil. Seorang investor
muslim disarankan menjauhi aktivitas investasi yang beraroma syubhat,
karena jika hal tersebut tetap dilakukan, maka pada hakikatnya telah
terjerumus pada suatu yang haram, sebagaimana apa yang telah
dinyatakan oleh para ulama dan fuqaha.6
7. Investasi Emas
Emas merupakan logam mulia yang sangat diminati oleh banyak
orang. Orang rela mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mendapatkan
logam mulia yang memiliki beragam bentuk ini. Pada umumnya orang
memilih berinvestasi dalam bentuk emas untuk memperoleh keuntungan
dalam jangka panjang. Emas juga bisa digunakan untuk koleksi dan
perhiasan. Investasi emas juga bisa dibilang praktis karena bisa dilakukan
semua golongan mulai dari ibu rumah tangga, pekerja bergaji pas-pasan atau
profesional karena emas bisa dibeli mulai dari 1 gram.
6
Ada beberapa alasan emas menjadi sebuah investasi yang banyak
diminati masyarakat, antara lain:
a. Keamanan (Security)
Uang di Bank akan hilang secara perlahan oleh karena biaya
administrasi, biaya-biaya lainnya, pajak bunga 20%, tingkat suku bunga
rendah dan terbatas, jaminan dari pemerintah (LPS) yang terbatas hanya
Rp. 100 juta/nomor rekening. Pada Lembaga Investasi lainnya dikenakan
biaya broker, administrasi, pajak dan sebagainya.
b. Perlindungan (Protection)
Inflasi, deflasi adalah perampok yang tidak kelihatan, masalah klasik
yang sudah berabad-abad namun secara perlahan tapi pasti akan
mengerosi aset. Semakin tinggi laju inflasi berpengaruh pada semakin
tingginya harga emas. Seluruh dunia mengalami inflasi rata-rata 2-3%
pertahun, di USA 3 – 4%/th di Indonesia 5 – 6%/th. Menurut data
statistik bila inflasi 10% maka harga emas naik 13%, bila inflasi 20%
maka harga emas naik 30%, bila inflasi 100% maka harga emas naik
300%. Jika di Indonesia rata-rata inflasi 6%/th maka dapat dipastikan
harga Emas 5 tahun mendatang setidaknya naik 50% dari harga saat ini,
bandingkan dengan deposito yang hanya 30%/ 5th dikurangi pajak.
Investasi properti, deposito, saham, obligasi, kendaraan, karya seni
memerlukan waktu lebih dari satu hari untuk dicairkan karena pembeli
dan peminatnya terbatas dan nilainya pun ada kemungkinan menyusut
oleh inflasi, brokers fee, tax dan administrasi, tetapi dengan emas dapat
segera dicairkan di ribuan toko emas, pegadaian, lembaga keuangan
(sebagai jaminan) dengan mudah dan nilainya mengikuti harga pasaran
internasional yang terus menguat.
d. Menguntungkan (Profitable)
Nilai emas itu stabil dan cenderung menguat nilainya. Emas cocok untuk
disimpan jangka menengah-jangka panjang. Tahun 2001 harga Logam
Mulia .9999 rata-rata US$ 272 / troy ounce = 31,103 gram. Sekarang
Januari 2010 dikisaran US$ 1000-1100 / troy ounce bahkan sempat
menyentuh US$ 1200 / troy ounce seiring dengan kenaikan harga
minyak dunia.
e. Resiko rendah (Low Risk)
Emas tidak ada biaya penyusutan nilai, hanya beban untuk biaya safe
deposit box jika disimpan di bank. Nilai emas untuk jangka pendek berfluktuasi namun sejak 7 tahun terakhir nilainya terus menaik, lebih
Investasi Emas yaitu hilang (jika menyimpannya tidak benar) dicuri atau
dirampok, namun ini pun kemungkinannya kecil sekali.7
Emas adalah investasi yang sangat menarik, untuk lebih jelasnya dapat
[image:45.612.115.508.179.579.2]dilihat pada pada grafik berikut:
Gambar 1.1
Grafik Harga Emas Rp/Gram – 6 Bulan Terakhir
Gambar 1.2
Grafik Harga Emas Rp/Gram – 1 Tahun Terakhir
Gambar 1.3
Grafik Harga Emas Rp/Gram – 5 Tahun Terakhir
7
Artikel diakses pada tanggal 29 Agustus 2010 dari http: //www.semuasaudara.com
Gambar 1.4
Grafik Harga Emas Rp/Gram – 10 Tahun Terakhir
Untuk menguatkan alasan bahwa emas adalah investasi yang sangat
menarik yang mampu menjaga harta dari perampokan yang tidak terlihat
“inflasi”, terdapat kutipan sebuah hadits Rasulullah SAW:
ﻦ
ﷲ
ا
ﺻ
ا
نا
ﷲ
ا
ﺿر
ﷲا
ﺿﺮ رﺎ اةوﺮ
ا
مﺎ و
ع
ﺎ
ﻦ
ﺎ
يﺮ
ﺎ
ةﺎ وا
ﺔ ﺿا
ي
ﺮ
ار
ﺎ
د
ﺎﻄ
ﺞ
ﺮ
ﺎ
ا
ﺮ
يﺮ
ا
ﻮ
ن
ﺎﻜ
ﺔآﺮ
ﺎ
ﺎ ﺪ رﺎ ﺪ
ﺎ ه
اﺪ ا
) .
ء
ﺎ
اﻻا
ﺔ
ا
اور
.
ﺿ
يرﺎ
ا
ﺮ
اﺮ و
ﺪ
ﺮ ا
د
ر
و
ا
و
ﻆ
و
ﺚ
ﻦ
ﻜ
ﺪ
ﻦ
اﺪه
ﺎ
ي
ﺬ
م
اﺰه
Dari Urwah Al-Bariqi r.a. (katanya): Sesungguhnya Nabi saw. Memberinya uang satu dinar untuk dia belikan hewan qurban atau seekor kambing; Lalu dengan uang itu dia membeli dua ekor kambing, kemudian dia menjual salah satu dari keduanya dengan harga satu dinar, lalu dia mendatangi Rasulullah saw. dengan membawa seekor kambing dan uang satu dinar; Maka Nabi saw. Mendo’akan baginya supaya dalam jual belinya dia mendapat berkah (tambahan kebaikan); Urwah itu seandainya dia membeli tanahpun dia selalu mendapat keuntungan dalam jual belinya. Diriwayatkan oleh: Al Khamsah selain An Nasa’I (jadi hanya: Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah); Dan Al Bukhari telah meriwayatkan Hadits yang sama kandungan isinya dengan Hadits itu tetapi beliau tidak menyusun matan seperti itu. At Tirmidzi meriwayatkan Hadits penguat bagi Hadits tersebut, dari Hadits bin Hizam.8
Dapat disimpulkan bahwa nilai emas selalu terjaga sepanjang masa.9
f. Keuntungan berinvestasi emas antara lain: 1. Perlindungan Nilai Asset
Bila inflasi tinggi, harga emas akan naik lebih tinggi. Semakin tinggi
inflasi, semakin tinggi kenaikan harga emas. Jika kurs dollar naik,
harga emas juga akan naik.
2. Sarana Menabung Paling Efektif Untuk Tujuan Tertentu
Karena harga emas berkembang menurut kenaikan inflasi, maka
emas aman dipakai sebagai sarana menabung untuk keperluan naik
haji, pernikahan, uang muka rumah maupun pendidikan anak.
8
Terjemahan Kitab Subulus Salam h.106-107.
9
3. Emas gampang diperoleh dan sangat liquid
Emas mudah untuk dibeli dan dijual kembali dimana saja. Harga
emas di seluruh indonesia juga relatif sama. Kita bisa membeli emas
di Jakarta dan dijual kembali di Makasar dengan harga yang sama.10
g. Kekurangan investasi emas antara lain:
1.Kekurangannya terutama pada segi storage dan handling. Menyimpan “hard asset” seperti emas relatif beresiko dan mahal.
Selain itu, apabila penyimpanan kurang baik, walau dibungkus
protective cover, memungkinkan terjadinya oksidasi dan perubahan warna. Khusus emas berbentuk koin, kalau jatuh, penyok, atau cuil
(chipped), sulit untuk di-treatment ulang dan bisa mengurangi harga.
Emas kurang cocok untuk para investor yang ceroboh.
2.Return-nya relatif stabil dan kalah menggairahkan bila
dibandingkan saham atau properti. Juga, sangat tidak disarankan untuk berinvestasi emas hanya dalam jangka pendek (1 tahun atau
kurang).
B. Gadai Syariah (Ar-Rahn) 1. Definisi Gadai Syariah
Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1150, gadai
adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu
barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang
10
berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas
nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut
memberikan kekuasaan kepada orang yang memberi utang untuk
menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang
apabila pihak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat
jatuh tempo.11
Dalam istilah fiqh, gadai disebut al- rahn, yang menurut bahasa
artinya adalah nama barang yang dijadikan sebagai jaminan kepercaaan.
Sedangkan menurut syara’, gadai adalah menyandera sejumlah harta yang
diserahkan sebagai tebusan.12
Secara etimologi, kata al-rahn berarti tetap,kekal, dan jaminan. Akad
al-rahn dalam istilah hukum positif disebut dengan barang jaminan/agunan. Ada beberapa defiisi ar-Rahn yang dikemukakan para ulama fiqh. Ulama
Malikiyyah mendefiniskannya dengan: Harta yang dijadikan pemilikya
sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat.13
Ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan: Menjadikan sesuatu
(barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan sebagai pembayar hak (piutang) itu , baik seluruhnya maupun sebagian.
11
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Bulerlijk Wetboek), Penerjemah R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Ps. 1150.
12
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2007), h. 156.
13
Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan ar-rahn dengan:
Menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utangnya itu.
Definisi ini mengandung pengertian bahwa barang yang boleh
dijadikan jaminan (agunan) utang itu hanya yang bersifat materi, tidak
termasuk manfaat sebagaimana yang dikemukakan ulama Malikiyah. Barang
jaminan itu boleh dijual apabila dalam waktu yang disepakati kedua belah
pihak, utang tidak dilunasi. Oleh sebab itu, hak pemberi piutang hanya
terkait dengan barang jaminan, apabila orang yang berutang tidak mampu
melunasinya.14
2. Dasar Hukum Gadai Syariah a. Landasan Syariah
Boleh tidaknya transaksi gadai menurut islam, diatur dalam
Al-Qur’an, dan ijma’:
1). Al-Qur’an
Ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar hukum perjanjian
gadai adalah Q.S. Al-Baqarah ayat 283:15
⌧
⌧
14
A.H. Azharudin Lathief, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 154.
15
⌦
⌧
☺
☺
☺
⌦
☺
☺
)
ةﺮ ا
:
283
(
Artinya:Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperolah seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Rabbnya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah/2:283)
Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan “barang tanggungan
yang dipegang (oleh yang berpiutang)”. Dalam dunia finansial,
barang tanggungan biasa dikenal sebagai jaminan (collateral) atau
objek pegadaian. 16
2). Ijma’
Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad al-rahn dibolehkan
dalam Islam berdasarkan al-Qur’an dan sunnah Rasul. Mereka
16
sepakat dalam perjalanan ataupun tidak, asalkan barang jaminan
itu bisa langsung dikuasai (al-qabdh) secara hukum oleh pemberi
piutang. Ar-rahn dibolehkan, karena banyak kemaslahatan yang terkandung di dalamnya dalam rangka hubungan antar sesama
manusia.
b. Landasan Hukum Positif
Aturan mengenai rahn telah diatur dalam Fatwa DSN
No.25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman
dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk
rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Ketentuan Umum:
1) Murtahin (penerima barang) memiliki hak untuk menahan marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
2) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun
dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan
dan perawatannya.
3) Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi
sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi
kewajiban rahin.
4) Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
5) Penjualan Marhun;
a) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi utangnya.
b) Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun
dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.
c) Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang,
biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar
serta biaya penjualan.
d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan
kekurangannya menjadi kewajiban rahin.
b. Ketentuan Penutup
1) Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya
atau jika terjadi perselisihan dilakukan melalui Badan
Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
2) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
jika di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan
Sedangkan untuk gadai emas syariah, menurut Fatwa
DSN-MUI No. 26/DSN-DSN-MUI/III/2002 gadai emas syariah harus
memenuhi ketentuan umum berikut :
1) Rahn emas dibolehkan berdasarkan prinsip rahn (lihat Fatwa DSN nomor : 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn).
2) Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung
oleh penggadai (rahin).
3) Ongkos sebagaimana dimaksud dalam butir b besarnya
didasarkan pada pengeluran yang nyata-nyata diperlukan.
4) Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan
akad ijarah.17
3. Rukun dan Syarat Gadai Syariah a. Rukun Ar-Rahn, antara lain:
1) Orang yang berakad: (1) Yang Berhutang (Rahin) dan
(2) Yang Berpiutang (Murtahin)
2) Sighat (Ijab qabul)
3) Harta yang diRahn-kan (Marhun)
4) Pinjaman (Marhun Bih)18
b. Syarat-Syarat ar-Rahn, antara lain:
17
Rudy Kurniawan, Pegadaian Syariah, makalah disampaikan pada Pelatihan Pegadaian Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Jakarta, h. 3-4.
18
1) Syarat al-marhun bih (utang) adalah: (1) merupakan hak yang wajib
dikembalikan kepada yang berutang, (2) utang itu boleh dilunasi
dengan agunan itu, (3) utang itu jelas dan tertentu;
2) Syarat al-marhun (barang yang dijadikan agunan), menurut para pakar fiqh, adalah: (1) barang jaminan (agunan) itu boleh dijual dan
nilainya seimbang dengan utang, (2) barang jaminan itu bernilai dan
dapat dimanfaatkan, (3) barang jaminan itu jelas dan tertentu, (4)
agunan itu milik sah orang yang berutang, (5) barang jaminan itu
tidak terkait dengan hak orang lain, (6) barang jaminan itu
merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam beberapa
tempat, dan (7) barang jaminan itu boleh diserahkan baik materinya
maupun manfaatnya.19
Di samping syarat-syarat di atas, para ulama fiqh sepakat
menyatakan bahwa ar-rahn itu baru dianggap sempurna apabila
barang yang dirahn-kan itu secara hukum sudah berada di tangan
pemberi utang, dan uang yang dibutuhkan telah diterima peminjam
uang.
Sesuai dengan landasan konsep Rahn, pada dasarnya
ar-Rahn berjalan diatas dua akad transaksi syariah yaitu :
1. akad rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik harta
si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya,
19
pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini bank
syariah menahan barang bergerak sebagai jaminan atas uang
nasabah.
2. akad ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Malalui akad ini
dimungkinkan bagi bank untuk menarik sewa atas penyimpanan
barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad.20
C. Ekonomi Islam
1. Definisi Ekonomi Islam
Para ahli fiqh telah banyak mendefinisikan tentang apa yang dimaksud
dengan ekonomi Islam. Berbagai argumen ini meskipun saling berbeda
formulasi kalimatnya, tetapi mengandung pengertian yang sama. Pada
dasarnya suatu ilmu pengetahuan yang berupaya memandang, meninjau,
meneliti yang pada akhirnya menyimpulkan dan menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara islami merupakan
bagian dari definisi ekonomika islami itu sendiri.21
20
Rudy Kurniawan, Pegadaian Syariah, makalah disampaikan pada Pelatihan Pegadaian Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Jakarta, h.6.
21
Secara substansial ekonomi Islam tidak jauh berbeda dengan ekonomi
secara umum, yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi
kebutuhannya dengan perlengkapan yang terbatas sifatnya dan sumber daya
yang terbatas pula. Hanya, dalam ekonomi Islam, teori dan prakteknya harus
sesuai dengan ketentuan syariah, yang bersumber pada ajaran al-Quran dan
Hadits. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia
melakukan kegiatan-kegiatan seperti produksi, distribusi dan konsumsi. Tiga
model inilah yang menjadi pokok kegiatan dalam ekonomi.
Dr.Yusuf Qardhawi mengemukakan, bahwa ekonomi Islam adalah
ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak dari Allah,
bertujuan akhir kepada Allah dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari
syariat Allah. Aktifitas ekonomi seperti produksi, distribusi, konsumsi,
import dan eksport tidak lepas dari titik tolak ketuhanan dan bertujuan akhir
untuk Tuhan.22
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari
ekonomi Islam adalah studi tentang problema-problema ekonomi dan
institusi yang berkaitan dengannya. Ekonomi Islam merupakan ilmu yang
mempelajari tentang tata kehidupan kemasyarakatan dalam memenuhi
kebutuhan untuk mencapai ridha Allah.
2. Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam
22
Dalam perekonomian Islam terkandung prinsip bahwa ikatan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat adalah erat, semata-mata
karena fitrah keduanya. Antara keduanya harus ada keselarasan dan
keserasian, bukan persaingan. Jika seorang individu mengambil kekayaan
masyarakat untuk dirinya sendiri tanpa mengindahkan hal-hal yang
berhubungan dengan kepentingan umum dan tanpa mengindahkan hal-hal
yang berhubungan dengan kepentingan umum dan tanpa memperhatikan
ketika ia menyimpan dan menyalurkannya kecuali untuk kepentingan
pribadinya, maka bahayanya pun tidak hanya menimpa individu sendiri,
tetapi pada akhirnya kembali menimpa masyarakat.
Adapun secara rinci dapat dikemukakan beberapa nilai-nilai dasar
ekonomi Islam. Nilai-nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk membangun
teori-teori ekonomi Islami. Rinciannya:
a. Tauhid (Keesaan Tuhan)
Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan tauhid manusia
menyaksikan bahwa “Tiada sesuatu pun yang layak disembah selain
Allah,” dan “tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya, selain daripada Allah” karena Allah adalah pencipta alam semesta dan isinya dan sekaligus pemiliknya, termasuk pemilik manusia dan seluruh
sumberdaya yang ada.
Oleh karena itu, Allah adalah pemilik hakiki. Manusia hanya
bagi mereka. Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan
dengan sia-sia, tetapi memiliki tujuan.
b. ‘Adl (Keadilan)
Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya
adalah adil. Dia tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap
makhluk-Nya secara zalim. Manusia sebagai khalifah di muka bumi harus
memelihara hukum Allah di bumi, dan menjamin bahwa pemakaian
segala sumberdaya diarahkan untuk kesejahteraan manusia, supaya
semua mendapat manfaat daripadanya secara adil dan baik.
Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat
adil. Dalam Islam adil didefinisikan sebagai ”tidak menzalimi dan tidak
dizalimi.” Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku
ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal
itu merugikan orang lain atau merusak alam. Tanpa keadilan, manusia
akan terkelompok-kelompok dalam berbagai golongan.
c. Nubuwwah (Kenabian)
Karena rahman, rahim dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak dibiarkan begitu saja di dunia tanpa mendapat bimbingan. Karena itu
diutuslah para nabi dan rasul untuk menyampaikan petunjuk dari Allah
kepada manusia tentang bagaimana hidup yang baik dan benar di dunia,
dan mengajarkan jalan untuk kembali (taubah) ke asal muasal segala,
manusia agar mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Untuk umat
Islam, Allah telah mengirimkan “manusia model” yang terakhir dan
sempurna untuk diteladani sampai akhir zaman, Nabi Muhammad Saw.
Sifat-sifat yang patut diteladani antara lain seperti: shiddiq (benar,jujur),
amanah (tanggung jawab, kepercayaan, kredibilitas), fathanah (kecerdikan, kebijaksanaan, intelektualitas) dan tabligh (komunikasi,
keterbukaan, pemasaran).
d. Khilafah (Pemerintahan)
Dalam al-Qur’an, Allah berfirman bahwa manusia diciptakan
untuk menjadi khilafah di bumi, artinya untuk menjadi pemimpin dan
pemakmur bumi. Oleh karena itu, pada dasarnya setiap manusia adalah
pemimpin. Nabi bersabda: “Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan
akan dimintai pertangungjawaban terhadap yang dipimpinnya.” Ini
berlaku bagi semua manusia. Nilai ini mendasari prinsip kehidupan
kolektif manusia dalam Islam (siapa memimpin siapa). Fungsi utamanya
adalah agar menjaga keteraturan interaksi (mu’amalah) antar
kelompok-termasuk dalam bidang ekonomi-agar kekacauan dan keributan dapat
dihilangkan, atau dikurangi.
Semua ini dalam kerangka mencapai maqashid al-syari’ah
(tujuan-tujuan syariah), yang menurut Imam Al-Ghazali adalah untuk
memajukan kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai dengan melindungi
e. Ma’ad (Hasil)
Walaupun seringkali diterjemahkan sebagai “kebangkitan,” tetapi
secara harfiah berarti “kembali”. Karena kita semua akan kembali
kepada Allah. Hidup manusia bukan hanya di dunia, tetapi terus
berlanjut hingga alam setelah dunia (akhirat). Pandangan dunia yang
khas dari seorang muslim tentang dunia dan akhirat dapat dirumuskan
sebagai : “dunia adalah ladang akhirat.” Artinya, dunia adalah wahana
bagi manusia untuk bekerja dan beraktifitas (beramal soleh). Namun
demikian akhirat lebih baik daripada dunia, karena itu Allah melarang
kita untuk terikat pada dunia, sebab jika dibandingkan dengan
kesenangan akhirat, kesenangan dunia tidaklah seberapa.
Allah menandaskan bahwa manusia diciptakan di dunia untuk
berjuang. Perjuangan akan mendapat ganjaran, baik di dunia maupun di
akhirat. Perbuatan baik dibalas dengan kebaikan yang berlipat-lipat,
perbuatan jahat akan dibalas dengan hukuman yang setimpal. Karena
itu, ma’ad diartikan juga sebagai imbalan/ganjaran. Implikasi nilai ini dalam kehidupan ekonomi dan bisnis misalnya, diformulasikan oleh
Imam Al-Ghazali yang menyatakan bahwa motivasi para pelaku bisnis
adalah untuk mendapatkan laba. Laba dunia dan laba akhirat. Karena itu
konsep profit mendapatkan legitimasi dalam Islam. 23
23
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) SYARIAH
A. Sejarah Berdirinya Bank Rakyat Indonesia SyariahBerawal dari akusisi Bank Jasa Arta oleh Bank Rakyat Indonesia, pada tanggal 19 Desember 2007 dan kemudian diikuti dengan perolehan ijin dari Bank Indonesia untuk mengubah kegiatan usaha Bank Jasa Arta dari bank umum konvensional menjadi bank umum yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 16 Oktober 2008, maka lahirlah Bank umum syariah yang diberi nama PT. Bank Syariah BRI (yang kemudian disebut dengan nama BRISyariah) pada tanggal 17 November 2008.
Nama BRISyariah dipilih untuk menggambarkan secara langsung hubungan Bank dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, selanjutnya disebut Bank Rakyat Indonesia, yang merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia. BRI Syariah merupakan anak perusahaan dari Bank Rakyat Indonesia yang akan melayani kebutuhan perbankan masyarakat Indonesia dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pada tanggal 19 Desember 2008, telah ditanda-tangani akta pemisahan unit usaha syariah. Penandatanganan akta pemisahan telah dilakukan oleh Bp. Sofyan Basir selaku Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia dan Bp. Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama BRI Syariah,
sebagaimana akta pemisahan No. 27 tanggal 19 Desember 2008 dibuat di hadapan notaris Fathiah Helmi SH di Jakarta.
Peleburan unit usaha syariah Bank Rakyat Indonesia ke dalam BRI Syariah ini berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Adapun yang menjadi pemegang saham BRI Syariah adalah
1. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sebesar 99,99967% 2. Yayasan kesejahteraan pekerja BRI sebesar 0,00033%
B. Visi dan Misi
Dalam menjalankan roda perusahaan, manajemen dan karyawan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah mengacu kepada visi dan misi perusahaan sebagai berikut :
1. Pernyataan Visi BRI Syariah:
Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah,untuk kehidupan yang lebih bermakna.
2. Menterjemahkan visi menjadi sebuah misi untuk:
a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan finansial nasabah;
b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan prinsip - prinsip Syariah;
c. Menyediakan aksesibilitas ternyaman melalui berbagai sarana kapanpun, dimanapun;
d. Memungkinkan setiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas hidup dan ketentraman pikiran.
C. Struktur Organisasi 1. Dewan Komisaris
Komisaris Utama Randi Anto
Komisaris Musthafa Zuhad Mughni Komisaris Sunarsip
Komisaris Nasrah Mawardi 2. Dewan Direksi
Direktur Utama Ventje Rahardjo Direktur Ari Purwandono Direktur Eko B. Suharno Direktur Budi Wisakseno 3. Dewan Pengawas
Ketua Prof. Drs. Hasjmuni Abdurrachman Anggota Prof.D